Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENATAGUNAAN TANAH

Disusun Oleh:

Syahrul Gunawan
Nur Arfianty Yunus
Whildan Hidayat
Rahmi Danial
Jabal Nur

Dosen Pengampu:

Dr. Musyfikah Ilyas, S.H.I., M.H.I.

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadiran Allah SWT. Yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu
kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “Penatagunaan
Tanah”ِ Dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum Pertanahan dan
Perwakafan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita lanturkan untuk junjungan Nabi kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah Agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh
alam semesta.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya


untuk Dr. Musyfikah Ilyas, S.H.I., M. H.I. Selaku Dosen Mata Kuliah Hukum
pertanahan & Perwakafan yang telah memberikan kepercayaannya kepada kami
guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah kami.

Gowa, 12 Oktober 2021

Kelompok 5

DAFTAR ISI

Sampul.......................................................................................................

2
Kata Pengantar...........................................................................................

Daftar Isi.....................................................................................................

BAB I Pendahuluan....................................................................................

A.Latar Belakang.............................................................................. …….

B.Rumusan Masalah...................................................................................

BAB II Pembahasan...................................................................................

A. Pengertian Tata Guna Tanah ...............................................................

B. Kebijaksanaan Penatagunaan Tanah...................................................

C. Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah…………………………………

D. Landasan Hukum Tata Guna Tanah……………………………………..

BAB III Penutup ........................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................

B. Saran…………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan karunia Tuhan yang Maha Esa yang jumlahnya terbatas dan
disediakan untuk manusia serta mahluk ciptaan Tuhan lainnya sebagai tempat
kehidupan dan sumber kehidupan. Selain itu tanah sebagai ruang merupakan wahana
yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Bagi bangsa
Indonesia pembangunan tidak dapat dilepaskan dari tanah. Tanah merupakan bagian
penting dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan social dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional yang memiliki nilai setrategis karena arti kusus dari tanah
sebagai factor produksi utama perekonomian bangsa dan Negara.
Tanah mempunyai fungsi social dan pemanfaatannya harus dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat ditegaskan dalam GBHN pada pola umum pelita VI. Untuk itu
perlu terus dikembangkan rencana tata ruang dan tata guna tanah secara nasional
sehingga pemanfaatan tanah dapat terkoordinasi antara berbagai jenis penggunaan
tanah dengan tetap memelihara kelestarian alam dan lingkungan serta mencegah
penggunaan tanah yang merugikan kepentingan masyarakat dan kepentingan
pembangunan

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Tata Guna Tanah
2. Kebijaksanaan Penatagunaan Tanah
3. Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah
4. Landasan Hukum Tata Guna Tanah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tata Guna Tanah


Tata Guna Tanah "Tanah" dipakai dalam berbagai arti, maka dalam
pengunaannya perlu mengetahui batasan dari pada tanah, agar diketahui
dalam arti apa istilah tersebut digunakan. "Tanah", dalam arti yuridis, menurut
undang-undang pokok agraria (UUPA) pasal 4 disebutkan, bahwa atas dasar
hak menguasai dari negara ditentukan adanaya bermacam-macam hak atas
permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai
oleh orang-orang .
Dengan demikian jelaslah, bahwa "tanah" dalam pengertian yuridis adalah permukaan
bumi (ayat 1). Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu
permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan
lebar. Tanah yang diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang
disediakan oleh UUPA, adalah untuk digunakan atau dimanfaatkan. Diberikannya dan
dipunyainya tanah dengan hak-hak tersebut tidak akan bermakna, jika
penggunaannya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Untuk
keperluan apa pun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagian tubuh
bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya. [1]
Dengan demikian, maka yang dipunyai dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya,
dalam arti sebagian tertentu dari permukaan bumi. Tapi wewenang menggunakan
yang bersumber pada hak tersebut diperluas hingga meliputi juga penggunaan
sebagian tubuh bumi yang ada di bawah tanah dan air serta ruang yang ada
diatasnya. Tubuh bumi dan air serta ruang yang dimaksud itu bukan kepunyaan
pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Ia hanya diperbolehkan
menggunakannya.
Penggunaan tanah ini ada batasnya menurut pasal 4 ayat (2) sekedar diperlukan untuk
kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-
batas menurut undang-undang (UUPA) dan peraturan-peraturan lain yang lebih
tinggi. Sedangkan berapa tubuh bumi itu boleh digunakan dan setinggi berapa ruang
yang ada di atasnya boleh digunakan, ditentukan oleh tujuan penggunaannya, dalam
batas-batas kewajaran, perhitungan teknis kemampuan tubuh buminya sendiri,
kemampuan pemegang haknya serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan.
Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang
meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui pengaturan
kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan system
untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penatagunaan tanah ini meliputi kebijakan
penatagunaan tanah dan penyelenggaraan penatagunaan tanah. Kebijakan
penatagunaan tanah di kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagai pedoman
umum penggunaan tanah di daerah. Penatagunaan tanah merupakan kebijakan dan
kegiatan dibidang pertanahan yang bertujuan mengatur dan mewujudkan

5
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah untuk berbagai kegiatan
pembangunan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RT-RW) dan
mewujudkan tertib pertanahan dengan tetap menjamin kepastian hukum atas tanah
bagi masyarakat.[2]
Asas dan Tujuan Penatagunaan Tanah
1. Asas penatagunaan tanah
Asas penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2004 meliputi :
a). Keterpaduan adalah bahwa penatagunaan tanah dilakukan untuk
mengharmonisasikan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan.
b). Berdayaguna dan berhasilguna adalah bahwa penatagunaan tanah harus dapat
mewujudkan peningkatan nilai tanah yang sesuai dengan fungsi ruang.
c). Serasi, selaras dan seimbang adalah bahwa penggunaan tanah menjamin
terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban
masing-masing pemegang hak atas tanah atau kuasanya sehingga meminimalkan
benturan kepentingan antar penggunaan atau pemanfaatan tanah.
d). Berkelanjutan, adalah bahwa penggunaan tanah menjamin kelestarian fungsi
tanah demi memperhatikan kepentingan antar generasi.
e). Keterbukaan, adalah bahwa penatagunaan tanah dapat diketahui oleh seluruh
lapisan masyarakat.
f). Persamaan, keadilan dan perlindungan hukum adalah bahwa dalam
penyelenggaraan penatagunaan tanah tidak mengakibatkan diskriminasi antar
pemilik tanah sehingga ada perlindungan hukum dalam menggunakan dan
memanfaatan tanah.
2. Tujuan penatagunaan tanah
Tujuan penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2004 adalah :
a). Dalam rangka pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah yang
disebut juga pola pengelolaan tata guna tanah.
b). Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) merupakan kegiatan
dibidang pertanahan dikawasan lindung dan kawasan budidaya. Penatagunaan
tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diselenggarakan berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.[3]

B. Kebijaksanaan Penatagunaan Tanah


Sebagai akibat dari pelaksanaan kebijakan penatagunaan tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 PP No. 16 Tahun 2004 penyelesaian administrasi antara lain
pemberian hak, perpanjangan hak, pembaruan hak, peralihan hak, peningkatan hak,
penggabungan hak, pemisahan hak, pemecahan hak, pembebanan hak, izin lokasi
atau surat izin penunjukkan dan penggunaan tanah dan penetapan lokasi, dalam

6
rangka pelayanan pertanahan dilaksanakan sebagaimana ketentuan yang berlaku
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Penggunaan dan pemanfaatan tanahnya sesuai dengan Rencana Tata Ruang


Wilayah. Pengertian sesuai adalah bahwa wujud penggunaan dan pemanfaatan tanah
tidak bertentangan dengan fungsi kawasan dalam RTRW yang bersangkutan.
2. Memenuhi syarat-syarat menggunakan dan pemanfaatan tanah, serta memelihara
tanah dan lingkungan sebagaimana tercantum pada Pasal 13 Peraturan Pemerintah
Penatagunaan Tanah berikut penjelasannya.
3. Tidak mengubah penggunaan dan pemanfaatan tanah sehingga menjadi tidak
sesuai dengan fungsi kawasan yang telah ditetapkan dalam tata ruang.
4. Hak Atas Tanah tidak dapat diberikan terhadap bidang-bidang tanah apabila:
- Tanahnya terletak dikawasan Lindung yang termasuk Kawasan Hutan.
- Tanahnya terletak pada lokasi situs.
5. Penyelesaian administrasi pertanahan diatas dan atau dibawah tanah yang tidak
terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan tanah diatas dan atau dibawahnya harus
mendapat persetujuan pemegang hak atas tanah.
6. Syarat-syarat menggunakan dan memanfaatkan tanah sebagaimana tersebut pada
butir 1 s.d. 5 merupakan satu kesatuan proses penyelesaian administrasi pertanahan
(Pasal 10 Peraturan Pemerintah tentang Penatagunaan tanah).

C. Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah


Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 21
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 meliputi kegiatan :

1. Pelaksanaan inventarisasi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah.


2. Penetapan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan penguasaan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah menurut fungsi kawasan.
3. Penetapan pola penyesuaian penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah .
Kegiatan tersebut diatas disajikan dalam peta dengan skala lebih besar daripada skala
Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan.

D. Landasan Hukum Tata Guna Tanah


1. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, dimana dalam pasal tersebut terkandung prinsip-
prinsip sebagai berikut:Bahwa bumi, air dan kekayaan alam dikuasai oleh
negara.Bahwa negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia harus
menggunakan BARA + K tersebut untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.Bahwa
hubungan antara negara dengan BARA + K merupakan hubungan menguasai.

7
2. Sebagai pelaksana dari pasal 33 ayat (3) UUD 45 adalah Pasal 14 dan 15
UUPAPasal 14 menentukan agar pemerintah membuat suatu rencana umum
mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan BARA + K untuk kepentingan-
kepentingan yang bersifat politis, ekonomis, sosial dan keagamaan.Dalam penjelasan
umum poin 8 dinyatakan bahwa:Akhirnya untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita
bangsa dan Negara di atas dalam bidang agraria perlu adanya suatu rencana
(planning) mengenai peruntukkan, penggunaan dan persediaan bumi, air dan ruang
angkasa untuk keperluan berbagai kepentingan hidup rakyat dan Negara: Rencana
Umum (National Planning) yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, yang kemudian
diperinci menjadi rencana-rencana khusus (regional planning) dari tiap-tiap daerah.
Dengan adanya planning itu maka penggunaan tanah dapat dilakukan secara
terpimpin dan teratur hingga dapat membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi
Negara dan rakyat. [4]
3. No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.4.UU No. 4 Tahun 1982 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.5.UU No. 38 Prp Tahun 1960 jo UU No. 20 Tahun
1964 tentang Penggunaan dan Penetapan luas tanah untuk tanaman-tanaman
tertentu.Mengenai penertiban/pemanfaatan:6.UU No. 51 Prp Tahun 1960 tentang
Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang berhak atau kuasanya.7.Instruksi Mendagri No. 2
Tahun 1982 tertanggal 30 Januari 19828.Keputusan Mendagri No. 268 Tahun 1982
tertanggal 17 Januari 1982Mengenai Fatwa tata guna tanah diatur dalam Peraturan
Mendagri No. 3 Tahun 1972 jo No. 6 Tahun 1986.9.PP No. 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah.
Menurut Mieke Komar Kantaatmadja, selain aspek-aspek tujuan penataan ruang,
penatagunaan tanahpun harus mengacu pada kebijaksanaan dasar mengenai
pertanahan yang terkandung dalam UUPA dan undang-undang lain yang berkaitan
dengan penggunaan tanah.

8
BAB III PENUTUP

A, Kesimpulan

Tata Guna Tanah "Tanah" dipakai dalam berbagai arti, maka dalam pengunaannya
perlu mengetahui batasan dari pada tanah, agar diketahui dalam arti apa istilah
tersebut digunakan. "Tanah", dalam arti yuridis, menurut undang-undang pokok
agraria (UUPA) pasal 4 disebutkan, bahwa atas dasar hak menguasai dari negara
ditentukan adanaya bermacam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah
yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang . Dengan demikian
jelaslah, bahwa "tanah" dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi (ayat 1).
Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang
terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Tanah yang diberikan
kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang disediakan oleh UUPA, adalah
untuk digunakan atau dimanfaatkan

B. Saran

Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Daftar Pustaka

Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang


Pokok Agraria, isi dan pelaksanaannya. Jilid 1 Hukum Tanah Nasional.

Elita Rahmi. Land Reform Hingga Reforma Agraria. Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Jambi vol.96 Edisi Januari 2009

Suardi. 2005. Hukum Agraria. Badan Penerbit Iblam : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai