Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENATAGUNAAN TANAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Hukum Pertanahan”

Dosen Pengampu :

Nasrullah, SHI., MH

Disusun Oleh:

Shinta Nuriyah Monika Hari (C94219107)

Wahyu Cecario Gabriel Batistuta (C94219112)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Hukum Pertanahan yang berjudul
"Penatagunaan Tanah”

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Nasrullah, SHI., MH selaku


dosen pembimbing kami dalam pembelajaran mata kuliah ini, juga kepada semua
teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penyusunan makalah ini tentu saja masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami mohon kritik dan saran pembaca guna kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan
dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar- besarnya.
Semoga bermanfaat. Aamiin.

Sidoarjo, 25 Oktober 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………..........…………. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………............ ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………........…. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………….........………... 4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………........... 4
C. Tujuan …………………………………………………………….........… 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tata Guna Tanah........................................................................ 5
B. Kebijaksanaan Penata Gunaan Tanah.......................................................... 8
C. Penyelengaraan Penata Gunaan Tanah........................................................ 9
D. Landasan Hukum Tata Guna Tanah............................................................ 9

BAB III PENUTUP


Simpulan ………………………………………………..............………………. 11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………..........…………………..... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan karunia Tuhan yang Maha Esa yang jumlahnya terbatas dan
disediakan untuk manusia serta mahluk ciptaan Tuhan lainnya sebagai tempat
kehidupan dan sumber kehidupan. Selain itu tanah sebagai ruang merupakan
wahana yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Bagi
bangsa Indonesia pembangunan tidak dapat dilepaskan dari tanah. Tanah
merupakan bagian penting dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan social
dalam rangka mewujudkan tujuan nasional yang memiliki nilai setrategis karena
arti kusus dari tanah sebagai factor produksi utama perekonomian bangsa dan
Negara.

Tanah mempunyai fungsi social dan pemanfaatannya harus dapat meningkatkan


kesejahteraan rakyat ditegaskan dalam GBHN pada pola umum pelita VI. Untuk itu
perlu terus dikembangkan rencana tata ruang dan tata guna tanah secara nasional
sehingga pemanfaatan tanah dapat terkoordinasi antara berbagai jenis penggunaan
tanah dengan tetap memelihara kelestarian alam dan lingkungan serta mencegah
penggunaan tanah yang merugikan kepentingan masyarakat dan kepentingan
pembangunan.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Tata Guna Tanah

2. Kebijaksanaan Penata Gunaan Tanah

3. Penyelengaraan Penata Gunaan Tanah

4. Landasan Hukum Tata Guna Tanah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TATA GUNA TANAH

Tata Guna Tanah "Tanah" dipakai dalam berbagai arti, maka dalam pengunaannya
perlu mengetahui batasan dari pada tanah, agar diketahui dalam arti apa istilah
tersebut digunakan. "Tanah", dalam arti yuridis, menurut undang-undang pokok
agraria (UUPA) pasal 4 disebutkan, bahwa atas dasar hak menguasai dari negara
ditentukan adanaya bermacam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut
tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang .

Dengan demikian jelaslah, bahwa "tanah" dalam pengertian yuridis adalah


permukaan bumi (ayat 1). Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian
tertentu permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang
dan lebar. Tanah yang diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak
yang disediakan oleh UUPA, adalah untuk digunakan atau dimanfaatkan.
Diberikannya dan dipunyainya tanah dengan hak-hak tersebut tidak akan bermakna,
jika penggunaannya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Untuk
keperluan apa pun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagian
tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya. 1

Dengan demikian, maka yang dipunyai dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya,
dalam arti sebagian tertentu dari permukaan bumi. Tapi wewenang menggunakan
yang bersumber pada hak tersebut diperluas hingga meliputi juga penggunaan
sebagian tubuh bumi yang ada di bawah tanah dan air serta ruang yang ada
diatasnya. Tubuh bumi dan air serta ruang yang dimaksud itu bukan kepunyaan

1 Suardi. Hukum Agraria. ( Jakarta : Badan Penerbit Iblam , 2005.) h. 51

5
pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Ia hanya diperbolehkan
menggunakannya.

Penggunaan tanah ini ada batasnya menurut pasal 4 ayat (2) sekedar diperlukan
untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu,
dalam batas-batas menurut undang-undang (UUPA) dan peraturan-peraturan lain
yang lebih tinggi. Sedangkan berapa tubuh bumi itu boleh digunakan dan setinggi
berapa ruang yang ada di atasnya boleh digunakan, ditentukan oleh tujuan
penggunaannya, dalam batas-batas kewajaran, perhitungan teknis kemampuan
tubuh buminya sendiri, kemampuan pemegang haknya serta ketentuan peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan.

Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang
meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui pengaturan
kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan system
untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penatagunaan tanah ini meliputi
kebijakan penatagunaan tanah dan penyelenggaraan penatagunaan tanah.
Kebijakan penatagunaan tanah di kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagai
pedoman umum penggunaan tanah di daerah. Penatagunaan tanah merupakan
kebijakan dan kegiatan dibidang pertanahan yang bertujuan mengatur dan
mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah untuk berbagai
kegiatan pembangunan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RT-RW) dan
mewujudkan tertib pertanahan dengan tetap menjamin kepastian hukum atas tanah
bagi masyarakat.2

· Asas dan Tujuan Penatagunaan Tanah

1. Asas penatagunaan tanah

Asas penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan


Pemerintah No. 16 Tahun 2004 meliputi :

2 Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok


Agraria, isi dan pelaksanaannya. Jilid 1 Hukum Tanah Nasional.

6
a) Keterpaduan adalah bahwa penatagunaan tanah dilakukan untuk
mengharmonisasikan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan.

b) Berdayaguna dan berhasilguna adalah bahwa penatagunaan tanah harus dapat


mewujudkan peningkatan nilai tanah yang sesuai dengan fungsi ruang.

c) Serasi, selaras dan seimbang adalah bahwa penggunaan tanah menjamin


terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban
masing-masing pemegang hak atas tanah atau kuasanya sehingga meminimalkan
benturan kepentingan antar penggunaan atau pemanfaatan tanah.

d) Berkelanjutan, adalah bahwa penggunaan tanah menjamin kelestarian fungsi


tanah demi memperhatikan kepentingan antar generasi.

e) Keterbukaan, adalah bahwa penatagunaan tanah dapat diketahui oleh seluruh


lapisan masyarakat.

f) Persamaan, keadilan dan perlindungan hukum adalah bahwa dalam


penyelenggaraan penatagunaan tanah tidak mengakibatkan diskriminasi antar
pemilik tanah sehingga ada perlindungan hukum dalam menggunakan dan
memanfaatan tanah.

2. Tujuan penatagunaan tanah

Tujuan penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 Peraturan


Pemerintah No. 16 Tahun 2004 adalah :

a) Dalam rangka pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah yang


disebut juga pola pengelolaan tata guna tanah.

b) Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) merupakan kegiatan


dibidang pertanahan dikawasan lindung dan kawasan budidaya. Penatagunaan
tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diselenggarakan berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.3

3 Ismaya Samun, Pengantar Hukum Agraria, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) h.

7
B. KEBIJAKSANAAN PENATAGUNAAN TANAH

Sebagai akibat dari pelaksanaan kebijakan penatagunaan tanah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 PP No. 16 Tahun 2004 penyelesaian administrasi antara
lain pemberian hak, perpanjangan hak, pembaruan hak, peralihan hak, peningkatan
hak, penggabungan hak, pemisahan hak, pemecahan hak, pembebanan hak, izin
lokasi atau surat izin penunjukkan dan penggunaan tanah dan penetapan lokasi,
dalam rangka pelayanan pertanahan dilaksanakan sebagaimana ketentuan yang
berlaku dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Penggunaan dan pemanfaatan tanahnya sesuai dengan Rencana Tata Ruang


Wilayah. Pengertian sesuai adalah bahwa wujud penggunaan dan pemanfaatan
tanah tidak bertentangan dengan fungsi kawasan dalam RTRW yang bersangkutan.

2. Memenuhi syarat-syarat menggunakan dan pemanfaatan tanah, serta memelihara


tanah dan lingkungan sebagaimana tercantum pada Pasal 13 Peraturan Pemerintah
Penatagunaan Tanah berikut penjelasannya.

3. Tidak mengubah penggunaan dan pemanfaatan tanah sehingga menjadi tidak


sesuai dengan fungsi kawasan yang telah ditetapkan dalam tata ruang.

4. Hak Atas Tanah tidak dapat diberikan terhadap bidang-bidang tanah apabila:

- Tanahnya terletak dikawasan Lindung yang termasuk Kawasan Hutan.

- Tanahnya terletak pada lokasi situs.

5. Penyelesaian administrasi pertanahan diatas dan atau dibawah tanah yang tidak
terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan tanah diatas dan atau dibawahnya
harus mendapat persetujuan pemegang hak atas tanah.

6. Syarat-syarat menggunakan dan memanfaatkan tanah sebagaimana tersebut pada


butir 1 s.d. 5 merupakan satu kesatuan proses penyelesaian administrasi pertanahan
(Pasal 10 Peraturan Pemerintah tentang Penatagunaan tanah).

8
C. PENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH

Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 21


Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 meliputi kegiatan :

1. Pelaksanaan inventarisasi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah.

2. Penetapan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan penguasaan,


penggunaan, dan pemanfaatan tanah menurut fungsi kawasan.

3. Penetapan pola penyesuaian penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah


dengan Rencana Tata Ruang Wilayah .

Kegiatan tersebut diatas disajikan dalam peta dengan skala lebih besar daripada
skala Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan.

D. LANDASAN HUKUM TATA GUNA TANAH

1. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, dimana dalam pasal tersebut terkandung prinsip-
prinsip sebagai berikut:Bahwa bumi, air dan kekayaan alam dikuasai oleh
negara.Bahwa negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia harus
menggunakan BARA + K tersebut untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.Bahwa
hubungan antara negara dengan BARA + K merupakan hubungan menguasai.

2. Sebagai pelaksana dari pasal 33 ayat (3) UUD 45 adalah Pasal 14 dan 15
UUPAPasal 14 menentukan agar pemerintah membuat suatu rencana umum
mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan BARA + K untuk kepentingan-
kepentingan yang bersifat politis, ekonomis, sosial dan keagamaan.Dalam
penjelasan umum poin 8 dinyatakan bahwa:Akhirnya untuk mencapai apa yang
menjadi cita-cita bangsa dan Negara di atas dalam bidang agraria perlu adanya suatu
rencana (planning) mengenai peruntukkan, penggunaan dan persediaan bumi, air
dan ruang angkasa untuk keperluan berbagai kepentingan hidup rakyat dan Negara:
Rencana Umum (National Planning) yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, yang
kemudian diperinci menjadi rencana-rencana khusus (regional planning) dari tiap-
tiap daerah. Dengan adanya planning itu maka penggunaan tanah dapat dilakukan

9
secara terpimpin dan teratur hingga dapat membawa manfaat yang sebesar-
besarnya bagi Negara dan rakyat. 4

3. No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.4.UU No. 4 Tahun 1982


tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.5.UU No. 38 Prp Tahun 1960 jo UU No.
20 Tahun 1964 tentang Penggunaan dan Penetapan luas tanah untuk tanaman-
tanaman tertentu.Mengenai penertiban/pemanfaatan:6.UU No. 51 Prp Tahun 1960
tentang Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang berhak atau kuasanya.7.Instruksi
Mendagri No. 2 Tahun 1982 tertanggal 30 Januari 19828.Keputusan Mendagri No.
268 Tahun 1982 tertanggal 17 Januari 1982Mengenai Fatwa tata guna tanah diatur
dalam Peraturan Mendagri No. 3 Tahun 1972 jo No. 6 Tahun 1986.9.PP No. 16
Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

Menurut Mieke Komar Kantaatmadja, selain aspek-aspek tujuan penataan ruang,


penatagunaan tanahpun harus mengacu pada kebijaksanaan dasar mengenai
pertanahan yang terkandung dalam UUPA dan undang-undang lain yang berkaitan
dengan penggunaan tanah.

4 Elita Rahmi. Land Reform Hingga Reforma Agraria. Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Jambi vol.96 Edisi Januari 2009

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tata Guna Tanah "Tanah" dipakai dalam berbagai arti, maka dalam pengunaannya
perlu mengetahui batasan dari pada tanah, agar diketahui dalam arti apa istilah
tersebut digunakan. "Tanah", dalam arti yuridis, menurut undang-undang pokok
agraria (UUPA) pasal 4 disebutkan, bahwa atas dasar hak menguasai dari negara
ditentukan adanaya bermacam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut
tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang . Dengan
demikian jelaslah, bahwa "tanah" dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi
(ayat 1). Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan
bumi, yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Tanah yang
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang disediakan oleh
UUPA, adalah untuk digunakan atau dimanfaatkan

B. Saran

Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang


Pokok Agraria, isi dan pelaksanaannya. Jilid 1 Hukum Tanah Nasional.

Elita Rahmi. Land Reform Hingga Reforma Agraria. Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Jambi vol.96 Edisi Januari 2009

Suardi. 2005. Hukum Agraria. Badan Penerbit Iblam : Jakarta.

Ismaya Samun, 2011. Pengantar Hukum Agraria, Yogyakarta: Graha Ilmu,

12

Anda mungkin juga menyukai