Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Agraria
Dosen pengampu :
Disusun oleh :
Rima Afrida ()
Muhammad Hafis ()
ACEH 2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji serta syukur kepada Allah Swt atas segala rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Hak-
hak atas tanah dalam hkum agraria” ini hingga selesai. Tidak lupa pula kami ucapkan
terimakasih banyak kepada pihak yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan
makalah ini.
Hormat dan patuh kepada guru sangatlah ditekankan dalam agama Islam. Guru
adalah orang yang mengajarkan kita dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan
mendidik kita sehingga menjadi orang yang mengerti dan dewasa. Walau
bagaimanapun tingginya pangkat atau kedudukan seseorang, dia adalah bekas
seorang pelajar yang tetap berhutang budi kepada gurunya yang pernah mendidik
pada masa dahulu.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas kelompok Hukum
Agraria. Penulis berharap semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini serta keterbatasan materi dan pengalaman kami. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 24 September 1960 disahkan Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang
Sejak diundangkan UUPA, berlakulah Hukum Agraria Nasional yang mencabut peraturan
dn keputusan yang dibuat pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, antara lain
Agrarische Wet Stb. 1870 No.55 dan Agrarische Besluit Stb.187 No.118.1
Tanah merupakan salah satu sumber penghidupan dan mata pencaharian bagi manusia
dan masyarakat sehingga menjadi kebutuhan manusia yang paling mendasar dengan
keyakinan betapa sangat dihargai dan bermanfaat tanah untuk kehidupan manusia, bahkan
tanah dan manusia tidak dapat dipisahkan. Manusia hidup dan berkembang serta
melakukan aktivitas diatas tanah sehingga setiap saat berhubungan dengan tanah.2
Dalam UUPA tidak ditemukan secara jelas pengertian hukum pertanahan. Hukum
tanah menurut Boedi Harsono, merupakan bagian dari bidang hukum agraria yang
1
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah,(Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA
GROUP, 2011),Cet. Kedua, hlm. 1
2
M.P. Siahan, 2003, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Teori Praktek, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hal.1.
seperti: hukum air, hukum pertambangan, hukum perikanan, hukum penguasaan atas
Hukum tanah sebagai suatu sistem bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya. Ia
hanya mengatur salah satu aspek yuridisnya yang disebut hak-hak penguasaan atas tanah,
Dalam sejarah perkembangan hukum agraria, masih banyak hal-hal yang belum diatur
dalam UUPA. UUPA hanya mengatur sebagian besar masalah tentang pertanahan. Untuk
masalah yang lebih mengkhusus UUPA belum menjelaskan lebih rinci lagi. Misal tentang
kasus sengketa penguasaan hak atas tanah yang secara rinci belum di atur dalam UUPA.
Karena belum adanya Undang-Undang yang mengatur secara rinci tentang kasus
penguasaan atas tanah maka masih banyak juga kasus seperti ini yang belum
terselesaikan, dan juga tidak adanya sanksi bagi pelaku atau tergugat dalam kasus seperti
ini. Maka dari itu, penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul hak-hak atas
tanah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
3
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, jilid 1 Hukum Tanah Nasional, Penertbit Djambatan,
Edisi Revisi 1999, hlm.5, 8, 17, 23, dan 26
4
Rusmadi Murad, Menyingkap Tabir Masalah Pertanian, (Bandung: CV.Mandar Maju, 2017),
Cet.Kesatu, hlm. 1
BAB II
PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan hak atas tanah adalah hak yang member wewenang kepada
pemegang haknya untuk menggunakan dan/atau mengambil manfaat dari tanah yang
dihakinya. Perkataan “menggunakan” mengandung pengertian bahwa hak atas tanah itu
manfaat” mengandung pengertian bahwa hak atas tanah itu digunakan untuk kepentingan
Atas dasar ketentuan Pasal 4 ayat (2) UUPA, kepada pemegang hak atas tanah diberi
wewenang untuk menggunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan
air serta ruang yang diatasnya sekadar diperlukan untuk kepentingan langsung yang
berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan
Penguasaan yang di atur dalam UUPA adalah penguasaan oleh Negara. Dalam Pasal 2
UUPA menjelaskan tentang apa saja hak-hak yang diperoleh oleh Negara. Adapun bunyi
1. Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal
sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai
3. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat
(2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam
1. Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2
ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah,
yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun
2. Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang
untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan
air
5
Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria
serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung
3. Selain hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
Dalam uraian isi pasal tersebut menjelaskan tentang wewenang apa saja yang
diperoleh oleh Negara dalam menguasai bumi, air dan bangunan sesuai dengan batas-
Dalam hal ini UUPA tidak menjelaskan apabila suatu tanah atau bangunan yang
dikuasai oleh orang perorangan. Padahal dalam kenyataannya banyak sekali kasus
tentang penguasaan atas tanah atau objek sengketa. Pengertian penguasaan dan
menguasai dapat diperoleh dalam arti fisik dan yuridis, juga beraspek perdata dan
beraspek publik.
Agraria (UUPA) merupakan arah dari politik hukum pertanahan Indonesia yang
Wujud dari hal tersebut terlihat dari adanya perhatian khusus kepada kelompok
6
Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, (Jakarta: PT.Fajar Interpratama Mandiri,
2017), cet. Keenam, hal. 1 dan 2
7
Opcit, hal 1
8
Nurhasan Ismail, 2012, Arah Politik Hukum Pertanahan Dan Perlindungan Kepemilikan
Tanah Masyarakat, vol.1 No.1.
UUPA adalah penguasaan oleh Negara. Dalam Pasal 2 UUPA menjelaskan tentang
A. Hak Menguasai
Pengertian “penguasaan” dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam arti yuridis.
Juga beraspek privat dan beraspek publik. Penguasaan adalam arti yuridis adalah
penguasaan yang dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya
member kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang
dihaki, misalnya pemilik tanah menggunakan atau mengambil manfaat dari tanah
yang dihaki, tidak diserahkan kepada pihak lain. Ada penguasaan yuridis, yang biar
pun member kewenangan untuk menguasai tanah yang dihaki, tidak diserahkan
kepada pihak lain. Ada penguasaan yuridis, yang biarpun memberi kewenangan untuk
menguasai tanah yang dihaki secara fisik, pada kenyataannya penguasaan fisiknya
dilakukan oleh pihak lain, misalnya seseorang yang memiliki tanah tidak
menggunakan tanahnya sendiri akan tetapi disewakan kepada pihak lain, dalam hal ini
secara yuridis tanah tersebut dimiliki oleh pemilik tanah akan tetapi secara fisik
Ada juga penguasaan secara yuridis yang tidak member kewenangan untuk
menguasai tanah yang bersangkutan secara fisik, misalnya kreditur (Bank) pemegang
hak jaminan atas tanah mempunyai hak penguasaan yuridis atas tanah yang dijadikan
agunan (jaminan), akan tetapi secara fisik penguasaannya tetap ada pada pemegang
hak atas tanah. Penguasaan yuridis dan fisik atas tanah ini dipakai dalam aspek privat.
yang berbunyi :
Pasal 33 ayat (3) : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
kemakmuran rakyat.”10
Pasal 2 UUPA :
“(1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal
sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai
(2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang untuk:
(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat 2
pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti
9
Ibid , hal. 75 dan 76
10
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
(4) Hak menguasai dari Negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat dikuasakan
Boedi Harsono menyatakan bahwa hak penguasaan atas tanah berisi serangkaian
sesuatu yang boleh, wajib, atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hak
penguasaan itulah yang menjadi kriterium atau tolok ukur pembeda antara hak-hak
Dalam Hukum Tanah pengaturan hak-hak penguasaan atas tanah di bagi menjadi dua,
yaitu:
Hak penguasaan atas tanah ini belum dihubungkan dengan tanah sebagai objek dan
2. Menetapkan isinya, yaitu mengatur apa saja yang boleh, wajib dan dilarang
b. Hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum yang konkret, hak
penguasaan atas tanah ini sudah dihubungkan dengan tanah tententu sebagai
objeknya dan orang atau badan hukum tertentu sebagai subjek atau pemegang
haknya.
yang konkret, dengan nama atau sebutan hak penguasaan atas tanah tertantu,
Hierarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam UUPA dan Hukum Tanah Nasional
adalah:
c. Hak Tanggungan
Cara memperoleh hak untuk menguasai suatu bangunan juga dapat dilakukan
dalam perjanjian atau kesepakatan antara pemegang hak milik dengan si penerima
kuasa. Dalam hal ini dilakukan perjanjian terlebih dahulu demi meminimalisir
Pemberian kuasa diatur dalam KUH Perdata dalam Buku Ketiga, Bab XVI,
tentang pemberian kuasa. Pemberian kuasa ialah suatu persetujuan yang berisikan
Kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta umum, dengan suatu surat
di bawah tangan bahkan dengan sepucuk surat ataupun dengan lisan. Penerimaan
suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan disimpulkan dari pelaksanaan
sebaliknya. Jika dalam hal yang terakhir upahnya tidak ditentukan dengan tegas,
13
Pasal 1792 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
14
Pasal 1793 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
maka penerima kuasa tidak boleh meminta upah yang lebih daripada yang
melakukan tindakan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik,
Pemberian kuasa biasanya diberikan oleh pemegang hak milik atau ahli waris.
Hak milik adalah Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dipunyai orang atas tanah, dan Hak milik dapat beralih dan dialihkan
15
Pasal 1794 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
16
Pasal 1796 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
17
Pasal 20 Undang-Undang Pokok Agraria
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
(orang/badan) yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik
Maka dari itu pengetahuan mengenai Hukum Tanah dan Hak-Hak atas tanah dirasa
cukup penting demi menghindari permasalahan mengenai tanah atas sengketa tanah.
B. Saran
Saran saya, seharusnya masyarakat lebih paham mengenai hak-hak atas tanah.
Jangan sampai lalai dalam pemeliharaan, agar tidak terjadi tumpang tindih sertifikat
M.P. Siahan, 2003, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Teori
Agraria.
Urip Santoso, 2005, Hukum Agraria Dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta,
hal.73.