Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM PERDATA II

“ UNDANG-UNDANG NO 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN


DASAR POKOK-POKOK AGRARIA ”
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata kuliah : Hukum Perdata II

Dosen : Syahrul Affan, MH

Jurusan : Syariah-AS ( IV )

Di Susun Oleh

Kelompok 4 ( Empat )

- ARI NUR WAHID


- M. JUNAIDI
- M. AL-HAFIZ
- ABDUL HAMID

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2023
KATA PENGANTAR

ASSALAMUALAIKUM W.R W.B

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan dan limpahkan rahmat, hidayat dan inayahnya kepada penulis sehingga penulis
bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.

Mengingat kurangnya kemampuan dan keterbatasan penulis dalam menyelesaikan


makalah ini, penulis meyakini bahwa tugas ini tidak dapat di selesaikan tanpa bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Atas bimbingan dan bantuan tersebut tiada yang dapat penulis
ucapan selain ucapan terima kasih, Kepada:

1. ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat, sehat dan segala barokahnya.
2. Dosen Pembimbing Syahrul Affan, MH

Demikian penulisan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu penulis mengharap keritik dan saran yang bersifat membangun dan bermanfaat
bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat kita ambil manfaatnya bersama, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca

WASSALAMUALAIKUM W.R W.B


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................
C. TUJUAN MASALAH .................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Hak Hak Atas Tanah....................................................................................................


B. Hak Menguasai.............................................................................................................

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tanggal 24 September 1960 disahkan Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, LNRI Tahun 1960 No.104-TLNRI No.2043.
Undang-Undang ini lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang Agaria (UUPA). Sejak
diundangkan UUPA, berlakulah Hukum Agraria Nasional yang mencabut peraturan dan
keputusan yang dibuat pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, antara lain

Tanah merupakan salah satu sumber penghidupan dan mata pencaharian bagi
manusiadan masyarakat sehingga menjadi kebutuhan manusia yang paling mendasar
dengan keyakinan betapa sangat dihargai dan bermanfaat tanah untuk kehidupan manusia,
bahkan tanah dan manusia tidak dapat dipisahkan. Manusia hidup dan berkembang serta
melakukan aktivitas diatas tanah sehingga setiap saat berhubungan dengan tanah.

Dalam UUPA tidak ditemukan secara jelas pengertian hukum pertanahan.


Hukumtanah menurut Boedi Harsono, merupakan bagian dari bidang hukum agraria
yangmasing-masing mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-sumber daya alam
tertentu,seperti: hukum air, hukum pertambangan, hukum perikanan, hukum penguasaan
atastenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa.

Hukum tanah sebagai suatu sistem bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya.
Iahanya mengatur salah satu aspek yuridisnya yang disebut hak-hak penguasaan atas
tanah,bukan sebagai lembaga hukum maupun hubungan hukum kongkret.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hak-hak atas tanah?
2. Apa yang di maksud dengan hak menguasai?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang hak-hak atas tanah
2. Mengetahui tentang hak menguasai
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hak-Hak Atas Tanah

Yang dimaksud dengan hak atas tanah adalah hak yang member wewenang kepada
pemegang haknya untuk menggunakan dan/atau mengambil manfaat dari tanah yang
dihakinya. Perkataan “menggunakan” mengandung pengertian bahwa hak atas tanah itu
digunakan untuk kepentingan mendirikan bangunan, sedangkan perkataan “mengambil
manfaat” mengandung pengertian bahwa hak atas tanah itu digunakan untuk kepentingan
bukan mendirikan bangunan, misalnya pertanian, perikatan, peternakan, dn perkebunan.

Atas dasar ketentuan Pasal 4 ayat (2) UUPA, kepada pemegang hak atas tanah diberi
wewenang untuk menggunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air
serta ruang yang diatasnya sekadar diperlukan untuk kepentingan langsung yang
berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan
peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Penguasaan yang di atur dalam UUPA adalah penguasaan oleh Negara. Dalam Pasal 2 UUPA
menjelaskan tentang apa saja hak-hak yang diperoleh oleh Negara. Adapun bunyi Pasal 2
UUPA yaitu :

1. Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai
yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat.

2. Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk:

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan


bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi,


air dan ruang angkasa,

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-


perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

3. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat (2) pasal
ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan,
kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang
merdeka berdaulat, adil dan makmur.

4. Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada
daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan
tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan
Pemerintah.
Selanjutnya di jelaskan pula dalam Pasal 4 UUPA, yang berbunyi:

1. Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan
adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan
kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-
orang lain serta badan-badan hukum.

2. Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk
mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan airSerta ruang
yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan
dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut Undang-undang ini dan peraturan-
peraturan hukum lain yang lebih ttinggi

3. Selain hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan pula
hak-hak atas air dan ruang angkasa.

Dalam uraian isi pasal tersebut menjelaskan tentang wewenang apa saja yang diperoleh oleh
Negara dalam menguasai bumi, air dan bangunan sesuai dengan batas-batas yang telah di
tentukan dalam Undang-Undang.

Dalam hal ini UUPA tidak menjelaskan apabila suatu tanah atau bangunan yang dikuasai
oleh orang perorangan. Padahal dalam kenyataannya banyak sekali kasus tentang penguasaan
atas tanah atau objek sengketa. Pengertian penguasaan dan menguasai dapat diperoleh dalam
arti fisik dan yuridis, juga beraspek perdata dan beraspek publik.

Di Indonesia sebutan agraria dilingkungan administrasi Pemerintah dipakai dalam arti tanah,
baik tanah pertanian maupun non pertanian.

Penguasaan dan pemanfaatan tanah yang diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA) merupakan arah dari politik hukum pertanahan Indonesia yang bertujuan untuk
menjamin terwujudnya kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Wujud dari hal tersebut
terlihat dari adanya perhatian khusus kepada kelompok masyarakat lemah melalui kebijakan
pertanahan. Penguasaan yang di atur dalam UUPA adalah penguasaan oleh Negara. Dalam
Pasal 2 UUPA menjelaskan tentang apa saja hak-hak yang diperoleh oleh Negara.

B. Hak Menguasai

Pengertian Penguasaan atas Tanah

Pengertian “penguasaan” dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam arti yuridis. Juga
beraspek privat dan beraspek publik. Penguasaan adalam arti yuridis adalah penguasaan yang
dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya member kewenangan kepada
pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki, misalnya pemilik tanah
menggunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang dihaki, tidak diserahkan kepada pihak
lain. Ada penguasaan yuridis, yang biar pun member kewenangan untuk menguasai tanah
yang dihaki, tidak diserahkan kepada pihak lain. Ada penguasaan yuridis, yang biarpun
memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang dihaki secara fisik, pada kenyataannya
penguasaan fisiknya dilakukan oleh pihak lain, misalnya seseorang yang memiliki tanah tidak
menggunakan tanahnya sendiri akan tetapi disewakan kepada pihak lain, dalam hal ini secara
yuridis tanah tersebut dimiliki oleh pemilik tanah akan tetapi secara fisik dilakukan oleh
penyewa tanah.

Ada juga penguasaan secara yuridis yang tidak member kewenangan untuk menguasai
tanah yang bersangkutan secara fisik, misalnya kreditur (Bank) pemegang hak jaminan atas
tanah mempunyai hak penguasaan yuridis atas tanah yang dijadikan agunan (jaminan), akan
tetapi secara fisik penguasaannya tetap ada pada pemegang hak atas tanah. Penguasaan
yuridis dan fisik atas tanah ini dipakai dalam aspek privat. Ada penguasaan yuridis yang
beraspek publik,yaitu penguasaan atas tanahSebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 33
ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA9,yang berbunyi: Pasal 33 ayat (3) : “Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnyadikuasai oleh Negara dan digunakan untuk
kemakmuran sebesar-besarnyarakyat.” Pasal 2 UUPA :“

(1) Atas ketentuan dasar dalam pasal 33 ayat (3) Undang- undang Dasar dan hal-
halsebagaimana dimaksud dalam pasal 1, bumi, udara dan ruang angkasa, termasukkekayaan
alam yang terkandung di dalamnya pada tingkatan tertinggi yang dikuasaioleh Negara,
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.

(2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberiberwenang
untuk:A. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan
danpemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

B. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang denganbumi,


udara dan ruang angkasa,

C. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang danperbuatan-


perbuatan hukum yang mengenai bumi, udara dan angkasa angkasa.

(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat 2pasal ini
digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dalam artikebahagiaan,
kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukumIndonesia yang
merdeka berdaulat, adil dan makmur.

(4) Hak menguasai Negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat dikuasakankepada daerah-
daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedarnyadiperlukan dan tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan
Pemerintah.

Boedi Harsono menyatakan bahwa hak penguasaan atas tanah berisi rangkaianberkewajiban,
kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuatsesuatu yang boleh, wajib,
atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hakpenguasaan yang menjadi kriterium
atau tolok ukur pembeda antara hak-hakpenguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum
Tanah.
2. Pengaturan hak-hak atas tanah dalam Hukum Tanah Dalam Hukum Tanah pengaturan hak-
hak penguasaan atas tanah di bagi menjadi dua,yaitu:

A. Hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga hukumHak penguasaan atas tanah ini belum
dihubungkan dengan tanah sebagai objek danorang atau badan hukum tertentu sebagai
pemegang haknya.Ketentuan-ketentuan dalam hak penguasaan atas tanah, adalah sebagai
berikut:

1. Memberi nama pada hak penguasan yang bersangkutan

2. Membatalkan isinya, yaitu mengatur apa saja yang boleh, wajib dan dilarang
untukdiperbuat oleh pemegang haknya serta jangka waktu penguasaannya

3. Menghargai hal-hal mengenai subjeknya, siapa yang boleh menjadi pemeganghaknya dan
syarat-syarat bagi penguasannya, dan

4. Mengatur hal-hal mengenai tanahnya.B. Hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan
hukum yang konkret, hakpenguasaan atas tanah ini sudah dihubungkan dengan tanah tententu
sebagaiobjeknya dan orang atau badan hukum tertentu sebagai subjek atau pemeganghaknya.

3. Ketentuan-ketentuan dalam hak penguasaan Ketentuan-ketentuan dalam hak penguasaan


atas tanah adalah sebagai berikut :

1) memelihara hal-hal mengenai penciptanya menjadi suatu hubungan hukum yang tegas,
dengan nama atau sebutan hak penguasaan atas tanah tertantu,

2) perawatan hal-hal mengenai pembebanannya dengan hak-hak lain,

3) tarif hal-hal mengenai pemindahannya ke pihak lain,

4) perawatan hal-hal mengenai hapusnya, dan

5) spek hal-hal mengenai pembuktiannya

4. Hirarki hak penguasaan atas tanah dalam UUPA:

Hierarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam UUPA dan Hukum Tanah Nasionaladalah:

1) Hak bangsa Indonesia atas tanah.

2) Hak menguasai Negara atas tanah.

3) Hak ulayat masyarakat ukum adat.

4) Hak perseorangan atas tanah, meliputi:

A. Hak-hak atas tanah,


B. Wakaf tanah Hak Milik

C. Hak Tanggungan

D. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun

5. Cara memperoleh hak menguasai suatu bangunan Cara memperoleh hak untuk menguasai
suatu bangunan juga dapat dilakukandalam kesepakatan atau kesepakatan antara pemegang
hak milik dengan si penerimakuasa. Dalam hal ini dilakukan kesepakatan terlebih dahulu
demi meminimalisir terjadinya sengketa tanah.

Pemberian kuasa diatur dalam KUH Perdata dalam Buku Ketiga, Bab XVI,tentang
persembahan listrik. Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan yang
berisikanmempersembahkan kekuatan kepada orang lain yang menerimanya untuk
melaksanakansesuatu atas nama orang yang memiliki kuasa.

Kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta umum, dengan suatu suratdi bawah
tangan bahkan dengan sepucuk surat ataupun dengan lisan. Penerimaansuatu kuasa juga dapat
terjadi secara diam-diam dan berakhir dari pelaksanaanlistrik itu oleh yang diberi listrik.

Memberikan kuasa dengan Cuma-Cuma, kecuali jika diperjanjikansebaliknya. Jika dalam hal
yang terakhir ya tidak ditentukan dengan tegas,maka penerima tidak boleh meminta upah
yang lebih dari yangditentukan dalam Pasal 411 untuk wali.

Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya mencakup tindakan-tindakan yang
menyangkut pengurusan. Untuk memindahtangankan barang atauletakkan hipotek di atasnya,
untuk membuat suatu perdamaian, ataupunmelakukan tindakan lain yang hanya dapat
dilakukan oleh seorang pemilik,Diperlukan suatu penyerahan kuasa dengan kata-kata yang
tegas.

Pemberian kuasa biasanya diberikan oleh pemegang hak milik atau ahli waris.Hak milik
adalah Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yangdapat dipunyai orang
atas tanah, dan Hak milik dapat dialihkan dan dialihkan kepihak lain.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Timbulnya masalah hukum yang bermula dari pengaduan sesuatu pihak(orang/badan) yang
berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baikterhadap status tanah,prioritas, maupun
kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara biaya sesuai dengan
ketentuanya yang berlaku .Maka dari itu pengetahuan mengenai Hukum Tanah dan Hak-Hak atas
tanah dirasa cukup penting untuk menghindari permasalahan mengenai tanah atas sengketa tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, jilid 1 Hukum Tanah Nasional,Penertbit


Djambatan, Edisi Revisi 1999, hlm.5, 8, 17, 23, dan 26

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesia)Terjemahan


Subekti dan Tjitrosudibio. 2004. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

MP Siahan, 2003, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Teori Praktek,Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal.1.

Nurhasan Ismail, 2012, Arah Politik Hukum Pertanahan Dan PerlindunganKepemilikan


Tanah Masyarakat, vol.1 No.1.

Rusmadi Murad, Menyingkap Tabir Masalah Pertanian, (Bandung: CV.MandarMaju, 2017),


Cet.Kesatu, hlm. 1

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok PokokAgraria.

Urip Santoso, 2005, Hukum Agraria Dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta,hal.73.

Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, (Jakarta: PT.FajarInterpratama Mandiri,


2017), cet. Keenam, hal. 1 dan 2

Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah,(Jakarta : KENCANAPRENADA


MEDIA GROUP, 2011),Cet. Kedua, hlm. 1

Anda mungkin juga menyukai