Anda di halaman 1dari 13

HUKUM TANAH ADAT

( Pengertian hak ulayat dan tanah ulayat, kedudukan hak ulayat dalam
UUPA, hak persekutuan atas tanah dan pengaruhnya)

M
A
K
A
L
A
H

Dosen Pembimbing : Rabiah Z. Harahap, S.H., M.H


Mata Kuliah : Hukum Adat

Disusun oleh :
Rizqin Nisa Ulchair 1806200209
Zahra Maysca Khairinnisa 1806200189
Salma Rahmadani 1806200176

Kelas : IV/D-1 Pagi


Program Studi : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

T.A. 2019-202
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “Hukum Adat” ini
dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan didalamnya.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan
manfaat dan edukasi mengenai hukum internasional tersebut. Selain itu makalah
ini juga nantinya diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai hokum adat.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami
perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah
ini lebih baik ke depannya.

Medan, 07 April 2020


 

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1


A. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

A. Pengertian Hak Ulayat dan Tanah Ulayat ........................................ 2


A. Kedudukan Hak Ulayat dalam UUPA ............................................... 3
B. Hak Persekutuan Atas Tanah dan Pengaruhnya ............................. 5

BAB III PENUTUTP ......................................................................................... 7

A. KESIMPULAN .................................................................................. 7
A. SARAN ............................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah Adat kepunyaan masyarakat Adat diatur dalam hukum Adat
mereka masing-masing. Tanah dipandang sebagai sesuatu yang sangat
berharga dan harus dipertahankan oleh masyarakat Adatnya. Tanah Adat
merupakan tanah milik dari kesatuan masyarakat hukum Adat. Sistem
kepemilikan tanah menurut hukum Adat yang dapat dimiliki oleh warga
pribumi dapat terjadi dengan cara membuka hutan, mewaris tanah,
menerima tanah karena pemberian, penukaran atau hibah,
daluwarsa/verjaring.1
Sebagai salah satu unsur esensial penbentuk negara, tanah memegang
peran penting dalam kehidupan dan penghidupan bangsa pendukung
negara yang bersangkutan., lebih-lebih yang corak agrarisnya berdominasi.
Di Negara yang rakyatnya berhasrat melaksanakan demokrasi yang
berkeadilan sosial, pemanfaatan tanah untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat merupakan suatu condition sine qua non.
Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan campur tangan Penguasa, yang
competent dalam urusan tanah ini, khususnya mengenai lahirnya,
berpindahnya dan berakhirnya hak milik atas tanah. Di lingkungan hukum
adat, campur tangan itu dilakukan oleh Kepala berbagai persekutuan
hukum, seperti Kepala atau Pengurus Desa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hak ulayat dan tanah ulayat atau tanah adat ?
2. Bagaimana kedudukan hak ulayat dalam UUPA ( UU No. 5 Tahun
1960 ) ?
3. Bagaimana hak persekutuan atas tanah dan bagaimana pengaruhnya
terhadap hukum tanah adat ?

BAB II
1 Imam Sudiyat, Hukum Adat, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010), h. 1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Ulayat/ Hak Purba


Hak ulayat/hak purba adalah hak yang dipunyai oleh suatu suku (clan/
gens/ stam), sebuah serikat desa-desa (dorpenbond) atau biasanya oleh
sebuah desa saja untuk menguasai seluruh tanah dan seisinya dalam
lingkungan wilayahnya.
Dalam redaksi lain disebutkan bahwa hak persekutuan atas tanah
adalah hak persekutuan (hak masyarakat hukum) dalam hukum adat
terhadap tanah tersebut. Hak Ulayat adalah pengakuan bersama oleh
seluruh anggota masyarakat dan didalamnya juga terkandung hak
kepunyaan perorangan yang berarti orang perorangan boleh mempunyai
tanah di lingkungan hak ulayat tersebut.
Van Vollenhoven menyebutkan lima ciri hak ulayat adalah sebagai
berikut:
1. Hak individual diliputi juga oleh hak persekutuan.
2. Pimpinan persekutuan dapat menentukan untuk menyatakan dan
menggunakan bidang-bidang tanah tertentu ditetapkan untuk
kepentingan umum dan terhadap tanah ini tidak diperkenankan
diletakkan hak perseorangan.
3. Orang asing yang mau menarik hasil tanah-tanah ulayat ini haruslah
terlebih dulu meminta izin dari kepada persekutuan dan harus
membayar uang pengakuan, setelah panen harus membaar uang
sewa.
4. Persekutuan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di
atas lingkungan ulayat.
5. Larangan mengasingkan tanah yang termasuk tanah ulayat.
I. Tanah Ulayat
Tanah ulayat merupakan tanah kepunyaan bersama yang diyakini
sebagai karunia suatu kekuatan ghaib atau peninggalan nenek moyang
kepada kelompok yang merupakan masyarakat hukum adat sebagai unsur
pendukung utama bagi kebidupan dan penghidupan kelompok tersebut
sepanjang masa.2
Apabila dipandang dari sudut bentuk masyarakat hukum adat, maka
lingkungan tanah mungkin dikuasai oleh suatu masyarakat hukum adat
2 http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/hukum-tanah-adat.html
atau beberapa masyarakat. Oleh karena itu biasanyanya lingkungan tanah
adat dibedakan antara :
1. Lingkungan tanah sendiri.
2. Lingkungan tanah bersama.
II. Hubungan Hak Ulayat Dengan Hak Perorangan
Menurut Ter Haar hubungan antara kepentingan perseorangan dan
kepentingan persekutuan adalah timbal balik dan memiliki kekuatan yang
sama. Selanjutnya hak ulayat juga juga berlaku terhadap orang-orang luar.
Apabila orang-orang di luar hendak memasuki persekutuan mereka harus
terlebih dahulu mendapatkan izin dari kepala persekutuan dan sebelum
permohonan mereka dikabulkan terlebih dahulu harus memberi sesuatu
kepada persekutuan.

B. Kedudukan Hak Ulayat Dalam UUPA (UU No. 5 Tahun 1960)


Dalam Undang-undang Pokok Agraria pasal 5 UU No.5 1960
menyebutkan bahwa: “Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan
ruang angkasa adalah hukum adat sepanjang tidak bertentangan dengan
kepentingan Nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan
bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan
yang tercantum dalam UU ini dan dengan peraturan perundangan lainnya,
segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada
hukum agama.”
Unsur-unsur yang penting dalam UUPA yang perlu kita perhatikan
dan mempunyai kaitan dengan uraian ini lebih lanjut adalah:
1. Bahwa tidak ada perbedaan tiap-tiap WNI baik laki-laki maupun
wanita dalam memperoleh kesempatan untuk mendapatkan
sesuatu hak dan manfaat atas tanah. [pasal 9: (2)]
2. Bahwa UUPA No.5 1960 mengharuskan adanya pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam rangka
memberikan jaminan kepastian hukum atas tanah (pasal 19)
3. Bahwa UUPA No.5 1960 membenarkan adanya sistem
pemilikan bersama (pasal 17)
4. Perintah penegasan hak-hak atas tanah adat yang telah ada
sebelum UUPA No.5 1960 diundangkan (pasal-pasal ketentuan
Konversi).
Untuk menerangkan bagaimana hubungan antara hak ulayat
dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)/ UU No. 5 Tahun 1960
kita dapat melihat pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut: “Dengan
mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak
ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum
adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang
berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.”
Berdasarkan pasal 3 di atas, hak ulayat atau hak tanah adat diakui
keberadaannya, akan tetapi pengakuan itu diikuti syarat-syarat yang harus
dipenuhi diantaranya:
1. Eksistensinya masih ada
2. Tidak bertentangan dengan kepentingan nasional
3. Tidak bertentangan dengan aturan-aturan dalam undang-undang.

Ketentuan ini berpangkal pada pengakuan adanya hak ulayat itu


dalam hukum agraria yang baru (UUPA). Sebagaimana diketahui biarpun
menurut kenyataannya hak ulayat itu ada dan berlaku serta diperhatikan
pula di dalam keputusan-keputusan hakim, belum pernah hak tersebut
diakui secara resmi di dalam undang-undang, dengan akibat bahwa di
dalam melaksanakan peraturan-peraturan agraria hak ulayat itu pada
zaman penjajahan dulu seringkali diabaikan.
Berhubung dengan disebutnya hak ulayat di dalam Undang-
Undang Pokok Agraria, yang pada hakikatnya berarti pula pengakuan hak
itu, maka pada dasarnya hak ulayat akan diperhatikan, sepanjang hak
tersebut menurut kenyataannya memang masih ada pada masyarakat
hukum yang bersangkutan. Misalnya di dalam pemberian hak atas tanah
(umpamanya hak guna usaha) masyarakat hukum yang bersangkutan
sebelumnya akan didengar pendapatnya dan akan diberi “recognitie”, yang
memang ia berhak menerimanya selaku pemegang hak ulayat itu.
Tetapi sebaliknya tidaklah dapat dibenarkan, jika berdasarkan hak
ulayat itu masyarakat hukum tersebut menghalang-halangi pemberian hak
guna usaha itu, sedangkan pemberian hak tersebut di daerah itu sungguh
perlu untuk kepentingan yang lebih luas. Demikian pula tidaklah dapat
dibenarkan jika sesuatu masyarakat hukum berdasarkan hak ulayatnya,
misalnya menolak begitu saja dibukanya hutan secara besar-besaran dan
teratur untuk melaksanakan proyek-proyek yang besar dalam rangka
pelaksanaan rencana menambah hasil bahan makanan dan pemindahan
penduduk. Pengalaman menunjukkan pula, bahwa pembangunan daerah-
daerah itu sendiri sering kali terhambat karena mendapat kesukaran
mengenai hak ulayat, inilah yang merupakan pangkal pikiran kedua pada
ketentuan pasal 3 tersebut di atas. Kepentingan suatu masyarakat hukum
harus tunduk pada kepentingan nasional dan Negara yang lebih luas dan
hak ulayatnya pun pelaksanaannya harus sesuai dengan kepentingan yang
lebih luas itu.
Dalam UUPA dan hukum tanah nasional, bahwasanya hak ulayat
tidak dihapus, tetapi juga tidak akan mengaturnya, dalam artian adalah
mengatur hak ulayat dapat berakibat melanggengkan atau melestarikan
eksistensinya. Karena pada dasarnya hak ulayat hapus dengan sendirinya
melalui proses alamiah, yaitu dengan menjadi kuatnya hak-hak perorangan
dalam masyarakat hukum adat yang bersangkutan (uraian 85 dan 106 E).3

I. Kedudukan Tanah dalam Hukum Adat


Ada 2 hal yang menyebabkan tanah itu memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam hukum adat, yaitu :
1. Karena sifatnya
2. Karena fakta

C. Hak Persekutuan Atas Tanah


Mengingat akan fakta dimaksud diatas, maka antara persekutuan
dengan tanah yang didudukinya itu terdapat hubungan yang erat sekali
hubungan yang mempunyai sumber serta yang bersifat religio-magis.
Hak persekutuan atas tanah ini disebut hak pertuanan atau hak ulayat.
Hak ini oleh Van Vollenhoven disebut “beschikkingsrecht”. Istilah lain
dalam bahasa Indonesia merupakan suatu pengertian yang baru, satu dan
lain.
Istilah-istilah daerah yang berarti lingkungan kekuasaan, wilayah
kekuasaan ataupun tanah yang merupakan wilayah yang dikuasai
persekutuan adalah antara lain

3 http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/01/mengenal-hukum-tanah-dalam-adat.html
“Patuanan”(Ambon),“Panyampeto”(Kalimantan),“Wewengkon”(Jawa),“Pr
abumian”(Bali), “Pawatasan” (Kalimantan), “Totabuan” (Balaang
Mangondow), “Limpo” (Sulawesi Selatan), “Nuru” (Buru), “Ulayat”
(Minangkabau).
Beschikkingsrecht ataupun hak ulayat ini berlaku keluar dan kedalam.
Hak persekutuan ini pada hakikatnya membatasi kebebasan usaha atau
kebebasan gerak para warga persekutuan sebagai perseorangan.
Pembatasan ini dilakukan demi kepentingan persekutuan. Antara hak
persekutuan ini (hak ulayat) dan hak para warganya masing-masing ada
hubungan timbal-balik yang saling mengisi.

Objek hak ulayat ini adalah :


a. Tanah (daratan).
b. Air (perairan seperti misalnya : kali, danau, pantai beserta
perairannya).
c. Tumbuh-tumbuhan yang hidup secara liar (pohon buah-buahan,
pohon-pohon untuk kayu pertukangan atau kayu bakar dan lain
sebagainya).
d. Binatang yang hidup liar.

Cara memelihara serta mempertahankan hak ulayat yaitu:


1. Pertama-tama persekutuan berusaha meletakkan batas-batas di
sekeliling wilayah kekuasaannya itu.
2. Usaha kedua adalah menunjuk pejabat-pejabat tertentu yang khusus
bertugas mengawasi wilayah  kekuasaan persekutuan yang
bersangkutan.

Disamping petugas-petugas yang khusus ini, biasanya diadakan pula


patrol-patroli perbatasan disebut sebagai salah satu cara penegasan wilayah
kekuasaan surat-surat pikukuh ataupun Piagam yang dikeluarkan oleh
raja-raja dahulu. Hak ulayat  ini dalam bentuk dasarnya adalah suatu hak
daripada persekutuan atas tanah yang didiami.4
I. Pengaruh Terhadap Hukum Tanah Adat
Faktor-faktor extern yang mempengaruhi hukum tanah adat datangnya dari :
a) Raja-raja
 Yang merusak

4 Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: PT. Gunung


Agung, 1983), h. 197.
 Yang memperkuat
b) Pemerintah kolonial, Gubernemen
Pada umumnya hak ulayat pada khususnya ternyata dari tindakannya
dalam politik agrarianya yang terpenting diantaranya adalah :
 Pajak Bumi (landrent) dari Raffles
 Cultuurstelsel dari Gubernur-Jenderal Van den Bosch
 Agrarische Wet, Agrarisch Besluit, Domeinverklaring
 Verveemdingsverbod (S. 1875-179).5

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

5 Iman Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, op.cit., h. 17.


1) Hak ulayat/hak purba adalah hak yang dipunyai oleh suatu suku
(clan/ gens/ stam), sebuah serikat desa-desa (dorpenbond) atau
biasanya oleh sebuah desa saja untuk menguasai seluruh tanah dan
seisinya dalam lingkungan wilayahnya.
Tanah ulayat merupakan tanah kepunyaan bersama yang diyakini
sebagai karunia suatu kekuatan ghaib atau peninggalan nenek moyang
kepada kelompok yang merupakan masyarakat hukum adat sebagai
unsur pendukung utama bagi kebidupan dan penghidupan kelompok
tersebut sepanjang masa.
2) Untuk menerangkan bagaimana hubungan antara hak ulayat
dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)/ UU No. 5 Tahun
1960 kita dapat melihat pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut:
“Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2
pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-
masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada,
harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional
dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain
yang lebih tinggi.”

3) Hak persekutuan atas tanah ini disebut hak pertuanan atau hak ulayat.


Hak ini oleh Van Vollenhoven disebut “beschikkingsrecht”. Istilah
lain dalam bahasa Indonesia merupakan suatu pengertian yang baru,
satu dan lain. Hak persekutuan ini pada hakikatnya membatasi
kebebasan usaha atau kebebasan gerak para warga persekutuan
sebagai perseorangan. Pembatasan ini dilakukan demi kepentingan
persekutuan. Antara hak persekutuan ini (hak ulayat) dan hak para
warganya masing-masing ada hubungan timbal-balik yang saling
mengisi.
Pengaruh Terhadap Hukum Tanah Adat
Faktor-faktor extern yang mempengaruhi hukum tanah adat datangnya
dari :
a) Raja-raja
 Yang merusak
 Yang memperkuat
b) Pemerintah kolonial, Gubernemen
Pada umumnya hak ulayat pada khususnya ternyata dari tindakannya
dalam politik agrarianya yang terpenting diantaranya adalah :
 Pajak Bumi (landrent) dari Raffles.
 Cultuurstelsel dari Gubernur-Jenderal Van den Bosch.
 Agrarische Wet, Agrarisch Besluit, Domeinverklaring.
 Verveemdingsverbod (S. 1875-179).
B. Saran
1) Menurut pemakalah diadakannya peraaturan tenteng hak ulayat
ini membuat hak tanah diindonesia diatur atas tempatnya.selain
itu tentang hak ulayat ini dapat memberikan kekuatan ekonomi
pd masyarakat yang kurang mampu,namun hak ulayat ini lebih
ditegaskan lagi tentang peraturannya sehinnga tidak terjadi main
caplok tanah sendiri.
2) Ketentuan hak ulayat dalam UUPA no. 5 tersebut telah baik
menurut pemakalah,namun akan lebih baik jka penerapannya
sejalan dengan aturannya
3) Untuk pemakalah harus ada alasan yang logis tentang pematasan
persekutuan tanah ini,karrena adanya pembatasan ini membuat
ruang gerak untuk mengembangkan SDA di masyaraka yang
perekonomiannya kurang mampu terhambat.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Imam Sudiyat, Hukum Adat, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010.
Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Jakarta: PT.
Gunung Agung, 1983.
Internet :
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/01/mengenal-hukum-tanah-dalam
adat.html
http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/hukum-tanah-adat.html

Anda mungkin juga menyukai