Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“AKHLAK KEPADA KELUARGA DAN MASYARAKAT”

DOSEN
Drs. Zulkarnain Lubis, M.A.

DISUSUN OLEH
NURUL SETYA AYUNI 1806200215
RISDATUL ISLAMI 1806200192
SITI JUBAIDAH TARIGAN 1806200217

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
2018/2019
BAB I
Pendahuluan

1.1 latar belakang


Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tau bahwa ahlak terhadap orang tua
merupakan sesuatu hal yang sangat penting . karena, orang tua adalah orang yang
mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa. Dan setiap orang tua pun pasti
mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses, berbakti
kepada kedua orang tua serta menjadi lebih baik dan sholeh. Maka dari itu jika kita
mamang seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu berbakti kepada kedua orang
tua kita. Melakukan apa yang telah di perintahkan oleh orang tua dan pantang untuk
membangkang kepada orang tua.
Kepada umat manusia , khususnya yang beriman kepada Allah SWT diminta agar akhlak
dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW. Di jadikan sebagai contoh dalam kehidupan
di berbagai bidang. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu di
saat bangsa Indonesia di hadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius ,
yang kalau di biarkan akan menghancurkan masa depan bangsa Indonesia sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


A. Apa yang dimaksud dengan Akhlak?
B. Apa Aspek-Aspek dari Akhlak?
C. Bagaimana Akhlak Muslim Kepada Masyarakat?
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-khulq, Al-khuluq yang mempunyai arti
watak, tabiat. Secara Istilah Akhlak menurut Ibnu MaskawiAkhlak adalah sesuatu
keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu
tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.
Sedangkan yang dimaksud kedua orang tua adalah Bapak Ibu baik itu dari keturunan
(Nasab) atau susuan, baik keduanya orang muslim ataupun kafir, termasuk juga kedua
orang tua adalah nenek dan kakek dari kedua belah pihak.
Jadi akhlak kepada Orang Tua adalah Menghormati dan menyayangi mereka berdua
dengan sopan santun dan berbakti kepada keduanya dalam keadaan hidup dan dalam
keadaan sudah meninggal dunia.
Akhlak merupakan pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang
mulia (akhlakul karimah). Proses tersebut tidak lepas dari pembinaan kehidupan
beragama seorang anak secara total, akhlak mulia adalah suatu hal yang wajib dimiliki
oleh setiap muslim, agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia maka harus
diajarkan. Orang tua berperan penting dalam pembentukan akhlak karena orang tua
mempunyai kewajiban untuk menanaamkan akhlak karimah terhadap anak-anaknya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akhlak baik tidak dapat terbentuk kecuali
dengan membiasakan seseorang berbuat suatu pekerjaan yang sesuai dengan sifat akhlak
itu.
Kepribadian atau akhlak seseorang tidak terbentuk secara tiba – tiba. Terdapat suatu
hukum yang universal dalam pembentukan akhlak, mulai dari perilaku sampai terbentuk
sebuah akhlak. setiap muslim diuntut untuk mengenali akhlaknya dengan baik, agar dapat
mengidentifikasi akhlak negative mereka, sehingga mereka dapat merubah akhlak
negative tesebut sesuai dengan akhlak seorang muslim sejati. Untuk dapat mengenali dan
merubah akhlak, kita harus mampu mengetahui bagaimana proses terbentuknya akhlak,
hal - hal apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya akhlak.
Akhlak juga yang mengendalikan diri anak untuk melakukan perbuatan baik termasuk
taat kepada Allah SWT, berbakti kepaada orang tua, hormt terhadap yang lebihtua, dan
sayang antara sesama muslim. Ahlak yerhadap orang tua sangatlah penting karena
semuanya sudah di nash kan oleh Allah SWT, didalam Al-Quran serta hadits-hadits nabi
juga memerintahkan untuk berbakti terhadap orang tua.
Berbakti kepada orang tua merupakan faktor utama diterimanya do’a seseorang, juga
merupakan amal shaleh paling utama yang dilakukan oleh seorang muslim. Banyak sekali
ayat Al-Qur’an ataupun Hadits yang menjelaskan keutamaan berbuat baik kepada kedua
orang tua. Oleh karena itu, perbuatan terpuji ini seiring dengan nilai-nilai kebaikan untuk
selamanya dan dicintai oleh setiap orang sepanjang masa.
Salah satu keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua, disamping melaksanakan
ketaatan atas perintah Allah SWT adalah menghapus dosa-dosa besar.

B. Aspek-Aspek Akhlak
Sikap keteraturan yang ditampakkan oleh Allah SWT dalam mengelola alam
semesta serta keteraturan yang harus dimunculkan ketika beribadah harus
terimplementasi dalam kehidupan berkeluarga. Seorang kepala keluarga berkewajiban
mengatur dan mengelola sistem yang akan diberlakukan di dalam keluarganya tersebut.
Sistem yang dibangun tersebut seyogyanya mengakomodasi kepentingan-kepentingan
anggota keluarganya secara keseluruhan, dan sebagai konsekwensinya seluruh anggota
harus mempunyai komitmen untuk tidak keluar dari peraturan yang disepakati, sehingga
dengan demikian diharapkan terjadi keharmonisan di antara anggota keluarga tersebut.
Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga tersebut
diantaranya:
1. Tanggung jawab
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa keluarga – sebagaimana halnya
bangsa – tidak dapat hidup tenang dan bahagia tanpa suatu peraturan, kendali dan disiplin
yang tinggi. Kepincangan dalam menerapkan peraturan mengakibatkan kepincangan
kehidupan. Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga
memimpin bangsa. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan
setiap kamu akan dituntut pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di berbagai bidang
termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan), dan disadari ataupun tidak, sikap
bertanggung jawab ini akan menjadi contoh atau tauladan bagi anggota keluarga yang
lain, karena sikap bertanggung jawab ini tidak hanya dibutuhkan oleh sang pemimpin tapi
juga harus menjadi karakter setiap anggota keluarga, bahkan seluruh anggota masyarakat
dan bangsa.
2. Kerjasama
Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak
mungkin mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan
kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan berjalan
mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah keluarga, dan
dalam lingkup yang lebih sederhana, kepemimpinan keluarga pun tentu tidak akan
berdaya jika tidak ditunjang kerjasama dari seluruh anggota keluarga itu sendiri, dengan
demikian keharmonisan serta keteraturan dalam sebuah keluarga akan sukses jika
didukung oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Dari keterkaitan-keterkaitan tersebut, terlihat jelas bahwa keteraturan yang di bangun
dalam keluarga yang bersifat mikro sangat berpengaruh terhadap keteraturan keluarga
dalam kontek makro, yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara, dan jelaslah pula bahwa
keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa.

3. Perhitungan dan Keseimbangan


Kepemimpinan, betapapun kecil dan sederhananya, membutuhkan perhitungan
yang tepat. Jangankan mengelola sebuah keluarga, mengurus satu penjamuan kecil pun
mengharuskan adanya perhitungan, keseimbangan dan keserasian antara jumlah
undangan, kapasitas ruangan, serta konsumsi dan waktu penyelenggaraan. Sangat tidak
baik jika kemampuan material seseorang atau kapasitas ruangan yang tersedia hanya
cukup untuk sepuluh orang misalnya sementara yang diundang seratus orang, tindakan
tersebut tentu mengabaikan keseimbangan . Pengaturan dan keseimbangan dalam
kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran Islam.
Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap generasi
selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah hati yang menyejukkan”, serta
“Hiasan kehidupan dunia”. Bagaimana mungkin mereka menjadi “buah hati” dan “hiasan
hidup” jika beban yang dipikul orang tuanya melebihi kemampuannya? Bukankah kita
dianjurkan untuk berdoa: “Ya Tuhan kami, janganlah bebani kami apa yang tak sanggup
kami pikul.

4. Disiplin
Keteraturan-keteraturan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada aspek
ibadah, ternyata berkorelasi dengan sikap kedisiplinan. Keteraturan waktu shalat
misalnya, membutuhkan sikap kedisiplinan bagi yang menjalankannya, tanpa
kedisiplinan, kebermaknaan shalat menjadi berkurang, bahkan bisa jadi hilang. Begitupun
ibadah-ibadah yang lain.
Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk mendapatkan
kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin dalam mengatur
waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang anak, untuk menggapai
cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya untuk belajar, bermain,
ibadah dan istirahat. Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai.

5. Kasih sayang
Di antara perasaan-perasaan mulia yang ditanamkan Allah di dalam keluarga
adalah perasaan kasih sayang. Seorang ayah rela bekerja keras mencari nafkah tentu
karena kasih sayang terhadap anak dan istrinya, seorang ibu tanpa mengeluh dan tak
kenal lelah mengandung anaknya selama sembilan bulan, inipun dilandasi cinta dan kasih
sayang kepada sang jabang bayi, bahkan setelah sang anak lahir, dia pun rela
mengorbankan diri dan waktunya untuk membesarkan anaknya tersebut, serta masih
banyak lagi contoh keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan
anugrah dari Allah SWT.
Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan berkeluarga,
karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah. Dan sebaliknya, jika
seseorang hatinya kosong dari cinta atau maka orang tersebut akan cenderung bersifat
keras dan kasar, dan pada akhirnya bisa berakibat tidak baik bagi kelangsungan hidup
berkeluarga, seperti timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda:“Tidaklah termasuk golongan kami, orang-orang yang tidak
mengasihi anak kecil di antara kami dan tidak mengetahui hak orang besar di antara
kami.”
Walaupun cinta dan kasih sayang ini adalah sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap
insan, tapi ternyata tidak semua orang mudah mendapatkannya, karena untuk
mendapatkannya diperlukan sebuah perjuangan. Rasulullah SAW bersabda:
“Allah menjadikan kasih sayang di dalam hati orang-orang yang dikehendaki-Nya dari
para hamba-Nya. Dan sesungguhnya Allah hanya mengasihi hamba-hamba –Nya yang
suka mengasihi.”
Dengan demikian, perjuangan untuk mendapatkan kasih sayang-Nya adalah dengan
berusaha sekuat tenaga dan terus menerus memancarkan kasih sayang kepada-Nya dan
kepada sesama, karena semakin ia menyayangi atau mengasihi-Nya maka kasih sayang-
Nya akan semakin ia dapatkan.
C. Akhlak Seorang Muslim Terhadap Masyarakat
Terciptanya masyarakat yang damai merupakan keinginan setiap warga
negara,Islam pun menghendaki kedamaian,dengan saling toleransi, agar komunikasi
terhadap sesame manusia lebih menonjol,karena tidak hanya Habluminallah sajah yang
wajib kita perhatikan juga ada habluminannas yang merupakan aspek penting menjalani
kehidupan ini dan habluminal’alam yang menuntut manusia untuk merawat serta
menjaganya dengan penuh mengharap ridho-Nya.
Untuk itu Al-quran menekannkan hubungan manusia dengan memuat lebih banyak ayat-
ayat yang berbicara tentang ibadah sosial (ghairu mahdoh)daripada ibadah ritual
(mahdoh).
Kualitas ibadah seseorang dalam islam bisa dilihat dari cerminan tingkah laku
atau etika dalam bergaul,berinteraksi serta karakter yang menonjol. Manusi harus mampu
menegakkan keadilah apalagi melihat realitanya sekarang keadilan sangat di butuhkan
dari mulai masyarakat kecil sampai para penjabat pun menuntut keadilan,seharusnya
seorang manusia yang bertawadlo mampu mendorong serta berkeyakinan bahwa diri
sendirinya adalah makhluk Allah yang wajib berbuat keadilan dimana-mana,maka
dengan prinsip demikian tidak akan adalah para tikus Negara yang tak pernah berhenti
menggerogoti karung sembako bangsa,tidak ada lagi perbedaan antara simiskin dan
sikaya,karena semuanya akan sama dihadapan allah.

Islam menggariskan bahwa akhlak muslim terhadap masyarakat adalah sebagi


berikut :
Senantiasa menegakkan keadilan di muka bumi.Syari’at islam telah memberikan
Motivasi yang kuat kepada manusia untuk senantiasa
1. Menegakkan keadilan ditengah masyarakat yang direalisasikan dalam suatu
timbangan manusiawi yang mampu menempakan sesuatu seuai tempatnya
(‘Adil).Ia harus tegak berdiri menegakkan keadilan dan menyuakan kebenarannya
dimanapun ia berada dengan berpijak kepada keadaan,kebiasaan (‘adah) yanga
ada disekelilingnya.
Adil tidak berarti berdiri di tempat yang netral,melainkan memihak kepada
kebenaran,dengan berpedoman kepada standar yang tetap,yakni nilai-nilai
Ilahiyah.Menegakkan keadilan mengharuskan manusia untuk senantiasa berada di
tengah perjuangan yang bukan hanya menghadapi orang lain berarti,menentukan
sikap melalui argumentasi yang kuat,sedangkan menghadapi dirinya sendiri
adalah menghilangkan subyektivitas yang selalu menyertai pikiran dan
tindakannya. Rasulallah pernah bersabda ‫“ مر كان ولو لحق قل‬katakanlah walaupun
itu pahit.
Penjelasan di atas terlihat secara segnifikan bahwa kejujuran dan keadilan adalah
dua karakteristik sifat yang wajib kita pakai ketika hidup dimasyarakat.karena
dengan kejujuran maka keadilan pun akan muncul mengirinya.

2. Seorang muslim harus menjadikan masyarakat sebagai lapangan dakwah dan


aktualitas nilai-nilai keislaman.Dengan ini maka setiap muslim harus menyadari
sepenuhnya bahwa dakwah merupakan kewajiban yang harus ditunaikan karena
‫ اية ولو ني بلغ‬Sampaikanlah walaupun satu ayat.
Maka didalam sebuah pergaulan masyarakat, seorang muslim senantiasa
mengemban misi dan itu harus dipertahankan .Hal ini di dukung dengan al-qur’an
Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?"(Q.S. Al-fushshilat :33).
Dakwah yang diterapkan Rasulallah adalah dengan cara yang seadil-adilnya
tanpa menimbulkan permusuhan kepada para mustami’,Karena tidak ada paksaan
pada diri rasulallah,dikategorikan dakwah yang baik menurut beliau,karena jika
berdakwah tanpa terpaksa maka implementasinya pun tidak akan pernah ada
paksaan,trik yang dilakukan rasulallha dalam berdakwah adalah sebagai berikut
Artinya : Abu sa’id Alkhudry r.a. berkata:Saya telah Rasulallah SAW
bersabda:Barang siapa yang antara kalian melihat kemungkaran,hendaklah dia
merubahnya dengan tangannya dan bila tidak dapat maka dengan mulutnya
(lisannya) , apabila tidak dapat maka dengan hatinya,dan itu selemah-lemahnya
iman.(HR.Muslim).

3. Seorang muslim harus senantiasa melakukan amar ma’ruf nahy


munkar.Artinya,seorang muslim tidak bisa menjadi seorang yang permisif,acuh
tak acuh,cuek terhadap lingkungannya,Tetapi seorang muslim ketika berada di
mana saja harus senantiasa mengajak terhadap kebaikan juga mencegah terhadap
kemunkaran,yaitu suatu penyimpangan dari aturan yang telah digarisi oleh Allah
dan rasul-Nya.Hal ini dilakukan sebagaimana kemampuan mulim tersebut,di
dukung oleh Allah yaitu khairul ummah bahwa sebaik-baiknya manusia adalah
yang masih mampu mengajak kepada Amar ma’ruf nahy munkar.Hal ini pun
dikategorikan sebagai dakwah.

Dikisahkan dari sejarah salah satu madzhab yang diikuti ajarannya oleh umat islam yaitu
Imam Asy-Syafi’I,Beliau adalah seorang yang berakhlak baik lagi Tawadhu’.Orang-
orang datang kepada beliau guna belajar adab dari beliau sebelum belajar ilmu,itu karena
adab lah yang lebih penting dalam kehidupan.
Suatu hari,al-Buwaithi menulis surat kepada ar-Rabi’ bin Sulaiman,yang isinya
menceritakan sebagian akhlak Asy-Syafi’i.Ia berkata : “Sabarkan dirimu terhadap orang-
orang asing dan baguskanlah dirimu terhadap orang-orang yang hadir dalam
majelismu.Aku selalu mendengar Asy-syafi’I melantunkan syair
Kuhinakan diriku kepada mereka
Agar mereka merhormatinya
Tidak ada menjadi mulia jiwamu yang tidak kau hinakan
Dari kisah tadi dijelaskan bahwa seorang Imam mengajak jamahnya menghormati ajakan
baik maka berendah dirilah dihadapan jama’ah aitu,jangan sekali-kali menunjukan
kesombongan dan mesra menggurui terhadap para mustami’.Bertawadho’ lah seperti apa
yang Allah perintahkan :

3. Seorang Muslim senantiasa mempunyai peran dan nilai positif (bermanfaat) bagi
masyarakatnya.Demikianlah bagaimana menjadi seorang yang dibutuhkan
sesamanya,merasa lebih bermakna apabila hidup ini dipergunakan demi kemakmuran
bersama,membawakan kebaikan disetiap sudut kehidupan,maka berbahagailah orang
yang mengamalkan hadits nabi berikut :

“sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikat manfaat terhadapnya (manusia).

Sebagai makhluk sosial adalah kodrat manusia maka itu adalah tuntutan untuk tahu
bagaimana keadaan kanan kiri kita,depan belakang kita serta perwujudan yang tercermin
dari sosok seorang manusia yang tak ada arti apa-apa dihadapan Allah jika dibandingkan
dengan betapa besar keangunganya,maka tidak lah patut seorang muslim menyimpan
kesombongan dalam hatinya,semuanya sama dihadapan-Nya.Sesungguhnya dikatakan
bahwa orang mukmin yang paling sepurrna adalah mereka yang baik akhlaknya,
Kebiasaan atau adat yang dilakukan di suatu populasi masyarakat baik itu yang bersifat
rohaniyah maupun jasmaniyah maka menjadi nilai positif apabila diniatkan semata
mengharap ridho Allah.Rahmatnya Allah tidak akan berhenti mengalir bagi mereka yang
mau menjalankan perintahnya dengan penuh kesabaran dan ikhlas,Allah pula ah yang
menghendaki kita untuk senantiasa melangkah dan merasakan kehidupan disetiap
hembusan nafas,yang maha lembut,maha pemberi manfaat dalam seluruh peristiwa
dimuka bumi.
Jika seorang muslim telah merasakan kehadiran Allah di seluruh jiwanya maka perbuatan
terpujilah yang senantiasa dilakukan tanpa lirikan manusia hanya lirikan allah yang
dirindukan,dari situ pula nilai manfaat akan muncul nilai saling toleransi serta saring
kasih mengasihi,merasa dirinya dibutuhkan oleh orang lain,maka perbuatan baik (amal
sholeh) pula yang akan membawa kita terhadap jawaban amalan diakhirat nanti.
Seorang muslim selayaknya menjadikan tentang ketiadaannya benar-benar
dirasakan orang lain sebagai sesuatu yang berharga bagi mereka.Dengan prinsif semacan
itu maka diharapkan akan tercipta tata masyarakat yang dikehendaki oleh islam,yaitu
masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tauhidullah (Maha Esakan Allah)
b. Ukhuwwah (Persaudaraan)
c. Bersatu dalam satu tali Allah
d. Masawah (Persamaan)
e. Ta’awun (Tolong menolong)
f. ‘Adalah (Keadilan)
g. Musyawarah
a. Ummatan Wasathan (Umat yang penengah /harmonis)
b. Takaful al-Ijtima’ (tanggung jawab sosial)
c. Fastabiq al-Khairat (Berlomba dalam kebaikan)
d. Tasamus (Toleransi)
e. Huriyyah (Kebesan)
f. Istiqamah (Teguh pendirian)
g. Jihad (Membela yang benar)
h. Ijtihad (Pengembangan pikiran)
Akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut:
(a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah,
orang lain (tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun
dari perbuatan fisik.
(b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat.
(c) Memberi salam jika berjumpa.
(d) Menghadiri undangannya.
(e) Menjenguk tetanggga yang sakit.
(f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
(g) berempati kepada tetangga

Adapun didalam alqur''an ayat yang mneyoroti akhlak kepada tetangga, dan masyarakat
adalah surat annisaa ayat 36 , Allah Berfirman :

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, ibnu
sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri,
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Akhlak merupakan perbuatan terpuji dimana hal tersebut harus ditanamkan pada
diri peserta didik. Orang tua berperan penting dalam pembentukan akhlak karena orang
tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlak karimah terhadap anak-anaknya.
Kita sebagai Muslim yang baik tentunya memiliki kewajiban untuk berbakti
kepada orang tua kita, baik ibu maupun ayah.Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan
kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu-bapak. Taat dan berbakti kepada
kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji, ada banyak cara untuk berbakti
dan bersikap sopan santun kepada orang tua.
Medurhakai orang tua akan mendapatkan ganjaran yang amat pedih sebaliknya
berbakti kepada orang tua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal baik didunia
maupun di akhirat karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bukhori. Umar. hadits tarbawi dalam perspektif hadits. Jakarta: Amzah. 2014.
2. Deden, Makbuloh. Pendidikan Agama Islam: Arah Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
3. https://sanrawijaya.wordpress.com/2013/06/13/akhlak-dalam-masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai