Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM AGRARIA

HAK MENGUASAI NEGARA

Dosen Pengampu: Dr. Rofi Wahanisa, S.H., M.H.

Disusun Oleh :

Ahmad Rifki Hanafi (8111422651)


Dea Risti Aulia (8111422653)
Ferina Dian Rizky Putri N. (8111422674)
Belinda Ayu Sabina Putri (8111422676)
Ibrahim Asyam Qurrataa’yun (8111422686)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023

1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T. dengan izinNya kami dapat
menyelesaikan makalah Hukum Agraria tentang Hak Menguasai Negara Atas Tanah. Sesuai
tugas yang diberikan kepada kami seluruh anggota tim telah melakukan tugasnya dengan
baik. Dalam makalah ini lebih lanjut akan diuraikan tentang Hak Menguasai Negara Atas
Tanah. Pembaca juga akan mengetahui Hak Menguasai Negara Atas Tanah.
Berdasarkan rumusan kalimat “dikuasai oleh negara” kemudian dikenal sebagai konsep “Hak
Menguasai dari Negara” (HMN) yang berarti penguasaan, dan pemanfaatan sumber-sumber
agrarian atau pertanahan terpusat pada kekuasaan yang besar pada negara. Keberadaan UU
No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang lebih dikenal sebagai
Undangundang Pokok Agraria (UUPA lebih mempertegas makna politik hukum hak
menguasai negara (HMN) atas tanah yang diatur di dalam Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945
tersebut
Akhirnya kritik dan saran dari sesiapapun dengan tangan terbuka kami terima, kesemuanya
demi kesempurnaan makalah ini. Terakhir, harapan kami makalah ini ada manfaatnya.
Aamiin.

Semarang, 27 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................5
1.3 TUJUAN........................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1 Hak Menguasai Negara Atas Tanah.............................................................................................6
3.1 Penguasaan Tanah Oleh Negara Merupakan Pencerminan dari Tanggung Jawab Publik Negara7
BAB III..................................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN...............................................................................................................................10
B. SARAN..........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang sangat luas
didunia, total luas negara Indonesia adalah 5.193.250 km² yang mencakup daratan dan lautan.
Tanah bagi kehidupan mengandung makna yang multidimensional. Karena makna yang
multidimensional tersebut ada kecenderungan, bahwa orang yang memiliki tanah akan
mempertahankan tanahnya dengan cara apapun bila hak-haknya dilanggar. Hukum Agraria
didalamnya memuat berbagai macam hak penguasaan atas tanah. Beberapa hal penting yang
diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) adalah penetapan tentang jenjang
kepemilikan hak atas penguasaan tanah dan serangkaian wewenang, larangan, dan kewajiban
bagi pemegang hak untuk memanfaatkan dan menggunakan tanah yang telah dimilikinya
tersebut.
Hak menguasai tanah oleh negara bersumber dari kekuasaan yang melekat pada
negara, sebagaimana tercermin dalam ketentuan pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan bahwa
bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kerakmuran rakyat. Selanjutnya, dinyatakan bahwa bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran
rakyat, sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besar
kemakmuran rakyat. Pernyataan tersebut menjelaskan dua hal, yaitu bahwa secara
konstitusional Negara memiliki legitimasi yang kuat untuk menguasai tanah sebagai bagian
dari bumi, namun penguasaan tersebut harus dalam kerangka untuk kemakmuran rakyat.
Pada pasal 2 Undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (disebut UUPA) yang menyatakan bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertingg dikuasai oleh Negara,
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak menguasai dari Negara memberi
wewenang kepada Negara untuk :
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
bumi, air dan ruang angkasa.
c. menentukan dan mengatur hubungan hubungan lukum andars orang-oning dan
perbuatan-perbuatan hokiam yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Konsep Hak Menguasai Negara sesungguhnya berasal dari konsep hukum adat yang telah
lama dijalankan oleh penduduk asli jauh sebelum terbentuknya Indonesia sebagai negara.
Dalam hukum adat, kepentingan publik lebih didulukan daripada kepentingan pribadi atau

4
individual. Dengan kata lain, hukum adat didasarkan pada konsep perlindungan kepentingan
publik atau kepentingan komunal (Kusumadara, 2000: 6). Dengan demikian benda atau
properti yang penting untuk kepentingan umum, seperti air, sumber daya alam, tanah, dan
juga ilmu pengetahuan, harus dimiliki bersama atau setidaknya dikuasai bersama oleh
masyarakat.
Walaupan hukum adat mengakui hak individu atas benda, hukum adat tetap
mendahulukan prinsip perlindungan kepentingan umum dan prinsip bahwa benda memiliki
fungsi sosial. (Kusumadara, 2000: 30). Sebagai contoh, dalam masyarakat hukum adat
seseorang dapat mewarisi tanah orang tuanya, akan tetapi kepemilikan dia atas tanah tersebut
tetap berada di bawah kontrol dari komunitas di mana dia bertempat tinggal (Spruyt dan
Robertson, 1973: 13). Hal ini disebabkan karena menurut hukum adat, individu beserta harta
bendanya merupakan bagian tidak terpisahkan dari lingkungan di sekitarnya yang bisa
membawa kebaikan sekaligus keburukan pada lingkungannya. (Haar, 1948: 53 dan Burns,
1989: 10).
Penguasaan tanah oleh negara dalam konteks di atas adalah penguasaan yang
otoritasnya menimbulkan tanggungjawab, yaitu untuk kemakmuran rakyat. Di sisi lain,
rakyat juga dapat memiliki hak atas tanah. Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan
terpenuh yang dapat dimiliki orang atas tanah dengan mengingat fungsi sosial yang melekat
pada kepemilikan tanah tersebut. Dengan perkataan lain hubungan individu dengan tanah
adalah hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban. Sedangkan hubungan negara
dengan tanah melahirkan kewenangan dan tanggung jawab.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu Hak Menguasai Negara Atas Tanah?
2. Bagaimana penguasaan tanah oleh Negara merupakan pencerminan dari tanggung
jawab publik Negara?

1.3 TUJUAN
Tujuan pembuatan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Agraria, selain itu untuk lebih mengatahui dan menelaah lebih mendalam hak-hak
menguasai negara atas tanah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hak Menguasai Negara Atas Tanah


Pengertian Hak Menguasai Negara
Sampai saat ini pengertian konsep hak menguasai negara tidak mempunyai pengertian
yang jelas dan tegas sehingga mepunyai penafsiran sesuai dengan kepentingan yang
berpetensi menimbulkan komplik dalam implementasinya. Hal ini sebagimana dinyatakan
oleh Ida Nurlinda bahwa:
Pengertian ”dikuasai” negara sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD
1945, tidak dijelaskan lebih rinci dalam penjelasan, baik penjelasan umum maupun
penjelasan pasal demi pasal. Hal ini memungkinkan hak menguasai negara itu ditafsirkan atas
berbagai pemahaman, tergantung dari sudut padang dan kepentingan yang menafsirkan. Hal
senada dikemukakan pula oleh Abrar Saleng bahwa:
HPN sebagai konsep sampai saat ini belum mempunyai konsep serta makna yang
jelas dan tegas yang dapat diterima oleh semua pihak dalam hubungannya dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam nasional, sehingga mengundang banyak
penafsiran yang berimplikasi kepada implementasinya. Perbedaan implementasi ini baik
dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam pelaksanaannya oleh
departemen/instansi pemerintah terkait. Akibatnya sering terjadi benturan atau konflik
kepentingan dan kewenangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam
nasional.
Sedangkan pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ”menguasai”
berarti kedudukan berkuasa atas sesuatu atau memegang kekuasaan atas sesuatu. Dengan
demikian hak m enguasai negara jika dimaknai Menurut pengertian kamus adalah Kekuasaan
negara atas sumber daya alam Indonesia. Sehingga bila dihubungkan dengan penjelasan Pasal
2 ayat (1) UUPA yang secara khusus memberikan pengertian hak menguasai atas tanah
adalah dinyatakan : sesuai dengan pangkal pendirian tersebut diatas perkataan”dikuasai”,
dalam pasal ini akan tetapi adalah pengertian, yang memberi wewenang kepada negara
sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia.
Dengan berpedoman pada penjelasan hak menguasai negara atas tanah yang
ditegaskan dalam Pasal 2 ayat (1) UUPA negara sebagai organisasi kekuasaan tertinggi
seluruh rakyat Indonesia Diberikan wewenang untuk :
a. Mengatur dan menyelenggarakan, peruntukan, penggunaan, persedian dan
pemeliharaan;

6
b. Menentukan dan mengatur Hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air
dan ruang angkasa itu;
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum Antara orang-orang dan
Perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.
Maka secara filosofi dari makna hak menguasai negara atas sumber daya agraria (tanah),
Memberikan kewenangan kepada Negara untuk mengatur pemanfaatan Hak-hak atas tanah
termasuk yang dikuasai oleh masyarakat. Artinya, kedudukan negara dalam mengurus dan
mengatur hak-hak atas tanah Masyarakat terkait dengan kedudukan sebagai penguasa bukan
sebagai pemilik. Sebab pengertian antara “dikuasai” dengan ”dimiliki” mempunyai
konsekwensi yuridis sebagai pernah terjadi sebelum berlakunya UUPA. Makna dimiliki
mempunyai konsekwensi sama dengan pemaknaan asas domain pada jaman penjajahan
Belanda. Sehingga masyarakat dalam konsep ini tidak ada yang dapat mempunyai hak milik,
melainkan hanya hak pakai Saja. Dengan demikian akan bertentangan dengan asas hukum
adat sebagai dasar berlakunya hukum Agraria (ingat pasal 5 UUPA). Sehingga tepat apa yang
ditegaskan oleh Boedi Harsono;
Mencarikan sumber dan landasan tugas bagi kewenangan negara dalam melaksanakan
tugas Kenegaraannya pada hak kepemilikan negara atas tanah bukanlah konsepsinya hukum
tata negara modern. Melainkan merupakan Konsepsi hukum tata negara feodal, yang sudah
lama ditinggalkan, baik dalam praktik maupun dalam teori hukum.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka negara Indoesia Sebagai sebuah negara hukum
modern mengakui adanya hak penguasaan negara dalam rangka melaksanakan hubungan
hukum Langsung antara negara dengan bumi, air dan ruang angkasa sebagaimana dimaknai
oleh Notonegoro yang menetapkan adanya tiga macam bentuk hubungan sebagai berikut:
a. Negara sebagai subjek, diberi kedudukan tidak sebagai perorangan tetapi sebagai
negara. Dengan demikian, negara sebagai badan kenegaraan, badan yang
publiekrechtelijk. Dalam bentuk ini negara tidak mempunyai kedudukan yang sama
dengan perorangan.
b. Negara sebagai obyek, yang dipersamakan dengan perorangan sehingga hubungan
antara negara dengan bumi dan lain sebagainya itu ”sama” dengan hak perorangan
atas tanah.
c. Hubungan antara negara ”langsung” dengan bumi dan sebagainya tidak sebagai
subjek perorangan dan tidak dalam kedudukannya sebagai negara yang memiliki,
tetapi sebagai negara yang menjadi personifikasi dari seluruh rakyat sehingga dalam
konsep ini negara tidak lepas dari rakyat. Negara hanya menjadi pendiri dan
pendukung kesatuan-kesatuan rakyat.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sudah jelas bahwa makna dikuasai oleh negara
pengertiannya berbeda dengan dimiliki serta tidak serupa dengan asas domain sebagamana
era penjajahan Belanda. Hak menguasai negara atas sumber daya agraria sebagaimana
dinyatakan dalam UUPA merupakan pemberian wewenang kepada negara sebagai
personifikasi Dari seluruh rakyat Indonesia, Berkuasa untuk mengatur pemanfaatan hak-hak
atas tanah untuk memberikan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

7
3.1 Penguasaan Tanah Oleh Negara Merupakan Pencerminan dari Tanggung Jawab
Publik Negara
Otoritas negara dalam penguasaan hak atas tanah bersumber pada undang-undang dan
konstitusi negara, dalam hal ini Negara Republik Indonesia dalam penguasaan hak atas tanah
bersumber dari konstitusi, dimana dalam pembukaan atau mukadimah undang-undang dasar
dinyatakan bahwa salah satu tugas Negara yang membentuk Pemerintah Republik Indonesia
adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan melindungi egenap bangsa Indonesia.
Kemudian, dalam pasal 33 Undang-undang dasar 1945, ditegaskan dan dideklarasikan bahwa
bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah dikuasai oleh Negara.
Pasal tersebut tidak mengikutkan wilayah angkasa, namun berdasarkan konvensi dan hukum
internasional wilayah angkasa sampai batas ketinggian tertentu adalah juga termasuk dalam
yurisdiksi batas kedaulatan suatu Negara.
UUPA hanya mengatur mengenai hal-hal pokok mengenai keagrariaan. Undang-undang
lainnya yang mengandung kewenangan atau otoritas Pemerintah untuk mengatur peruntukan
tanah tersebar pada berbagai Undang-undang, namun secara umum selalu menjadikan
Undang-undang nomor 5 tahun 1960 sebagai salah satu dasar hukum atau konsiderans dalam
undang-undang yang bersangkutan.
Hak-hak atas tanah dengan demikian dapat juga ditinjau dari hak-hak kebendaan pada
umumnya. Hukum benda adalah bagian dan sub dari hukum kekayaan. Sepanjang
menyangkut hak-hak atas tanah, pada dasarnya pengaturan pokoknya dapat direferensi ke
UUPA. Namun mengingat tanah, ad lah juga merupakan sub bagian dari hukum benda dan
hukum kekayaan pada umumnya, maka mempelajari hak atas tanah tidak cukup hanya
dengan mengacu kepada UUPA. Hal lainnya, yang menjadi pertimbangan adalah, bahwa
hukum benda sebagai bagian dari hukum kekayaan bersifat netral.
 Jenis-jenis hak menguasai tanah yang dimiliki negara
Hak menguasai tanah oleh Negara, dijabarkan dalam bentuk kewenangan tertentu
untuk penyelenggaraan hak tersebut. Kewenangan yang diberikan oleh UUPA
digolongkan dalam tiga bagian, yaitu pengaturan peruntukan, pengaturan hubungan
hukum antara orang dengan bagian-bagian tanah, dan pengaturan hubungan hukum antara
orang dan perbuatan hukum[10]. Ketiga hal tersebut adalah merupakan intisari dari
pengaturan UUPA pasal 2 ayat 2 yang menyangkut kewenangan yang diturunkan oleh
Negara kepada Pemerintah.
Turunan dari UUPA yang secara eksplisit dibunyikan pada Undang-Undang lainnya
tentang Hak menguasai dari Negara, antara lain tercantum pada :
a. UU No. 5 tahun 1967 tentang UU Pokok Kehutanan. Pasal 5 ayat 2 UU Pokok
Kehutanan redaksi dan konstruksinya persis seperti Pasal 2 ayat 2 UUPA, hanya
saja tidak menggunakan UUPA sebagai salah satu referensinya
b. UU no. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan pokok Pertambangan pada
Pasal 1 ayat 1 yang mengatur mengenai penguasaan bahan galian
c. UU no. 3 tahun 1972 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Transmigrasi.
d. UU no. 11 tahun 1974 tentang Pengairan.
e. UU no. 23 tahun 1997 tentang Penataan Lingkungan Hidup

8
f. UU no. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
g. UU no. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Penggolongan hak menguasai negara pada tanah yang ada pada UUPA diantaranya yaitu:
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan tanah.
Hak-hak yang mengenai pengaturan peruntukan tersebut dijabarkan dalam
berbagai produk peraturan dan perundang-undangan lainnya, dalam bidang-bidang
seperti:
1. Penatagunaan tanah
2. Pengaturan Tata ruang
3. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
tanah
mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan tanah.
Hak-hak yang mengenai pengaturan hubungan hukum tersebut dijabarkan dalam
berbagai produk peraturan dan perundang-undangan lainnya, dalam bidang-bidang
seperti:
1. Pembatasan jumlah bidang dan luas tanah yang boleh dikuasai (landreform);
2. Pengaturan hak pengelolaan tanah
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orangdan
perbuatan-perbuatan hukum atas tanah.
Hak-hak yang mengenai pengaturan hubungan hukum dan perbuatan hakum
dijabarkan dalam berbagai produk peraturan dan perundang- undangan lainnya,
dalam bidang-bidang seperti:
1. Pendaftaran tanah, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah
secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya (Pasal 1 ayat 1 PP 24 tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah).
2. Berdasarkan UU no 4 tahun 1996, hak tanggungan adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah yang meliputi hak milik. hak guna usaha dan
hak guna bangunan. Hak tanggungan dapat digolongkan ke dalam hubungan
hukum antar orang dan perbuatan hukum atas tanah, karena pada dasarnya hak
tanggungan adalah merupakan ikatan (assesoris) dari suatu perikatan pokok,
seperti hubungan hutang piutang yang dijamin pelunasannya dengan hak
tanggungan tersebut.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal


sebagai berikut:
1. Hak menguasai negara adalah suatu kewenangan atau wewenang formal yang ada
pada negara dan memberikan hak kepada negara untuk bertindak baik secara aktif
maupun pasif dalam bidang pemerintahan negara, dengan kata lain wewenang
negara tidak hanya berkaitan dengan wewenang pemerintahan semata, akan tetapi
meliputi pula semua wewenang dalam rangka melaksanakan tugasnya. Hak
menguasai negara atas tanah berisi wewenang kepada negara untuk mengatur,
mengurus dan mengawasi perolehan serta penggunaan tanah agar tercapai
kesejahteraan masyarakat. Hak menguasai negara sebagai pengejawantahan sistem
kehidupan masyarakat (adat) yang meletakkan negara secara formal sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
2. Penguasaan tanah oleh Negara adalah pencerminan dari tanggung jawab publik
Negara. Tanggungjawab publik Negara tersebut tercermin dalam:
a. Pengaturan tata gana tanah dalam konsep penataan wilayah dan tata ruang.
b. Kewenangan Negara untuk pengaturan peruntukan, pengaturan hubungan
hukum antara orang dengan bagian-bagian tanah, dan pengaturan hubungan
hukum antara orang dan perbuatan hukum.

B. SARAN
Permasalahan pokok sebagaimana dikemukakan di atas adalah kurangnya
pemahaman bersama dan yang sama atas makna dan substansi hak menguasai Negara
atas tanah, penjabarannya dalam postulat-postulat normatif ketentuan peraturan
perundang-undangan tanah di Indonesia dan konsekuen dalam pelaksanaannya. Atas
dasar itu, menyarankan bahwa perlunya reformasi peraturan perundang-undangan di
bidang pertanahan yang mengembalikan UUPA sebagai payung hukum atau dasar
dari segala peraturan perundang-undangan terkait tanah. Seperti peraturan perundang-
undangan di bidang kehutanan, pertambangan, perkebunan, pertanian, perumahan,

10
tata-ruang, jalan, tanah bagi pembangunan/kepentingan umum, dan tanah atau hutan
milik masyarakat adat. Seluruh peraturan perundang-undangan tersebut, baik yang
dibuat oleh pemerintah pusat maupun daerah, harus disinkronkan lagi dengan UUD
1945 dan UUPA sebagai payung hukumnya. Di mana UUD 1945 dan UUPA telah
disusun dengan konsep hak menguasai negara atas tanah, untuk digunakan bagi
kemakmuran rakyat, termasuk masyarakat adat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/amethys/hak-menguasai-tanah-oleh-negara

https://media.neliti.com/media/publications/114365-ID-none.pdf

http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/
123456789/2950/06bab2_Chichin
%20Oktaviyana_10040011078_skr_2016.pdf?sequence=6&isAllowed=y

https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/download/343/302

https://media.neliti.com/media/publications/82365-ID-pelaksanaan-
pengaturan-hak-menguasai-neg.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai