Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kebijakan
Pertanahan
Dosen Pengampu : Dr. H. Soediro S.H.,LLM.
Disusun oleh :
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas penulis dapat merumuskan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu :
C. Tujuan
1
Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara: Paradigma Baru Untuk Reformasi
Agraria(Yogyakarta, Cetakan I, 2007), 35
b. Pengaturan Tata ruang
c. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum
Kedua, hak yang mengenai pengaturan hubungan hukum dalam nomor 2
dijabarkan dalam berbagai produk peraturan dan perundangundangan lainnya,
dalam bidang-bidang seperti :
a. Pembatasan jumlah bidang dan luas tanah yang boleh dikuasai
(landreform)
b. Pengaturan hak pengelolaan tanah
Ketiga, hak yang mengenai pengaturan hubungan hukum dan perbuatan
hukum pada nomor 3 dijabarkan dalam berbagai produk peraturan dan perundang-
undangan lainnya, dalam bidang-bidang seperti :
a. Pendaftaran tanah
b. Hak tanggungan
Hak menguasai tanah oleh negara bersumber dari kekuasaan yang melekat
pada negara, sebagaimana tercermin dalam ketentuan pasal 33 Undang-undang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat. Selanjutnya dalam penjelasannya dinyatakan bahwa
bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok
pokok kemakmuran rakyat, sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pernyataan tersebut menjelaskan dua
hal, yaitu bahwa secara konstitusional Negara memiliki legitimasi yang kuat untuk
menguasai tanah sebagai bagian dari bumi, namun penguasaan tersebut harus
dalam kerangka untuk kemakmuran rakyat.
2
A. Ridwan Halim, Hukum Agraria dalam Tanya Jawab(Jakarta: Ghalia Indonesia), 18.
Pengkoreksian lainnya yang diusahakan UUPA 1960 atas praktik
penguasaan pertanahan pada masa kolonial adalah dengan menerapkan prinsip
Pembatasan Penguasaan Luas Tanah Berlebihan. Asas ini tercantum dalam Pasal
7 UUPA yang berbunyi : "Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka
kepemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan".
Dicantumkannya asas ini dalam UUPA dimaksudkan untuk mencegah pemilikan
tanah secara besarbesaran dan mencegah timbulnya tuan-tuan tanah di satu pihak
dan petanipetani miskin yang kehilangan kepemilikannya atas tanah.
B. Pembebanan Hak
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan
tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. Pembebanan
hak Tanggungan pada hak atas tanah harus dilakukan melalui akta yang dibuat
oleh dan di hadapan PPAT. Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji
untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu,
yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian
utang-piutang yang bersangkutan suatu perjanjian lainnya yang menimbulkan
utang tersebut, dan pemberian Hak Tanggungan tersebut dilakukan dengan
pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT (Pasal 10 ayat (1) dan
(2) Undang¬-undang No. 4 Tahun 1996). Hak-hak atas tanah yang dapat
diletakkan hak Tanggungan di atasnya adalah: hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan, hak pakai, dan hak milik atas satuan rumah susun.
1) tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain dari pada
membebankan Hak Tanggungan;
2) tidak memuat kuasa substitusi;
3) mencantumkan secara jelas obyek Hak Tanggungan, jumlah utang dan
nama serta identitas kreditornya, nama dan identitas debitur apabila
debitur bukan pemberi Hak Tanggungan;3
Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran Hak Tanggungan:
a. Surat pengantar dari PPAT
b. Surat permohonan pendaftaran
c. Identitas pemberi dan pemegang Hak Tanggungan
d. Sertipikat asli hak atas tanah
e. Lembar ke-2 Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
f. Salinan APHT (untuk lampiran sertipikat Hak Tanggungan) Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) apabila dilakukan melalui
kuasa.
3
https://www.pn-kabanjahe.go.id/2015-06-06-01-33-28/eksekusi-hak-tanggungan.html
C. Peralihan Hak ke Pihak Lain
Alas hak bagi negara untuk mengambli alih tanah masyarakat, baik yang
berasal dari perorangan, kumpulan perorangan atau badan hukum adalah :
a. Sifat yang melekat pada kekuasaan negara dalam penguasaan tanah
b. Sifat yang melekat pada kepemilikan tanah yang dimiliki oleh perorangan
Sifat yang melekat pada kekuasaan negara dalam penguasaan tanah
tercermin dari berbagai rumusan Undang-undang yang mengatur penggunaan,
pemanfaatan dan pengalih fungsian tanah. Pada pasal 18 UUPA dinyatakan bahwa
untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan
memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-
undang.
Sifat yang melekat pada hak milik perorangan atas tanah adalah sekalipun
dalam UUPA dinyatakan bahwa hubungan antara bangsa Indonesia dengan tanah
bersifat abadi, hubungan tersebut harus dimaknai dalam konteks kolektif sebagai
bangsa. Hal tersebut antara lain dapat dijelaskan dengan dilarangnya hak milik
atas tanah diperoleh oleh warga negara asing secara abadi. Selain itu, hak
kepemilikan perseorangan atas tanah dari semula telah dibatasi dengan
mendeklarasikan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Fungsi
sosial dimaksud adalah dalam menggunakan (atau dalam hal tidak menggunakan)
hak-hak atas tanah harus tidak boleh mendatangkan kerugian bagi masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak menguasai tanah oleh negara bersumber dari kekuasaan yang melekat
pada negara, sebagaimana tercermin dalam ketentuan pasal 33 Undang-undang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat. Pernyataan tersebut menjelaskan dua hal, yaitu bahwa
secara konstitusional Negara memiliki legitimasi yang kuat untuk menguasai
tanah sebagai bagian dari bumi, namun penguasaan tersebut harus dalam kerangka
untuk kemakmuran rakyat.
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan
tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.
Alas hak bagi negara untuk mengambli alih tanah masyarakat, baik yang
berasal dari perorangan, kumpulan perorangan atau badan hukum adalah :
B. Saran
Penulis tentu menyadari makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi saya selaku penulis
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bakri, Muhammad. 2007. Hak Menguasai Tanah Oleh Negara : Pradigma Baru
Untuk Reformasi Agraria. Yogyakarta : UB Pres.
Halim, A. Ridwan. 2013. Hukum Agraria dalam Tanya Jawab. Jakarta : Ghalia
Indonesia.