(Achmad Sodiki)
Ayat (2) : “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”;
Ayat (3) : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”;
Bahwa dalam menemukan pengertian dan/atau maksud dari suatu
ketentuan yang terdapat dalam pasal-pasal UUD 1945 tidaklah cukup apabila hanya
berpegang pada bunyi teks pasal yang bersangkutan dan hanya dengan
menggunakan satu metode interpretasi tertentu. UUD 1945, sebagaimana halnya
setiap undang-undang dasar atau konstitusi, adalah sebuah sistem norma dasar yang
memberikan landasan konstitusional bagi pencapaian tujuan hidup berbangsa dan
bernegara sebagaimana digariskan dalam Pembukaan UUD 1945. Sebagai suatu
sistem, UUD 1945 adalah susunan kaidah-kaidah konstitusional yang menjabarkan
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia, sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan
UUD 1945, alinea keempat:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”. Oleh karena itu, setiap interpretasi terhadap suatu
ketentuan dalam Pasal-pasal UUD 1945 harus selalu mengacu kepada tujuan hidup
berbangsa dan bernegara sebagaimana yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945
tersebut;
1
Webinar Permasalah Pemberian Hak Hak atas Tanah di Perairan Laut , Kemneterian Kelautan dan Perikanan
tanggal 30 Maret 2022.
prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam UUD 1945, baik di bidang politik
(demokrasi politik) maupun ekonomi (demokrasi ekonomi). Dalam paham kedaulatan
rakyat itu, rakyatlah yang diakui sebagai sumber, pemilik, dan sekaligus pemegang
kekuasaan tertinggi dalam kehidupan bernegara, sesuai dengan doktrin “dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Dalam pengertian kekuasaan tertinggi tersebut
tercakup pula pengertian pemilikan publik oleh rakyat secara kolektif. Bahwa bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah hukum negara pada
hakikatnya adalah milik publik seluruh rakyat secara kolektif yang dimandatkan
kepada negara untuk menguasainya guna dipergunakan bagi sebesar-besarnya
kemakmuran bersama. Karena itu, Pasal 33 ayat (3) menentukan “bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
E. Rekomendasi.
Negara merupakan organisasi politik yang diamanati oleh bangsa Indonesia
sesuai dengan Pasal 33 ayat(3) UUD 1945, oleh karena itu negara dalam
melaksanakan haknya “hak menguasai Negara” tidak boleh dikurangi karena dalam
rangka mencapai sebesar besar kemakmuran rakyat.
Negara yang rakyatnya plural dalam berbagai dimensi (sosial ekonomi) berada
dalam kondisi ketidakadilan sosial terutama bagi masyarakat adat dan lapisan
masyarakat lainnya yang serupa, maka diperlukan perlindungan hukum oleh negara,
misalnya ketika negara mengeluarkan kebijakan yang berimbas pada kedudukan
masyarakat hukum adat. Jangan sampai kebijakan itu menguntungkan satu pihak (
yang kuat dan kaya) tetapi dengan mengorbankan pihak yang lain (yang lemah dan
miskin).
Kepustakaan:
Putusan Mahkamah Konstitusi No.002/PUU-I/2003 tentang Privatisasi Minyak dan
Gas Bumi.
Putusan Mahkamah Konstitusi No.03/PUU-VII/2010 tentang tentang Hak
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulai Kecil.