Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGATURAN PENGUASAAN SUMBER DAYA HUTAN


DI INDONESIA

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Farhan Amin (2008016033)
Violeta Syalomita (2008016008)
Rana Soraya (2008016034)
Viola Paulina (2008016007)
Novia Aida Ramadina (1908016206)
Baginda Fernaldo Sidabutar (2008016203)
Islami Amaliah (1908016245)
Suharyati (2008016263)

PROGRAM STUDI SARJANA HUKUM


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia sebagai negara hukum harus menjamin keadilan bagi s
etiap warga negaranya melalui penegakan aturan-aturan hukum. Penegakan atur
an ini termasuk pengaturan sumber daya kehutanan demi kesejahteraan dan kep
entingan rakyat sebagaimana pula merupakan amanat dari konstitusi. Bumi, air,
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hal tersebut
dijabarkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Berdasarkan ketentuan tersebut
terdapat unsur penting dalam penguasaan bumi, air, dan kekayaan alam
Indonesia, yaitu adanya unsur “dikuasai negara” dan “sebesar-besar
kemakmuran rakyat” yang kemudian menjadi jiwa dari setiap penguasaan bumi,
air, dan kekayaan alam (selanjutnya disebut “sumber daya alam”).
Selanjutnya, Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
memberi pengertian bahwa Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya
tidak dipisahkan. Berdasarkan ketentuan tersebut maka dapat dikatakan bahwa
hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang selanjutnya disebut sumber
daya hutan. Lebih lanjut, Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 menyatakan bahwa Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tidak hanya itu, terdapat sejumlah
pengaturan lainnya yang mengatur mengenai penguasaan hutan di Indonesia
diantaranya, UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Hutan, dan Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian
Penguasaan Tanah di Kawasan Hutan. Oleh karenanya, penulis akan melakukan
pembahasan lebih lanjut mengenai konsep dan pengaturan penguasaan sumber
daya hutan di Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis kaji antara lain:
1. Bagaimana pengaturan penguasaan sumber daya hutan di Indonesia?
2. Bagaimana konsep penguasaan sumber daya hutan di Indonesia?

C. Tujuan
Pada dasarnya setiap penelitian diharapkan mempunyai hasil yang bermanfaat
bagi penulis sendiri maupun pihak lain yang memerlukan. Hal ini menjadi
tanggung jawab penulis dalam berpartisipasi untuk meningkatkan kualitas ilmu
pengetahuan yang terus berkembang. Adapun tujuan penelitian dari penulisan ini
adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaturan penguasaan
sumber daya hutan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana konsep penguasaan sumber
daya hutan di Indonesia .

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaturan Penguasaan Sumber Daya Hutan di Indonesia


Di Indonesia, penguasaan sumber daya alam diatur oleh pemerintah.
Pemerintah memiliki peran penting dalam menjaga dan mengelola sumber daya
alam agar dapat dimanfaatkan dengan bijak. Pertama-tama, pemerintah
menetapkan hukum dan peraturan tentang pengelolaan sumber daya alam. Ini
bertujuan untuk melindungi sumber daya alam dan mencegah penyalahgunaan
atau kerusakan yang dapat terjadi. Selanjutnya, pemerintah juga melakukan
pengawasan terhadap perusahaan atau individu yang menggunakan sumber
daya alam. Mereka harus mematuhi aturan dan memperoleh izin dari pemerintah
sebelum dapat menggunakan sumber daya alam tersebut. Pemerintah juga
berperan dalam membagi keuntungan dari penggunaan sumber daya alam.
Mereka mengenakan pajak atau royalti kepada perusahaan yang menggunakan
sumber daya alam. Pajak dan royalti ini digunakan untuk membiayai
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga
berupaya untuk melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam.
Masyarakat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan dan mendapatkan manfaat dari penggunaan sumber daya alam.
Dengan adanya pengaturan ini, diharapkan sumber daya alam di Indonesia
dapat dimanfaatkan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Hal ini
penting untuk menjaga kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat.
Kepemilikan atau penguasaan hutan oleh negara muncul ketika negara
memakai rujukan formal tentang penguasaan sumber daya hutan di Indonesia
yang berdasarkan pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945,”Bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat” Dalam UUD tersebut sudah jelas bahwa
sumberdaya alam hanya dikuasai oleh negara dan bukan dimiliki, dan secara
tersurat jelas pula bahwa sumberdaya alam adalah sumberdaya piblik. Namun

3
karena konsep sumberdaya publiklah, maka negara mengklaim bahwa
sumberdaya alam adalah milik negara, yang pengelolaannyadiatur oleh negara. 1
Pengaturan Penguasaan Negara terhadap sumber daya alam seperti di Indonesia
dijalbarkan lebih lanjut pada UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Poko
k-Pokok Agraria (UUPA) dalam pasal 2 ayat (1) yang menegaskan mengenai Hak
Menguasai dari Negara (HMN), SEBAGAI Organisasi kekuasaan seluruh rakyat un
tuk mengatur hubungan-hubungan hukum dan perbuatan-perbuatan hukum war
ga negara yang yang menyangkut bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya.2
Adapun hak menguasai Negara antara lain:
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan p
emeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut ;
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang d
engan bumi,air dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang d
engan bumi, air dan ruang angkasa.
Terkait dengan hak menguasai negara dalam penguasaan sumber daya al
am, Mahkamah Konstitusi dalam putusan No. 001-021-022/PUU-I/2003, menafsir
kan bahwa frasa dikuasai oleh negara dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menga
ndung pengertian yang lebih tinggi atau lebih luas daripada pemilikan dalam huk
um perdata. Penguasaan oleh negara merupakan hukum publik yang berkaitan
dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam UUD 1945, baik dibidang po
litik (demokrasi politik) maupun ekonomi (demokrasi ekonomi) pengertian dikuas
ai oleh negara juga tidak dapat diartikan hanya sebatas sebagai hak untuk meng
atur, karena hal dimaksud sudah dengan sendirinya melekat dalam fungsi-fungsi
negara tanpa harus disebut secara khusus dalam Undang- Undang Dasar perkata
an dikuasai negara haruslah diartikan mencakup makna penguasaan oleh negara
dalam arti luas yang bersumber dan berasal dari kedaulatan rakyat Indonesia at

1
Facts, 2019,Fakta Pengelolaan Sumberdaya Hutan di Indonesia, https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/849/
mod_resource/content/1/fakta_pengelolaan_sumber_daya_hutan_di_indonesia.html (Diakses, selasa 19 September 2
023)
2
Suparto, 2020, Memahami Penguasaan Hutan dan Kawasan Hutan Oleh Negara, Fakultas Hukum Universitas Isla
m Riau, https://repository.uir.ac.id/843/1/%2820%29%20PROSIDING%20SEMNAS%20UIR%20%28MEMAHA
MI%20P.%20HUTAN%202017%29.pdf (Diakses Rabu, 13 September 2023)

4
as segala sumber kekayaan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didala
mnya, termasuk pula didalamnya pengertian kepemilikan publik oleh kolektifitas
rakyat atas sumber-sumber kekayaan yang dimaksud3.
Dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa “B
umi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat”. Berdasarkan ketent
uan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tersebut terdapat unsur penting dalam pengusa
haan bumi, air, dan kekayaan alam Indonesia, antara lain adanya unsur: “dikuas
ai negara” dan “sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Dua unsur besar tersebut m
enjadi jiwa dari setiap pengusahaan bumi, air, dan kekayaan alam (selanjutnya d
isebut “sumber daya alam”).
Penguasaan sumber daya alam oleh negara, sebagaimana diatur dalam U
UD 1945 tidak dapat dipisahkan dengan tujuan dari penguasaan tersebut yaitu g
una mewujudkan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Keterkaitan penguasaan ol
eh negara untuk kemakmuran rakyat, menurut Bagir Manan akan mewujudkan k
ewajiban negara dalam hal4
1. segala bentuk pemanfaatan (bumi dan air) serta hasil yang didapat (kekayaa
n alam), harus secara nyata meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat;
2. melindungi dan menjamin segala hak-hak rakyat yang terdapat di dalam ata
u di atas bumi, air dan berbagai kekayaan alam tertentu yang dapat dihasilk
an secara langsung atau dinikmati langsung oleh rakyat;
3. mencegah segala tindakan dari pihak manapun yang akan menyebabkan rak
yat tidak mempunyai kesempatan atau akan kehilangan haknnya dalam meni
kmati kekayaan alam. Penguasaan oleh negara atas sumber daya alam terse
but, terkritalisasi dalam peraturan konkret yaitu dalam Pasal 33 ayat (3) UUD
1945.
Dalam Pasal 4 ayat (1) UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menyat
akan : “Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan al
am yang terkandung didalamnya di kuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya k

3
ibid
4
Ahmad Redy, 2015, Dinamika Konsepsi Penguasaan Negara Atas Sumber Daya Alam, file:///C-ID-dinamika-kons
epsi-penguasaan-negara-atas.pdf (Diakses Rabu, 13 September 2023)

5
emakmuran rakyat”. Dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2) UU No. 41 Tahun 1999 te
ntang Kehutanan, menyatakan:
“Penguasaan hutan oleh negara tersebut memberikan wewenang kepada pemeri
ntah untuk:
1. mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawas
an hutan dan hasil hutan;
2. menetapkan wilayah tertentu sebagai kawasan hutan dan kawasan hutan seb
agai bukan kawasan hutan;
3. mengatur dan menetapkan hubungan hubungan hukum antara orang dengan
hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.
Kewenangan untuk menetapkan status hutan berada di tangan Pemerinta
h. Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari: (1) hutan negara, dan (2) hutan hak .
Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak at
as tanah, sedangkan hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibe
bani hak atas tanah.
Hutan negara dapat berupa hutan adat, yaitu hutan negara yang diserahk
an pengelolaannya kepada masyarakat hukum adat (rechtgemeenschap). Hutan
adat ditetapkan oleh pemerintah sepanjang menurut kenyataannya masyarakat h
ukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaannya. Apabila dal
am perkembangannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan tidak ada lagi,
maka pengelolaan hutan adat kembali kepada pemerintah. 5
Hak menguasai negara terhadap tanah/lahan, hutan dan kawasan hutan
kemudian dituangkan lebih lanjut dalam bentuk undang-undang, yaitu
UndangUndang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria
dan UndangUndang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
Dalam implementasinya, hak menguasai negara atas sumber daya alam
khususnya terhadap tanah/lahan dan kawasan hutan yang dijabarkan dalam dua

5
Penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adat tersebut sebelumnya disebut hut
an rakyat, hutan marga, hutan pertuannan, atau sebutan lainnya. Hutan yang dikelola masyarakat hukum adat dimasu
kkan di dalam pengertian hutan negara sebagai konsekuensi adanya hak menguasai oleh negara sebagai organisasi k
ekuasaan seluruh rakyat pada tingkatan yang tertinggi dari prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan di
masukkannya hutan adat dalam pengertian hutan negara, tidak meniadakan hak-hak masyarakat hukum adat sepanja
ng kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, untuk melakukan kegiatan mengelola hutan. Berdasarkan put
usan Mahkamah Konstitusi No.35/PUU-X/2012, Hutan adat bukan lagi bagian hutan Negara tetapi termasuk hutan h
ak

6
undang-undang selama ini banyak menimbulkan permasalahan dalam hubungan
antara pemerintah (sebagai penyelenggara Negara) dengan masyarakat yang
tinggal didalam dan sekitar hutan ataupun antara perusahaan yang mendapat
izin dari pemerintah dengan masyarakat. Permasalahan tentang penguasaan
tanah dan lahan antara pemerintah atau perusahaan yang memegang izin dari
pemerintah dengan masyarakat semakin tahun kecenderungannya semakin
meningkat, bahkan Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
sudah pernah diajukan pengujian ke Mahkamah Konstitusi.
Pengaturan lebih lanjut sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Kehutanan,
Pasal 1 angka 64 mengatur tentang Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan
Hutan lestari yang dilaksanakan dalam Kawasan Hutan Negara atau Hutan
Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh Masyarakat setempat atau Masyarakat
Hukum Adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya,
keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa,
Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat dan kemitraan
Kehutanan.
Pasal 203 Pengelolaan Perhutanan Sosial Pemanfaatan Hutan melalui
pengelolaan Perhutanan Sosial di dalam Kawasan Hutan Negara dan Hutan Adat
dilaksanakan untuk mewujudkan kelestarian Hutan, kesejahteraan Masyarakat,
keseimbangan lingkungan, dan menampung dinamika sosial budaya, diperlukan
pemberian persetujuan, pengakuan, dan peningkatan kapasitas kepada
Masyarakat. Pengelolaan Perhutanan Sosial, terdiri atas: (1) Hutan Desa; (2)
Hutan Kemasyarakatan; (3) HTR; (4) Hutan Adat; dan (5) Kemitraan Kehutanan.
Pasal 247 mengatur bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan
Perhutanan Sosial diatur dalam Peraturan Menteri.
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 247 Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan tersebut, Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan
Perhutanan Sosial.

7
Pemanfaatan Hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa
Hutan secara optimal, adil, dan lestari bagi kesejahteraan Masyarakat. Kegiatan
Pemanfaatan Hutan dilakukan berdasarkan Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Hutan atau kegiatan Pengelolaan Perhutanan Sosial. Pemanfaatan Hutan melalui
pengelolaan Perhutanan Sosial di dalam Kawasan Hutan Negara dan Hutan Adat
dilaksanakan untuk mewujudkan kelestarian Hutan, kesejahteraan Masyarakat,
keseimbangan lingkungan, dan menampung dinamika sosial budaya, diperlukan
pemberian persetujuan, pengakuan, dan peningkatan kapasitas kepada
Masyarakat.
Persoalan sengketa tanah masih saja sering terjadi di masyarakat, dan
paling dominan berupa klaim lahan yang masuk kawasan hutan. Agar tak lagi
ada sengketa, Pemerintah berusaha melakukan penyelesaian dan memberi
perlindungan hukum atas hak masyarakat (Pihak) yang menguasai tanah di
kawasan hutan lewat Peraturan Presiden (Perpres) No.88/2017. Dengan
pertimbangan dalam rangka menyelesaikan dan memberikan perlindungan
hukum atas hak-hak masyarakat dalam kawasan hutan yang menguasai tanah di
kawasan hutan, pemerintah memandang perlu dilakukan kebijakan penyelesaian
penguasaan tanah dalam kawasan hutan.
Penyelenggaraan Reforma Agraria dilakukan oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Dalam rangka mendukung TORA, maka dikeluarkannya
Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian Penguasaan
Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH). Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam
Kawasn Hutan (PPTKH) dilakukan terhadap seluruh tanah yang berada di dalam
kawasan hutan, baik yang telah dikuasai dan dimanfaatkan oleh masyarakat di
seluruh wilayah Indonesia dengan total luas tanah yaitu 330.357 ha (Tiga ratus
tiga puluh ribu tiga ratus lima puluh tujuh). Penyelesaian Penguasaan Tanah
dalam Kawasn Hutan (PPTKH) ini dilakukan untuk mendukung penyediaan
sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA).
Tanah Obyek Reforma Agaria (TORA) merupakan bagian dari Reforma
Agraria yang bertujuan untuk memberikan kepastian hukum atas penguasaan
tanah oleh masyarakat di kawasan hutan dan menyelesaikan konflik dalam
kawasan hutan melalui redistribusi tanah dan legalisasi aset. Kawasan hutan

8
yang telah dikuasai dan dimanfaatkan haruslah ada pola penyelesaian yang
diberikan baik melalui pelepasan kawasan hutan melalui perubahan batas
kawasan hutan, perhutanan sosial dan ressetlment. Adapun Kegiatan dari
Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH) yang diatur
pada Pasal 20 Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian
Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH) yaitu :
1. Inventarisasi dan Verifikasi Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan
2. Rekomendasi Pola Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan
3. Penetapan Pola Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan
4. Penerbitan Keputusan Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam kawasan hutan
5. Penerbitan sertifikat hak atas tanah.

B. Konsep Penguasaan Sumber Daya Hutan di Indonesia


Konsep Penguasaan Negara terhadap sumber daya alam seperti di Indon
esia dijalbarkan lebih lanjut pada UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pereaturan dasa
r Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dalam pasal 2 ayat (1) yang menegaskan mengen
ai Hak Menguasai dari Negara (HMN), SEBAGAI Organisasi kekuasaan seluruh ra
kyat untuk mengatur hubungan-hubungan hukum dan perbuatan-perbuatan huk
um warga negara yang yang menyangkut bumi, air dan kekayaan alam yang terk
andung di dalamnya6.
Adapun hak menguasai Negara antara lain:
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut ;
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi,air dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air dan ruang angkas
Terkait dengan hak menguasai negara dalam penguasaan sumber daya al
am, Mahkamah Konstitusi dalam putusan No. 001-021-022/PUU-I/2003, menafsir
kan bahwa frasa dikuasai oleh negara dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menga

6
Suparto, 2020, Memahami Penguasaan Hutan dan Kawasan Hutan Oleh Negara, Fakultas Hukum Universitas Isla
m Riau, https://repository.uir.ac.id/843/1/%2820%29%20PROSIDING%20SEMNAS%20UIR%20%28MEMAHA
MI%20P.%20HUTAN%202017%29.pdf (Diakses Rabu, 13 September 2023)

9
ndung pengertian yang lebih tinggi atau lebih luas daripada pemilikan dalam kon
sepsi hukum perdata. Konsepsi penguasaan oleh negara merupakan konsepsi hu
kum publik yang berkaitan dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam
UUD 1945, baik dibidang politik (demokrasi politik) maupun ekonomi (demokrasi
ekonomi) pengertian dikuasai oleh negara juga tidak dapat diartikan hanya sebat
as sebagai hak untuk mengatur, karena hal dimaksud sudah dengan sendirinya
melekat dalam fungsi-fungsi negara tanpa harus disebut secara khusus dalam Un
dang- Undang Dasar perkataan dikuasai negara haruslah diartikan mencakup ma
kna penguasaan oleh negara dalam arti luas yang bersumber dan berasal dari ko
nsepsi kedaulatan rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan bumi, air dan k
ekayaan alam yang terkandung didalamnya, termasuk pula didalamnya pengertia
n kepemilikan publik oleh kolektifitas rakyat atas sumber-sumber kekayaan yang
dimaksud.7
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa “Bumi, ai
r, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dip
ergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat”. Berdasarkan ketentuan Pa
sal 33 ayat (3) UUD 1945 tersebut terdapat unsur penting dalam pengusahaan b
umi, air, dan kekayaan alam Indonesia, antara lain adanya unsur: “dikuasai nega
ra” dan “sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Dua unsur besar tersebut menjadi j
iwa dari setiap pengusahaan bumi, air, dan kekayaan alam (selanjutnya disebut
“sumber daya alam”).
Di Indonesia, penguasaan sumber daya hutan diatur oleh pemerintah
dengan tujuan untuk menjaga kelestarian hutan dan manfaatnya bagi
masyarakat. Ada beberapa konsep penting yang digunakan dalam pengaturan
ini.
1. Hutan Negara: Hutan Negara adalah hutan yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian
hutan ini dan mengelolanya dengan baik. Hutan Negara meliputi hutan
lindung, hutan produksi, dan hutan suaka alam.
2. Hak Pengusahaan Hutan (HPH): HPH adalah izin yang diberikan oleh
pemerintah kepada perusahaan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber

7
Ibid

10
daya hutan di wilayah tertentu. Perusahaan dengan HPH harus mematuhi
aturan dan melakukan kegiatan yang berkelanjutan, seperti penanaman
kembali pohon yang ditebang.
3. Masyarakat Hukum Adat: Masyarakat hukum adat adalah masyarakat yang
tinggal di sekitar hutan dan memiliki hubungan tradisional dengan hutan
tersebut. Pemerintah mengakui hak-hak mereka atas sumber daya hutan
dan berupaya melibatkan mereka dalam pengelolaan hutan.
4. Konservasi Hutan: Konservasi hutan adalah upaya untuk melindungi dan
menjaga keanekaragaman hayati serta ekosistem hutan. Pemerintah
menetapkan kawasan hutan konservasi yang dilindungi dan tidak boleh
diganggu gugat.
Dengan konsepsi ini, pemerintah berusaha menjaga keseimbangan antara
pemanfaatan sumber daya hutan dan kelestarian alam. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa hutan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi
masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.
Pandangan konsep yang terjadi di Indonesia, misalnya dalam konsep pen
gelolaan kawasan hutan, fungsi konservatif dan fungsi produktifitas terjabarkan
dalam konsep kawasan hutan konservasi yang memiliki fungsi pengawetan kean
ekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya serta kawasan hutan prod
uksi yang memiliki fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Berdasarkan pengklasi
fikasian kawasan hutan tersebut maka dalam kawasan hutan konsevasi berbagai
jenis perizinan dimungkinkan dalam upaya optimalisais manfaat kawasan hutan p
roduksi agar memberikan kemanfaatan secara ekonomi 8. Selain pengelolaan berd
asarkan fungsi konservasi dan produksi, di berbagai sumber daya alam lain pun,
misalnya pertambangan mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, serta pana
s bumi, konsep konservasi dan produksi diadakan. Dalam pengaturan pertamban
gan mineral dan batubara, konsep koservasi termanifestasi dalam konsep wilaya
h pencadangan negara,9 sedangkan konsep produktifitas termanifestasi dalam wi
8
Ahmad Redy, 2015, Dalam kawasan hutan produksi terdapat izin pemanafatan hutan yang terdiri atas: izin usaha
pemnafaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu, izin
usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu, izin pemungutan hasil hutan
bukan kayu. (Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Penglolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan) (Diakses Rabu, 13 September 2023)
9
Ahmad Redy, 2015, Dinamika Konsepsi Penguasaan Negara Atas Sumber Daya Alam, file:///C-ID-dinamika-kons
epsi-penguasaan-negara-atas.pdf (Diakses Rabu, 13 September 2023)

11
layah izin usaha pertambangan. Dalam pemikiran tersebut, suatu komoditas sum
ber daya alam memiliki fungsi konservasi dan fungsi ekonomi (produksi). Artinya
sumber daya alam tidak boleh hanya menjadi ‘harta karun’ yang tersimpan tanpa
dimanfaatkan untuk kepentingan nasional, namun dalam pengelolaan tersebut fu
ngsi konservasi pun harus diutamakan mengingat sumber daya alam tidak hanya
memberikan manfaat bagi generasi saat ini, namun pula harus memberikan manf
aat bagi generasi yang akan datang. Sumber daya alam bukanlah warisan nenek
moyang, namun ia merupakan titipan anak cucu yang harus diurus dengan baik
dan benar.
Konsepsi “dikuasai oleh negara” sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ay
at (3) UUD l945 tersebut, telah ditafsirkan oleh Mahkamah konstitusi dalam perk
ara nomor 01-021-022/PUU-I/2003 mengenai pengujian UU No.20 Tahun 2002 d
an 02/PUU-I/2003 mengenai pengujian UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Minya
k dan Gas Bumi, tanggal 1 Desember Tahun 2004, yang merumuskan bahwa pen
guasaan negara tersebut adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pemilikan. Dinyat
akan bahwa:10 “pengertian dikuasai oleh negara dalam Pasal 33 UUD 1945 meng
andung pengertian yang lebih tinggi atau lebih luas daripada pemilikan dalam ko
nsepsi hukum perdata. Konsepsi penguasaan oleh negara merupakan konsepsi h
ukum publik yang berkaitan dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam
UUD 1945, baik dibidang politik (demokrasi politik) maupun ekonomi (demokrasi
ekonomi). Dalam paham kedaulatan rakyat itu, rakyatlah yang diakui sebagai su
mber, pemilik dan sekaligus pemegang kekuasaan tertinggi dalam kehidupan ber
negara, sesuai dengan doktrin ” dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.Dala
m pengertian tersebut, tercakup pula pengertian kepemilikan publik oleh rakyat s
ecara kolektif”.
Pemerintah menjalankan penguasaan sumber daya hutan dengan
mengacu pada landasan konstitusional yang mengatur hak menguasai negara
dalam pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia. Konsep penguasaan sumber
daya hutan ini melibatkan beberapa aspek, antara lain:
1. Percepatan pengukuhan kawasan hutan: Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (sebelumnya Kementerian Kehutanan) telah menjalankan program
10
Putusan Perkara Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan Perkara Nomor 008/PUU-III/2005 tentang Uji
Materiil UU No. 7 Tahun 2004, h. 512

12
percepatan pengukuhan kawasan hutan. Meskipun demikian, persoalan yang
lebih mendasar dari percepatan pengukuhan kawasan ini adalah memperjelas
batas-batas kawasan alas hak penguasaan pemerintah dan masyarakat pada
tanah-tanah yang termasuk ke dalam kawasan hutan,
2. Karakteristik Sumber daya alam dihutan penelitian sebagai common pool
resources: Sumber daya alam di hutan penelitian merupakan salah satu
komponen input manajemen hutan penelitian yang termasuk dalam common
pool resources. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan dan pengelolaan
sumber daya hutan penelitian perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk
pemerintah, masyarakat, dan lembaga penelitian.
3. Penguasaan dan Eksploitasi sumber daya alam dalam kawasan hutan:
Kawasan hutan secara inheren merupakan bagian dari penguasaan dan
eksploitasi sumber daya alam dimana Pemerintah memiliki peran penting dalam
mengelola dan mengatur penguasaan serta eksploitasi sumber daya alam yang
ada di dalam kawasan hutan
4. Tata hutan dan penyusunan rencana: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2021 mengatur tentang tata hutan dan
penyusunan rencana dalam penguasaan sumber daya hutan 11.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari bacaan yang ada di atas kami dari kelompok dapat
menyimpulkan bahwa, Pengaturan Penguasaan Sumber Daya Hutan di
Indonesia sangatlah penting di pahami serta di implementasikan dengan
sebaik-baiknya agar penguasaan sumber daya hutan dapat di pergunakan
untuk menunjang kesehjateraan serta kemakmuran masyarakat Indonesia, Seb
agaimana diatur dalam UUD 1945 tidak dapat dipisahkan dengan tujuan dari pe

11
A. Safitri, M., 2014, Hak Menguasai Negara di Kawasan Hutan: Beberapa Indikator Menilai Pelaksanaannya. Jurn
al Hukum Lingkungan Indonesia, 1(2), 1–21, https://doi.org/10.38011/jhli.v1i2.13 , (Diakses Kamis, 21 September
2023)

13
nguasaan tersebut yaitu guna mewujudkan sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Keterkaitan penguasaan oleh negara untuk kemakmuran rakyat.

B. Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali ,untu
k bisa Bersama-sama bisa memahami serta mengimplementasikan pengaturan
penguasaan hutan ini agar berjalan dengan baik dan sebagai mana sesuai deng
an amanat konstitusi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suparto, 2020, Memahami Penguasaan Hutan dan Kawasan Hutan Oleh Negara,
Fakultas Hukum Universitas Islam Riau.
2. Ahmad Redy, 2015, Dalam Kawasan Hutan Produksi Terdapat Izin Pemanafatan
Hutan Yang Terdiri Atas: Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan, Izin Usaha Pemanf
aatan Jasa Lingkungan, Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, Izin Usaha P
emanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu, Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu, Izin P
emungutan Hasil Hutan Bukan Kayu.

14
3. Ahmad Redy, 2015, Dinamika Konsepsi Penguasaan Negara Atas Sumber Daya
Alam.
4. Kartodihardjo, Hariadi. 1999. Hambatan Struktural Pembaharuan Kebijakan Pe
mbangunan Kehutanan di Indoensia. Jakarta.
5. Umar, 2009, Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Dalam Pelestarian Fungsi Hutan
Sebagai Daerah Resapan Air . Studi Kasus Hutan Penggaron Kabupaten Semar
ang.
6. Putusan Perkara Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan Perkara Nomor 008
/PUU-III/2005 tentang Uji Materiil UU No. 7 Tahun 2004.
7. A. Safitri, M. 2014. Hak Menguasai Negara di Kawasan Hutan: Beberapa
Indikator Menilai Pelaksanaannya. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai