Oleh:
Audia Andini Ariputri
NIM 233221004
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
Benda sebagai pendukung kehidupan sehari-hari diinginkan oleh setiap
orang bahwasanya dapat dipergunakan atau dimanfaatkan secara penuh dan bebas
tanpa terkendala oleh gangguan pihak-pihak lain. Untuk memperoleh benda yang
demikian maka tak lain harus ada label hak milik di atas benda tersebut,
memperoleh hak milik benda diatur dalam Pasal 584 BW, yaitu dengan cara
dasar peristiwa perdata yang dilakukan oleh orang yang berwenang. Merujuk cara
memperoleh hak milik seperti yang diatur Pasal 584 BW, khususnya cara yang
kelima yaitu penyerahan atas dasar peristiwa perdata yang dilakukan oleh orang
yang berwenang, maka benda tersebut hak miliknya harus dapat dialihkan dari
satu tangan ke tangan yang lain lewat penyerahan atau levering, umumnya paling
Paparan citra benda diatas mengindikasikan bahwa suatu benda akan dapat
dijadikan objek transaksi mana kala memenuhi 2 (dua) macam syarat, yaitu bahwa
benda yang bersangkutan harus memiliki nilai ekonomis dan hak miliknya dapat
dialihkan. Sepanjang kedua syarat tersebut melekat pada sebuah benda, maka
Hak milik merupakan salah satu jenis hak kebendaan yang bercorak
menikmati. Latar belakang yang menyebabkan orang mengejar atribut hak milik
atas suatu benda yang diinginkan, karena dengan hak milik, seseorang dapat
menggunakan benda tersebut dengan leluasa sebagaimana diatur dalam Pasal 570
BW, bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati suatu benda dengan penuh dan
bebas sepanjang tidak melanggar hak orang laindan undang-undang, namun tidak
menutup kemungkinan untuk dicabut demi kepentingan umum dengan
mendapatkan ganti rugi. Ciri unggul hak milik kalau dibandingkan dengan
1. Hak milik itu dapat menjadi induk dari hak keperdataan lainnya. Sebagai
induk, dengan lahirnya hak keperdataan lain, tidak membawa serta hilangnya
hak milik.
2. Hak milik merupakan hak yang secara kuantitatif lebih kuat dan lengkap dari
pada hak keperdataan yang lain. Meski hak milik ditindih oleh hak keperdataan
ataupun hak kebendaan lain, hak milik tetap eksis. Pemegang hak milik juga
3. Hak milik bersifat tetap, dalam arti tak mengenal batas durasi waktu. Andai
pemegang hak milik meninggal dunia, hak milik atas benda tersebut tidak ikut
pupus karenanya dan segera akan digantukan kepemilikan atas benda itu oleh
ahli warisnya.
Adapun salah satu perlindungan hukum hak milik ialah hak revindikasi
seperti yang diatur oleh Pasal 574 BW, dimana sebagai sebuah senjata hak
antara benda bergerak dan benda tidak bergerak. Sejalan dengan pembagian
bergerak sehingga dengan cara tersebut, masyarakat tidak menjadi ragu dan
bergerak oleh sesuatu pihak, terkadang sulit dipastikan apakah pihak yang
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya, dimana jenis bend aini berdasar
508 BW)
benda tidak bergerak, dalam hal ini tanah, selalu dianggap relatif lebih tinggi. Atas
lembaga jaminan hipotek yang jika ditinjau dari jumlah pasalnya jauh lebih
Jaminan umum diatur dalam Pasal 1131 BW, yang menyatakan segala
barang yang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada
itu. Sesuai dengan bunyi pasal tersebut jika debitur lalai atau wanprestasi tidak
lebih dulu di awal antara debitur dengan kreditur namun nantinya apabila debitur
lalai dan tidak dapat membayar utangnya maka upaya yang harus dilakukan oleh
kreditur adalah dengan mengajukan gugatan ke PN (Pengadilan Negeri) dan
meminta sita atas harta debitur terlebih dahulu dan setelah itu melakukan
eksekusi. Kreditur yang hanya memiliki jaminan umum memiliki resiko untuk
kehilangan jaminan dari debitur karena karena harta debitur dialihkan. Dalam
jaminan umum, harta debitur tidak memiliki sifat droit de suite sehingga ketika
dialihkan maka harta tersebut tidak dapat lagi menjadi jaminan umum bagi
kreditur. Di sisi lain apabila debitur memiliki harta yang baru setelah perjanjian
antara debitur dan kreditur maka harta baru ini bisa menjadi jaminan umum bagi
kreditur selama harta ini tidak dibebankan dengan jaminan khusus untuk kreditur
lainnya.
dengan jaminan umum dalam hal karakteristik dan juga cara lahirnya. Secara
umum, jaminan khusus terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yakni jaminan kebendaan
A. Jaminan Kebendaan
suite). Dalam hal ini apabila benda yang dijaminkan dengan jaminan
pendahulunya
iv. Lahirnya jaminan kebendaan ini tidak secara otomatis, melainkan perlu
untuk hak tanggungan, jaminan fidusia dan hipotek perlu dibuat dengan
akta otentik.
(empat) jenis yaitu gadai, hak tanggungan, jaminan fidusia, dan hipotek.
i. Gadai
untuk dan atas nama pemegang gadai. Gadai mempunyai sifat tidak
atau barang-barang yang digadai dari beban hak gadai, hak gadai itu
digadaikan untuk sisa utang yang belum dilunasi. Khusus untuk gadai
atas benda bergerak tidak berwujud, maka ada syarat bahwasanya harus
objek dari hak tanggungan adalah tanah, bisa tanah itu sendiri ataupun
kesatuan dengan tanah tersebut. Lebih lanjut, dalam Pasal 4 ayat (1) dan
hak tanggungan adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai. Khusus untuk Hak Pakai, yang dapat
didaftar dan dapat dipindah tangankan. Ciri lain dari hak tanggungan
Fidusia, jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik
bergerak yang tidak berwujud, dan benda bergerak yang tidak dapat
juga meliputi; hasil dari benda yang merupakan jaminan fidusia dan
iv. Hipotek
Hipotek diatur dalam Pasal 1162 sd. Pasal 1232 BW. Pasal 1162
dalam Pasal 314 KUHD, khususnya pada ayat (3) dan (4). Untuk
memperjelas, kapal yang dimaksud dalam Pasal 314 KUHD ini adalah
kapal yang berat kotor paling sedikit 20 m 3 sesuai ketentuan Pasal 314
borgtocht. Jaminan perorangan ini diatur dalam Pasal 1820 – 1864 BW dalam
kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu
ketiga yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian kepada kreditur terkait
pihak ketiga dimana apabila debitur lalai dan tidak dapat melunasi utangnya
maka pihak ketiga ini yang akan melunasi utang tersebut. Hal ini yang
tersebut.
Berdasarkan Pasal 1831 dan Pasal 1832 BW, walaupun debitur telah
membayar utang debitur tersebut sampai seluruh harta debitur disita dan dijual
untuk melunasi utangnya. Namun demikian dalam keadaan tertentu, hak ini
bisa saja hilang dan dengan demikian penanggung dapat langsung dimintakan
untuk melunasi utang debitur ketika ia lalai. Keadaan tersebut antara lain:
secara tanggung-menanggung;
corporate guarantee. Selain itu, ada juga penanggungan yang diberikan oleh
berdasarkan sifat dari piutangnya. Hak privilege ini diatur dalam Pasal 1138 –
Pasal 1149 BW, hak privilege ini bukan merupakan hak kebendaan namun
Hak retentie merupakan hak untuk menahan suatu benda, sampai suatu
piutang yang bertalian dengan benda itu dilunasi. Hak retentie diatur dalam
beberapa pasal dalam BW, yakni terdapat pada Pasal 567, 575, 576, 579, 715,
dipahami dengan seksama bahwa yang berbenturan itu antara faktor yang
dibuat oleh masyarakat, yakni gadai dan hipotek, dengan aktor yang dicipta
oleh penguasa yaitu privilege. Peristiwa terjadinya benturan itu dapat berupa
hak gadai berbenturan dengan privilege, atau hak hipotek bertabrakan dengan
privilege di satu sisi dengan gadai atau hipotek pada sisi lainnya. Perbenturan
jenis inilah yang justru paling awal diperhatikan oleh penguasa, lalu disediakan
mengutarakan bahwa pada dasarnya gadai dan hipotek harus lebih didahulukan
daripada privilege, kecuali undang-undang menentukan lain. Prinsip dasarnya
jika terjadi benturan antara gadai atau hipotek dengan privilege, maka gadai
piutang yang didukung oleh gadai atau hipotek adalah merupakan unsur pokok
dalam bisnis yang sengaja dikemas oleh rakyat dalam bentuk perjanjian dan ini
melengkapi unsur pokok dunia bisnis, oleh sebab itu yang primer wajib
diutamakan dari yang sekunder. Itu pola dasarnya, namun kalau privilege yang
bersosok sebagai sekunder itu mulai merambah kepentingan umum atau demi
privilege wajib didahulukan dari gadai atau hipotek. Lebih mengutamakan atau
dunia bisnis, Hal demikian itu wajar terjadi, mengingat pada perputaran
apapun, tak terkecuali bisnis, pasti akan ada kejadian-kejadian khusus yang
Jadi pola dasarnya, piutang beratribut gadai dan hipotek harus dilunasi
diadakan pengecualian dan dapat disimak antara lain dalam Pasal 1150, 1139
angka 1, 1149 angka 1, juga 1137 BW. Biaya penyelamatan benda gadai
seperti yang dituturkan Pasal 1150 BW, harus dibayar terlebih dahulu dari
piutang gadai mengingat dengan diselamatkannya benda gadai maka hak gadai
1149 angka 1 BW, wajar kalau harus dilunasi terlebih dahulu dari pada gadai
ataupun hipotek, sebab proses perkara yang memerlukan biaya itu adalah
Utang pajak misalnya, adalah layak kalau harus dibayar terlebih dahulu dari
gadai dan hipotek mengingat dari pajak itulah antara lain roda pemerintahan
ternyata sejalan dengan apa yang ditetapkan oleh Pasal 1132 BW. Dari
menekankan arti pentingnya sikap konsisten saat membuat aturan hukum agar
tersedia dalam BW dirakit lumayan rapi dan adil. Hanya saja saat pemerintah
mengatasi kalau-kalau suatu saat terjadi tubrukan antar piutang istimewa yang
ada. Inilah yang kadang membuat kericuhan dalam hal pasca sita eksekusi,
dimana hasil penjualan lelang itu harus dibayar pertama-tama kepada kreditur
pemegang piutang istimewa yang mana. Untuk mengatasi keadaan yang tidak
hukum yurisprudensi dari ranah peradilan yang entah kapan dapat dijadikan
ada.