Anda di halaman 1dari 24

HUKUM

PERTANAHAN

Dr. Hj. Yulia Qamariyanti, S.H., M.Hum.

Program Studi Kenotariatan


Fakultas Hukum
Universitas Lambung Mangkurat
• Secara formal, kewenangan Pemerintah untuk
mengatur bidang pertanahan tumbuh dan mengakar
dari Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
yang menegaskan bahwa “bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara untuk dipergunakan sebesar-besar
kemakmuran rakyat.” Kemudian ditunaskan secara
kokoh dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Pokok-pokok Agraria. Selanjutnya diatur ke
berbagai peraturan organik dalam bentuk Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan
Presiden dan Peraturan yang diterbitkan oleh
pimpinan instansi teknis di bidang pertanahan (Mhd
Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, 2012: hlm. 1).
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Pokok-pokok Agraria diatur
dan ditetapkan tata jenjang atau hierarki
hak-hak penguasaan atas tanah dalam
hukum tanah nasional, yaitu:
1.Hak Bangsa Indonesia atas Tanah
bersama yang disebut dalam Pasal 1,
sebagai hak penguasaan atas tanah yang
tertinggi, beraspek perdata dan publik.
2.Hak Menguasai Tanah oleh Negara yang
disebut dalam Pasal 2, semata-mata
beraspek publik
3.Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat yang
disebut dalam Pasal 3, beraspek perdata
dan publik.
4.Hak-hak Perorangan/ Individual,
semuanya beraspek perdata.

Walaupun bermacam-macam, tetapi


semua hak penguasaan atas tanah
berisikan serangkaian wewenang,
kewajiban dan/larangan bagi pemegang
haknya untuk berbuat sesuatu mengenai
tanah yang dihaki.
• HAK adalah kepentingan yang dilindungi oleh
hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan
perorangan atau kelompok yang diharapkan
untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakikatnya
mengandung kekuasaan yang dijamin dan
dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.
Jadi hak itu sah apabila dilindungi oleh sistem
hukum. Hak merupakan hubungan hukum
antara subyek dan obyek atau hubungan hukum
antara subyek dengan subyek lain yang
dilindungi hukum (Sudikno Mertokusumo dalam
Darwin Ginting, 2010: hlm. 59-60).
1. Hak Bangsa Indonesia atas Tanah
• Dengan berdasar Pasal 33 Ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan”Bumi dan Air dan kekayaan
Alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pengaturan lebih lanjut tentang hak
penguasaan atas tanah ini dimuat dalam
Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Agraria.
Hak Bangsa Indonesia atas tanah
mempunyai sifat-sifat antara lain:

a. Sifat Komunalistik, artinya semua tanah yang


ada dalam wilayah Negara Republik Indonesia
merupakan tanah bersama rakyat Indonesia,
yang telah bersatu sebagai Bangsa Indonesia
(Pasal 1 ayat [1]) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria,
bahwa “Seluruh wilayah Indonesia adalah
kesatuan tanah air dari seluruh rakyat
Indonesia, yang telah bersatu sebagai bangsa
Indonesia”.
b. Sifat Religius, artinya seluruh tanah yang ada
dalam wilayah Negara Republik Indonesia
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Hubungan antara Indonesia dengan tanah akan
berlangsung tidak terputus-putus untuk selama-
lamanya (Pasal 1 ayat [2]) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok
Agraria, bahwa “Seluruh bumi, air dan ruang
angkasa termasuk kekayaan alamyang
terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik
Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa
bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan
nasional”.
c. Sifat Abadi, artinya selama rakyat
Indonesia masih bersatu sebagai Bangsa
Indonesia dan selama tanah bersama
tersebut masih ada pula, dalam keadaan
yang bagaimanapun tidak ada
sesuatukekuasaan yang akan dapat
memutuskan atau meniadakan hubungan
tersebut (Pasal 1 ayat [3]) Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Agraria, “Hubungan bangsa
Indonesia dan bumi, air serta ruang
angkasa termasuk dalam ayat [2] pasal ini
adalah hubungan yang bersifat abadi.
2. Hak Menguasai Tanah oleh Negara

• Dengan berdasar Pasal 33 Ayat (3) Undang-


Undang Dasar 1945 yang menyatakan”Bumi
dan Air dan kekayaan Alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”. Dalam Penjelasan Pasal 33 alenia 4
menyatakan: Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya adalah pokok-
pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
• Dari ketentuan Pasal 33 ayat (3) dan
Penjelasannya terlihat bahwa konsep Undang-
Undang Dasar 1945, hubungan antara Negara
dengan bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya adalah hubungan
penguasaan. Artinya, bumi, air dan kekayaan
alam yag terkandung didalamnya itu dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat. Apa yang dimaksud
dengan “dikuasai” oleh Negara, dalam Undang-
Undang Dasar 1945 tidak ada penjelasannya
(Muhammad Bakri, 2007: hlm. 1-2).
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Pokok-pokok Agraria, menyatakan:

Ayat (1)
Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3)
Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai yang
dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang
angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya itu pada tingkatan
tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Pokok-pokok Agraria

Ayat (2)
Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1)
pasal ini memberi wewenang untuk:
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air
dan ruang angkasa tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan
hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang
angkasa;
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan
hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan
hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Pokok-pokok Agraria
Ayat (3)
Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari
Negara tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan
untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat,
dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum
Indonesia yang merdeka berdaulat, adil dan makmur.

Penjelasan Pasal 2 ayat [2] dan [3] adalah “Segala


sesuatu dengan tujuan untuk mencapai sebesar-besar
kemakmuran rakayt dalam rangka masyarakat yang adil
dan mekmur.
• Hak penguasaan Negara ialah hak Negara
melalui Pemerintah yang mewakili
kewenangan untuk menentukan
penggunaan, pemanfaatan, dan hak atas
sumber daya alam dalam lingkup
mengatur (regelen), mengurus atau
mengelola (bestuuren, beheren) dan
mengawasi (toezichthouden) penggunaan
serta pemanfaatan sumber daya alam
(Abrar dalam Darwin Ginting, 2010: hlm.
61).
• Tujuan hak menguasai Negara adalah untuk mencapai
sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti
kebangsaan, kesejahteraan, dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum yang merdeka,
berdaulat, adil dan makmur. Hak menguasai Negara
dalam pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada
Pemerintah Daerah dan masyarakat-masyarakat hukum,
sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan
peraturan Pemerintah. Berdasarkan hak menguasai
Negara atas tanah dapat diberikan macam-macam hak
atas tanah kepada orang per orang, sekelompok orang
secara bersama-sama, dan badan-badan hukum (Urip
Santoso, 2010: hlm. 121).
3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat

• Masyarakat Hukum Adat adalah Masyarakat


yang timbul secara spontan di wilayah tertentu
yang berdirinya tidak ditetapkan atau
diperintahkan oleh penguasa yang lebih tinggi
atau penguasa lainnya, dengan atau solidaritas
yang sangat besar diantara para anggotanya,
yang memandang bukan anggota masyarakat
sebagai orang luar dan menggunakan
wilayahnya sebagai sumber kekayaan yang
hanya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh
anggotanya
• Masyarakat Hukum Adat
mempunyai salah satu hak
yang terpenting terkait dengan
ruang hidupnya yaitu ”hak Ulayat”
sebagaimana tercantum dalam
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Pokok-pokok
Agraria
• Dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 1
dan Pasal 3 dinyatakan bahwa; pelaksanaan
hak ulayat dan hak- hak yang serupa itu dari
masyarakat-masyarakat hukum adat,
sepanjang menurut kenyataannya masih ada,
harus sedemikian rupa hingga sesuai dengan
kepentingan nasional dan negara, yang
berdasarkan atas persatuan bangsa serta
tidak boleh bertentangan dengan uu dan
peraturan lain yang lebih tinggi.
SUBJEK
HAK

MASYARAKAT
HUKUM ADAT
Hak Ulayat berisi Wewenang:
• 1. Mengatur dan menyelenggarakan
penggunaan tanah (untuk pemukiman,
bercocok tanam dan lain-lain) persediaan
(pembuatan pemukiman/persawahan baru dan
lain-lain) dan pemeliharaan tanah.
• 2. Mengatur dan menetukan hubungan hukum
antara orang dengan tanah (memberikan hak
tertentu pada subyek tertentu.
• 3. Mengatur dan menetapkan hubungan hukum
antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan
hukum yang berkenaan dengan tanah (jual-beli,
warisan dan lain-lain).
• Isi wewenang hak ulayat menyatakan,
bahwa hubungan antara masyarakat
hukum adat dengan tanah/wilayahnya
adalah hubungan menguasai, bukan
hubungan milik sebagaimana halnya
dalam konsep hubungan antara negara
dengan tanah menurut Pasal 33 ayat (3)
UUD 1945.
4. Hak-hak Perorangan/ Individual,
semuanya beraspek perdata
Pasal 16 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1960
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
d. Hak Pakai

e. Hak Pengelolaan (tidak diatur oleh


UUPA)

Anda mungkin juga menyukai