Anda di halaman 1dari 34

Hak-hak Penguasaan Atas Tanah dalam

Hukum Tanah Nasional

oleh:
Rofi Wahanisa
Hukum agraria = hukum tanah
 Kedudukan hukum agraria dalam arti sempit
(hukum tanah) dalam sistem hukum nasional.
Sistem hukum agraria (hukum tanah) merupakan
satu kesatuan dengan sub-sub sistem hukum
lainnya, seperti hukum pertambangan, hukum
lingkungan, dan sebagainya, bekerja secara
sistematis dalam satu tatanan sistem hukum
nasional
Berisi…..
 Serangkaian wewenang, kewajiban, dan/atau
larangan bagi pemegang hak nya untuk berbuat
sesuatu dengan tanah yang dihaki
 “sesuatu”  sesuatu yg “urgent” dlm penguasaan
HAT
Hak-hak Penguasaan atas Tanah, dibagi
2:
 Lembaga Hukum
 Hubungan Hukum Kongkrit
Lembaga Hukum
 Dalam arti belum dihubungkan dengan tanah dan subyek
tertentu
Hubungan Hukum Kongkrit
 Hak-hak penguasaan atas tanah jika sudah
dihubungkan dengan tanah tertentu dan subyek
tertentu sebagai pemegang hak nya.
Ingat kembali….. !!!!
 Pengertian tanah…….
 Pengertian “asas pemisahan horizontal”, 
pemilikan bangunan dan tanaman  Hk. Adat
 Yaitu bahwa: bangunan dan tanaman bukan
merupakan bagian dari tanah yang bersangkutan.
HAT tidak sendirinya meliputi bangunan dan
tanaman yg ada diatasnya.
Per-KECUALI-an:
 Bangunan dan tanaman tersebut secara fisik merupakan
suatu kesatuan dengan tanah yang bersangkutan,
artinya bangunan yang berfondasi dan tanaman
merupakan tanaman keras;
 Bangunan dan tanaman tersebut milik yang empunya
tanah;
 Maksud yang demikian secara tegas disebutkan dalam
akta yang membuktikan dilakukannya perbuatan
hukum yang bersangkutan.
Hierarkhi hak penguasaan atas tanah – Macam Hak
Penguasaan atas Tanah Dalam Hk. Nasional

1. Hak Bangsa Indonesia (psl. 1)


2. Hak Menguasai dari Negara (psl. 2)
3. Hak ulayat, jika sepanjang kenyataannya masih
ada (psl. 3)
4. Hak Individual, terdiri :
a. hak-hak atas tanah (psl. 4)
b. wakaf (psl. 49)
c. hak jaminan atas tanah : HT (UU No. 4 th.
1996)
Sumber-sumber Hukum Tanah Nasional

Sumber-sumber hukum yang tertulis


• UUD 1945, psl. 33,
• UUPA No. 5 tahun 1960,
• Peratutan pelaksanaan UUPA,
• Peraturan-peraturan lama yang sementara masih berlaku, berdasarkan
ketentuan pasal-pasal peralihan (bagian hukum tanah positif, bukan bagian
hukum tanah nasional)

Sumber-sumber hukum yang tidak tertulis


• Norma-norma hukum adat yang sudah di-”saneer”, berdasar ketentuan psl.
5, 56, dan 58
• Hukum kebiasaan, yang merupakan yurisprudensi, dan praktik administrasi
HAK BANGSA INDONESIA
 Hak penguasaan yang tertinggi
 Pasal 1 (1) sampai psl. 3 UUPA, yang berbunyi:
(1) “Seluruh wilayah Indonesia adl kesatuan tanah-air
dan seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai
Bangsa Indonesia”
(2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yg terkandung di dalamnya dalam
wilayah RI sebagai Karunia Tuhan YME, adalah bumi,
air dan ruang angkasa BI dan merupakan kekayaan
Nasional.
(3) Hubungan hukum antara Bangsa Indonesia dan bumi, air,
dan ruang angkasa termaksud dalam ayat (2) pasal ini
adalah hubungan yang bersifat abadi.
Hak Bangsa mengandung 2 unsur:
 Unsur kepunyaan – bukan hak pemilikan yang yuridis. Hak
Bangsa  Hak Milik Perorangan atas tanah.
 Unsur tugas kewenangan – untuk mengatur penguasaan dan
memimpin penggunaan tanah bersama tersebut
pelaksanaannya dilimpahkan kepada Negara.
Pemegang Hak Bangsa
 Subyek nya : seluruh Rakyat Indonesia – Bangsa Indonesia,
generasi terdahulu…sekarang dan yang akan datang….
Tanah yangSemua tanah yang ada di
dalam Dihaki
 wilayah Negara RI. Tidak ada tanah yg merupakan “res
Nullius”.
 Hubungan “hak bangsa” ini bersifat “abadi” 
PENJELASAN UMUM II, bahwa: “selama rakyat Indonesia
yang bersatu sebagai Bangsa Indoensia masih ada dan
selama bumi, air dan ruang angkasa Indonesia masih ada
pula, dalam keadaan yg bagaimanapun, tidak ada kekuasaan
yg akan dapat memutuskan / meniadakan hubungan
tersebut”.
Hak Menguasai dari Negara
a. Mengatur & menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan, & pemeliharaan, bumi, air, & ruang angkasa tsb; --- >
Penataan Ruang
b. Menetukan & mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dng bumi, air, & ruang angkasa; --- > landreform;
Pendaftaran Tanah
c. Menentukan & mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang & perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air,
dan ruang angkasa. --- > lembaga-lembaga yang sudah dikenal
dalam hukum adat
Pengaturan HMN
 Pasal2 (1), dan (2) UUPA
 Perwujudan dari psl. 33 ayat 3 UUD 1945
Tujuan Wewenang HMN:
 Untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dalam
arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka,
berdaulat, adil dan makmur.
Kewenangan HMN
 Bersifat publik semata
 Penjelasan Umum II, “UUPA berpangkal pada
pendirian, bahwa untuk mencapai apa yang ditentukan
dalam psl. 33 ayat 3 UUD tidak perlu dan tidak pada
tempatnya, bahwa BI ataupun Negara bertindak
sebagai pemilik tanah. Adalah lebih tepat jika Negara,
sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat
(bangsa) bertindak selaku Badan Pengawas.”
Penjelasan:
 Psl. 2 UUPA tsb, kewenangan Negara tsb meliputi baik
bidang legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
 Penjelasan umum tsb  menurut sifatnya dan pada asasnya
merupakan tugas pemerintah Pusat.
 Legislatif  “mengatur dan menentukan”
 Eksekutif  “menyelenggarakan dan menentukan”
 Yudikatif  menyelesaikan sengketa-sengketa tanah, baik
diantara rakyat sendiri maupun antara rakyat dan pemerintah
melalui Peradilan Umum.
 Pemegang HMN adl Negara – sebagai organisasi kekuasaan
 Tanah yg dihaki – semua tanah dalam wilayah RI, baik tanah
yg tidak atau belum maupun yang sudah dihaki dengan hak
perorangan oleh UUPA – tanah yg dikuasai langsung oleh
Negara.
 Diluar daripada itu adalah tanah-tanah Hak.
Hak menguasai dari negara meliputi semua tanah dlm wilayah RI

Tanah-tanah yg belum di-hak-i oleh perorangan oleh UUPA


disebut tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (psl. 28, 37,
41, 43, & 49) atau disebut dengan TANAH NEGARA.
Dengan adanya hak menguasai dari negara, tidak ada tanah yang
merupakan “res nullius” yg setiap orang leluasa dapat menguasai
& menggunakannya.

Menguasai tanah tanpa adanya landasan hak yg diberikan oleh


negara / tanpa seijin pihak yang mempunyainya tidak dibenarkan,
bahkan diancam dengan sanksi pidana.
Terciptanya HMN
 Merupakan pelimpahan tugas kewenangan BI yg dilakukan
oleh Wakil-wakil BI pada wkt menyusun Undang-undang
Dasar 1945
Pembebanan HMN
 Pemberian hak atas tanah kepeda seseorang atau badan
hukum, bukan berarti melepaskan HMN
 Negara tdk melepaskan kewenangannya yg diatur dlm
ps. 2 thd tanah yg bersangkutan.
 Adanya pembatasan kekuasaan Negara, pembatasan yg
diadakan oleh Negara bagi dirinya sendiri sebagai
suatu negara hukum.
 Wewenang dilakukan untuk tercapainya tujuan
penguasaan dan penggunaan tanah untuk sebesar-
besarnya kemakmurran rakyat.
HMN tidak akan hapus
 HMN sebagai pelimpahan Hak Bangsa, tidak akan hapus,
selama NKRI masih ada sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat.
HAK ULAYAT
 Psl. 3 UUPA, “dengan mengingat ketentuan-ketentuan
dalam psl. 1 dan 2, pelaksanaan hak ulayat dan hak-
hak yang serupa dari masyarakat-masyarakat hukum
adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada,
harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kepentingan Nasional dan Negara, yang berdasar atas
persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain
yang lebih tinggi.”
Merupakan…….
 Hubungan hukum kongkret antara masyarakat hukum
adat dengan tanah dalam wilayahnya yg biasa disebut
dengan “tanah ulayat”.
 Menurut Van Vollenhoven, membagi menjadi 19
lingkaran/bagian hukum adat. Menyebut sebagai
Hukum Adat  “Beschikkingsrecht”.
 Merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban
suatu masyarakat hukum adat, yang berhubungan
dengan tanah yang terletak dalam lingkungan
wilayahnya.
 Hak Ulayat mempunyai 2 unsur: unsur kepunyaan dan
unsur kewenangan.
 Unsur Kepunyaan: termasuk bidang hukum perdata ;
Unsur Kewenangan: untuk mengatur penguasaan dan
memimpin penggunaan tanah-bersama, yang termasuk
bidang hukum publik.
 Hak Ulayat dalam lingkungan masyarakat Hukum Adat
merupakan Hak Penguasaan Atas Tanah Yang
Tertinggi.
Pemegang Hak
 Pemegang adl masyarakat hukum adat
 Bersifat teritorial dan genealogik
Tanah Yang Dihaki
 Obyeknya semua tanah yang ada di daam wilayah masyarakat
hukum adat teritorial bersangkutan.
 Bersifat genealogik
 Tidak ada “res nullius”
Terciptanya Hak Ulayat

 HakUlayat sebagai hubungan hukum kongkret, pada asal


mulanya diciptakan oleh nenek moyang / sesuatu Kekuatan
Gaib  ingat !!! Adanya corak masyarakat Hukum Adat
Keberadaan Hak Ulayat Dlm Hk. Tanah
Nasional
 Hak ulayat diakui eksistensinya bagi masyarakat adat
tertentu, sepanjang menurut kenyataannya masih ada.
 Masih adanya Hak Ulayat pada suatu masyarakat
hukum adat tertentu, dapat dilihat dari adanya kegiatan
sehari-hari Kepala Adat dan para Tetua Adat dlm
kenyataannya. Sebagai pengemban tugas dan
kewenanga mengatur penguasaan dan mempimpin
penggunaan tanah ulayat, yg merupakan tanah
bersama.
 Pelaksanaannya dibatasi, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan Nasional dan
Negara, tdk bertentangan dengan Undang-undang
dan peraturan yg lebih tinggi.
 Hak ulayat yang pada kenyataannya tidak ada lagi,
tidak akan dihidupkan kembali. Dan juga tidak
akan diciptakan Hak Ulayat baru.

Anda mungkin juga menyukai