Anda di halaman 1dari 8

HUKUM TANAH ADALAH HUKUM YANG SANGAT PENTING,

DIBUTUHKAN OLEH MASYARAKAT/BANGSA INDONESIA


DI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Mudemar A. Rasyidi
mudemar.a.rasyidi@gmail.com

ABSTRAK
Hukum tanah bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya, ia hanya mengatur salah
satu aspek yuridisnya yang disebut hak-hak penggunaan atas tanah. Ketentuan-
ketentuan berkenaan yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah dapat disusun
menjadi satu kesatuan yang merupakan satu sistem, yang disebut Hukum Tanah.
Ketentuan-ketentuan Hukum Tanah itupun dapat dipelajari dengan menggunakan suatu
sistematika yang luas dan masuk akal.

Kata Kunci: Tanah adalah suatu kebutuhan dalam hidup manusia, dimanapun dia
berada.

1. PENDAHULUAN Undang-undang Pokok Agraria (UUPA),


A. Latar Belakang hingga Undang-undang Nomor 32/2003,
Kebijakan dasar dari UUD 1945, terbatas pada bentuk tugas pembantuan
yang sudah mengalami Amandemen, (“medebewind”).
menggariskan dalam Pasal 18 Ayat (2),
(5), dan (7), bahwa “Pemerintahan Tugas kewenangan agar yang di-
Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan medebewind-kan memang perlu disesuai-
Kota mengatur dan mengurus sendiri kan dengan apa yang merupakan para-
urusan Pemerintahan menurut azas digma baru, sebagaimana ditetapkan
otonomi dan tugas pembantuan. Peme- dalam Pasal 18 UUD RI Tahun 1945 di
rintahan daerah menjalankan otonomi atas.
seluas-luasnya, kecuali urusan peme-
rintahan yang oleh undang-undang, Tetapi tetap bukan dalam bentuk
ditentukan sebagai urusan Pemerintahan otonomi, dalam arti “mengatur dan me-
Pusat, susunan dan tata cara penye- ngurus urusan Pemerintahan dan kepen-
lenggaraan pemerintahan daerah diatur tingan masyarakat setempat menurut
dalam Undang-Undang.” prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi
masyarakat setempat”. Tugas pemban-
Undang-undang yang dimak-sud tuan itu, juga terbatas pada kewenangan-
semula adalah Undang-undang No. 22 kewenangan tertentu.
Tahun 1995 tentang Pemerintahan
Daerah, yang mulai berlaku tanggal 7 UUD RI 1945, sejak rumusannya
Mei 1999 dan kemudian diganti dengan yang asli dalam rangka pelaksanaan salah
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 satu tujuan kemerdekaan kita dan pem-
tentang Pemerintahan Daerah. bentukan negara kesatuan Republik
Indonesia, sebagaimana dinyatakan
Sepanjang mengenai bidang perta- dalam pembukaan UUD RI 1945 dengan
nahan, otonomi yang seluas-luasnya itu kata-kata “memajukan kesejahteraan
dalam rangka ketentuan-ketentuan per- umum”, dalam pasal 33 Ayat (3),
undang-undangan yang berlaku, sejak menggariskan kebijakan dasar mengenai

53
penguasaan dan penggunaan sumber- orang dan perbuatan-perbuatan
sumber daya alam yang ada, dengan kata- hukum yang mengenai bumi, air, dan
kata “Bumi dan air dan kekayaan alam ruang angkasa tersebut.
yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk Berdasarkan kewenangan tersebut,
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. sepanjang yang mengenai tanah oleh
negara telah disusun Hukum Tanah
Dalam batas tubuh UUD RI 1945 Nasional, yang terdiri atas perangkat
sendiri tidak terdapat penjelasan menge- hukum perundang-undangan yang meru-
nai syarat dan lingkup hak menguasai pakan Hukum Tanah Nasional yang
dari negara tersebut. Dalam penjelasan tertulis, dilengkapi dengan ketentuan-
ayat (3) pasal tersebut hanya dinyatakan ketentuan hukum adat setempat yang
bahwa : “bumi dan air dan kekayaan alam masih berlaku, yang merupakan bagian
yang terkandung di dalam bumi adalah Hukum Tanah Nasional yang tidak
pokok-pokok kemakmuran rakyat, sebab tertulis.
itu harus dikuasai oleh negara dan di-
pergunakan untuk sebesar-besar kemak- B. Tujuan Penulisan
muran rakyat”. Tujuan penulisan dalam mata
kuliah Hukum Agraria dengan me-
Di samping itu Undang-undang ngambil judul “Hukum Tanah adalah
Pokok Agraria telah pula dengan di- Hukum yang Sangat Penting, dibutuhkan
keluarkannya beberapa peraturan, yang oleh masyarakat/bangsa Indoensia” ada-
antara lain, sebagai berikut: lah untuk memenuhi tugas akhir mata
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun kuliah Hukum Agraria, dengan dosen:
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dr. Waty Suwarty Haryono, SH, MH dan
2. Undang-undang Nomor 30 Tahun Endang Pandamdari, SH, MH, CN di
2004 tentang Jabatan Notaris. Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum
3. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun Universitas Islam Jakarta khususnya
2005 tentang Pengadaan tanah bagi Angkatan IX Tahun 2008/2009.
pelaksanaan pemba-ngunan untuk
kepentingan umum. C. Pembatasan Penulisan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Dalam melakukan penulisan ini,
Tahun 2004 tentang Penatagu-naan penulis mengambil bahan atau data dari
tanah. buku-buku yang membica-rakan/mem-
balas/mengupas tentang Hukum Agraria,
Dan dijelaskan pula dalam Pasal 2 serta dari materi-materi mata kuliah
Ayat (2) UUPA bahwa hak menguasai Hukum Agraria yang penulis
dari negara, meliputi kewenangan untuk : terima/peroleh dan penulis pelajari.
a. Mengatur dan menyelenggarakan
peruntukan, penggunaan, penye- 2. HUKUM TANAH ADALAH HU-
diaan dan pemeliharaan bumi, air, KUM YANG SANGAT PEN-
dan ruang angkasa Indonesia. TING, DIBUTUHKAN OLEH
b. Menentukan dan mengatur hubu- MASYARAKAT/BANGSA
ngan-hubungan hukum antara orang- INDONESIA
orang dengan bumi, air dan ruang A. Hukum Tanah sebagai Suatu
angkasa tersebut. Sistem
c. Menentukan dan mengatur hubu- Hukum Tanah bukan mengatur
ngan-hubungan hukum antara orang- tanah dalam segala aspeknya, ia hanya

54
mengatur salah satu aspek yuridisnya yang dapat diberikan kepada dan ipunyai
yang disebut hak-hak penggunaan atas oleh orang-orang.
tanah. Ketentuan-ketentuan berkenaan
yang mengatur hak-hak penguasaan atas Dengan demikian, jelaslah bahwa
tanah dapat disusun menjadi satu ke- tanah dalam pengertian yuridis adalah
satuan yang merupakan satu sistem, yang permukaan bumi (ayat 1). Sedang hak-
disebut HUKUM TANAH. hak atas tanah adalah hak atas sebagian
tertentu permukaan bumi, yang berbatas,
Ketentuan-ketentuan Hukum Tanah berdimensi, dan dengan ukuran panjang
itupun dapat dipelajari dengan meng- dan lebar.
gunakan suatu sistematika yang khas dan
masuk akal. Adalah senada apa yang di- Menuurt Kamus Besar Bahasa
katakan oleh NATHANIEL LICHFIELD. Indonesia (1994), tanah adalah:
Bagi seorang sarjana hukum, tanah 1. Permukaan bumi atau lapisan yang di
merupakan sesuatu yang nyata, yaitu atas sekali.
berupa permukaan fisik bumi serta apa 2. Keadaan bumi di suatu tempat.
yang ada di atasnya buatan manusia, yang 3. Permukaan bumi yang diberi batas.
disebut “FIXTURES”. Biarpun demikian, 4. Bahan-bahan dari bumi, bumi
perhatiannya lebih tertarik pada pemi- sebagai bahan sesuatu (pasir, cadas,
kiran dan penguasaan tanah serta per- napal dan sebagainya).
kembangannya. Obyek perhatian hu-
kumnya bukan tanahnya melainkan hak- Kekayaan Alam dalam Tubuh Bumi,
hak dan kewajiban-kewajiban berkenaan Air, dan Ruang Angkasa
dengan tanah yang dimiliki dan dikuasai Menurut UUPA hak atas tanah juga
dalam berbagai bentuknya, meliputi tidak meliputi pemikiran kekayaan alam
kerangka hukum dan institusionalnya, yang terkandung di dalam tubuh di
pemindahannya, serta pengawasannya bawahnya. Dinyatakan dalam Pasal 8
oleh masya-rakat1 bahwa pengambilan kekayaan alam yang
terkandung dalam bumi, air, dan ruang
Pengertian Tanah angkasa perlu diatur. Dalam Penjelasan
Sebutan tanah dalam bahasa kita, Pasal 8 disebutkan: karena hak-hak atas
dapat dipakai dalam berbagai arti. Maka tanah itu hanya memberi hak atas per-
dalam penggunaannya, perlu diberi mukaan bumi, maka wewenang-
batasan agar diketahui dalam arti apa wewenang yang bersumber dari padanya
istilah tersebut digunakan. Dalam hukum tidaklah mengenal kekayaan-kekayaan
tanah kata sebutan “tanah” dipakai dalam alam, yang terkandung dalam tubuh
arti yuridis, sebagai suatu pengertian bumi, air, dan ruang angkasa. Oleh
yang teloah diberi batasan resmi oleh karena itu maka pengambilan kekayaan
UUPA. yang dimaksudkan itu memerlukan
penga-turan tersendiri.
Dalam Pasal 4, dinyatakan, bahwa
atas dasar hak menguasai dari Negara, Ketentuan ini merupakan pangkal
ditentukan adanya macam-macam hak bagi perundang-undangan pertambangan
atas permukaan bumi, yang disebut tanah, dan lain-lainnya. Maka pengambilan
kekayaan alam yang berupa bahan-bahan
galian yang telah disinggung di atas,
1
Lihat, Nathaniel and Darim-Draskien. Haim, memerlukan adanya hak tersendiri, yaitu
1980. Land Policy in Planning George Allen Unwin
Ltd. London, halaman 13.

55
kuasa pertambangan yang diatur dalam 3. Hak Ulayat masyarakat hukum adat
Undang-undang Pokok Pertam-bangan. yang disebut dalam Pasal 3, beraspek
Perdata dan Publik.
Bangunan dan Tanaman yang ada di 4. Hak-hak perorangan/individu, se-
atas Tanah muanya beraspek Perdata, terdiri
Dalam hukum tanah dan negara- atas:
negara yang menggunakan apa yang a. Hak-hak atas tanah sebagai hak-
disebut “Azas Accesie” atau “Azas Per- hak individual yang semuanya
lekatan”, bangunan dan tanaman yang secara langsung ataupun tidak
ada di atas dan merupakan satu ketentuan langsung bersumberkan pada hak
dengan tanah merupakan “bagian” dari bangsa, yang disebut dalam Pasal
tanah yang bersangkutan, maka hak atas 16 dan 53.
tanah dengan sendirinya, karena hukum b. Wakaf, yaitu hak milik yang
meliputi juga pemikiran bagunan dan sudah diwakafkan dalam Pasal 49.
tanaman yang ada di atas tanah yang c. Hak jaminan atas tanah yang
dihaki, kecuali kalau ada kesepakatan disebut “Hak Tanggungan” dalam
lain dengan pihak yang membangun atau Pasal 25, 33, 39 dan 51.
menanamnya (KUHPer Ps. 500 dan 571).
Biarpun macam-macam, tetapi
Perbuatan hukum mengenai tanah semua hak penguasaan atas tanah ber-
dengan sendirinya meliputi tanaman dan isikan serangkaian wewe-nang, kewajib-
bangunan, karena hukum meliputi juga an dan atau larangan bagi pemegang
tanaman dan bangunan yang ada di atas- haknya untuk berbuat sesuatu mengenai
nya. tanah yang dihaki. “Sesuatu” yang boleh,
wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang
Hak-hak Penguasaan atas Tanah merupakan isi hak penguasaan itulah
Pengertian “Penguasaan” dan “Me- yang menjadi kriteria atau talak pembeda
nguasai” Pengertian “Pengua-saan” dan di antara hak-hak penguasaan atas tanah
“Menguasai” dapat dipakai dalam arti yang diatur dalam Hukum Tanah.
fisik, juga dalam arti yuridis juga
beraspek Perdata dan beraspek Publik. B. Pembidangan Hukum Tanah
Dalam tiga hukum tanah terdapat pe- Ketentuan-ketentuan Hukum Tanah
ngatur mengenai berbagai “hak yang beraspek Publik dan Perdata. Keten-
penguasaan atas tanah”. tuan-ketntuan yang beraspek Publik
meliputi bidang legislatif, bidang ekse-
Dalam UUPA misalnya diatur dan kutif/adminis-tratif dan bidang yudikatif,
sekaligus ditetapkan tata jenjang atau yang kegiatannya dilakukan oleh Negara
hierarki hak-hak penguasaan atas tanah sebagai Badan Penguasa.
dalam Hukum Tanah Nasional kita, yaitu:
1. Hak Bangsa Indonesia yang disebut Bidang legislatif meliputi tugas/
dalam Pasal 1, sebagai hak pe- kewenangan pembuatan peraturan-per-
nguasaan atas tanah yang tertinggi, aturan perundang-undangan di bidang
beraspek Perdata dan Publik. pertanahan.
2. Hak menguasai dari Negara yang
disebut dalam Pasal 2, semata-mata Bidang yudikatif meliputi tugas
beraspek publik. kewenangan mengadili kasus-kasus per-
tanahan. Tetapi ketentuan-ketentuan yang
mengaturnya tidak mempunyai ciri-ciri

56
khas yang membedakannya dengan yang untuk menguasai secara fisik tanah yang
mengatur kegiatan legislatif dan yudikatif dihaki, untuk menggunakannya dan untuk
di bidang lain. Oleh karenanya tidak melakukan perbuatan-perbuatan hukum
dimasukkan dalam isi sistematika yang tertentu dengan tanah yang bersangkutan
diuraikan di atas, melainkan tetap berada (“the right to possession, the right of
dalam lingkup Hukum Tata Negara dan enjoyment and dispotision” - Hak untuk
Hukum Peradilan. memiliki, menikmati dan membagi)2. Ini
yang kita sebut hak-hak atas tanah yang
Berlainan halnya dengan ketentuan- dalam bahasa Belanda dimasukkan dalam
ketentuan di bidang eksekutif/adminis- golongan GENOTSRECHTEN.
tratif, yang dibuat justru untuk mem-
berikan landasan hukum bagi penguasa Ada hak-hak yang penguasaan atas
eksekutif dalam melaksanakan politik tanah yang beraspek Perdata, yang
perta-nahan yang ditetapkan penguasaan memberikan kewenangan kepada kreditor
negara masing-masing. untuk menjual bidang tanah tertentu yang
dijadikan agunan. Jika dalam hubungan
Bidang hukum tanah ini mem- utang-piutang tertentu debitor cidera
punyai fungsi dan peranan yang penting janji, kreditor berwenang untuk meng-
dan strategis bagi tercapainya tujuan ambil seluruh atau sebagian hasil pe-
politik pertanahan yang ditetapkan. lelangan tersebut guna melunasi piu-
Politik pertanahan intinya menjawab tangnya, dengan hak mendahului dari-
pertanyaan “Apa yang akan dilakukan pada kreditor-kreditor lain.
dengan tanah yang tersedia dan agar
tujuan yang hendak dicapai serta sarana- Hak penguasaan ini kita sebut hak
sarana apa yang akan digunakan”. jaminan atas tanah yang dalam bahasa
Belanda disebut Zaker Heisrechten.
Ketentuan-ketentuan Hukum Tanah
yang beraspek yuridis, administratif ini C. UUPA sebagai Undang-Undang
kita sebut Hukum Tanah Administratif. Pokok
Sedangkan politik pertanahan nasional Dalam penyusunan Hukum Tanah
dirumus-kan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD Nasional perlu pertama-tama ada suatu
1945 dan dirinci lebih lanjut dalam Undang-undang yang memuat konsepsi,
UUPA. azas-azas, dan ketentuan-ketentuan po-
koknya. Undang-undang tersebut meru-
Ketentuan-ketentuan Hukum Tanah pakan dasar bagi penyusunan peraturan-
yang beraspek Perdata mengatur hak-hak peraturan lainnya.
penguasaan atas tanah yang subyeknya
perorangan danu badan-badan hukum Sungguhpun dari segi formalnya
perdata serta badan-badan Pemerintah tidak beda dengan Undang-undang biasa
yang menguasai tanah untuk keperluan yaitu suatu peraturan yang dibuat oleh
memenuhi kebutuhan dan/atau melaksa- Pemerintah dengan penyetujuan Dewan
nakan tugasnya masing-masing. Bidang Perwakilan Rakyat (DPR), tetapi me-
Hukum Tanah ini kita sebut Hukum ngingat akan sifatnya sebagai peraturan
Tanah Perdata. dasar bagi hukum tanah yang baru, maka
yang dimuat dalam Undang-Undang
Hak-hak penguasaan atas tanah
yang diaturnya ada yang memberikan
2
kewenangan kepada pemegang haknya Harwood, Michael. 1975. English Land Law.
Sweet & Maxwell. London, Halaman 5.

57
tersebut hanyalah konsepsi, azas-azas c. Hukum Pertambangan, yang
serta ketentuan-ketentuan dalam garis mengatur hak-hak penguasaan
besarnya saja dan oleh karenanya disebut atas bahan-bahan galian yang
Undang-Undang Pokok Agraria. Adapun dimaksudkan oleh UU Pokok
pelaksanaannya akan diatur dalam ber- Pertambangan.
bagai peraturan perundangan lainnya. d. Hukum Perikanan, yang me-
ngatur hak-hak penguasaan atas
3. KESIMPULAN DAN SARAN kekayaan alam yang terkandung
A. Kesimpulan di dalam air.
1. Hukum Tanah adalah keseluru-han e. Hukum Penguasaan Atas Tenaga
ketentuan-ketentuan hukum, ada dan Unsur-Unsur dalam Ruang
yang tertulis ada pula yang tidak Angkasa (bukan “space law”),
tertulis, yang semuanya mempunyai mengatur hak-hak penguasaan
obyek pengaturan yang sama, yaitu atas tenaga dan unsur-unsur
hak-hak penguasaan atas tanah dalam ruang angkasa yang di-
sebagai lembaga-lembaga hukum maksud oleh Pasal 48 UUPA.
konkrit, beraspek Publik dan Perdata,
yang dapat disusun dan dipelajari B. Saran-saran
secara sistematis, hingga keseluru- 1. Hendaknya Pemerintah membe-rikan
hannya menjadi satu kesatuan yang penyuluhan secara berkala mengenai
merupakan satu siistem. UUPA, kepada semua lapisan ma-
2. Hukum Agraria merupakan suatu syarakat agar mereka mengerti dan
kelompok berbagai bidang hukum, memahami menge-nai UUPA, de-
yang masing-masing mengatur hak- ngan maksud untuk memperkecil
hak penguasaan atas sumber-sumber volume kesalahan dan pelanggaran
daya alam tertentu yang termasuk yang berkaitan dengan Hukum
pengertian agraria, yaitu: Tanah.
a. Hukum Tanah, yang mengatur 2. Dalam praktek pelaksanaannya di
hak-hak penggunaan atas tanah, lapangan dalam hal yang berkaitan
dalam arti permukaan bumi. dengan pertanahan atau yang me-
b. Hukum Air, yang mengatur hak- nyangkut Hukum Tanah, agar diberi-
hak penguasaan atas air. kan penyeder-hanaan dan kemudah-
an serta keringanan kepada publik.

DAFTAR PUSTAKA
1. UUD 1945 (UUD RI 1945)

2. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, LN RI No. 104
Tahun 1960.

3. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

4. Undang-undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

5. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

58
6. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

7. Harsono Boedi, Prof. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan
Pelaksanaannya, Jilid 1 Hukum Tanah Nasional. Penerbit Jambatan, Edisi 2008,
Cetakan kedua belas (edisi revisi), 2008.

8. Subekti, R, Prof. SH. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. PT. Pradnya Paramita,
Jakarta. Cetakan ke duapuluh dua, 1990.

9. Siahaan N.H.T. Hukum Lingkungan, dilengkapi UU PLH 1997, PP No. 27 tahun 1999
tentang Amdal, Perencanaan Alam. Cetakan kedua, Februari 2009.

10. Hasyim Zoem Yusniani, Dr, SH, M.Hum, Satriawan Iwan, M.SH, MH. Firmansyah
Arif Ade, SH, MH. Hosiah Siti, Siti, MH. Rajawali Pers, Divisi Buku Perguruan
Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada Deok. Cetakan ke-2, Agustus 2018.

11. Nasution Jahar Bahdar, Dr, SH, SM, M.Hum. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Penerbit CV. Mandar Maju, cetakan ke-4, Januari 2017.

59
60

Anda mungkin juga menyukai