Anda di halaman 1dari 19

HAK-HAK ATAS TANAH DALAM SISTEM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA

MENURUT UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA (UUPA)

Indah Sarii
Indah.alrif@gmail.com

Abstract
This article wants to explain about Indonesia agrarian law system after the enactment of law
no. 5/1960 about Agrarian Principles. The act focused on the unification of agrarian
regulations in Indonesia to make our agrarian law system into a coherent unit. The Agrarian
Principles shall assert that all people enjoy accesses to their land in order to guarantee their
happiness and prosperity and also to bring justice for the people. It is stated at article 6 of the
act that every plot of land should have its social function, means that it beneficiently
producing good for the people. This article wants also to excersice whether The Agrarian
Principles has guarantee a law assurance of rights over a portion of land for individual, state
and member of costumary law.

Keywords: Agrarian, Agrarian Law System, Law No. 5/1960 about Agrarian Principles

I. PENDAHULUAN ngalami perubahan yang cukup signifikan. Di


Penyusunan Undang-Undang Pokok mana penggunaan tanah lebih ditekankan
Agraria/UUPA (Undang-Undang Nomor 5 untuk terwujudnya kemakmuran dan ke-
Tahun 1960) mengalami proses yang tidak bahagian rakyat Indonesia. Tanah bukan lagi
mudah dan melewati proses yang cukup hanya menjadi milik segelintir orang tetapi
panjang karena sebelum pemberlakuan tanah milik bersama Bangsa Indonesia.
UUPA tersebut, kedaulatan akan tanah tidak Tanah harus mempunyai fungsi sosial bagi
utuh dikuasai oleh Bangsa Indonesia karena seluruh rakyat Indonesia artinya adalah
masih banyak tanah peninggalan kolonial bahwa penguasaan tanah lebih meng-
dan memakai sistem kolonial. Maka di- utamakam kepentingan bersama dibanding-
perlukan untuk segera membuat Hukum kan dengan kepentingan pribadi. Sehingga
Agraria yang bersifat Hukum Nasional yang akhirnya Unifikasi Hukum Tanah di
diberlakukan sama untuk seluruh wilayah Indonesia benar-benar terwujud dengan
Indonesia. Adapun dasar perumusan Hukum diundangkannya UUPA berikut Peraturan
Agraria tersebut adalah: Pasal 33 ayat (3) Pelaksana dan peraturan lain yang berkaitan
UUD 1945 yang berbunyi: “Bumi, air, dan dengannya.
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan Adapun dasar pertimbangan di-
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”1. undang-kannya UUPA tersebut adalah:
Setelah diberlakukannya Undang-Undang pertama; bahwa di dalam Negara Republik
Pokok Agraria/UUPA (Undang-Undang No- Indonesia yang susunan kehidupan rak-
mor 5 Tahun 1960) maka sistem penguasaan yatnya, termasuk perekonomiannya, terutama
dan pengelolaan tanah di Indonesia me- bercorak agraris, bumi, air dan ruang angkasa
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa
i
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas mempunyai fungsi yang amat penting untuk
Suryadarma dan aktif di Lembaga Konsultasi dan membangun masyarakat adil dan makmur,
Bantuan Hukum (LKBH) Fakultas Hukum kedua; bahwa hukum agraria yang berlaku
Universitas Suryadarma serta Anggota Asosiasi sebelum UUPA sebagian tersusun ber-
Dosen Indonesia (ADI). dasarkan tujuan dan sendi-sendi dari peme-
1
Lihat Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar rintah jajahan dan sebagian dipengaruhi
Republik Indonesia 1945.

15
olehnya, sehingga bertentangan dengan ke- karena kita akan melihat siapakah yang
pentingan rakyat dan negara di dalam berhak mempunyai hak menguasai atas
menyelesaikan revolusi nasional sekarang ini tanah di wilayah Negara Kesatuan Republik
serta pembangunan semesta, ketiga; bahwa Indonesia karena tanah sendiri sangat
sebelum diberlakukannya UUPA hukum menentukan hajat hidup seluruh dan
agraria bersifat dualisme, dengan berlakunya kebahagiaan rakyat banyak. Maka dalam
hukum adat disamping diberlukannya juga bagian ini penulis mencoba mendeskripsikan
hukum barat, dan keempat; bahwa bagi hak penguasaan atas tanah yang terdiri dari
rakyat asli Indonesia hukum agraria tanah merupakan: hak Bangsa Indonesia,
penjajahan tidak menjamin kepastian negara mempunyai hak untuk menguasai
hukum.2 tanah serta adanya pengakuan terhadap hak
ulayat masyarakat adat dan hak-hak individu
Selanjutnya pada tulisan ini penulis akan tanah. Ketiga, penulis akan mengkaji
mencoba untuk mengkaji dan menganalisis hak-hak atas tanah seperti: Hak Milik (HM).
Sistem Hukum Pertanahan Nasional yang Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna
notabene adalah UUPA itu sendiri. Bagai- Bangunan (HGB) serta Hak Pakai (HP).
manakah Sistem Hukum Tanah Nasional
kita? Dan apakah masyarakat mempunyai Adapun tujuan dari penulisan ini
hak atas penguasaan tanah yang ada di adalah:
wilayah Republik Indonesia serta apa-apa 1. Untuk mengkaji dan menganalisis lebih
saja hak atas tanah yang diatur dalam dalam lagi bagaimana sistem hukum
Undang-Undang Pokok Agraria tersebut? tanah di Indonesia setelah diundang-
Sebagaimana yang akan dibahas dalam kannya Undang-Undang Pokok Agraria
bagian pembahasan bahwasannya hak-hak No.5/Tahun 1960 dan apakah sudah
atas penguasaan tanah berisikan serangkaian memberikan kesejahteraan, keadilan
wewenang, kewajiban, dan/atau larangan serta kebahagian bagi rakyat Indonesia
bagi pemegang haknya untuk berbuat atau khususnya. Dan apakah fungsi sosial
tidak berbuat sesuatu dengan tanah yang akan tanah benar-benar sudah terwujud.
dihaki. Sesuatu yang boleh atau dilarang 2. Untuk menjelaskan dan menganalisis
dalam penguasaan atas tanah akan menjadi apa-apa saja hak-hak penguasaanatas
pembeda berbagai hak penguasaan atas tanah di Indonesia serta apa-apa saja
tanah. Apakah tanah itu dikuasai oleh negara, hak-hak atas tanah sebagaimana di-
individu, atau masyarakat hukum adat. rumuskan dalam Undang-Undang Pokok
Agraria Nomor 5/Tahun 1960 yang
Untuk menganalisis permasalahan nantinya agar rakyat Indonesia dapat
ini, pertama;penulis mencoba untuk me- memahamihak-hak apa yang mereka
maparkan dan mengkaji tentang hukum tanah punyai akan tanah yang mereka kuasai.
di Indonesia yang mana penulis memulai
dengan membedakan antara agraria dan tanah Berdasarkan uraian diatas sangat
kemudian masuk kepada pengertian dari menarik bagi penulis untuk mengkaji lebih
hukum agraria dan hukum tanah itu sendiri dalam lagi bagaimana “ Hak-Hak Atas Tanah
baru selanjutnya membahas tentang sumber- Dalam Sistem Hukum Pertanahan Di
sumber, asas-asas dan tujuan dari hukum Indonesia Menurut Undang-Undang Pokok
tanah nasional. Kedua; penulis membahas Agraria (UUPA)”. Dengan mengetahui sis-
tentang hak penguasaan atas tanah. Menurut tem hukum pertanahan di Indonesia serta
penulis pembahasan ini sangatlah penting hak-hak atas tanah, maka warga negara akan
mengetahui juga mana tanah yang boleh di
haki dan mana taanah yang tidak boleh di
2
Baca bagian “Menimbang” di dalam Undang- haki. Kemudian warga negara juga akan
Undang Pokok Agraria (UUPA) yaitu Undang- mengetahui apakah sistem hukum pertanahan
Undang No.5 Tahun 1960

16
yang berlaku saat ini benar-benar telah Pengertian tanah membawa implikasi
membawa kemakmuran dan kebahagian bagi yang luas di bidang pertanahan. Menurut
rakyat Indonesia. Penulis berharap tulisan ini Herman Soesangobeng, secara filosofis
dapat bermanfaat bagi masyarakat,pemerhati hukum adat melihat tanah sebagai benda
hukum agraria, praktisi hukum pada umum- yang berjiwa yang tidak boleh dipisahkan
nya dan bagi civitas akademika di lingkungan persekutuannya dengan manusia. Tanah dan
Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma manusia, meskipun berbeda wujud dan jati
pada khususnya. diri, namun merupakan satu kesatuan saling
mempengaruhi dalam jalinan susunan ke-
II. PERMASALAHAN abadian tata alam besar (macro-cosmos) dan
Adapun permasalahan dalam tulisan ini yang alam kecil (micro-cosmos). Dalam pada itu
penulis angkat adalah: tanah dipahami secara luas sehingga meliputi
1. Bagaimanakah Sistem Hukum Pertanah- bumi, air, udara, kekayaan alam , serta
an di Indonesia menurut Undang- manusia sebagai pusat, maupun roh-roh di
Undang Pokok Agraria (UUPA)? alam supernatural yang terjalin secara utuh
2. Apa-apa saja Hak-Hak Atas Tanah dan menyeluruh.4
sebagaimana yang diatur dalam Undang-
Undang Pokok Agraria? Pandangan filosofis yang bersifat
utuh-menyeluruh (holistic) ini ketika akan
III. PEMBAHASAN dijabarkan ke dalam asas dan pranata hukum,
A. Hukum Tanah di Indonesia tampaknya mengalami dinamika dan mo-
Agraria dan Tanah difikasi. Sebagai contoh, di dalam penguasa-
Pengertian agraria dapat dilihat da- an dan pemilikan tanah pada akhirnya di-
lam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit kenal asas pemisahan horisontal (horizontale
agraria dapat diartikan tanah dan dapat pula scheiding), yakni asas yang menyatakan
diartikan hanya tanah pertanian. Selanjutnya pemilik tanah tidak otomatis sebagai pemilik
pengertian agraria dalam arti luas dapat benda-benda di atas tanah. Di negara
dilihat pada UU No. 5/ Tahun 1960 tentang anglosakson yang mengartikan tanah (land)
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (yang sebagai permukaan bumi, tubuh bumi, dan
lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok kekayaan alam yang terkandung dalam tubuh
Agraria atau disingkat dengan UUPA). bumi, maka asas penguasaan pemilikan
Menurut UUPA agraria meliputi bumi, air tanahnya pun mengenal asas perlekatan
dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam (accessie) yakni asas yang menyatakan
yang terkandung di dalamnya. UUPA me- bahwa pemilikan benda-benda di atas tanah
nentukan bahwa dalam pengertian bumi, pada prinsipnya juga melekat pada pemilikan
selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh tanah.5 Contoh lainnya Pasal 4 ayat (1)
bumi, dibawahnya serta yang berada di
bawah air (Pasal 1 ayat 4). Pengertian air 4
Tulisan ini di kutip Herman Soesangobeng,
termasuk perairan pedalaman maupun laut Sinkronisasi Peraturan Perundang-Undangan
wilayah Indonesia (Pasal 1 ayat ayat 5), yang mengenai Pengelolaan Sumber Daya Alam.
termasuk ruang angkasa meliputi ruang diatas Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
bumi dan air.3 Pertahanan 2002 yang diselenggarakan Sekolah
Tinggi Pertahanan Nasional di Hotel Ambarukmo,
Yogyakarta, 2002, hal. 1. Tulisan ini ada di Buku
Oloan Sitorus dan H.M Zaki Sierrad, Hukum
3
Oloan Sitorus dan H.M Zaki Sierrad, Hukum Agraria Di Indonesia Konsep Dasar dan
Agraria Di Indonesia Konsep Dasar dan Implementasinya, Mitra Kebijakan Tanah
Implementasinya,Mitra Kebijakan Tanah Indonesia Yogyakarta, 2006, hal.3
5
Indonesia, Yogyakarta, 2006, hal.2 dan Baca Pasal Ibid, hal. 3. Di Singapura , berdasarkan Pasal 4
1 ayat 4, 5 dan 6 Undang-Undang Pokok Agraria land Title Act tahun 1970 dirumuskan bahwa
(UUPA) tanah adalah the surface of any defined parcel of

17
UUPA juga mengartikan tanah yang hanya Dari pengertian diatas dapat di-
sebagai permukaan bumi (the surface of the katakan bahwa pengertian hukum agraria
earth). Konsekwensinya, hak atas tanah pun adalah keseluruhan norma-norma hukum
secara hukum adalah hak atas permukaan baik tertulis maupun tidak tertulis yang
bumi, tidak sekaligus merupakan hak atas mengatur hubungan hukum antara subyek
benda-benda di atas tanahdan kekayaan alam hukum dalam bidang agraria. Hukum agraria
di tubuh. sebenarnya merupakan sekelompok berbagai
bidang hukum yang masing-masing hak-hak
Pengertian Hukum Agraria dan Hukum pengusaan atas sumber daya alam. Kelompok
Tanah tersebut terdiri dari:7
Banyak sekali pendapat ahli hukum 1. Hukum Tanah: Mengatur hak-hak
yang mengutarakan beberapa definisi penguasaan atas tanah dalam artian
tentang Hukum Agraria maupun Hukum permukaan bumi.
Tanah diantaranya adalah: 2. Hukum Air: Mengatur hak-hak
R.M, Sudikno Mertokusumo (1988:1.2) penguasaan sumber daya air.
yang menyatakan hukum agraria adalah 3. Hukum Pertambangan: Mengatur hak-
keseluruhan kaidah-kaidah hukum, baik hak penguasaan atas bahan-bahan galian
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur sebagaimana yang dimaksud oleh
agraria.Sedangkan Subekti/Tjitrosoedibjo Undang-Undang Pokok Pertambangan.
(1983:55) memberikan pengertian hukum 4. Hukum Perikanan : Mengatur hak-hak
agraria adalah keseluruhan dari ketentuan- penguasaan atas kekayaan yang
ketentuan hukum, baik hukum perdata, terkandung di dalam air
hukum tatanegara (staatsrecht) maupun hu- 5. Hukum Penguasaan Atas Tenaga dan
kum tata usaha negara (administratif recht) Unsur-Unsur Ruang Angkasa, mengatur
yang mengatur hubungan-hubungan antara hak-hak penguasaan atas tenaga dan
orang termasuk badan hukum, dengan bumi, unsur-unsur dalam ruang angkasa
air, dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah sebagaimana yang dimaksud dalam
negara dan mengatur pula wewenang yang Pasal 48 UUPA.
bersumber pada hubungan-hubungan ter-
sebut. E.Utrecht (1961:162) dalam bukunya Sedangkan pengertian Hukum Tanah
yang berjudul “Pengantar dalam Hukum menurut Efendi Perangin (1989:195) adalah
Indonesia” memberikan pengertian yang keseluruhan peraturan-peraturan hukum baik
sama antara hukum agraria dan hukum tanah, itu tertulis maupun tidak tertulis yang me-
namun dalam arti sempit hanya meliputi ngatur hak-hak penguasaan akan tanah yang
bidang Hukum Administrasi Negara. Lebih merupakan lembaga-lembaga hukum dan
lanjut Utrecht mengatakan hukum agraria dan hubungan-hubungan hukum yang konkret.
hukum tanah menjadi bagian dari hukum tata Urip Santoso (2013:11) memberikan pe-
usaha negara, yang menguji perhubungan- ngertian hukum tanah adalah keseluruhan
perhubungan hukum istimewa yang diadakan dari ketentuan-ketentuan hukum baik tertulis
akan memungkinkan pejabat yang bertugas maupun tidak tertulis yang semuanya mem-
mengurusi soal-soal tentang agraria, mela- punyai objek pengaturan yang sama yaitu hak
kukan tugas mereka itu.6 penguasaan atas tanah sebagai lembaga-lem-
baga hukum dan sebagai hubungan hukum
the earth, and all substances therunder and so yang konkret, yang beraspek publik dan
much of the colum of air above the surface as is perdata yang dapat disusun dandipelajari
reasonable necessary for the proprietors use and secara sistematis, sehingga keseluruhannya
enjoyment, and include any estates or interest in
land and all vegetation growing thereon and
structure affixed thereto.
6
Sahnan, Hukum Agraria Indonesia, Setara Press,
7
Malang, 2016,hal.6-7 Ibid, hal.7

18
menjadi satu kesatuan yang merupakan satu e) Pendapat ahli hukum terkenal
sistem.8 (Doctrine)

Sumber-Sumber Hukum Tanah Sedangkan dalam kaitannya dengan


Adapun yang dimaksudkan dengan Sumber Hukum Agraria Nasional atau
sumber hukum tersebut adalah tempat Hukum Tanah Nasional, Budi Harsono
dimana kita dapat melihat bentuk perwujudan (1999:256) membaginya menjadi dua macam
hukum. Dengan kata lain sumber hukum yaitu: sumber hukum tertulis dan sumber
adalah segala sesuatu yang dapat atau me- hukum tidak tertulis:10
nimbulkan atau melahirkan hukum. Singkat- 1. Sumber-sumber hukum tertulis yaitu:
nya, sumber hukum dapat pula disebut asal a. Undang-Undang Dasar 1945 khu-
mula hukum. Van Apeldoorn menyatakan susnya Pasal 33 ayat 3
bahwa menentukan sumber hukum ter- b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
gantung dari sudut mana kita melihatnya. 1960 Tentang Peraturan Dasar
Menurut Apeldoorn pembagian sumber Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
hukum bisa ditinjau dari berbagai sudut, c. Peraturan Pelaksana dari UUPA
kalau sumber hukum dalam arti sejarah, d. Peraturan-peraturan yang bukan Per-
maka yang disorot adalah dalam arti sumber aturan Pelaksana dari UUPA yang
pengenalan hukum yakni semua tulisan dikeluarkan setelah tanggal 24
dokumen, inskripsi dan sebagainya. Dan pada September 1960 karena sesuatu
hakikatnya sumber hukum dapat dibedakan masalah perlu diatur (misalnya: UU
menjadi dua yaitu:9 Nomor 51/Prp/1960 tentang larangan
a. Sumber Hukum Materiil pemakaian tanah tanpa izin yang
Yang dimaksud dengan Sumber Hukum berhak atau kuasanya, LN 1960-
Materiiladalah: beberapa faktor yang 158,TLN 2160
dapat menentukan isi hukum misalnya e. Peraturan-peraturan lama yang untuk
faktor ekonomi, agama, nilai-nilai sementara masih berlaku berdasarkan
kesusilaan, sejarah, adat istiadat dan ketentuan pasal-pasal peralihan, yang
sosial masyarakat. merupakan bagian hukum tanah yang
b. Sumber Hukum Formal positif, bukan bagian dari hukum
Yang dimaksud dengan sumber hukum tanah nasional.
formal adalah: sumber hukum ditinjau 2. Sumber-sumber hukum tidak tertulis
dari segi pembentukannya, dalam a. Norma-norma hukum adat yang
sumber hukum formal ini terdapat sudah di-saneer menurut ketentuan
rumusan berbagai aturan yang pasal 5, 56 dan 58 UUPA.11
merupakan dasar kekuatan mengikatnya b. Hukum kebiasaan baru, termasuk
peraturan agar ditaati masyarakat dan yurisprudensi dan praktik adminis-
para penegak hukum. Adapun sumber trasi yang berkaitan dengan tanah.
hukum formal dapat dibedakan menjadi
lima yaitu: Asas-Asas Hukum Tanah
a) Undang-Undang (Statue) Dalam UUPA, terdapat asas-asas
b) Kebiasaan dan Adat (Custom) hukum yang tercermin dalam pasal-pasalnya,
c) c.Traktat (Treaty) terutama mengenai tanah, Djuhaendah
d) Yurisprudensi (Case Law, Judge Hasan menyebutkan asas-asas hukum benda
Made Law) tanah yang dibedakan dengan asas hukum

8
Ibid, hal.7-8.
9 10
Mengenai Sumber-Sumber Hukum bisa dibaca Sahnan, Op.Cit, 2016, hal.9
11
lebih lanjut H. Muchsin, Iktisar Ilmu Hukum, Lihat Pasal 5, 56 dan 58 Undang-Undang Pokok
Badan Penerbit Iblam, Jakarta, 2006,hal. 61-76 Agraria (UUPA)

19
benda bukan tanah. Asas-asas benda tanah Asas yang mendasar dalam UUPA
tersebut antara lain:12 adalah:13
a. Asas Unifikasi 1. Asas hukum adat, dasar pemikiran
Asas ini diartikan bahwa berkaitan UUPA yang berasal dari filosofi Hukum
dengan benda tanah, hanya ada satu Adat.
pengaturan bagi seluruh Indonesia yaitu 2. Asas pemisahan horizontal, dimana
yang diatur dalam UUPA. Demikian tanah terlepas dari segala sesuatu yang
juga tentang jenis benda tanah hanya melekat padanya.
diatur dalam UUPA. 3. Asas nasionalitas, asas yang memberi-
b. Asas hukum adat kan hak atas tanah peringkat tertinggi
Asas ini diartikan bahwa hukum hanya kepada WNI, yaitu Hak Milik atas
pertanahan dalam UUPAberlandasakan tanah, yang hanya dapat dimiliki oleh
asas-asas hukum adat antara lain; WNI, hal ini membuktikan dasar filosofi
1. Asas kekeluargaan dalan hukum adat dalam ketentuan Hak
2. Asas kepentingan umum diatas Ulayat, hak atas tanah dan hasil wilayah
kepentingan pribadi ulayat hanya untuk warga ulayat.
3. Asas kontan dan konkret 4. Asas fungsi sosial, hak atas tanah harus
c. Asas pemisahan horizontal memiliki manfaat bagi pemilik hak
Asaspemisahan horizontal juga meru- maupun kepentingan masyarakat.
pakan asas dalam hukum adat, dimana
tanah terpisah dari segala sesuatu yang Dari uraian diatas kita dapat melihat
melekat diatasnya. bahwa asas hukum tanah yang telah
d. Asas tanah mempunyai fungsi sosial digariskan dalam UUPA bersumber dari
Adalah asas yang memcerminkan bahwa nilai-nilai masyarakat adat di Indonesia
tanah harus digunakan sebaik-baiknya kemudian tanah tersebut lebih diperuntukan
dengan memperhatikan kepentingan lagi bagi terciptanya nasionalisme, dimana
umum. ada ketentuan bahwa warga negara asing
e. Asas publisitas tidak diperbolehkan memilki Hak Milik
Asas ini memberikan pengumuman (HM) atas tanah di Indonesia. Selain itu pula
pemilikan kepada masyarakat luas, yaitu asas dalam hukum tanah mengedepankan
pengumuman hak atas tanah dengan kepentingan bersama serta nilai-nilai keber-
jalan pendaftaran. Pendaftaran membe- samaan dan kekeluargaan terbukti dengan
rikan pengakuan hukum umum terhadap adanya ketentuan Pasal 6 dalam UUPA
adanya hak atas benda tersebut. bahwa tanah harus memiliki fungsi sosial.
f. Asas spesialis
Hak atas tanah harus dibuktikan dengan Tujuan Hukum Tanah
jelas wujudnya, batas dan letaknya Tujuan Hukum Agraria sejalan
dengan tujuan dari UUD RI 1945 sebagai
dasar hukum pembentukan UUPA, yakni
“melindungi segenap bangsa Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencer-
daskan kehidupan bangsa, dan ikut melak-
12
Anita D.A Kolopaking, Penyelundupan Hukum sanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
Kepemilikan Hak Milik Atas Tanah Di Indonesia, kemerdekaan, perdamaian abadi dan
PT. Alumni, Bandung, 2013, hal.55-56. Dikutip keadilan sosial.
dari Djuhaendah Hasan (et.al), Laporan Tim
Perumusan Harmonisasi Hukum Kebendaan
Menuju Hukum Kebendaan Nasional, Proyek
Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum
Nasional, BPHN-Departemen Kehakiman, Jakarta
13
1994/1995, hal. 19-21. Ibid, hal.56

20
Untuk mencapai tujuan negara kekuaasaan Bangsa dan Rakyat
sebagaimana yang dimaksud diatas maka Indonesia diberi wewenang untuk
dibidang keagrarian perlu mengadakan: menguasai bumi, air, ruang angkasa, dan
1. Kesatuan hukum agraria yang berlaku kekayaan alam yang terkandung di
bagi seluruh rakyat Indonesia. dalamnya untuk sebesar-besarnya
15
2. Menyederhanakan hukum agraria, dan kemakmuran rakyat.
menghilangkan sifat dualisme.
3. Memberikan jaminan kepastian hukum 2. Meletakan dasar-dasar untuk meng-
dari apa yang menjadi hak seluruh adakan kesatuan dan kesederhanaan
rakyat Indonesia. dalam hukum pertanahan.
Peletakan dasar kesatuan dan ke-
Atas dasar hal tersebut diatas, maka sederhanaan hukum dimaksudkan untuk
didalam Peraturan Dasar-Dasar Pokok memberikan arah di dalam pembinaan
Agraria Nasional, yaitu Undang-Undang hukum agraria dengan tujuan terciptanya
Nomor 5 Tahun 1960 dirumuskanlah tujuan unifikasi hukum, yakni berlakunya suatu
pokok pembentukan UUPA sebagai berikut:14 sistem hukum. Pembentukan Hukum
1. Meletakkan dasar-dasar dalam pe- Nasional berdasarkan hukum adat.
nyusunan Hukum Agraria Nasional Hukum adat merupakan hukum asli
yang merupakan alat untuk mem- bangsa Indonesia dan sebagian besar
bawa kemakmuran, kebahagiaan dan masyarakat Indonesia, sehingga dengan
keadilan bagi negara dan rakyat, ter- demiki an akan lebih mudah untuk
utama rakyat tani dalam rangka me- dipahami dan dilaksanakan. Hukum adat
wujudkan masyarakat adil dan mak- sebagai dasar Hukum Agraria Nasional
mur. dapat terlihat dalam Pasal 5 UUPA. 16
Bahwa wilayah Negara Indonesia yang
terdiri dari bumi, air, ruang angkasa, dan 3. Meletakkan dasar-dasar untuk mem-
kekayaan alam yang terkandung di berikan kepastian hukum mengenai
dalamnya merupakan satu kesatuan hak-hak atas tanah bagi rakyat
tanah air dari rakyat Indonesia yang seluruhnya.
bersatu sebagai Bangsa Indonesia. Untuk dapat memberikan suatu ke-
Bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan pastian hukum maka yang harus dilaku-
alam yang terkandung di dalamnya kan adalah: melakukan pendaftaran
merupakan karunia Tuhan Yang Maha tanah yang bersifat recht kadaster dan
Esa kepada Bangsa Indonesia dan melaksanakan konversi hak-hak atas
merupakan kekayaan nasional/untuk itu tanah yang berasal dari hukum agraria
kekayaan alam tersebut haruslah tetap lama menurut hak-hak atas tanah sesuai
dipelihara dan didayakan untuk sebesar- dengan ketentuan hukum agraria
besarnya kemakmuran rakyat. Hubu- nasional mengenai pendaftaran tanah ini
ngan antara bangsa Indonesia bumi, air, sebagaimana yang telah disebutkan
ruang angkasa, dan kekayaan alam yang dalam Pasal 19 UUPA. Sedangkan
terkandung di dalamnya bersifat abadi, mengenai konversi diatur di dalam
sehingga tidak dapat diputuskan oleh diktum kedua UUPA tentang ketentuan-
siapapun. Dan negara sebagai organisasi ketentuan konversi.17
14
Mengenai Tujuan dari UUPA bisa dibaca
Sahnan, Op.Cit, 2016, hal. 41-43 dan baca pula
H.M Arba, Hukum Agraria Indonesia, Sinar
15
Grafika, Jakarta, hal.18-20. Bisa juga di lihat pada Pasal 1, 2, 14 dan 15 Undang-Undang Pokok
A.P Parlindungan, Komentar Atas Undang- Agraria (UUPA)
16
Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung, Sahnan, Op.Cit., 2016, hal.42.
17
1993, hal.15-27 Ibid, hal. 43.

21
Dari uraian di atas dapat disimpulkan Dalam Hukum Pertanahan Nasional
bahwa dengan adanya UUPA tersebut ber- (Hukum Agraria) dikenal beberapa jenis Hak
tujuan untuk mencapai kemakmuran dan penguasaan atas tanah yang secara hierarki
kesejahteraan rakyat Indonesia yang sebesar- adalah sebagai berikut:
besarnya serta mencapai kebahagian dan 4. 1.Hak Bangsa Indonesia
keadilan dalam hidup berbangsa dan ber- 3. Hak Menguasai dari Negara
negara. Maka setiap warganegara perlu 4. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
menjaga dan menghormati hak-hak atas tanah 5. Hak-hak individual atau perseorangan
tersebut. atas tanah yang terdiri dari hak-hak atas
tanah, wakaf dan hak-hak jaminan atas
B. Hak-Hak Penguasaan Atas Tanah tanah.
Hak menguasai adalah suatu bentuk
hubungan hukum atas penguasaan yang nyata Hak Bangsa Indonesia
terhadap suatu benda untuk digunakan atau Bahwa tanah menjadi Hak Bangsa
dimanfaatkan bagi kepentingannya sendiri. Indonesia tertuang dalam Pasal 1 ayat 1 sa-
Di dalam istilah hak menguasai mengandung mpai dengan 3 UUPA yang berbunyi sebagai
arti adanya fungsi pengawasan (kontrol) berikut:20
secara fisik terhadap benda yang dikuasainya. 1. Seluruh wilayah Indonesia adalah ke-
Salah satu prinsip hak menguasai adalah satuan tanah air dari seluruh rakyat
kekuasaan untuk mempertahankan hak- Indonesia, yang bersatu sebagai Bangsa
haknya terhadap pihak-pihak yang berusaha Indonesia.
menganggunya. 18 2. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan alam yang ter-
Boedi Harsono berpendapat bahwa kandung di dalamnya dalam wilayah
pengertian “penguasaan” dan “menguasai” Republik Indonesia sebagai karunia
dapat dipakai dalam arti fisik dan dalam arti Tuhan Yang Maha Esa, adalah bumi, air
yuridis. Penguasaan yuridis dilandasi oleh dan ruang angkasa Bangsa Indonesia
suatu hak yang dilindungi hukum dan dan merupakan kekayaan nasional.
umumnya memberikan kewenangan kepada 3. Hubungan hukum antara Bangsa
pemegang hak untuk menguasai secara fisik Indonesia dan bumi, air dan ruang
atas tanah yang dihaki. Akan tetapi ada juga angkasa termasuk dalam ayat 2 pasal
penguasaan secara yuridis yang biarpun ini adalah hubungan yang bersifat
memberikan kewenangan untuk menguasai abadi.
tanah yang dihaki secara fisik, namun pada
kenyataannya penguasaan fisiknya dilakukan Hak Bangsa adalah sebutan yang
oleh pihak lain, jadi dalam hukum per- diberikan oleh para ilmuwan hukum tanah
tahanan disamping dikenal penguasaan yuri- pada lembaga hukum dan hubungan hukum
dis yang diikuti penguasaan fisik, adapula konkret dengan bumi, air dan ruang angkasa
suatu penguasaan yuridis yang tidak Indonesia, termasuk kekayaan alam yang
memberikan kewenangan untuk menguasai terkandung di dalamnya, yang dimaksudkan
tanah secara fisik.19 dalam Pasal 1 ayat 2 dan 3 diatas. UUPA
sendiri tidak memberikan nama yang khusus.
18
Irawan Soerodjo, Hukum Pertanahan Hak Hak ini merupakan hak penguasaan atas
Pengelolaan Atas Tanah (HPL) Eksistensi, tanah yang tertinggi dalam Hukum Tanah
Pengaturan dan Praktik, LaksBang Mediatama, Nasional. Hak-hak penguasaan tanah yang
Yogyakarta, 2014, hal.5. lain, secara langsung ataupun tidak langsung
19
Ibid, hal. 6 yang dikutip dari Boedi Harsono, bersumber padanya. Hak Bangsa mengan-
Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan
Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan
20
Pelaksanaannya, Jilid I Hukum Tanah nasional, Baca lebih lanjut Pasal 1 ayat 1, 2 dan 3
Djambatan, Jakarta, hal 19-20. Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)

22
dung 2 unsur, yaitu unsur kepunyaan dan Hak Menguasai Dari Negara
unsur kewenangan untuk mengatur dan Mengenai Hak Menguasai dari Negara ini
memimpin penguasaan dan penggunaan tertuang dalam ketentuan Pasal 2 UUPA
tanah bersama yang dipunyainya. Hak yang menyatakan sebagai berikut:
Bangsa atas tanah bersama tersebut bukan 1. Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3)
hak kepemilikan dalam pengertian yuridis. Undang-Undang Dasar23 dan hal-hal
Maka dalam rangka Hak Bangsa ada Hak sebagaimana yang dimaksud dalam
Milik perorangan atas tanah. Tugas ke- Pasal 1 UUPA. Bumi, air, ruang ang-
wenangan untuk mengatur penguasan dan kasa, termasuk kekayaan alam yang
memimpin penggunaan tanah bersama ter- terkandung di dalamnya itu pada ting-
sebut pelaksanaannya dilimpahkan kepada katan tertinggi dikuasai oleh Negara
Negara. Bahwa Hak Bangsa tersebut meliputi sebagai organisasi kekuasaan seluruh
tanah yang ada dalam wilayah Negara rakyat.
Republik Indonesia dan otomatis yang 2. Hak menguasai dari negara dalam ayat
menjadi Subyek Hak Bangsa seluruh rakyat (1) pasal ini memberi wewenang untuk:
Indonesia sepanjang masa yang bersatu a. mengatur dan menyelenggarakan
sebagai Bangsa Indonesia yaitu generasi- peruntukan, penggunaan, persediaan
generasi terdahulu, sekarang dan generasi- dan penggunaan bumi, air dan ruang
generasi yang akan datang.21 angkasa tersebut.
b. menentukan dan mengatur hubu-
Kapankah terciptanya Hak Bangsa ngan-hubnungan hukum antara
tersebut? Tanah bersama tersebut adalah orang-orang dengan bumi, air dan
karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat ruang angkasa
Indonesia yang telah bersatu sebagai Bangsa c. menentukan dan mengatur
Indonesia. Hak Bangsa sebagai lembaga hubungan-hubungan hukum antara
hukum dan sebagai hubungan hukum konkret orang-orang dan perbuatan-
merupakan satu kesatuan yang tidak ter- perbuatan hukum mengenai bumi,
pisahkan. Hak Bangsa sebagai lembaga air dan ruang angkasa.
hukum tercipta pada saat hubungan hukum
konkret dengan tanah sebagai karunia Tuhan 3. Wewenang yang bersumber pada hak
Yang Maha Esa kepada rakyat Indonesia. menguasai dari Negara tersebut pada
Hak Bangsa merupakan hubungan hukum ayat (2) pasal ini, digunakan untuk
yang bersifat abadi maksudnya adalah: mencapai sebesar-besarnya kemakmuran
“selama rakyat Indonesia yang bersatu rakyat, dalam arti kebangsaan, keseja-
sebagai Bangsa Indonesia masih ada dan hteraan dan kemerdekaan dalam ma-
selama bumi, air dan ruang angkasa syarakat dan negara hukum Republik
Indonesia masih ada pula, dalam keadaan Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil
yang bagaimanapun, tidak ada sesuatu dan makmur
kekuasaan yang akan dapat memutuskan 4. Hak menguasai dari negara tersebut di
atau meniadakan hubungan hukum atas pelaksanaannya dapat dikuasakan
tersebut”22 kepada daerah-daerah Swatantra dan
masyarakat Hukum Adat, sekedar di-
perlukan dan tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional, menurut keten-
21
Kumpulan Materi Pelatihan Intensif Hukum tuan Peraturan Pemerintah.
Property, Hak-Hak Penguasaan Atas Tanah
Dalam Hukum Tanah Nasional, Pusat
Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia
(PPHBI), Hotel A One Jakarta, 13-14 Juni 2016,
23
hal. 4. Baca Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar
22
Ibid, hal. 4-5. Republik Indonesia.

23
Apabila dicermati atas ketiga wewe- ketika turut berperan sebagai aktor dalam
nang sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 aktifitasnya melakukan pemanfaatan tanah.25
ayat 2 UUPA diatas, maka dapat ditafsirkan
bahwa negara berperan sebagai penguasa atas Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
seluruh kekayaan alam baik diatas per- Istilah Hak Ulayat ini dipakai dalam
mukaan bumi maupun di dalam bumi hukum positif Indonesia misalnya dalam
(termasuk tanah) di wilayah Negara Republik Penjelasan Pasal 3 UUPA dan Permeneg
Indonesia. Hak menguasai dari Negara Agraria/ Kepala BPN No.5/1999 26tentang
merupakan salah satu bentuk penguasaan atas Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat
tanah yang bersumber pada konstitusi Ne- Masyarakat Hukum Adat (Boedi Harsono,
gara Republik Indonesia yaitu Pasal 33 ayat 2006: 53-59). Supomo menggunakan istilah
(3) Undang-Undang Dasar 1945 yang hak pertuanan. Istilah Hak Ulayat ataupun
berbunyi : “Bumi dan Air dan kekayaan alam Hak Pertuanan serta istilah-istilah lain yang
yang terkandung di dalamnya dipergunakan serupa adalah terjemahan dari istilah Bahasa
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Belanda cipatan Van Vollenhoven yaitu
Ketentuan tersebut kemudian dijabarkan beschikkingrecht.27Dimanakah Hak Ulayat
lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat (1) Undang- itu diatur? Adapun dasar hukum pengaturan
Undang Pokok Agraria. Hak Menguasai dari tentang Hak Ulayat adalah: Pada era
Negara seperti yang diejawantahkan dalam reformasi saat ini keberadaan hak-hak ulayat
pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar masyarakat hukum adat telah mendapat
1945 tersebut mengandung arti bahwa negara pengakuan secara tegas dari Negara,
berperan sebagai pemegang hak penguasaan pengakuan tersebuttertuang dalam Pasal 18B
atas tanah yang tertinggi, yang ditegaskan ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat (1) Undang- berbunyi:28
Undang Pokok Agraria yang menyatakan “Negara Mengakui dan Menghormati
negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
rakyat memegang kekuasaan tertinggi atas beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan yang masih hidup dan sesuai dengan
terkandung di dalamnya.24 perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
Dengan konsep hak menguasai diatur dalam Undang-Undang”
tersebut bukan berarti rakyat/masyarakat
kedudukannya berada di bawah negara. Walaupun zaman modern terus
Dalam prinsip “negara menguasai” maka berkembang seperti sekarang ini keberadaan
dalam hubungan antara negara dan hukum adat masih mendapat pengakuan oleh
masyarakat/rakyat. Masyarakat/rakyat tidak negara serta hak-hak yang melekat pada
dapat disubordinasikan kedudukannya di- hukum adat tersebut terutama hak tanah
bawah negara, karena negara justru hukum adat (Hak Ulayat) sepanjang dalam
menerima kuasa dari masyarakat/rakyat bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
untuk mengatur tentang peruntukan, perse- tetap akan dipertahankan keberadaannya
diaan dan penggunaan tanah serta hubungan demi terciptanya keadilan, kemakmuran dan
hukum yang bersangkutan dengan tanah. Jadi
negara hanya berperan sebagai wasit yang
25
adil yang menentukan aturan main yang Ibid, hal.8
26
ditaati oleh semua pihak dan negara juga Baca lebih lanjut Permeneg Agraria/Kepala BPN
tunduk kepada peraturan yang dibuat sendiri No. 5/1999 tentang Pedoman Penyelesaian
Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
27
Nico Ngani, Perkembangan Hukum Adat
Indonesia, Pustaka Yudistira, Yogyakarta, 2012,
hal. 51
24 28
Irwan Soerodjo, Op.Cit, 2014, hal. 7 Lihat Pasal 18B ayat (2) UUD 1945.

24
kebahagian hidup dalam lingkungan hukum menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
adat tersebut. Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan
keadaan dan sifat daripada haknya, hingga
Pasal 5 UUPA bermanfaat bagi kesejahteraan dan ke-
“Hukum Agraria yang berlakuatas bumi, air bahagiaan yang mempunyainya maupun
dan ruang angkasa ialah hukum adat, se- bermanfat pula bagi masyarakat dan
panjang tidak bertentangan dengan ke- Negara.Tetapi dalam pada itu, ketentuan
pentingan nasional dan negara, yang tersebut tidak berarti, bahwa kepentingan
berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh
sosialisme Indonesia serta dengan per- kepentingan umum (masyarakat). Undang-
aturan-peraturan yang tercantum dalam Undang Pokok Agraria memperhatikan pula
undang-undang ini, dan dengan peraturan kepentingan-kepentingan perseorangan,
perundang lainnya, segala sesuatu dengan kepentingan masyarakat dan kepentingan
mengindahkan unsur-unsur yang bersandar perseorangan haruslah saling mengimbangi,
pada hukum agraria”. hingga pada khirnya akan tercapai tujuan
pokok yaitu kemakmuran. Keadilan dan
Pasal 3 UUPA kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya. (Pasal
“Dengan mengingat ketentuan-ke-tentuan 2 dan 3 UUPA).
dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan Hak
Ulayat dan hak-hak serupa itu dari ma- Pasal 1 butir 1 Permeneg Agraria/Kepala
syarakat-masyarakat hukum adat, sepa-njang BPN No.5/199930
menurut kenyataannya masih ada, harus “Hak Ulayat dan yang serupa itu dari
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan masyarakat adat, (untuk selanjutnya disebut
kepentingan nasional dan negara, yang hak ulayat), adalah kewenangan yang
berdasarkan atas persatuan bangsa serta menurut hukum adat dipunyai oleh ma-
tidak boleh bertentangan dengan undang- syarakat hukum adat atas wilayah tertentu
undang dan peraturan-peraturan yang lebih yang merupakan lingkungan hidup para
tinggi”. warganya untuk mengambil manfaat dari
sumber daya alam, termasuk tanah, dalam
Pasal 6 UUPA wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup
“Semua hak atas tanah mempunyai fungsi dan kehidupannya, yang timbul dari
sosial”. Dalam Pasal 6 UUPA dimuat suatu hubungan lahiriah dan batiniah turun
pernyataan penting mengenai hak-hak atas temurun dan tidak terputus antara
tanah yang merumuskan secara singkatsifat masyarakat hukum adat tersebut dengan
kebersamaan atau kemasyarakatan hak-hak wilayah yang bersangkutan”.
atas tanah menurut konsepsi yang mendasari
Hukum Tanah Nasional. Tidak hanya hak Pasal 1 huruf S UU No. 21/200131
milik, tetapi semua hak atas tanah mem- “Pasal ini menjelaskan otonomi khusus bagi
punyai fungsi sosial demikian di tegaskan Propinsi Papua menetapkan bahwa Hak
dalam Penjelasan Pasal 6 UUPA tersesebut. Ulayat adalah hak Persekutuan yang di-
Dalam Penjelasan Umum fungsi sosial hak- punyai oleh masyarakat hukum adat tertentu
hak atas tanah tersebut sebagai dasar atas suatu wilayah tertentu yang merupakan
Penjelasan Umum tersebut:29 Ini berarti, lingkungan hidup para warganya, yang
bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada meliputi hak untuk pemanfaatan tanah,
seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa hutan dan air serta isinya dengan peraturan
tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak perundang-undangan”.
dipergunakan) semata-mata untuk kepen-
tingan pribadinya, apalagi kalau hal itu akan
30
Lihat Pasal 1 butir 1 Permeneg Agraria /Kepala
BPN No. 5/1999.
29 31
Lihat Penjelasan Pasal 6 UUPA Lihat Pasal 1 huruf S UU No 21/2001

25
Pemegang Hak Ulayat adalah
Pasal 1 butir 3 Permeneg Agraria/Kepala masyarakat adat. Ada yang territorial, karena
BPN No.5/199932 para warganya bertempat di wilayah yang
“Masyarakat Hukum Adat adalah se- sama, seperti Nagari di Minangkabau. Ada
kelompok orang yang terikat oleh tatanan pula genealogik, yang para warganya terikat
hukum adatnya sebagai warga bersama oleh pertalian darah, seperti suku dan kaum.
suatu persekutuan hukum karena kesamaan Sedangkan yang menjadi objek Hak Ulayat
tempat tinggal ataupun atas dasar ke- adalah tanah dalam wilayah masyarakat
turunan”. hukum adat territorial yang bersangkutan.
Tidak selalu mudah mengetahui secara pasti
Pasal 1 huruf q UU No 21/ 200133 batas-batas tanah ulayat suatu masyarakat
“Hukum adat adalah aturan atau norma hukum adat territorial.Kalau masyarakat
tidak tertulis yang hidup dalam masyarakat adatnya bersifat genealogik, diketahui tanah
hukum adat, mengatur, mengikat dan di- yang mana termasuk tanah yang dipunyai
pertahankan serta mempunyai sanksi”. bersama. Hak Ulayat sebagai hubungan
hukum konkret, pada asal mulanya
Seperti yang telah diuraikan diatas diciptakan oleh nenek moyang atau suatu
Hak Ulayat adalah nama yang diberikan para kekuatan gaib, pada waktu meninggalkan
ahli hukum pada lembaga hukum dan atau menganugerahkan tanah yang ber-
hubungan hukum konkret antara masyarakat- sangkutan kepada orang-orang yang
masyarakat hukum adat dengan tanah dan merupakan kelompok tertentu. Hak Ulayat
wilayahnya, yang disebut tanah ulayat. sebagai sebagai lembaga hukum sudah ada
Dalam bahasa hukum adat yang dikenal sebelumnya karena masyarakat hukum adat
adalah sebutan tanahnya. Dalam perpustaka- yang bersangkutan bukan satu-satunya yang
an Hukum Adat yang berbahasa Belanda, mempunyai Hak Ulayat. Bagi suatu
mengikuti penamaannya oleh Van masyarakat hukum adat tertentu, Hak Ulayat
Vallenhoven, lembaganya disebut bisa tercipta karena pemisahan dari
“beschikkingsrecht”. Hak Ulayat merupakan masyarakat hukum adat induknya, menjadi
seperangkaian wewenang-wewenang dan masyarakat hukum adat baru yang mandiri,
kewajiban-kewajiban suatu masyarakat dengan sebagian wilayah induknya sebagai
hukum adat, yang berhubungan dengan tanah tanah ulayat.35
yang terletak dalam lingkungan wilayahnya.
Hak Ulayat mengandung 2 unsur yaitu: unsur Hak Ulayat diakui exsistensinya bagi
kepunyaan yang termasuk bidang hukum suatu masyarakat hukum adat tertentu,
perdata dan unsur tugas kewenangan untuk sepanjang menurut kenyataannya masih ada.
mengatur penguasaan dan memimpin Masih adanya Hak Ulayat pada suatu
penggunaan tanah bersama, yang termasuk masyarakat hukum adat tertentu, antara lain
bidang hukum publik. Unsur tugas dapat diketahui dari kegiatan sehari-hari
kewenangan yang termasuk bidang hukum Kepala Adat dan Para Tetua Adat dalam
publik tersebut pelaksanaannya dilimpahkan kenyataannya, sebagai pengemban tugas
kepada Kepala Adat sendiri atau bersama- kewenangan mengatur penguasaan dan
sama dengan para tetua Adat masyarakat memimpin penggunaan tanah Ulayat, yang
hukum adat yang bersangkutan.34 merupakan tanah bersama para warga
masyarakat hukum adat yang bersangkutan.
Selain diakui, pelaksanaannya dibatasi, dalan
32
Lihat Pasal 1 butir 3 Permeneg Agraria/ Kepala arti harus sedemikian rupa sehingga sesuai
BPN No. 5/ 1999. dengan kepentingan Nasional dan Negara,
33
Lihat Pasal 1 huruf q UU No 21/2001 yang berdasarkan persatuan bangsa dan tidak
34
Kumpulan Materi Pelatihan Intensif Hukum
Property,Pusat Pengembangan Hukum dan Bisnis
35
Indonesia (PPHBI), Op.Cit, 2016, hal.13-14. Ibid, hal. 14

26
boleh bertentangan dengan undang-undang Tanah Milik. Kemudian Peraturan Pe-
dan peraturan-peraturan yang lebih tinggi. merintah ini dilaksanakan dengan Peraturan
Demikianlah dinyatakan dalam Penjelasan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1977
Umum UUPA. Merupakan suatu kenyataan tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah
bahwa jika dalam usaha memperoleh se- mengenai Pewakafan Tanah Milik. Yang
bagian tanah ulayat untuk keperluan dimaksud dengan Wakaf adalah: perbuatan
pembangunan, dilakukan pendekatan pada hukum seseorang atau badan hukum yang
para penguasa adat serta warga masyarakat memisahkan sebagian dari harta kekaya-
hukum adat yang bersangkutan menurut adat annya yang berupa tanah milik dan
istiadat setempat, yang hakikatnya me- melembagakannya untuk selama-lamanya
ngandung pengakuan adanya Hak Ulayat itu. untuk kepentingan pribadatan atau keperluan
Pada kenyataanya kekuatan Hak Ulayat umum lainnya sesuai dengan ajaran agama
cendrung berkurang, dengan semakin Islam (Pasal 1 ayat 1 PP Nomor 28 Tahun
kuatnya hak pribadi para warga atau anggota 1977).39
masyarakat hukum adat yang bersangkutan
atas bagian-bagian tanah ulayat yang Hak Tanggungan
dikuasainya.36 Hak Jaminan atas tanah dalam
hukum tanah nasional dikenal dengan Hak
Hak-Hak Perorangan atau Individual Tanggungan. Di dalam UUPA, bahwa yang
terdiri dari:37 dapat dibebankan dengan Hak Tanggungan
Hak-Hak Atas Tanah (Pasal 4)38 adalah: Hak Milik (Pasal 25), Hak Guna
Hak atas tanah bersifat primer: Hak atas Usaha (Pasal 33), dan Hak Guna Bangunan
tanah primer adalah hak atas tanah yang (Pasal 39). Kemudian dalam Pasal 51 UUPA,
berasal dari tanah negara yang terdiri dari: telah dinyatakan bahwa Hak Tanggungan
Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang.
Bangunan atas tanah negara dan Hak Pakai Undang-Undang yang mengatur Hak Tang-
atas tanah negara. gungan adalah: Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996tentang Hak Tanggungan Atas
Hak atas tanah yang bersifat sekunder: Hak Tanah beserta benda-benda yang berkaitan
atas tanah sekunder berasal dari tanah yang dengan tanah. Yang dimaksud dengan Hak
dikuasai pihak lain, meliputi Hak Guna Tanggungan adalah Hak Jaminan yang
Bangunan (HGB) diatas tanah Hak dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
Pengelolaan atau HaB tanah Hak Milik, Hak yang dimaksud dalam Undang-Undang
Pakai diatas Tanah Pengelolaan atau Hak Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan
Pakai diatas tanah Hak Milik, Hak Sewa Dasar-Dasar Pokok- Pokok Agraria, berikut
Untuk Bangunan, Hak Gadai (gadai tanah). atau tidak berikut benda-benda lain yang
Hak Usaha Bagi Hasil (perjanjian bagi hasil), merupakan satu kesatuan dengan tanah itu,
Hak Menumpang dan Hak Sewa Tanah untuk pelunasan utang tertentu terhadap
Pertanian. kreditor-kreditor lain (Pasal 1 ayat 1 UU
nomor 4 Tahun 1996)40
Wakaf
Pengaturan wakaf tanah Hak Milik Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
ada dalam Pasal 49 ayat 3 UUPA jo PP Mengenai Hak Milik atas satuan
Nomor 28 Tahun 1977 tentang Pewakafan Rumah Susun yang secara implisit telah
36
Ibid, hal. 14-15
37 39
Untuk mengetahu hak-hak perorangan atau Baca Pasal 49 ayat 3 UUPA Jo Pasal 1 ayat 1 PP
individual bisa juga di baca dalam bukunya Nomor 28 Tahun 1977 tentang Pewakafan Tanah
Sahnan, Op.Cit, 2016. hal.79-80. Milik.
38 40
Pasal 4 UUPA dan baca Irawan Soerodjo, Op BacaPasal 1 ayat 1 UU Nomor 4 Tahun 1996
Cit, 2014, hal.56. tentang Hak Tanggungan.

27
diatur dalam Pasal 4 ayat 1 UUPA, yaitu Bagaimana definisi Hak Milik dari
pemberian hak atas tanah dapat diberikan sudut Hukum Perdata? Hak Milik di dalam
kepada sekelompok orang, baik secara Hukum Perdata di atur di dalam Pasal 570
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama KUH Perdata s.d. Pasal 624 KUH Perdata.43
dengan orang lain serta badan hukum. Hak Bahwa dinyatakan Hak Milik adalah hak
atas tanah yang dapat dimiliki atau dikuasai untuk menikmati kegunaan suatu kebendaan
secara bersama-sama oleh seluruh pemilik itu dengan kedaulatan sepenuhnya,asal tidak
satuan rumah susun dapat berupa Hak Milik, bertentangan dengan UU, ketertiban umum
Hak Guna Bangunan, dan atau Hak Pakai dan tidak menganggu hak orang lain (Pasal
atas tanah Negara. Ketentuan yang menganut 570 KUH Perdata). Pengertian Hak Milik
mengenai rumah susun adalah Undang- dalam Pasal 570 itu dalam arti luas karena
Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang benda yang dapat menjadi objek Hak Milik,
Rumah Susun.41 tidak hanya benda tidak bergerak, tetapi juga
benda yang bergerak. Lain halnya apa yang
C. Hak-Hak Atas Tanah Menurut UUPA dirumuskan dalam Pasal 20 UUPA dimana
(UU No. 5 /Tahun 1960) dalam rumusan itu hanya mengatur benda
Hak Milik yang tidak bergerak khususnya atas tanah,
Hak Milik adalah hak turun temurun, sebagaimana yang telah disebutkan diatas
terkuat dan terpenuhi yang dapat dipunyai bahwa Pasal 20 UUPA berbunyi “ Hak Milik
orang atas tanah (Pasal 20 UUPA). Ini berarti adalah hak turun temurun, terkuat, terpenuhi
Hak Milik memiliki sifat 3T ( turun yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan
temurun, terkuat dan terpenuhi). Turun mengingat ketentuan yang tercantum dalam
temurun artinya hak atas tanah tersebut tetap Pasal 6 UUPA bahwa tanah mempunyai
berlangsung meskipun yang mempunyai Hak fungsi sosial termasuk pula tanah yang
Milik meninggal dunia dan berlanjut kepada berstatus Hak Milik.44
ahli warisnya sepanjang masih memenuhi
persyaratan sebagai Hak Milik. Terkuat Luasnya kewenangan yang di-
artinya hak milik atas tanah ini berlangsung berikan oleh undang-undang kepada pe-
untuk jangka waktu yang tidak terbatas dan megang Hak Milik sebagaimana yang
secara yuridis dapat dipertahankan terhadap tersebut diatas, tidak berarti pemegang Hak
pihak lain.Selanjutnya makna terpenuhi Milik dapat berbuat apa saja atau tanpa batas
dalam Hak Milik artinya pemegang Hak atas penggunaan tanah tersebut. Meskipun
Milik memiliki wewenang yang luas, yaitu tanah itu berstatus Hak Milik, pemegang Hak
pemegang Hak Milik dapat mengalihkan, Milik dibatasi dalam suatu koridor aturan
menjaminkan, menyewakan bahkan menye- yang berlaku dimana pemegang hak wajib
rahkan penggunaan tanah tersebut kepada memperhatikan fungsi sosial atas tanah
pihak lain dengan memberikan hak atas tanah sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal
yang baru (Hak Guna Bangunan atau Hak 6 Undang-Undang Pokok Agraria yang
Pakai). Termasuk dalam lingkup terpenuhi artinya:45
adalah bahwa dari segi peruntukannya Hak - Dalam aktivitas penggunaan atau pe-
Milik dapat dipergunakan untuk keperluan manfaatan tanah tidak boleh menim-
apa saja baik untuk usaha pertanian maupun bulkan kerugian kepada orang lain.
non pertanian (rumah tinggal atau men- - Penggunaan tanah wajib disesuaikan
dirikan bangunan untuk tempat usaha)42 dengan peruntukan yang telah di-
43
Lihat Pasal 570 s.d. Pasal 624 Kitab Undang-
41
Baca lebih lanjut Undang-Undang Nomor 20 Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) mengatur
Tahun 2011 tentang Rumah Susun dan Pasal 4 tentang Hak Milik.
44
ayat 1 UUPA. Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis
42
Irawan Soerodjo, Op.Cit, 2014, hal. 60 dan (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal.101
45
Pasal 20 UUPA Irawan Soerodjo, Op.Cit, 2014, hal. 61-62.

28
tetapkan sesuai dengan rencana tata Ketentuan yang mengatur mengenai
ruang. Hak Guna Usaha adalah: Pasal 16 ayat 1
- Penggunaan atau pemanfaatan tanah huruf b UUPA, kemudian secara khusus Hak
wajib memperhatikan kepentingan um- Guna Usaha diatur dalam Pasal 28 sampai
um selain kepentingan pribadi. 34 UUPA, ketentuan lebih lanjut mengenai
- Tanah yang digunakan atau dimanfa- Hak Guna Usaha diatur dengan Peraturan
atkan harus dipelihara dengan baik dan Perundangan (Pasal 50 ayat 2 ). Peraturan
mencegah terjadinya kerusakan tanah. yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah
- Tanah yang digunakan tidak boleh di- Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
terlantarkan sehingga menimbulkan ke- Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
rugian atas tanah tersebut, baik dari sisi atas tanah, yang kemudian secara khusus
kesuburan, penggunaan dan kemanfa- pengaturannya dalam Pasal 2 sampai dengan
atan atas tanah tersebut. 18.48

Kapan hapusnya Hak Milik atas Luas tanah Hak Guna Usaha untuk
tanah? Hapusnya Hak Milik atas tanah telah perseorangan minimum 5 hektar dan luas
diatur dalam Pasal 27 UUPA46 yang me- maksimum 25 hektar. Sedangkan untuk
nyatakan bahwa Hak Milik atas tanah hapus badan hukum luas minimum 5 hektar dan
dan berakibat tanahnya jatuh kepada Negara luas maksimum ditetapkan oleh Badan
yaitu: Pertanahan Nasional (Pasal 28 ayat 2 UUPA
1. Karena pencabutan hak atas tanah jo Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 40
berdasarkan Pasal 8 Tahun 1996). Subjek dalam hukum Hak
2. Karena penyerahan dengan sukarela Guna Usaha adalah:49
oleh pemiliknya a. Warga Negara Indonesia
3. Kerena ditelantarkan b. Badan Hukum yang didirikan menurut
4. Karena ketentuan sebagaimana yang hukum Indonesia dan berkedudukan di
diatur dalam Pasal 21 ayat 3, yaitu Indonesia (Pasal 30 UUPA jo Pasal 2 PP
karena subjek haknya tidak memenuhi Nomor 40 Tahun 1996).
syarat sebagai subjek Hak Milik atas
tanah dan Pasal 26 ayat 2, yaitu: karena Jangka waktu Hak Guna Usaha 25
peralihan hak yang mengakibatkan tahun dan untuk perusahaan yang memer-
tanahnya berpindah kepada pihak lain lukan waktu yang lebih lama dapat diberikan
tidak memenuhi syarat sebagai subjek paling lama 35 tahun dan dapat diperpanjang
Hak Milik atas tanah. untuk jangka waktu paling lama 25 tahun
(Pasal 29 ayat 1, 2 dan 3 UUPA). Kemudian
Hak Guna Usaha (HGU) di dalam Pasal 8 PP No. 40 tahun 1996
Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengatur jangka waktu Hak Guna Usaha
mengusahakan tanah yang dikuasai langsung untuk pertama kalinya paling lama 35 tahun,
oleh Negara, dalam jangka waktu sebagai- dapat diperpanjang paling lama 25 tahun, dan
mana yang telah ditentukan dalam Pasal 29, diperbaharuan untuk waktu paling lama 35
guna perusahaan pertanian, perikanan, atau tahun. Permohonan perpanjangan atau pem-
peternakan (Pasal 28 ayat 1). Kemudian, PP baharuan HGU diajukan selambat-lambat-
Nomor 40 Tahun 1996 menambahkan guna nya dua tahun sebelum berakhirnya jangka
perusahaan perkebunan.47 waktu HGU tersebut. Perpanjangan atau
pembaharuan HGU tersebut di catatkan
46
Lihat Pasal 27 UUPA tentang Hapusnya Hak
Milik. Guna Bangunan (HGB) dan Hak Pakai (HP) atas
47
Pasal 28 ayat 1, Pasal 29 UUPA dan lihat juga tanah.
48
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Sahnan, Op.Cit, 2016, hal. 83-84
49
mengatur tentang Hak Guna Usaha (HGU), Hak Ibid, hal. 84

29
dalam buku tanah pada kantor pertanahan a. Jangka waktunya telah berakhir
Kabupaten/Kota setempat. Persyaratan untuk b. Diberhentikan sebelum jangka waktunya
melakukan perpanjangan yang dilakukan berakhir karena sesuatu syarat tidak
oleh pemegang hak adalah:50 terpenuhi
a. Tanah masih diusahakan dengan baik c. Dilepaskan oleh pemegang haknya
sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan sebelum jangka waktunya berakhir
pemberian hak tersebut. d. Dicabut untuk kepentingan umum
b. Syarat-syarat pemberian hak tersebut e. Ditelantarkan
dipenuhi dengan baik oleh pemegang f. Tanahnya musnah
hak. d. Ketentuan dalam Pasal 30 ayat 2 UUPA
c. Pemegang hak masih memenuhi syarat
sebagai pemegang hak (Pasal 9 ayat 1). Hak Guna Bangunan (HGB)
Dalam Pasal 35 UUPA dijelaskan
Kewajiban Pemegang Hak Guna bahwa Hak Guna Bangunan (HGB) adalah
Usaha adalah:51 hak untuk mendirikan bangunan-bangunan
a. Membayar uang pemasukan kepada atas tanah yang bukan miliknya sendiri dalam
Negara jangka waktu 30 tahun. Atas permintaan
b. Melaksanakan usaha pertanian, perke- pemegang hak dengan mengingat keperluan
bunan, perikanan, dan/atau peternakan dan keadaan bangunan-bangunannya. Jangka
sesuai peruntukan dan persyaratan waktu tersebut dapat diperpanjang waktu
sebagaimana ditetapkan dalam kepu- paling lama 20 tahun. HGB dapat beralih
tusan pemberian hak. dan dialihkan kepada pihak lain. Penggunaan
c. Mengusahakan sendiri tanah HGU tanah yang dipunyai dengan HGB adalah
dengan baik sesuai dengan kelayakan untuk mendirikan bangunan-bangunan,
usaha berdasarkan kriteria yang ditetap- meliputi bangunan rumah, tempat tinggal,
kan oleh instansi teknis. usaha perkantoran, pertokoan industri dan
d. Membangun dan memelihara prasarana lain-lain.53
lingkungan dan fasilitas tanah yang ada
di lingkungan HGU. Orang atau bandan hukum yang
e. Memelihara kesuburan tanah, mencegah mempunyai HGB dan tidak lagi memenuhi
kerusakan sumber daya alam dan men- syarat, dalam waktu satu tahun wajib
jaga kelestarian kemampuan lingkungan melepaskan atau mengalihkan kepada pihak
hidup sesuai dengan peraturan per- lain yang memenuhi syarat. Jika dalam waktu
undang-undangan yang berlaku. tersebut tidak diperhatikan/dilaksanakan,
f. Menyampaikan laporan tertulis setiap maka hak tersebut hapus karena hukum
akhir tahun mengenai penggunaan HGU dengan ketentuan bahwa hak pihak lain akan
g. Menyerahkan kembali tanah diberikan dipindahkan menurut ketentuan peraturan
dengan HGU kepada Negara setelah perundang-undangan yang berlaku.54
HGU tersebut dihapus.
h. Menyerahkan sertifikat HGU yang telah Dalam hal seseorang mendapatkan
hapus kepada Kepala Kantor Pertanahan wasiat HGB, sedangkan dia adalah warga
(Pasal 12 ayat 1 PP Nomor 40 Tahun negara asing, maka HGB tersebut tidak
1996), sekaligus hapus. Begitu juga seorang warga
negara Indonesia yang mempunyai HGB,
Apakah Hak Guna Usaha bisa
hilang? Di Pasal 34 UUPA dijelaskan
52
bahwa hapusnya Hak Guna Usaha jika:52 Pasal 34 UUPA tentang Hapusnya Hak Guna
Usaha (HGU)
53
Baca Pasal 35 UUPA tentang Hak Guna
50
Ibid, hal. 84 Bangunan (HGB)
51 54
Ibid, hal. 85. H.M. Arba, Op.Cit, 2015. Hal. 111-112

30
kemudian berubah jadi warga negara asing Siapakah yang dapat mempunyai
(WNA), maka dalam satu tahun harus HGB? Adapun yang dapat mempunyai HGB
diakhiri. Jika tidak diakhiri, maka haknya berdasarkan Pasal 48 UUPA adalah:58
hapus karena hukum dan tanahnya menjadi a. Warga Negara Indonesia
tanah Negara, namun bagi yang bersangkutan b. Badan hukum yang didirikan menurut
dapat saja mengajukan permohonan hak hukum Indonesia dan berkedudukan di
sesuai dengan kedudukan subjek yang Indonesia.
bersangkutan, misalnya dengan Hak Pakai.
Jika ahli waris HGB orang yang memenuhi Adapun ciri-ciri Hak Guna Bangunan
syarat dan bersama-sama dengan orang yang (HGB) adalah:59
tidak memenuhi syarat, maka dalam jangka a. Dapat beralih dan dialihkan
waktu satu tahun bagi yang tidak memenuhi b. Jangka waktu terbatas
syarat harus memindahkan/ melepaskan c. Dapat dijadikan jaminan hutang
kepada pihak yang memenuhi syarat. Apabila d. Dapat dilepaskan oleh pemegang haknya
dalam jangka waktu tersebut pemilikan pihak e. Dapat terjadinya dari Hak Milik dan
pihak yang tidak memenuhi syarat tidak Tanah Negara
diakhiri, menurut Boedi Harsono (2009)
bukan hanya bagiannya yang hapus, seluruh Berdasarkan Pasal 40 UUPA HGB
hak atas tanah menjadi hapus. Hal ini dapat hapus karena beberapa sebab:60
disebabkan oleh:55 a. Berakhirnya jangka waktu yang
a. HGB milik bersama tidak dapat ditetapkan
ditentukan bagian tanah mana b. Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang
kepunyaaan pihak yang memenuhi /pemegang hak pengelolaan/pemeganng
syarat, dan bagian mana pula kepunyaan Hak Milik sebelum waktunya berakhir,
pihak yang tidak memenuhi syarat. karena:
b. Apabila HGB tersebut tidak hapus, 1. Tidak dipenuhinya kewajiban-
maka akan timbul keadaan seseorang kewajiban pemegang hak
yang tidak memenuhi syarat dapat terus 2. Tidak dipenuhinya syarat atau
mempunyai HGB. Keadaan ini kewajiban yang tertuang dalam
bertentangan dengan UUPA. perjanjian penggunaan tanah hak
milik atau hak pengelolaan.
Yang menjadi objek HGB menurut 3. Putusan pengadilan yang telah
ketentuan Pasal 37 ayat (1) UUPA adalah mempunyai kekuatan hukum tetap.
tanah-tanah:56 c. Dilepaskan secara sukarela oleh
a. Tanah Negara pemegangnya sebelum jangka waktu
a. b.Tanah Hak Milik berakhir.
d. Dicabut untuk kepentingan umum
Sedangkan yang menjadi objek HGB berdasarkan Undang-Undang Nomor 20
menurut ketentuan Pasal 21 PP No. 40 Tahun 1961.
Tahun 1996 adalah:57 e. Ditelantarkan
a. Hak Milik f. Tanahnya musnah
b. Hak Pengelolaan g. Ketentuan Pasal 36 ayat (2) UUPA,
c. Tanah Negara yaitu dimana pemegangnya tidak
memenuhi syarat dan dalam waktu satu

55
Ibid, hal. 112
5656 58
Lihat Pasal 37 ayat (1) UUPA menjelaskan Pasal 48 UUPA
59
apa-apa saja objek HGB. H.M Arba, Op.Cit, 2015.
57 60
Lihat Pasal 21 PP No. 40 Tahun 1996 mengatur Pasal 40 UUPA menjelaskan tentang sebab-
tentang objek HGB. sebab hapusnya HGB

31
tahun tidak mengakhiri penggunaan Tahun 1996, Hak Pakai diberikan untuk
HGB. jangka waktu 25 tahun dan dapat di-
perpanjang. Perpanjangan ini sering diartikan
Hak Pakai untuk selama 15 tahun akan tetapi Hak Pakai
Hak Pakai adalah hak untuk meng- yang diberikan kepada subyek hukum
gunakan dan/atau memungut hasil dari tanah tertentu diberikan dengan jangka waktu
yang dikuasai langsung oleh Negara atau selama tanah tersebut digunakan, yaitu
tanah Hak Milik atau di atas Tanah Penge- hanya diberikan kepada kementerian,
lolaan. Hak Pakai memberi wewenang dan lembaga pemerintah non departemen,
juga kewajiban yang ditentukan dalam ke- pemerintah daerah, perwakilan negara asing,
putusan pemberian haknya oleh pejabat yang perwakilan badan internasional, badan
berwenang atau dalam perjanjian dengan keagamaan dan badan-badan sosial.
pemilik tanah yang bersangkutann yang Sedangkan bagi para warga atau badan
bukan perjanjian sewa-menyewa atau hukum perpanjangan masa Hak Pakai
perjanjian pengolahan tanah. Makna kata diberikan sesuai dengan keputusan
“menggunakan” berarti dapat mendirikan pemberian haknya oleh kantor pertanahan
bangunan di atas tanah tersebut, sedang kata setempat. Hak Pakai daapat diberikan di atas
“memungut hasil”berarti memanfaatkan tanah Hak Pengelolaan.63
tanah tersebut untuk kepentingan pemegang
haknya, misalnya pertanian, peternakan, IV.PENUTUP
perikanan atau perkebunan.61 Dalam penutup tulisan ini penulis
mencoba menjawab kembali dua rumusan
Kewenangan yang terdapat dalam masalah yang sebagaimana diuraikan diatas.
Hak Pakai tersebut diatas, memberikan Bahwasannya sistem pertanahan di Indonesai
gambaran bahwa Hak Pakai tersebut seolah- mengaju kepada Undang-Undang Pokok
olah hampir sama atau menyerupai jenis hak Agraria yaitu Undang-Undang Nomor 5
atas tanah yang lain seperti Hak Milik, Hak Tahun 1960. Undang-Undang ini menjelas-
Guna Bangunan atau Hak Guna Usaha kan bahwa hukum tanah di Indonesia bersifat
karena di dalamnya memberikan wewenang Unfikasi. Artinya, seluruh permasalahan,
untuk mendirikan bangunan atau mengambil status, serta dasar hukum tanah yang ada di
hasil pemanfaatan atas tanah tersebut. Di Indonesia harus merujuk pada UUPA No.5
samping itu terhadap Hak Pakai juga dapat Tahun 1960. Sebenarnya UUPA ini adalah
didaftarkan, sehingga mempunyai alat bukti proyek Nasionalisasi tanah di Indonesia.
hak berupa sertipikat. Kesamaan lain adalah Agar tanah memang dimilki dan dinikmati
Hak Pakai juga sama dengan Hak Milik, Hak benar oleh warga negara Indonesia, sehingga
Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha.62 warga negara asing tidak mempunyai hak
akan tanah di Indonesia kecuali Hak Pakai.
Perbedaannya dengan hak-hak tanah
yang lain tersebut adalah Hak Pakai Adapun tujuan diundangkannya
merupakan satu-satunya jenis hak atas tanah UUPA adalah demi kepentingan rakyat
dalam Undang-Undang Pokok Agraria yang Indonesia sendiri untuk mendapatkan ke-
dapat diberikan kepada warga negara asing adilan, kebahagiaan dan kemakmuran di
atau badan hukum asing, karena hak atas bidang pertanahan. Disamping itu juga
tanah ini memberikan wewenang yang bertujuan untuk memberikan kepastian
terbatas (Pasal 42 UUPA). Hak Pakai hukum akan hak-hak atas tanah apa yang
diberikan untuk jangka waktu tertentu. boleh dikuasai oleh negara, rakyat dan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 masyarakat hukum adat di Indonesia. Pada
akhirnya tujuan dari sistem hukum tanah
61
Irawan Soerodjo, Op.Cit, 2014, hal 66
62 63
Ibid, hal. 67 Ibid, hal. 67

32
nasional adalah sejalan dengan tujuan Negara HS. Salim,Pengantar Hukum Perdata
Republik Indonesia sebagaimana yang di- Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2005.
amanatkan dalam UUD 1945 yaitu: mem- Kolopaking, Anita D.A, Penyelundupan
berikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi Hukum Kepemilikan Hak Milik Atas Tanah
seluruh rakyat Indonesia. di Indonesia, Alumni Bandung, Bandung,
2013.
Adapun yang memilki penguasaan Kumpulan Materi Pelatihan Intensif Hukum
hak-hak tanah adalah pertama, Bangsa Properti, Hak-Hak Penguasaan Atas Tanah
Indonesia sendiri, disini dinyatakan bahwa Dalam Hukum Tanah Nasional, Pusat
tanah secara keseluruhan adalah milik Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia,
Bangsa Indonesia. Tidak ada segelitir orang (PPHBI), Jakarta, 13-14 Juni 2016.
atau segelintir kelompok yang menyatakan Ngani Nico, Perkembangan Hukum Adat
bahwa tanah secara keseluruhan yang ada di Indonesia, Pustaka Yudistira, Yogyakarta,
wilayah Indonesia adalah miliknya secara 2012.
utuh,kedua bahwa memang Negara mem- Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Badan
punyai hak menguasai akan tanah di Penerbit IBLAM, Jakarta, 2006.
Indonesia. Penguasaan ini di maksudkan Parlindungan, AP, Komentar Atas Undang-
bukanlah menjadi Hak Milik, tetapi negara Undang Pokok Agraria, Mandar Maju,
menguasai tanah dalam arti Negara diberikan Bandung, 1993.
hak untuk mengelola tanah yang ada di Sahnan, Hukum Agraria Indonesia, Setara
Indonesia demi kemakmuran rakyat Press, Malang, 2016.
Indonesia sendiri. Ketiga, adanya pengakuan Sitorus, Oloan, Hukum Agraria Di Indonesia
terhadap hak-hak hukum adat terutama di Konsep Dasar dan Implementasi, Mitra
bidang pertanahan yang terkenal dengan Kebijakan Tanah Indonesia, 2006
adanya Hak Ulayat. UUPA sendiri Soerodjo, Irawan, Hukum Pertanahan Hak
memberikan pengakuan terhadap Hak Tanah Pengelolaan Atas Tanah (HPL) Eksistensi,
Adat. Konsep Hak Ulayat ini sejalan dengan Pengaturan dan Praktik, Laksbang
Pasal 6 UUPA bahwasannya tanah haruslah Mediatama, Yogyakarta, 2014.
mempunyai fungsi sosial. Artinya fungsi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
tanah tidak hanya untuk kepentingan pribadi, (UUD 1945)
tetapi yang lebih utama adalah untuk Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
kepentingan masyarakat luas atau untuk tentang Undang-Undang Pokok Agraria
kepentingan bersama.Keempat, hak-hak (UUPA)
individu atas tanah juga mendapat pengakuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
dari UUPA seperti Hak Milik (HM), Hak tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta
Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.
(HGB), Hak Pakai (HP), Wakaf dan Hak- Undang-Undang nomor 20 Tahun 2011
Hak Jaminan atas tanah. Jadi jelas bahwa tentang Rumah Susun.
sistem hukum pertanahan Indonesia memang Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1977
didasarkan pada nilai-nilai luhur bangsa tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah
Indonesia itu sendiri seperti kebersamaan, Mengenai Perwakafan Tanah Milik.
keadilan, kemakmuran serta kekeluargaan Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1996
dalam penguasaan dan pemanfaatan tentang Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna
tanahdengan tetap berpengang pada prinsip Bangunan (HGB) dan Hak Pakai atas Tanah.
tanah haruslah mempunyai fungsi sosial. Permeneg Agraria/ Kepala BPN No. 5
Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian
DAFTAR PUSTAKA Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum
Arba, H.M, Hukum Agraria Indonesia, Sinar Adat.
Grafika, Jakarta, 2015. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

33

Anda mungkin juga menyukai