Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ananda Auberta A

Matkul : Hukum Agraria (I)


NIM : E0022039

Tugas Resume Hukum Agraria

Undang undang yang mengatur terkait hukum agrarian disahkan oleh presiden pertama kita
yaitu bapak Soekarno pada tanggal 24 September 1960, dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 104 tahun 1960 Undang Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria yang sering dikenal dengan Undang Undang Pokok Agraria
(UUPA). Dengan adanya undang undang ini maka terjadinya perubahan hukum agraria secara
fundamental, perubahan ini bersifat fundamental atau mendasar karena mengenai struktur
perangkat hukumnya, mengenai konsepsi yang mendasarinya, maupun isinya, yang dimana hal
tersebut harus sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia dan memenuhi keperluan menurut
zamannya. Gunanya perubahan yang mendasar itu mudahnya adalah dalam rangka melaksanakan
Pembangunan Nasional, mengisi kemerdekaan yang telah diproklamasikan dan juga menuju
terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia agraria berarti urusan pertanian atau tanah
pertanian, juga urusan pemilikan tanah. Agrarian law sendiri sering menjadi sebutan guna
menunjukan kepada perangkat peraturan peraturan hukum yang bertujuan mengadakan pembagian
tanah tanah yang luas dalam rangka lebih meratakan penugasan dan pemilikannya 1. Pengertian
agraria dalam UUPA sendiri tidak dinyatakan dengan tegas, tetapi dapat disimpulkan pengertian
agraria dan hukum agraria dalam UUPA sangat luas. Agraria memiliki pengertian meliputi bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Maka hukum Agraria bukan hanya
merupakan satu perangkat bidang hukum, akan tetapi merupakan suatu kelompok berbagai bidang
hukum, yang masing masing mengatur hak hak penguasaan atas sumber sumber daya alam tertentu
yang termasuk pengertian agraria seperti yang sudah diuraikan di kalimat sebelumnya.
Dalam hal ini juga hukum agraria memiliki asas asas yang mengaturnya antara lain :
1. Asas nasionalitas : Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa hanya warga Negara
Indonesia saja yang mempunyai hak milik atas tanah atau yang boleh mempunyai
hubungan dengan bumi dan ruang angkasa dengan tidak membedakan antara laki-laki
dengan wanita serta sesama warga Negara baik asli maupun keturunan.
2. Asas pengakuan hukum adat : Yaitu bahwa hukum adat yang dipakai sebagai dasar hukum
agraria adalah hukum adat yang sudah dibersihkan dari segi-segi negatifnya.
3. Asas fungsi sosial hak atas tanah : Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa penggunaan
tanah tidak boleh bertentangan dengan hak-hak orang lain dan kepentingan umum,
kesusilaan serta keagamaan. Hal ini diatur dalam pasal 6 UUPA yang dimana dapat
diartikan seseorang tidak dapat menggunakan tanah secara sewenang wenang bahkan
menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan
1
Prof. Boedi Harsono, Hukum Agraria ; SEJARAH PEMBENTUKAN UNDANG UNDANG POKOK AGRARIA, ISI
DAN PELAKSANAANNYA,edisi 2020 (Jakarta: Djambatan,2008), hal 8.
keadaannya dan sifat dari pada haknya, sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan dan
kebahagiaan yang mempunyainya dan juga bagi masyarakat serta negara. Tetapi hak
pemilik atas tanah tetap dilindungi seperti yang sudah di tegaskan juga dalam pasal 6
UUPA dalam kalimat : “tidak berarti, bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama
sekali oleh kepentingan umum (masyarakat). Tentu saja UUPA memperhatikan
kepentingan perseorangan juga, dimana harus terjadinya keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan masyarakat agar supaya tercapainya tujuan pokok :
kemakmuran, keadlian dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya (pasal 2 ayat 3).”
4. Asas perlindungan bagi warga negara : Yakni asas yang menyatakan bahwa hak milik tidak
dapat dipunyai oleh orang asing dan pemindahan hak milik kepada orang asing dilarang
dengan ancaman batal demi hukum.
5. Asas non diskriminasi dan pemisahan horizontal : Yaitu asas yang melandasi hukum
Agraria (UUPA yang tidak membedakan antar sesama WNI artinya bahwa setiap WNI
berhak memilik hak atas tanah. Undang-undang Pokok Agraria tidak membeda-bedakan
warga negara Indonesia, semua warga negara Indonesia menurut Undang-undang Dasar
1945 mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan seperti tercantum dalam pasal 27
ayat (l), bahwa "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya". Sedangkan pemisahan horizontal yaitu suatu asas yang memisahkan antara
pemilikan hak atas tanah dengan benda-benda atau bangunan-bangunan yang ada
diatasnya.
Yang dimana hal itu semua seperti yang kita ketahui asas itu sendiri merupakan norma
dasar yang dimana menjadi kaidah, petunjuk yang harus ditaati oleh anggota anggota
masyarakat yang mengandung sanksi bila melanggarnya.

Anda mungkin juga menyukai