Anda di halaman 1dari 11

MERESUME PEMBELAJARAN DALAM PERTEMUAN

HUKUM AGRARIA

OLEH :
PUTU BINTANG PUTRI ENDRIAWAN (202110121493)
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs.I NENGAH RENAYA,S.H.,S,Pd.,M.Kn
I PUTU ARWAN PUSPA RENAWAN,S.H.,M.Kn

UNIVERSITAS WARMADEWA
FALKUTAS HUKUM
2022/2023
Om swastyastu salam sejahtera bagi kita semua astungkara semoga kita semua diberikan
kelancaran, pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur kehadapan tuhan/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa atas kesempatan yang diberikan, saya dapat menyelesaikan tugas
meresume pembelajaran hukum agrarian ini dengan baik.
Sebelum kita mulai disini saya akan meresume materi dari pertemuan ke-2 sampai dengan
pertemuan ke-7, dimulai dengan pertemuan pertama.
Disini kita akan memulai mengetahui terlebih dahulu apa sih hukum agraria itu sendiri?. Hukum
Agraria merupakan serangkaian kaidahkaidah yang dibentuk menjadi peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang bumi, air dan ruang angkasa sebagai perwujudan dari Pasal
33 ayat (3) UUDNRI 1945. Dalam arti sempit, Hukum Agraria merupakan serangkaian peraturan
perundang-undangan yang dibentuk untuk mengatur pemberian kuasa dari negara kepada
masyarakat untuk mengatur kepemilikan dari masing-masing subyek hukum atas tanah untuk
memenuhi cita-cita peruntukan tanah sebagai fungsi sosial (Pasal 6 UUPA).
Untuk mata kuliah hukum agaria yang pada pertemuan pertama yaitu senin,14 maret 2022 ini
di mulai dengan oline melalui zoom yang dimana semua mahasiswa akan memasukin room
zoom. Disini bapak dosen pengempu memberikan rencana terkait pembelajaran semester 2
yang akan kita pelajari bersama. Dan juga bagaimana cara mencari sumber materi yang benar,
cara menjawab soal dengan baik, dan pengutipan sumber ketika mencari refrensi jawaban.
Bapak dosen pengampu juga menjelaskan tujuan dari diambilnya mata kuliah ini adalah agar
mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan system pembuktian yang ada dan masuk
bidang pembuktian/hukum acara baik perdata, tata usaha negara , militer, dan agama, tata
tertib yang harus diikuti,ditaati dan dipatuhi dalam mata kuliah ini.
Senin pada tanggal 21 maret 2022 pada pertermuan kedua saya mengikuti kelas online yang
dimana saya tidak bisa mengikuti kelas offline. Yang dimana saya memasuki breakout rooms
non litigasi dan juga melakukan absen yaitu melalui elerning. Dilanjutkan dengan melakukan
zoom online yang dimana bapak dosen menjelaskan materi tentang Politik Hukum Agraria dan
Fungsi Hukum Agraria dalam pembangunan Nasional :
Pembentukan UUD nomor 5 tahun 1960 meliputi tentang peraturan dasar pokok pokok
agrarian & politik hukum pembentukan UUPA, serta menjelaskan tentang Pasal 33 ayat 3 yang
berbunyi “Bumi dan Air dan Kekayaan Alam yang terkandung di dalamnya di Kuasai oleh Negara
dan dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran Rakyat” tentang dasar pokok
pembangunan hukum agrarian.

 UUPA terbentuk dimulai pada saat penetapan Panitia Agraria Yogyakarta (PAY) yang
dibentuk berdasarkan Surat Ketetapan Presiden Nomor 16 tahun 1948 oleh Presiden
Soekarno.
 Kepanitian yang bertugas menyusun Hukum dan Politik Agraria ini diketuai oleh Sarimin
Reksodiardjo.
 Anggota dari kepanitiaan adalah para pejabat utusan kementerian dari berbagai
jawatan, termasuk juga ddi dalamnya anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat),
Serikat Buruh Perkebunan dan para ahli hukum terutama Hukum Ada.
Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

 Singkat cerita, pada tanggal 24 September 1960, telah diundangkan Undang-Undang


nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
 UUPA menghapus sistem kolonial yang terkait hukum Agraria yang merugikan pelaku
pertanian dan perkebunan pada masa penjajahan Belanda.
 Nilai yang terkandung dalam UUPA merupakan bentuk dari cita-cita Pasal 33 ayat (3)
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
POLITIK HUKUM PEMBENTUKKAN UUPA
Dapat dilihat pada bagian menimbang:

 Indonesia merupakan Negara Agraris yang sebagian besar penduduknya pada saat
UUPA diundangkan merupakan Petani.
 Hukum Agraria yang berlaku saat itu merupakan produk hukum dari era kolonial yang
dianggap sudah tidak relevan bahkan bertentangan dengan kepentingan rakyat.
 Hukum Agraria yang berlaku saat itu memiliki sifat dualisme yang masih berkiblat
kepada Hukum Adat dan Hukum Perdata Barat.
 Hukum Agraria yang berlaku saat itu tidak menjamin kepastian Hukum.

1. APA ITU HUKUM AGRARIA? Hukum Agraria merupakan serangkaian kaidahkaidah yang
dibentuk menjadi peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bumi, air dan
ruang angkasa sebagai perwujudan dari Pasal 33 ayat (3) UUDNRI 1945.
2. Sebagaimana disebutkan pada pemaparan sebelumnya, bahwa pembentukan UUPA
merupakan perwujudan dari cita-cita dari Pasal 33 ayat (3) UUDNRI 1945, yang dimaksud
dengan dikuasai oleh Negara adalah, Negara memiliki Hak Menguasai untuk:
 Mengatur dan menyelenggarakkan peruntukan, penggunaan dan persediaan
ddan memelihara bumi, air dan ruang angkasa tersebut.
 Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa.
 Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orangorang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
3. Mengapa pengaturan mengenai Hak atas Tanah itu Penting?
 Tanah memiliki peranan yang sangat penting untuk pemenuhan dasar dari
kebutuhan hidup manusia; dalam hal pemenuhan kebutuhan Pangan, Sandang
dan Papan.
 Pengaturan Hak atas Tanah dalam UUPA penting untuk melindungi Bangsa
Indonesia dalam Penjajahan Modern oleh bangsa lain.
 Pengaturan Hak atas Tanah dalam UUPA mengatur agar menghindari adanya
conflict of interest antara subyek hukum yang memiliki hubungan hukum dengan
obyek tanah tersebut.
Itulah pemaparan materi yang disampaiakan pada siang hari ini dan dilakukan diskusi serta sesi
Tanya jawab dan ada beberapa soal yang diberi untuk dijawab langsung seperti apa itu hukum
agraria, fungsi hukum agrarian, pasal 33 ayat (1), pembentukan UUD nomor 5 tahun 1960, apa
itu hukum materil & formil dll. Dari materi yang telah dijelaskan oleh bapak dosen tidak terasa
waktu sudah habis. Jadi penjelasan dan pertemuan selanjutnya akan dilanjutkan minggu depan.
Pada pertemuan ke tiga yaitu hari senin,28 April 2022 memulai dengan menjabarkan materi
dimulai dengan Asas-Asas Dalam Hukum Agararia sendiri dibagi menjadi 9:
1) Asas Nasionalisme
Suatu asas yang menyatakan bahwa hanya WNI saja yang mempunyai hak milik atas
tanah atau yang boleh mempunyai hubungan dengan bumi, air kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dan ruang angkasa dengan tidak membedakan antara laki-
laki maupun wanita serta sesama warganegara baik pribumi ataupun keturunan.
2) Asas Dikuasai Negara
Bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya itu pada tingkat tertinggi ddikuasai oleh Negara sebagai Organisasi
kekuasaan seluruh rakyat. (Pasal 2 ayat (1) UUPA)
3) Asas Hukum Adat Yang Disaneer
Bahwa hukum adat yang dipakai sebagai dasar hukum agraria adalah hukum adat
yang sudah dibersihkan dari segi negatifnya.
4) Asas Fungsi Sosial
Asas yang menyatakan bahwa penggunaan tanah tidak boleh bertentangan dengan
hak-hak orang lain ddan kepentingan umum, kesusilaan serta keagamaan. (Pasal 6
UUPA)
5) Asas Kebangsaan atau Demokrasi
Suatu asas yang menyatakan bahwa setiap WNI baik asli maupun keturunan berhak
memiliki hak atas tanah.
6) Asas Non Diskriminasi
asas yang melandasi hukum agraria. UUPA tidak membedakan antar sesama WNI
baik asli maupun keturunan asing jadi asas ini tidak membeda-beakan keturunan-
keturunan anak, artinya bahwa setiap WNI berhak memiliki hak atas tanah baik pria,
wanita, besar ataupun kecil.
7) Asas Gotong Royong
Segala usaha bersama dalam lapangan agraria didasarkan atas kepentingan bersama
dalam rangka kepentingan nasional, dalam bentuk koperasi atau bentuk-bentuk
gotong royong lainnya, Negara apat bersama-sama dengan pihak lain
menyelenggarakan usaha bersama dalam lapangan agrarian. (Pasal 12 UUPA)
8) Asas Unifikasi
Hukum Agraria disatukan dalam satu UU, yang berlaku di seluruh Indonesia, ini
berarti hanya ada satu Hukum Agraria yang berlaku di Indonesia yaitu UUPA.
9) Asas Pemisahan Horizontal
Suatu asas yang memisahkan antara pemilik Hak atas Tanah dengan bendabenda
atau bangunan-bangunan yang ada di atasnya. asas ini merupakan kebalikan ddari
asas Vertikal/Verticale Scheidings Beginsel atau asas perleketanan yaitu suatu asas
yang menyatakan segala apa yang melekat pada suatu benda itu artinya dalam asas
ini tidak ada pemisahan antara pemilikan hak atas tanah dengan benda-benda atau
bangunan-bangunan yang ada di atasnya.
Politik Hukum Agraria Bagaimanakah Hukum Agraria Terbentuk? Pada saat era Penjajahan
Belanda di Indonesia selama 350 tahun, pemerintahan kolonial belanda membentuk hukum
pertanahan, Hukum Agraria Kolonial Belanda, berkiblat kepada Hukum Adat di Indonesia dan
Hukum Perdata Barat yang dibawa oleh Belanda ke Indonesia (Dualisme). Hukum Agraria
Kolonial Belanda, mempengaruhi bagaimana pengaturan oleh badan perdagangan Belanda VOC
(Verenigde Oost Indische Compagnie). Hukum Agraria Kolonial Belanda, berkiblat kepada
Hukum Adat di Indonesia dan Hukum Perdata Barat yang dibawa oleh Belanda ke Indonesia.
Hukum Agraria Kolonial Belanda, mempengaruhi bagaimana pengaturan oleh badan
perdagangan Belanda VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) Pada saat era Kebijaksanaan
politik pertanian VOC:
1. Contingenten Pajak atas Hasil tanah pertanian harus diserahkan kepadda penguasa kolonial.
Petani harus menyerahkan sebagian dari hasil pertaniannya kepadda kompeni tanpa menerima
pembayaran.
2. Verplichte Leveranten Bentuk ketentuan yang diputuskan oleh kompeni dengan para raja
tentang kewajiban menyerahkan seluruh hasil panen dengan pembayarannya ditetapkan oleh
pihak kompeni
3. Roerediensten Kebijaksanaan ini dikenal dengan kerja rodi, yang dibebankan kepada rakyat
indonesia yang tidak mempunyai tanah pertanian Penjajahan Belanda di Indonesia selama 350
tahun, pemerintahan kolonial belanda membentuk hukum pertanahan.
Hukum Agraria sebagai Hukum Positif di Indonesia
Hak Bangsa Hukum Agraria

 FH Warmadewa Hak Bangsa merupakan Hak Tertinggi dalam Penguasaan Tanah di


Indonesia, yang dimaksud dengan Hak Bangsa, ialah Negara memberi Hak Penuh kepada
Warganegara Indonesia sebagai Subyek Hukum untuk Memiliki dan Menguasai Hak atas
Tanah di wilayah NKRI. Hak Bangsa memiliki sifat abadi dan merupakan Induk bagi
seluruh Hak-Hak atas Tanah yang diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan.
Hak Bangsa - Aspek Filosofis Hukum Agraria - FH Warmadewa Aspek Filosofis dari Hak Bangsa
dapat dilhat dalam pengaturan Pasal 1 ayat (2) dan (3) UUPA yang mengatur: (2) Seluruh bumi,
air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah
Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dddan ruang
angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan Nasional. (3) Hubungan antara bangsa
Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud alam ayat (2) Pasal ini adalah hubungan
yang bersifat abadi.
Hak Menguasai Negara Hukum Agraria - FH Warmadewa Hak Menguasai Negara, merupakan
Hak yang dihasilkan dari Kewenangan oleh Negara untuk mengatur distribusi-distribusi
pemberian Hak atas Tanah kepada Subyek-Subyek Hukum yang diberikan Hak oleh Peraturan
Perundang-Undangan dalam hal memiliki dan/atau menguasai tanah yang berada di wilayah
NKRI. Negara memiliki wewenang untuk: (Pasal 2 ayat (2) UUPA)

 Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan


pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
 Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
bumi, air dan ruang angkasa; dan
 Menentukan an mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatanperbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Hak Menguasai Negara - Aspek Filosofis Hukum Agraria - FH Warmadewa Aspek Filosofis dari
Hak Menguasai Negara dapat dilihat dari Pengaturan Pasal 2 ayat (1) dan (3) UUPA, yang
mengatur:
(1) Atas dasar Ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan hal-hal sebagai
yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air ddan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung di ddalamnya itu pada tingkatan tertinggi ddikuasai oleh Negar, sebagai Organisasi
kekuasaan seluruh rakyat.
(3) Wewenang yang bersumber pada Hak Menguasai dari Negara tersebut pada ayat (2) Pasal
ini digunakan untuk mencapai SEBESAR-BESAR KEMAKMURAN RAKYAT, alam arti kebahagiaan,
kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat an Negara hukum Indonesia yang
Merddeka, Berdaulat, Adil dan Makmur.
Diakhir pertemuan mahasiswa diberikan pertanyaan. Secara de facto, sudahkah rakyat
Indonesia mendapatkan Keadilan, Kemakmuran dan Kesejahteraan dalam Pemenuhan Hak
Bangsa oleh Negara? Menurut saya belum dikarenakan masih banyak yang melanggar semua
pelanggaran yang mengakibatkan banyak yang terkena imbasnya bagi rakyatnya yang sedang
kesusahan dan membutuhkan bantuan.
Pada pertemuan ke-4 hari senin, 4 april 2022 bapak dosen menjelaskan tentang hukum
pertanahan Indonesia kepada mahasiswa hukum tanah terbagi menjadi 2 yaitu Hukum Tanah
Dualistik dan Pluralistik. Hukum tanah dualistic dan pluralistic, Sebelum Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya, didalam masyarakat adat telah terdapat penguasaan dan
pemilikan tanah yang diatur sesuai dengan ketentuan hokum adat yang berlaku dalam
masyarakat tersebut. Setelah Belanda menjajah bangsa Indonesia, belandamendatangkan
peraturan hokum pertanahan yang berlaku di negaranya ke Indonesia, yang kemudian
diberlakukan terhadap masyarakat Indonesia.
Hukum Tanah Sebelum Berlakunya UUPA
Hukum Tanah Dualistik
Hukum Agraria sebelum berlakunya UUPA, di mana Indonesia menganut sifat Dualistis akibat
dari adanya Politik Hukum pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Dualisme artinya di
mana diberlakukkannya hukum agraria adat yang bersumber pada hukum adat dan berlaku
pula hukum agraria barat yang bersumber dari hukum perdata barat (KUHPer). Hak-hak atas
tanah yang diatur menurut hukum adat disebut dengan tanah adat. Dimana hukum agraria adat
merupakan sumber pada hukum adat yang bersifat tidak tertulis dimana mengutamakan jiwa
gotong royong dan keluargaan.
Dalam Hukum Perdata Barat, garis besarnya diadakan perbedaan antara hukum yang berlaku
bagi golongan Eropa dan Timur Asing pada satu pihak dan hukum yang berlaku bagi golongan
Pribumi pada lain pihak. Bagi golongan Eropa dan Timur Asing Cina berlaku Hukum Perdata
Barat, dimana hampir semua merupakan hukum tertulis yang bersumber pada KUHPerdata
(Burgeljk Wetboek),KUHDagang (Wetboekvan Koopenhandel) dan aillissements-verordening
(sekarang pengaturannya sudah berkiblat kepada UU Kepailitan)
Bagi golongan Timur Asing bukan Cina, berlaku Hukum Perdata Barat, yaitu hukum kekayaan
dan hukum waris testamenter. Mengenai Hukum Pribadi, Hukum Keluarga dan Hukum Waris
Ab Intestato. Terakhir, dalam golongan Pribumi berlaku Hukum Perdata Adat di daerah adatnya
masing -masing.
Hukum Tanah Pluralistik
Dikarenakan banyaknya perbedaan tempat yang memberlakukkan hukkum adat agraria yang
disebut dengan Pluralistik. Sistem Pluralistis sendiri memiliki kelemahan dimana formulasinya
tidak tertulis, dimana hal tersebut tidak dapat menjamin berlakunya sebuah kepastian hukum
bagi pemegang tanah adat tersebut. Sebuah aturan dalam bentuk tertulis akan memiliki sifat
yang mengikat dan memaksa, sehingga dapat memberikan kepastian hukum bagi para subjek
hukum yang terlibat.
Berdasarkan asas konkordasi dalam penyusunan peraturan perundang undangan Hindia-
Belanda, Hukum antar golongan bertujuan untuk mengatasi persoalan terkkait hubungan dan
peristiwa hukum yang terjadi antara orang orang golongan Indonesia asli dengan orang
Golongan Eropa, artinya diberlakukan asas konkordasi bermakna bahwa "tanah itu mempunyai
status hukum tersenddiri yang terlepas atau tiddak dipengaruhi oleh subyek hukum yang
mengkehendaki.
a) Hak Eigendom (eigendomrecht) Hak Eigendom (Hak Milik) Pengaturan mengenai Hak
Eigendom terdapat pada Pasal 570 KUH Perdata yang berbunyi: Hak milik adalah hak
untuk menikmati suatu barang secara lebih leluasa dan untuk berbuat terhadap barang
itu secara bebas sepenuhnya, asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang atau
peraturan umum yang ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak
mengganggu hak-hak orang lain.
b) Hak Erfpacht (erfpachtrecht) Menurut Pasal 720 dan Pasal 721 KUHPerdata, Hak
Erfpacht merupakan hak kebendaan yang memberikan kewenangan yang paling luas
kepada pemegang haknya untuk menikmati sepenuhnya akan kegunaan tanah
kepunyaan pihak lain.
c) Hak Optal (Pasal 771 KUHPer): Hak numpang karang adalah kebendaan untuk
mempunyai Gedung bangunan atau tanaman di atas sebidang pekarangan, boleh
mengalihkan kepada orang lain atau memberikannya dengan hipotek.

Senin, 11 april 2022 pertemuan ke-5 saya mengikuti kelas offline yang dimana saat itu saya
hampir terlambat memasuki ruang kelas. Tetapi bapak dosen membiarkan saya masuk
dikarenakan masih ada waktu sedikit waktu yang tersisa sebelum memulai kuliah. Disana saya
duduk dan absen yang dimana disana dosen tidak membeikan pemaparan materi melainkan
post test yang di kerjakan di ruang kampus warmadewa sedikit saya akan menjelaskan materi
hari sebelum dilakukan post test. Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan
pembaharuan struktur pertanahan pada periode 1960-an. Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 33
ayat (3) negara sebagai organisasi kekuasan rakyat pada tingkatan yang tertinggi menguasai
tanah untuk dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan semangat
perubahan dan pembaharuan secara mendasar terhadap struktur pertanahan agar dapat
memenuhi kepentingan dan keadilan bagi rakyat maka sebagai perwujudan dari Pasal 33 ayat
(3) UUD 1945 dikeluarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
PokokPokok Agraria (UUPA) pada Tanggal 24 September 1960. Undang-Undang Pokok-Pokok
Agraria ini merupakan fundamental pengaturan dan pembaharuan struktur pertanahan di
Indonesia. Tujuan Pokok dari UUPA adalah:
a) Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang merupakan alat
untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat,
terutama rak yat tani, dalam rangka masyarakat adil dan makmur;
b) Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum
pertanahan;
c) Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas
tanah bagi rakyat seluruhnya.
Dari sudut pandang teoritis, suatu peraturan perundang-undangan sebagai aturan hukum
tertulus yang baik dan diharapkan mampu memenuhi unsur dasar hukum, yakni; keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum, sebagaimana tujuan hukum telah diteladani. Setidaknya
harus memenuhi 4 unsur:

 Unsur yuridis, artinya bahwa suatu perundang-undangan harus jelas kewenangan


pembuatannya, keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan
yang lebih tinggi dan keharusan mengikuti tata cara tertentu;
 Unsur sosiologis, artinya bahwa suatu peraturan perundang-undangan yang dibuat
materi muatannya akan diterima oleh masyarakat secara wajar, bahkan spontan.
walaupun sebuah peraturan perundang-undangan memiliki sifat yang memaksa, bukan
berarti sebuah peraturan perundang-undangan dibuat dipenuhi oleh unsur tirani karena
tujuan dari pembentukan hukum adalah juga untuk kesejahteraan rakyat;
 Unsur filosofis, artinya bahwa peraturan perundang-undangan yang dibuat harus
memperhatikan nilai-nilai yang baik dan ideal dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, seperti tentang keadilan, kebenaran, kesejahteraan dan
sebagainya;
 Unsur teknik perancangan, artinya bahwa dalam menyusun peraturan perundang-
undangan, bahasa hukumnya harus dirumuskan secara jelas, tegas dan tepat, demi
mengurangi atau menghindari adanya misinterpretasi.
Di Indonesia, kendati telah lebih dari 50 Tahun UUPA lahir, namun sampai saat ini belum
banyak memberikan arti. Bahkan maraknya kasus-kasus konflik pertanahan seperti kasus
sengketa Mesuji dan kasus pertambangan di Bima, merupakan kasus konflik agraria yang
terjadi. Bahkan banyak pihak berpendapat bahwa terjadinya kasus-kasus seperti di atas adalah
akibat inkonsistensi berbagai pihak, terutama pemerintah dalam pelaksanaan UUPA. Terbukti
reformasi agraria malah menjauhkan rakyat dari sektor agraris. Dalam mengemban tugas
menyelenggarakan administrasi pertanahan. Badan Pertanahan Nasional berpedoman pada
empat prinsip pertanahan yang memberikan amanat dalam berkontri busi secara nyata untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat yaitu : menata kehidu pan bersama yang lebih berkeadilan;
mewujudkan keberlanjutan sistem kemasyarakatan; kebangsaan dan kenegaraan Indonesia;
serta mewujudkan keharmonisan (terselesaikannya sengketadan konflik pertanahan). itulah
sedikit penjelasan mengenai pembahasan hari ini. Setelah itu dilakukan post test dengan
menjawab soal. terdapat 2 soal yang diberikan dan jawaban dikumpul kepada dosen.
Pertemuan 6 senin,18 april 2022 menjelaskan tentang Hukum Tanah Adat dan Hukum Adat
sebagai Sumber UUPA pada pertemuan kali ini dosen pengampu tidak dapat hadir dan saya
akan sedikit menjelaskan materi di pertemuan 6 ini. Dimulai dengan pengertian masyarakat
adat “Masyarakat adalah kumpulan individu yang hidup dalam lingkungan pergaulan bersama
dengan suatu community atau society, sedangkan kesatuan masyarakat menunjuk kepada
pengertian masyarakat organik, yang tersusun dalam kerangka kehidupan berorganisasi dengan
saling mengikatkan diri untuk kepentingan mencapai tujuan bersama. Dengan perkataan lain,
kesatuan masyarakat hukum adat sebagai unit organisasi masyarakat hukum adat itu haruslah
dibedakan dari masyarakat hukum adatnya sendiri sebagai isi dari kesatuan organisasinya itu.
Sebagai satu kesatuan organik, masyarakat hukum adat itu dapat dinisbatkan dengan kesatuan
organisasi masyarakat yang berpemerintahan hukum adat setempat”.

 Hak Ulayat Jika dilihat dari sistem hukum tanah adat tersebut, maka hak ulayat dapat
mempunyai kekuatan berlaku kedalam dan keluar. Kedalam berhubungan dengan para
warganya, sedang kekuatan berlaku keluar dalam hubungannya dengan bukan anggota
masyarakat hukum adatnya, yang disebut “orang asing atau orang luar”. Kewajiban
utama penguasa adat yang bersumber pada hak ulayat ialah memelihara kesejahteraan
dan kepentingan anggota - anggota masyarakat hukumnya, menjaga jangan sampai
timbul perselisihan mengenai penguasaan dan pemakaian tanah dan kalau terjadi
sengketa ia wajib menyelesaikan. Sedangkan untuk hak ulayat mempunyai kekuatan
berlaku ke luar hak ulayat dipertahankan dan dilaksanakan oleh penguasa adat
masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Orang -orang asing, artinya orang - orang
yang bukan warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan yang bermaksud
mengambil hasil hutan, berburu atau membuka tanah, dilarang masuk lingkungan tanah
wilayah suatu masyarakat hukum adat tanpa ijin penguasa adatnya.
 Hukum Adat Sebagai Sumber UUPA
Konsepsi Hukum adat, konsepsi yang komunalistik religius, yang memungkinkan
penguasaan tanah secara individual, dengan hak -hak atas tanah yang ebrsifat pribadi,
sekaligus mengandung unsur kebersamaan. Sifat Komunalistik Religius dari konsepsi
Hukum tanah nasional ditunjukkan dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA yang mengatur: Seluruh
bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi,
air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.
Hanya sampai disini saja saya memaparkan materi pertemuan ke 6 dan dilanjutkan
dengan absen di elerning pada jam yang sudah di sesuaikan pada jam kuliah.
Pembahasan terakhir yaitu pertemuan ke-7 pada hari senin, 25 april 2022 bapak dosen kembali
tidak bisa hadir di kelas dan materi pada pertemuan kali ini adalah tentang Sumber Hukum
dalam UUPA dan Hak-Hak atas Tanah dalam UUPA. Apakah kalian mengetahui tentang sumber
hukum dalam UUPA? Nah disini saya menjelaskan sedikit materi tersebut. Sumber sumber
Hukum agraria dalam UUPA dan hak hak atas dalam tanah dalam UUPA.
A. Sumber Hukum Agraria Nasional
Bentuk-Bentuk Norma Hukum Hukum Tanah Nasional Ketentuan Hukum Tanah Nasional terdiri
atas:

 Norma-Norma Hukum Tertulis, yang dituangkan dalam Peraturan


PerundangUndangan; dan
 Norma-Norma Hukum tidak tertulis, berupa Hukum Adat dan Hukum yang diuraikan
pada Hukum Adat Mengenai Pasal 5 dan tujuan pernyataan tentang tidak berlakunya
lagi ketentuan pertanahan dalam KUHPer dinyatakan dalam Pasal 56, 57 dan 58, maka
dapat disusun sumber-sumber hukum formil hukum tanah nasional, berupa
normanorma hukum yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis, dalam jenjang tata
susunan atau hierarki.
Sumber Hukum Tertulis:
1. UUDNRI 1945, khususnya Pasal 33 ayat (3)
2. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria
3. Peraturan-Peraturan Pelaksanaan UUPA
4. Peraturan yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan UUPA, namun dikeluarkan setelah
tanggal 24 September 1960 karena suatu hal yang perlu diatur (Seperti, UU 51/Prp/1960
tentang Larangan pemakaian tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya, Lembar
Negara 1960-158, Tambahan Lembaran Negara 2160)
5. Peraturan Lama yang masih berlaku berdasarkan ketentuan Pasal Peralihan.
Sumber Hukum Tidak tertulis:

 Norma Hukum Adat yang sudah di-Saneer menurut ketentuan Pasal 5, 56 dan 58.
 Hukum Kebiasaan baru, termasuk Yurisprudensi dan praktik Administrasi.
Perjanjian sebagai Sumber Hukum Di Indonesia, dalam melakukan berbagai perbuatan hukum
dalam hal perbuatan hukum hak atas tanah (Seperti; Jual-Beli, Sewa-Menyewa, Inbreng, Waris,
Hibah, dsb) wajib membuat Perjanjian yang melandasi perbuatan hukum tersebut. Dalam
perihal perbuatan hukum atas tanah, Perjanjian harus dibuat di hadapan PPAT (Pejabat
Pembuat Akta Tanah), karena PPAT merupakan perpanjangan tangan dari Badan Pertanahan
Nasional (BPN) dalam melakukan upaya pendaftaran tanah untuk ketertiban administrasi. Akta
yang dibuat oleh PPAT, menjadi dasar dalam peralihan Hak atas Tanah yang diproses oleh BPN
dari permohonan, hingga penerbitan Sertipikat Tanah dengan nama yang baru.

Anda mungkin juga menyukai