FAKULTAS HUKUM UIVERSITAS BENGKULU 2018/2019 BAB 1
BAGIAN 1 UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA
1. 24 September: tanggal yang bersejarah
Karena disahkannya oleh Presiden Republik Indonesia SOEKARNO dan diundangkan dalam Lembaran Negara RI nomor 104 tahun 1960, Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Yang lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria, disingkat UUPA. Dengan diundangkannya UUPA pada tangggal tersebut merupakan salah satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah perkembangan agraria/pertanahan di Indonesia.
2. Perubahan Fundamental dalam Hukum Agraria
Perubahan yang bersifat mendasar atau fundamental, karena baik mengenai struktur pangkat hukumnya , mengenai konsepsi yang mendasarinya, maupun isinya, yang dinyatakan dalam berbagai “Berpendapat”, UUPA harus sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia serta memenuhi keperluan menuntut permintaan zaman.
Sebelum berlakunya UUPA berlaku bersamaan berbagai
perangkat Hukum Agraria Ada yang bersumber pada Hukum Adat, yang berkonsepsi komunalistik religius. Ada yang bersumber pada Hukum Perdata Barat yang individualistik-liberal dan ada yang berasal dari berbagai bekas Pemerintahan Swapraja, yang umumnya berkonsepsi feodal.
Hukum Agraria yang merupakan bagian dari
hukum Administrasi Negara, hampir seluruhnya terdiri atas peraturan-peraturan perundang- undangan yang memberikan landasan hukum bagi Pemerintah Jajahan dalam melaksanakan politik agrarianya yang dituangkan dalam Agrarische Wet 1870. Sejak pertengahan tahun 1998, dikenal istilah Reformasi yang diartikan sebagai rangkaian usaha dan kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan disuatu bidang tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam usaha memperbaiki keadaan dan memperbaiki keadaan untuk menyesuaikan Hukum Tanah warisan masa kolonial. Rangkaian kegiatan ini dimulai dengan penghapusan desa-desa perdikan di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 1946 dan penghapusan apa yang dikenal sebagai hak-hak konversi didaerah Surakarta dan Yogyakarta pada tahun 1948. Tujuan : Untuk mewujudkan apa yang digariskan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, bahwa bumi, air, kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, yang penguasaannya ditugaskan kepada Negara Republik Indonesia, harus dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. UUPA menciptakan Hukum Agraria Nasional berstruktur tunggal, yang seperti dinyatakan dalam bagian “Berpendapat” serta Penjelasan Umum UUPA berdasarkan atas Hukum Adat tentang tanah, sebagai hukum aslinya sebagian terbesar rakyat Indonesia. Awalnya kegiatan ini bersifat insidental dan partial. Dengan dibentuknya UUPA, reformasi dibidang pertanahan bersifat komprehensif dan fundamental. Dalam UUPA dimuat tujuan, konsepsi, asas-asas, lembaga- lembaga hukum dan garis-garis besar ketentuan-ketentuan pokok Hukum Agraria/Tanah Nasional. 3. Panca-program agrarian refrom indonesia UUPA bukan hanya memuat ketentuan-ketentuan mengenai perombakan hukum agraria. Sesuai dengan namanya: peraturan dasar pokok-pokok agraria, UUPA memuat juga l;ain-lain pokok persoalan agraria serta penyelesaiannya. Penyelsaian persoalan-persoalan tersebut pada waktu terbentuk UUPA merupakan program revolusi di bidang agraria,yang disebut agrarian refrom indonesia. Sesuai dengan situasi dan kondisi keagrarian di indonesia dan tujuan akan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila (pada waktu itu disebut sosialisme indonesia), Agrarian refrom indonesia meliputi 5 program (“panca-program”), yaitu: 1. Pemaharuan hukum agraria,melalui unifikai hukum yang berkonsepsi nasional dan pemberian jaminan kepastian hukum; 2. Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah; 3. Mengakhiri penghisapan foedal secara berangsur- angsur; 4. Perombakan pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah dalam mewujudkan pemerataan kemakmuran dan keadilan; 5. Perencanaan persediaan dan peruntukan bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta penggunaannya secara terencana,sesuai dengan daya dukung dan kemampuannya; 4. September: Hari Ulang Tahun UUPA Dengan Keputusan Persiden tanggal 26 agustus 1963 nomor 169/1963, tanggal 24 september pernah ditetapkan sebagai: “HARI TANI, yang tiap tahun perlu diperingati secara khidmad dan dirayakan dengan disertai kegiatan-kegiatan serta penyusunan renaca kerja ke arah mempertinggi produksi untuk meningkatkan taraf hidup . Tetapi sebagai HARI ULANG TAHUN UUPA, tanggal 24 september setiap tahun diperingati secara nasional, bukan saja oleh pemerintah, melainkan juga oleh organisasi-organisasi masyarakat, denganmengadakan upacara-upacara resmi, pertemuan-pertemuan ilmiah dengan kegiatan-kegiatan kebaktian, penyuluhan dan lain-lain. BAGIAN 2 PENGERTIAN DAN LINGKUP HUKUM AGRARIA
5. Pengertian “agraria” dalam bahasa umum
Sebutan agraria tidak selalu dipakai dalam arti yang sama, dalam bahasa latin ager berarti tanah atau sebidang tanah. Agrarius berarti perladangan, persawahan, pertanian. Menurut KBBI, agraria berarti urusan pertanian atau tanah pertanian, juga urusan pemilikan tanah. Dalam bahasa Inggris, agrarian selalu diartikan tanah dan dihubungkan dengan usaha pertanian. Agrarian laws digunakan untuk menunjuk kepada perangkat peraturan-peraturan hukum yang bertujuan mengadakan pembagian tanah-tanah yang luas dalam rangka lebih meratakan penguasaan dan pemilikkannya. 6. pengertian “agraria”di lingkungan administrasi pemerintahan Diindonesia sebutan agraria dilingkungan administrasi pemerintahan dipakai dalam arti tanah,baik tanah pertanian maupun nonpertanian dan dibatasi pada perangkat peraturan perundang-undangan yg memberikan landasan hukum bagi penguasa dalam melaksanakan kebijakannya dibidang pertanahan. Maka perangkat hukum tersebut merupakan bagian dari hukum administrasi negara. Dalam tahun 1988 dibentuk BADAN PERTANAHAN NASIONAL dengan KEPUTUSAN PRESIDSEN NOMOR 26 TAHUN 1988,yang sebagai lembaga pemerintah non- departemen bertugas membantu presiden dalam mengelola dan mengenbangkan administrasi pertahanan. Pemakaian sebutan pertanahan sebagai nama badan tersebut tidak mengubah ataupun mengurangi lingkup tugas dan kewenangan yang sebelumnya ada pada departemen dan direktorat jendral agraria. 7.pengertian “agraria” dalam UUPA Biarpun tidak dinyatakan dengan tegas,tetapi dari apa yang tercantum dalam konderans,pasal-pasal dan penjelasannya,dapatlah disimpulkan bahwa pengertian agraria dan hukum agraria dalam UUPA dipakai dalam arti yang sangat luas. Pengertian agraria meliputi bumi,air,dan kekayaan alan yang terkandung di dalamnya. Dalam batas-batasnya seperti yang ditentukan dalam pasal48,bahkan meliputi juga ruang angkasa. Yaitu ruang diatas bumi dan air yang mengandung; tenaga dan unsur-unsur yang dapat digunakan untuk usaha-usaha memelihara dan memperkembangkan kesuburan bumi,air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dan hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan itu. Pengertian bumi meliputi permukaan bumi(yang disebut tanah),tubuh bumi dibaahnya serta yang berada di bawah air (pasa 1ayat 4 jo pasal 4 ayat 1). Dengan demikian,pengertian “tanah” 8. Pengertian “hukum agraria Hukum agraria merupakan suatu kelompok berbagai bidang hukum, yang masing-masing mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-sumber daya alam tertentu yang termasuk pengertian agraria sebagaia berikut, kelompok terdiri tersbut terdiri atas:
Hukum Tnanah, yang mengatur hak-hak penguasaan atas
tanah, dalam arti permukaan Bumi; 2. hukum Air, yang mengatur hak-hak penguasaan atas air ; Hukum Pertambangan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas bahan-bahan galian yang dimaksudkan oleh UU pokok pertambangan; Hukum Perikanan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas kekayaan alam yang terkandung didalam air; Hukum Penguasaan, atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa (bukan “space law”), mengatur hak-hak penguasaan unsur-unnsur yang dimaksudkan oleh pasal 48 UUPA. Dalam Industri Presiden no 1 th 1976 tentang sinkronisasi pelaksanaan tugas bidang ke agraria-an dengan bidang kehutanan, pertambangan, tranmigrasi dan pekerjaan umum ditegaskan bahwa pemegang hak pengusahaan hutan tidak wajib-kan mengajukan permohonan untuk memperoleh hak natas tanah yang berada dalam area HPH-nya, jika tanah tersebut digunakan untuk usaha yang sesaui dengan pemberian HPH yang bersangkutan.
Dengan demikian, maka pemberian hak atas tanah
tersebut akan dilakukan oleh mentri negara agraria/kepala BPN menurut ketentuan hukum tanah. Yang dilakukan menurut hukum kehutanan adalah pemberian hak penguasaan hutan dan hak memungut hasil hutan.
Hak memun gut hasil hutan disebut dalam UUPA (pasal 16
dan 46). Bumi meliputi juga apa yang di kenal dengan sebutan Landasan Kontingen Indonesia (LKI) merupakan dasar laut dan tubuh bumi dibawahnya, Undang-undang no 4 Prp 1960.
Penguasaan penuh dan hak eksklusif atas
kekayaan alam di LKI tersebut serta pemilikannya ada pada negara republik indoensia (undang-undan no 1 th 1973) (LN 1973-1, TLN 2994).
Pengertian air meliputi perairan pedalaman
maupun laut wilayah Indonesia ( pasal 1 ayat 5). Dalam Undang-undang no 11 th 1974. 9. Hukum Agraria dan pendidikan Tinggi Hukum Sejarah kelahiran mata kuliah hukum Agraria hukum tana sebagai suatu bidang hukum yang mandiri, tidak dapat dilepaskan dari kelahiran UUPA dan pelaksanaan ketentuan-ketentuannya, dengan kelahiran yang memerlukan waktu 12 tahun, dan segera di ikuti pelaksanaan ketentuan-ketentuannya selama tahun pertama eksistensinya. UUPA langsung menarik perhatian hampir seluruh masyarakat Indonesia. Juga perombongan di bidang hukum segera terasa langsung dampaknya dimasyarakat. UUPA mengakhiri kebhinekaan hukum yang menhatur bidang pertanahan dan menciptikan perangkat hukum yang berstruktur tunggal. Seperti hak-hak koncesie dan sewa untuk perkebunan besar. Bahkan ada juga di antara hak-hak lama itu yang tidak mengalami konfersi, melainkan justru dinyatakan hapus, seperti hak-hak erfpacht untuk apa yang di sebut pertanian kecil (ketentuan konfersi UUPA pasal III dan IV. Dalam tahun 1983 dikeluarkan Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 April 1983 Nomor 30/DJ/Kep/1983 tentang Kurikulum Inti Program Pendidikan Sarjana Bidang Hukum, dalam rangka penyelenggaraan pendidikan dengan Sistem Kredit Semester (SKS). Kurikulum Inti wajib, Dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 24 Februari 1993 Nomor 17/D/O/1993 ditetapkan kurikulum yang berlaku secara nasional untuk Pendidikan Tinggi Program Sarjana Bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum.
Materi kurikulum nasional, yang terdiri atas 23 mata
kuliah dan berbobot sebanyak 78 sks, berlaku secara nasional pada setiap Fakultas Hukum sebagai mata kuliah- mata kuliah wajib. Materi kurikulum lokal ditetapkan oleh perguruan Tinggi yang bersangkutan 10. Berbagai pendapat pihak lain Subekti/Tjitrosoedibjo “agraria adalah urusan tanah dan segala apa yang ada di dalamnya dan diatasnya,seperti telah diatur dalam Undang-Undang Pokok Agrara, LN 1960-104.” “hukum agraria (agrarisch recht. Bld) adalah keseluruhan dari pada ketentuan-ketentuan hukum, baik Hukum Perdata , maupun HTN dan HAN yang mengatur hubungan-hubungan antara orang termasuk badan hukum,dengan bumi , air dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah Negara dan mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan-hubungan tersebut.” BAGIAN 3 HUKUM TANAH SEBAGAI CABANG HUKUM YANG MANDIRI 11. Hukum tanah sebagai suatu sistem bagi seorang sarjana hukum tanah merupakan sesuatu yang nyata, yaitu berupa permukaan fisik bumi serta apa yang ada diatasnya buatan manusia, yang disebut “fixtures”. Biarpun demikian,perhatiannya lebih tertarik pada pemilikan dan penguasaan tanah serta pengembangannya. Objek perhatian hukumnya bukan lah tanahnya, melainkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban berkenaan dengan tanah yang dimiliki dan dikuasai dalam berbagai bentuknya, meliputi kerangka hukum dan institusionalnya, pemindahannya serta pengawasannya oleh masyarakat. 12. Pengertian “tanah”
Dalam Hukum tanah kata sebutan “tanah” dipakai dalam
arti yuridis,sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA. Dalam pasal 4 dinyatakan, bahwa Atas dasar hak menguasai dari Negara... Ditentukan adanya macam- macam hak atas dipermukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang- orang... Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1994) tanah adalah : Permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali Keadaan bumi disuatu tempat Permukaan bumi yang diberi batas Bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir,cadas,napal dan sebagainya). 13. Kekayaan alam yang terkandung didalam bumi tersebut bahan-bahan galian, yang terdapat pada Undang-undang no 11 th 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. (LN 1967 227, TLN 2831)
Dalam hubungan dengan kekayaan alam didalam tubuh
bumi dan air tersebut perlu dimaklumin adanya pengertian dan lembaga zone ekonomi eksklusif, (Undang-undang no 5 th 1983 tentang zone ekonomi ekslusif. LN 1983-44).
Pengertian “agraria” dalam UUPA hakikatnya adalah sama
dengn pengertian “ruang” dalam undang-undang 24/1992. dalam pasal 1 angka 1 dinyatakan : “Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara adalah sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya”. 14. Dalam kepustakaan Hukum Anglo-Sakson misalnya digunakan sebutan : A. Land Law dalam buku Green Kate ,1989,Land Law MacMilan Education Ltd,Hampshire B. The Law of Real Property oleh Moynihan dalam bukunta : Moynihan,C.J., 1962,Intriduction to The Law of Real Property, West Publishing Co,St Paul,Minn. C. Land Law dalam buku Yudith-Anne MacKenzie & Mary Phillips,2001,Textbook on LAND LAW ,Blackstone Press Limited , London. D. Land Law dalam buku S.H. Goo,2002,sourcebook on LAND LAW , Cavendish Publishing Limited, London,Sydney Peraturan-peraturan tersebut dalam pendidikan hukum dipelajari dan disajikan sebagai bagian dari bidang Hukum Induknya.Hukum tanah adat disajikan dalam mata kuliah Hukum Adat.Hukum Tanah administratif alam penyajjian mata kuliah Hukum Administrasi negara .
Seblum kelahiran UUPA, di Universitas Gajah Mada
Yogyakarta juga sudah diselenggarakan studi dan perkuliahan mengenai soal-soal agraria/pertanahan. Teetapi obyek studinya bukan hukum tanah, melaikan politik agraria (kebijakan pertanahan). (Notonogoro, 1971, politik Hukum dan Pembanguan Aggraria di Indonesia, CV pancuran Tujuh, Jakarta. Iman soetiknyo, 1983, politik Agraria Nasional, Gajah Mada University Press, Yogyakarta). Dalam tahun 1972 dikeluarkan Keputusan Mentri Pendidiakan Dan Kebudayan tanggal 30 Desember 1972 Nomor 0198/U/Negri dan Swasta. B. Hukum Agraria sebagai kegiatan studi dan perkuliahan yang mandiri Hukum Agraria tersebut di mulailah di Indoensia, sejak tanggal 1 Oktober 1962, studi dan pemberian pelanjaran mengenai hukum tanah di lingkungan lembaga pendidikan Tinggi Hukum, sebagai kegitatan yang mandiri. Semula mata kuliah yang baru ini hanya dimaksudkan sebagia perluasan dari studi di bidang hukum Administrasi Negara. Sebelum itu, dilingkungan Fakultas Hukum benar sudah di selenggerakan studi dan pemberian pelajaran mengenai ketentuan-ketentuan Hukum yang mengatur pertanahan. Sebelum berlakunya UUPA peraturan-peraturan hukum Tanah tidak merupakan kesatuan yang mempunyai tempat tersendiri dalam tata suasana hukum di Indonesia. Cabang-cabang hukum dalam tata hukum Indonesia yaitu yang merupakan bagian adri : Hukum Adat, yang memberikan pengaturan bagi sebagian tersebut Tanah di Negara kita ( Hukum Tanah Adat); Hukum perdata barat ,yang memberikan pengaturan bagi sebagian kecil tanah,tetapi bernilai tingggi (Hukum Tanah Barat); Hukum adninistrasi Negara, yang memberikan landasan hukum kepada penguasa dalam melaksanakan politik pertanahan/agrarianya(Hukum Tanah Administratif ); Hukum tata negara berbagai bekas swapraja, yang memberikan pengaturan bagi tanah-tanah di wilayah bekas swapraja yang bersangkutan (Hukum Tanah Swapraja ); Hukum antar golongan, yang memberikan pengaturan atau pedoman dalam menyelesaikan masalah-masalah Hukum antar golongan yang mengenai tanah (Hukum Tanah Antargolongan). (Lihat Uraian 22 f) C. HAK PENGUASAAN ATAS TANAH SEBAGAI LEMBAGA HUKUM DAN HUBUNGAN HUKUM KONKRET Hak penguasaan atas tanah merupakan suatu lembaga hukum, jika bekum dihubungkan dengan tanah dan orang atau badan hukum tertentu sebagai pemegang hak nya. Contohnya dapat disebut hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan hak sewa untuk bangunan yang disebut dalam pasal 20-45 UUPA. Apa yang dikemukakan diatas mengenai pendekatan pengertian hak-hak penguasaan atas tanah sebagai “lembaga hukum” dan “hubungan hukum konkret” adalah senada dengan apa yang dilakukan oleh Ter Haar dalam menguraikan hukum tanah adatsesuai dalam bukunya halaman 83. sebagai perbandingan dapat dikemukakan juga apa yang dimintakan perhatian oleh hHargreaves, mengenai 2 fungsi hukum tanah yang berbeda. Pertama disebutnya the static function, yaitu pengaturan hubungan hukum antara pemilik dan tanahnya yang merumuskan hak untuk menikmati tanahnya sendidi. Yang kedua the dinamic function yang mengawasi pemindahan dan penciptaan hak hak atas tanah, yang dikenal dalam kalangan sarajana hukum inggris sebagai conveyancing. D. SISTEMATIKA PENGATURAN HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH pengertian hak penguasaan atas tanah sebagai “lembaga hukum” dan “hubungan hukum konkret”, ketentuan ketentuan hukum yang mengaturnya dapat disusun dan dipelajari dalam suatu sistematika yang khas dan masuk akal. Sehubungan dengan itu, yang dimaksud dalam point 2c hanyalah ketentuan- ketentuan yang mengatur perbuatan perbuatan hukum pemindahan hak, yaotu perbuatan hukum yang sengaja dilakukan untuk memindahkan suatu hubungan hukum konkret kepada pihak lain. menurut pasal 1457 KUUHPdt apa yang disebut “ jual beli tanah” adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah, yang disebut “penjual”, berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan hak nya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain, yang disebut “pembeli”. Sedangkan pihak pembeli berjanji dan mengikatkan diri untuk membayar harga yang telah disetujui. Dalam hukum adat, “jual beli tanah” bykan perbuatan hukum yang merupakan apa yang disebut “perjanjian obligatoir”. 17. PEMBIDANGAN HUKUM TANAH ketentuan ketentuan yang beraspek publik meliputi bidang legislatuf, eksekutif, administratif dan yudikatif yang kegiatannya dilakukan oleh negara sebagai badan penguasa. Ketentuan hukum tanah yang beraspek perdata mengatur hak hak penguasaan atas tanah yang subjeknya perorangan dan badan- badan hukum perdata serta badan badan pemerintah yang menguasai tanah untuk keperluan memenuhi kebutuhan dan melaksanakan tugasnya masing- masing. 18. KESIMPULAN hukum tanah adalah keseluruhan ketentuan ketentuan hukum, ada yang tertulis ada pula yang tidak tertulis, yang semuanya mempunyai objek pengaturan yang sama, yaitu hak hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga-lembaga hukum dan sebagai hubungan hubungan hukum konkret beraspek publik dan perdata yang dapat disusun dan dipelajari secara sistematis hingga keseluruhannya dapat menjadi satu kesatuan yang menjadi sistem. Oleh karena itu, hukum tanah merupakan satu bidang hukum yang mendiri dan sebagai cabang hukum yang mandiri mempunyai temat sendiri dalam tata hukum nasional.