Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Hukum Agraria Lanjutan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan pada makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Hukum Agraria. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Soefyanto, SH.,
MM., M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Agraria sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya untuk membantu kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 41
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Agraria didalamnya memuat berbagai macam hak penguasaan atas
tanah. Beberapa hal penting yang diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA) adalah penetapan tentang jenjang kepemilikan hak atas penguasaan tanah
dan serangkaian wewenang, larangan, dan kewajiban bagi pemegang hak untuk
memanfaatkan dan menggunakan tanah yang telah dimilikinya tersebut. Beberapa
pasal penting dalam hukum agraria yang berlandaskan Undang-Undang Pokok
Agraria atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 adalah tentang Hak Milik, Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa Bangunan, Hak
Membuka Tanah dan Memungut Hasil Hutan, Hak Guna Air, Hak Guna Ruang
Angkasa, Hak Tanah untuk Keperluan Sosial.
Dalam UUPA kita lihat adanya perbedaan pengertian bumi dan tanah.
Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat dari kedua pasal dibawah ini :
Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Pokok Agraria menyatakan :
1
Pasal tersebut di atas memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud
dengan istilah bumi. Dalam Undang-Undang Pokok Agraria pengertian bumi
meliputi permukaan bumi (yang disebut tanah) berikut apa yang ada dibawahnya
yang berada dibawah air. Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat (3) menyatakan :
“Atas dasar hak menguasai dari negara, ditentukan adanya macam-macam
hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan dan dipunyai
oleh orangorang baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain atau
badan hukum.”
Dalam pasal 41 UUPA dinyatakan bahwa: “Hak pakai adalah hak untuk
menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh
negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang
ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan
perjanjian sewa- menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal
1
Arif Budiman, Fungsi Tanah dan Kapitalis, (Jakarta : Sinar Grafika, 1996), hlm 69.
2
tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini.”
Hak Pakai dapat diberikan selama jangka waktu yang tertentu atau selama
tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu dan dengan cuma-cuma, dengan
pembayaran atau pemberian jasa berupa apa pun. Pemberian hak pakai tidak boleh
disertai syarat-syarat yang mengandung unsur pemerasan sedangkan perkataan
”memungut hasil” dalam Hak Pakai menunjuk pada pengertian bahwa Hak Pakai
digunakan untuk kepentingan selain mendirikan bangunan, misalnya pertanian,
perikanan, peternakan dan perkebunan.2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, kami merumuskan beberapa rumusan
masalah yang kedepannya akan kita kaji bersama, antara lain:
1. Bagaimana Konsep Tanah Hibah dalam Hukum Agraria?
2. Apa yang dimaksud dengan Bank Tanah?
3. Apa itu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)?
4. Bagaimana hak atas tanah sebagai jaminan utang (hak tanggungan) dan
pewarisan dalam Agraria?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Konsep Tanah Hibah dalam Hukum Agraria.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Bank Tanah.
3. Untuk memahami apa itu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
4. Untuk mengetahui hak atas tanah sebagai jaminan utang (hak tanggungan)
dan pewarisan dalam Agraria.
2
Urip Santoso II, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Jakarta, Kencana Prenada Media Group,
2012, hlm.119.
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sediono Tjondronegoro, Dua Abd Penguasaan Tanah, Gramedia, Jakarta, 2004, hlm. 35
4
barang itu. Undang-undang hanya mengakui penghibahan-penghibahan antara
orang-orang yang masih hidup. Berikut syarat dan tata cara hibah berdasarkan
KUHPerdata :
1) Pemberi hibah harus sudah dewasa, yakni cakap menurut hukum, kecuali
dalam hak yang ditetapkan dalam bab ke tujuh dari buku ke satu KUH
Perdata (Pasal 1677 KUHPerdata).
2) Suatu hibah harus dilakukan dengan suatu akta notaris yang aslinya
disimpan oleh notaris (Pasal 1682 KUHPerdata).
3) Suatu hibah mengikat si penghibah atau menerbitkan suatu akibat mulai
dari penghibahan dengan kata-kata yang tegas yang diterima oleh si
penerima hibah (Pasal 1683 KUHPerdata),
4) Penghibahan kepada orang yang belum dewasa yang berada di bawah
kekuasaan orang tua harus diterima oleh orang yang melakukan kekuasaan
orang tua (Pasal 1685 KUHPerdata).
5
Dari ketentuan di atas dapat diketahui bahwa hibah tersebut harus
dituangkan dalam sebuah akta yang dibuat oleh PPAT, yakni berupa akta hibah.
Jadi, bila seorang ingin menghibahkan tanah serta bangunannya kepada orang lain,
hibah itu wajib dibuatkan akta hibah oleh PPAT (pejabat pembuat akta tanah).
Selain itu, perbuatan penghibahan itu dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua saksi.
6
3. Subjek dan Objek Hibah.
a. Subjek Hibah
b. Objek Hibah.
Objek hibah adalah benda-benda atau barang–barang yang dihibahkan.
4
Salim H.S., Hukum Kontrak…, 75.
5
Ali Affandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
30.
6
Subekti, Aneka…, 101
7
Dalam Pasal 1667 KUHPerdata disyaratkan bahwa benda yang dihibahkan
harus merupakan benda yang sudah ada saat penghibahan itu dilakukan. Hibah
akan dianggap batal atau tidak sah manakala benda yang dihibahkan belum ada
atau baru akan ada di kemudian hari. Menurut Subekti, berdasarkan ketentuan
tersebut, maka jika dihibahkan suatu benda yang sudah ada, bersama-sama
dengan suatu benda lain yang baru akan ada di kemudian hari, penghibahan
yang mengenai benda yang pertama adalah sah, tetapi mengenai benda yang
kedua adalah tidak sah.
8
g. Akta hibah beserta pengantar dari PPAT
h. Melampirkan bukti SSP PPH dalam hal pajak terutang.
9
6. Proses peralihan hak katas tanah dalam bentuk hibah
1. Para pihak yang dalam hal ini pihak Pemberi Hibah dan pihak Penerima
Hibah datang ke Kantor PPAT, untuk melakukan peralihan hak atas tanah,
membuat kesepakatan untuk mengadakan transaksi jual beli, kesepakatan
hak atas tanah termasuk kesepakatan harga, juga kesepakatan hak dan
kewajiban, pembayaran pajaknya, dan biaya-biaya lain yang timbul
berhubungan dengan jual beli hak atas tanah tersebut.
2. Sertipikat yang telah diserahkan kepada PPAT, kemudian dilakukan
pengecekan keabsahannya pada Kantor Pertanahan, dan dicarikan zona
nilai atas tanah terhadap sertipikat tersebut.
3. Sertipikat yang telah selesai pengecekan dan dinyatakan bebas dari
sengketa, kemudian dibuatkan akta hibah.
4. Akta hibah yang sudah selesai diketik, kemudian dibacakan oleh PPAT
dihadapan para pihak dan para saksi, para pihak yang telah setuju dan
paham terhadap isi dari akta hibah tersebut, kemudian menandatangani
akta Hibah tersebut.
5. Akta hibah yang sudah ditandatangani, dicarikan nomor akta, disahkan
oleh PPAT kemudian didaftar pada Kantor Pertanahan.
6. Berkas didaftar pada loket penerima berkas, pada loket penerima berkas,
berkas yang kita daftar diperiksa terlebih dahulu, apabila ada kesalahan
berkas akan dikembalikan untuk diperbaiki, tetapi apabila sudah benar,
berkas bisa langsung diterima.
7. Apabila sudah diperiksa maka berkas diserahkan ke bagian entry
(memasukkan data berkas), agar bisa dimasukkan data-data berkas ke
program yang ada di Kantor Pertanahan, untuk mendapatkan nomor berkas
kemudian berkas dibayarkan di bendahara kantor pertanahan ataupun di
Bank.
8. Jika biaya pada loket pembayaran sudah dilunasi, berkas diserahkan ke
bagian buku tanah, buku tanah yang dimaksud disini adalah salinan
daripada sertipikat asli yang akan dihibahkan yang telah diarsipkan di
Kantor Pertanahan.
10
9. Apabila buku tanah sertipikat sudah ditemukan, berkas diserahkan ke
bagian pengetikan. Di bagian pengetikan, sertipikat diketik dari atas nama
pemilik lama menjadi pemilik yang baru atau si penerima hibah.
10. Kemudian berkas akan diparaf dan diperiksa kembali oleh Kepala Seksi
PPAT dan Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah dan Kepala
Kantor.
11. Berkas yang sudah diparaf dan ditandatangani oleh kepala kantor
pertanahan, kemudian mendapatkan Nomor 208, (208 adalah nomor
penyelesaian yang merupakan istilah di Kantor Pertanahan), setelah
mendapat nomor 208, petugas 208 menyerahkan berkas ke loket
penyerahan D. 301, dan sertipikat atas nama pemilik baru bisa diambil.
11
3. Jika penghibah jatuh miskin sedang yang diberi hibah menolak untuk
memberi nafkah kepadanya.
12
Akta otentik yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta tanah, bukan
saja hanya sebagai alat bukti untuk pendaftaran tetapi merupakan syarat
mutlak adanya perjanjian penyerahan. Mariam Darus Badrulzaman
berpendapat bahwa lembaga pendaftaran, tidak semata-mata mengandung
arti untuk memberikan alat bukti yang kuat, akan tetapi juga menciptakan
hak kebendaan. Hak kebendaan atas suatu benda tanah terjadi pada saat
pendaftaran dilakukan.
13
Namun demikian, tidak diatur dengan jelas batasan jumlah
harta/benda/barang yang dapat dihibahkan sehingga juga perlu melihat
bagian kedua BW, khususnya pasal-pasal yang memuat ketentuan tentang
batasan legitime portie, yakni pasal 913, 949, dan 920, serta peraturan
perundang-undangan lainya seperti Undang-Undang No.1 Tahun 1974.
Selain itu, adanya unsur perbuatan melawan hukum dalam hal penghibahan
dapat pula membatalkan akta hibah.
Agar menjadi alat bukti yang sah, akta hibah harus dibuat dan
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang serta para pihak yang terkait di
dalamnya. Selain itu, dalam pembuatan akta hibah, perlu diperhatikan objek
yang akan dihibahkan, karena dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 ditentukan
bahwa untuk objek hibah tanah harus dibuat akta hibah oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT). Akan tetapi, apabila objek tersebut selain dari
itu (objek hibah benda bergerak), maka ketentuan dalam BW tersebut tetap
digunakan sebagai dasar pembuatan akta hibah, yakni dibuat dan
ditandatangani Notaris.
14
Pada peraturan pemerintahan republic Indonesia no 37 tahun 1998
tentang pejabat pembuat akta tanah pasal 1 ayat 1 menjelaskan pengertian
pejabat pembuat akta tanah yang berbunyi:
“pejabat pembuat akta tanah, selanjutnya disebut dengan PPAT adalah
pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta- akta otentik
mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai ha katas tanah atau hak
milik atas satuan rumah susun.”
15
milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing
sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. Permasalah
kemudian muncul ketika tanah tersebut berupa hibah. Dalam pembahasan
ini bagaimana pendafataran Tanah Hibah Gereja menurut UUPA ?
Pasal 49 Undang-Undang No.5 Tahun 1960 menyatakan bahwa:
1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai hak milik, hak guna usah, hak pakai dan
hak guna bangunan.
2. Tanah hak pengelolaan.
3. Tanah wakaf.
4. Hak milik atas satuan rumah susun.
5. Hak tanggungan.
6. Tanah negara.
16
orang saksi.
17
yang diterbitkan oleh Kepala Badan Pertanahan ini dapat diperoleh
dengan mengajukan surat permohonan untuk menjadi badan hukum
yang dapat mempunyai hak milik atas tanah dengan melampirkan Akta
Anggaran Dasar Yayasan, Surat Pengesahan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia, Surat Rekomendasi dari Departemen Agama dan
Surat Rekomendasi dari Menteri Sosial. Setelah didapatkanya surat
penunjukkan maka Yayasan baru dapat memiliki hak milik atas tanah.
B. Bank Tanah
Kehadiran Negara dalam mengatur tanah sesuai dengan apa yang telah
diamanatkan oleh konstitusi sebagaimana tercantum pada Pasal 33 Ayat (3) UUD
1945 yang berbunyi “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”. Perwujudan nyata dari Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 tersebut, ialah
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
18
Agraria (UUPA).7 Dalam Pasal 2 Ayat (1) UUPA disebutkan bahwa: “Bumi, air,
dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam di dalamnya pada tingkat yang tertinggi
dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat”, yang mana
pasal tersebut merupakan cikal bakal lahirnya Hak Menguasai Negara (selanjutnya
disebut HMN).
HMN ini menjadi dasar utama negara dalam mengatur segala hal yang
berkaitan dengan bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang
terkandung di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. HMN adalah
sebutan yang diberikan oleh UUPA kepada hubungan hukum konkret antara negara
dan tanah di Indonesia, yang dirinci isi dan tujuannya dalam Pasal 2 Ayat (2) dan
(3) UUPA.9 Kendatipun demikian, HMN tidak memberikan kewenangan kepada
negara untuk menguasai tanah secara fisik dan menggunakannya seperti hak atas
tanah lain secara umum karena sifatnya semata-mata sebagai kewenangan publik.
Pengertian “dikuasai” dalam konteks HMN memiliki batasan, yaitu digunakan
untuk kemakmuran rakyat Indonesia. HMN inilah yang menjadi landasan
konstitusional bagi pengaturan badan bank tanah. Konsep badan bank tanah
memiliki prinsip bahwa bank tanah memperoleh tanah sebelum adanya kebutuhan.
7
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1960, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043).
8
Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Paradigma Baru Untuk Reformasi
Agraria), Citra Media, Yogyakarta, 2007, h. 5
9
Boedi Harsono. 2008. Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pemventukan Undang-Undang Pokok
Agraria Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan h. 267.
19
Melalui badan bank tanah, pemerintah dapat memberi pengaruh pada kebijakan
yang berimplikasi spasial, baik dalam persoalan infrastruktur, lingkungan atau pun
pertanian. Bank tanah memungkinkan pembelian tanah untuk kepentingan publik
dengan harga relatif murah dan menyediakan alat untuk mempengaruhi pola
pembangunan sesuai dengan tujuan perencanaan keseluruhan.10
10
Fatimah Al Zahra, Konstruksi Hukum Pengaturan Bank Tanah Untuk Mewujudkan Pengelolaan
Aset Tanah Negara Berkeadilan, Jurnal Arena Hukum, Volume 10 No. 3 (2017).
20
(2) aturan tersebut. Bank Tanah sendiri akan bertanggung jawab secara langsung
kepada presiden melalui Komite Bank Tanah. Komite ini mengemban tugas untuk
menetapkan kebijakan strategis Bank Tanah. Menteri ATR/Kepala BPN ditetapkan
sebagai ketua merangkap anggota Komite Bank Tanah. Komite ini diisi oleh
Menteri Keuangan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Adapun badan bank tanah sebagai land manager, mencakup semua kegiatan
yang terkait dengan pengelolaan sumber daya tanah yang diperlukan untuk
memenuhi tujuan politik dan sosial dan mencapai pembangunan berkelanjutan.
Dengan demikian, badan bank tanah merupakan solusi dalam mencegah dan
mengatasi kompleksitas masalah pertanahan di Indonesia.
11
Harvey Flechner, Land Banking in The Control of Urban Development, Praeger, New York,
1974, h. 10.
21
6) memastikan pasokan tanah yang cukup untuk kebutuhan swasta;
7) melindungi tanah dan menjaga kualitas lingkungan;
8) menurunkan biaya perbaikan masyarakat;
9) menurunkan biaya pelayanan publik sebagai akibat dari pola
pembangunan yang terencana;
10) mengekang spekulasi tanah;
11) mengatur hubungan antara pemilik tanah, pengaturan harga tanah,
dan pemberian subsidi rumah bagi yang berpenghasilan rendah.
Badan bank tanah dapat pula digunakan sebagai alat untuk mengendalikan
pasar tanah, mencegah spekulasi tanah dan melakukan perbaikan sehubungan
dengan pengembangan tanah daerah atau kota. Pada implementasinya, bank tanah
dapat menjalankan sejumlah fungsi sekaligus memberikan sejumlah manfaat
sebagai berikut;12
1. Fungsi
12
Bernhard Limbong, Bank Tanah, Pustaka Margaretha, Jakarta, 2013, h. 79.
13
Frank Alexander, Land Bank Authorities: A Guide the Creation and Operation of Land Banks,
www.lisc.org/resources, 2005, h. 6, dikunjungi pada tanggal 23 Oktober 2023.
22
penyalur tanah (land distributor).
Sedangkan, dalam UU Cipta Kerja dalam Pasal 125 ayat (4) disebutkan
enam fungsi dari badan bank tanah yaitu: (1) perencanaan; (2) perolehan; (3)
pengadaan; (4) pengelolaan; (5) pemanfaatan; dan (6) pendistribusian tanah.
Sebagai penghimpun tanah, kegiatan bank tanah adalah melakukan
inventarisasi terhadap tanah-tanah yang akan dijadikan objek pengelolaan bank
tanah. Kegiatan menghimpun tanah sekaligus dengan mengumpulkan dan
menyediakan data pertanahan yang lengkap, akurat, terpadu serta aktual.
Bank tanah dalam kegiatannya mengacu kepada rencana tata ruang wilayah
untuk mengamankan penyediaan, peruntukan dan pemanfaatan tanah
berdasarkan rencana tata guna tanah yang merupakan bagian integral dari
rencana tata ruang yang ada. Rencana tata ruang menjadi pedoman kegiatan
bank tanah mulai dari perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Artinya,
melalui rencana tata ruang, bank tanah dapat melakukan pengendalian terhadap
penguasaan tanah, sehingga tidak terpusat pada individu atau kelompok
tertentu. Fungsi manajemen tanah merupakan bagian dari manajemen aset
secara keseluruhan dengan melakukan analisis, penetapan strategi dan
pengelolaan implementasi berkaitan dengan pertanahan.
Kegiatan bank tanah secara konseptual harus memuat kebijakan dan strategi
optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan tanah. Dengan demikian,
keberadaan bank tanah mampu mengarahkan pengembangan penggunaan
tanah. Sebagai penilai tanah, bank tanah dapat melakukan penilaian tanah
secara objektif dalam menciptakan suatu sistem nilai dalam penentuan nilai
tanah. Nantinya, bank tanah dapat menetapkan sekaligus mengendalikan harga
dan nilai tanah. Bank tanah menjalankan fungsi penyalur tanah dengan
menjamin distribusi tanah yang wajar dan adil. Hal ini menegaskan cara kerja
bank tanah, yakni menyediakan tanah, mematangkan tanah kemudian
mendistribusikan tanah tersebut sesuai dengan penggunaan dan peruntukannya
kepada yang berhak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada.
2. Manfaat
23
di Indonesia antara lain:
1. Bank tanah sebagai lembaga pencadangan tanah. Selalu tersedianya
lahan untuk pembangunan sehingga rencana pembangunan oleh
pemerintah maupun swasta tidak terhambat.
2. Adanya efisiensi. Selama ini, kegiatan pembebasan tanah kerap
bermasalah terkait ganti rugi. Harga tanah di sebuah kawasan melonjak
drastis setiap ada rencana pembebasan tanah. Sebab, proyek
pembangunan akan menciptakan kawasan ekonomi baru yang
mendorong masyarakat pemegang hak atas tanah mematok nilai ganti
rugi yang tinggi. Dengan adanya bank tanah, pemerintah dapat
menghemat anggaran dalam jumlah relatif besar. Tanah koleksi
pemerintah dapat pula dipakai untuk pemukiman kembali sebagai ganti
rugi terhadap tanah yang diambil pemerintah.
3. Bank tanah dapat menjaga stabilitas harga tanah. Karena bank tanah
mencegah penguasaan tanah berlebih dan mencegah para spekulan
tanah memainkan harga tanah.
4. Bank tanah membantu pengembangan dan peremajaan wilayah
perkotaan. Sejatinya pengembangan wilayah tiada mungkin tanpa
ketersediaan lahan yang mengiringinya. Di sinilah bank tanah
memainkan peran untuk menjamin ketersediaan lahan untuk
pengembangan wilayah, khususnya perkotaan.
5. Bank tanah mampu menyediakan perumahan bagi rakyat
berpenghasilan rendah. Pemerintah tentu membutuhkan tanah bagi
pembangunan perumahan rakyat, terutama perumahan murah atau
bersubsidi. Oleh karena tanah untuk pembangunan perumahan tersebut
telah dijamin ketersediaannya oleh bank tanah, maka cost yang
dibutuhkan dalam pemodalan pembangunan perumahan rakyat dapat
ditekan, sehingga perumahan terjangkau pun dapat terealisasikan.
6. Bank tanah mendukung program ketahanan pengan. Tentunya, sebagai
Lembaga pencadangan tanah pemerintah, bank tanah dapat
menyediakan lagan baik perluasan areal pertanian, pencetakan sawah,
ataupun peternakan.
24
7. Bank tanah menjamin pelaksanaan reforma agraria dan modernisasi.
Reforma agraria diimplementasikan melalui redistribusi dan distribusi
atas aset tanah pada masyarakat yang berhak (asset reform) kemudian
disertai dengan mekanisme negara untuk memberikan jalan-jalan bagi
masyarakat yang berpartisipasi dalam program redistribusi dan
distribusi ini untuk memanfaatkan tanahnya secara optimal (access
reform). Dengan adanya access reform bagi petani dengan sendirinya
telah menjadi Upaya memodernisasi desa. Memodernisasi desa berarti
membangun mulai dari desa. Pembangunan yang dimulai dari desa
memungkinkan dikembangkannya agropolitan.
25
hukum ekonomi yang berbeda dengan hukum ekonomi yang berlaku di negara.
26
Ekonomi Khusus diantaranya yaitu:
1. Dapat membuka lapangan pekerjaan dalam jumlah besar sehingga dapat
menyerap tenaga kerja serta dapat mengurangi tingkat pengangguran.
2. Dengan menyerap tenaga kerja maka akan meningkatkan pendapatan
perkapita yang nantinya akan meningkatkan daya beli masyarakat.
3. Meningkatnya daya beli masyarakat akan mendorong kepada kegiatan
sektor riil lainnya seperti peningkatan perdagangan barang dan jasa.
4. Adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini akan menjadi tempat berjalannya
berbagai kegiatan industri serta perdagangan yang akan menampung hasil
produksi perkebunan, kerajinan, perikanan dan pertanian.
5. Dengan adanya tempat penampungan untuk hasil masyarakat makan akan
pula meningkatkan pendapatan dan meningkatnya kesejahteraan
masyarakat.
27
penetapan suatu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) harus dipenuhi atau
harus memenuhi kriteria yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak
berpotensi mengganggu kawasan lindung adanya dukungan dari pemerintah
provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang
strategis atau memiliki potensi sumber daya unggulan pada bidang kelautan dan
perikanan, perkebunan, pertambangan, pariwisata dan memiliki batasan wilayah
yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan. Kawasan Ekonomi Khusus
terbagi menjadi beberapa zona yang meliputi:
a. Zona Pengolahan Ekspor
28
pariwisata untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi,
pertemuan, perjalanan insentif dan pameran serta kegiatan pariwisata
lainnya yang terkait.
f. Zona Energi
Zona ekonomi lain antara lain dapat berupa zona industri kreatif dan
zona olah raga.
29
2. Urgensi Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
Perencanaan pembentukan KEKI telah dilakukan sejak beberapa
tahun yang lalu. Dasar dari keinginan kuat Pemerintah membentuk KEKI
yakni kesuksesan beberapa negara yang telah membentuk KEK di negara
mereka dan menunjukkan hasil yang signifikan dalam menyerap modal.
Sebagai catatan, saat ini Pemerintah masih membutuhkan modal dari
penanaman modal sebagai dana tambahan dalam melakukan pembangunan
di Indonesia."
30
Banyak dan rumitnya prosedur dalam menjalankan usaha di
Indonesia mengakibatkan waktu yang diperlukan bertambahi panjang,
dikarenakan untuk membuka usaha diperlukan waktu, yaitu 105 hari untuk
membuka usaha, 196 hari memperoleh izin usaha, dan 42 hari pendaftaran
tanah dan bangunan. Disamping prosedur perizinan yang rumit, untuk
menutup usaha di Indonesia juga diperlukan waktu selama 5,5 tahun. Hal
ini masih ditambah dengan masalah tenaga kerja, baik rekrutmen, maupun
pemutusan hubungan kerja."
Selain itu berbagai regulasi di Indonesia masing dianggap terlalu
berbelit-belit, yakni untuk pengurusan ekspor diperlukan waktu 21 hari
dimana pengurusan ekspor harus disertai dengan 5 dokumen. Kemudian
untuk menyelesaikan pengurusan impor dibutuhkan waktu 27 hari dan
diperlukan 6 dokumen untuk mengurus impor tersebut. Hal ini
menyebabkan peningkatan biaya ekspor maupun impor yaitu sekitar 623-
667 dolar AS per kontainer. 24 3. Menurut ADB bersama Japan Bank for
Internasional Cooperation JBIC bahwa ketersediaan infrastruktur di
Indonesia seperti transportasi, listrik dan telepon masih tertinggal dengan
beberapa negara di Asia Timur.
14
Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tentang Jaminan
Pemberian Kredit.
31
sekali dengan hukum benda.15 Dalam Pasal 1 ayat (23) UU Perbankan, Agunan adalah
jaminan tambahan diserahkan nasabah kepada bank dalam rangka mendapatkan
fasilitas kredit atau pembiyaan berdasarkan prinsip syariah.16
2. Pengertian Hak Tanggungan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggungan diartikan sebagai barang
yang dijadikan jamina, sedangkan jaminan itu sendiri artinya tanggungan atas
pinjaman yang diterima (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989:899).17 Dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan (sealnjutnya disebut UUHT), hak
tanggungan adalah Hak Jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
yang dimaksud dalam UndangUndang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditur terhadap kreditur-kreditur lainnya.18
Menurut, para ahli, Prof. Budi Harsono mengartikan Hak Tanggungan adalah
penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan bagi kredittur untuk berbuat sesuatu
mengenai tanah yang dijadikan agunan. Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan
digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji, dan mengambil dari
hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur
kepadanya.19
3. Dasar Hukum Hak Tanggungan
Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996, maka peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang pembebanan hak atas tanah adalah Bab
21 Buku II KUHPerdata yang berkaitan dengan Hipotek, dan Credietverband dalam
Staatblaad 1908-542 sebagaimana telah diubah dengan Staatblaad 1930-190. Kedua
ketentuan tersebuh sudah tidak berlaku lagi, karena sudah tidak sesuai dengan
kebutuhan kegiatan perkreditan di Indonesia. Ketidaksesuai ini karena pada peraturan
lama yang dapat dijadikan objek Hipotek dan Credietverband hanyalah hak milik, hak
guna usaha, dan hak guna bangunan.20
15
Salim H.S, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004) h. 22
16
Pasal 1 ayat (23) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
17
Pasal 1 ayat (23) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, hlm. 96.
18
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.
19
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, hlm. 97.
20
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, hlm. 98-99.
32
Lahirnya undang-undang tentang hak tanggungan karena adanya perintah
dalam pasal 51 UUPA. Pasal 51 UUPA berbunyi “Hak Tanggungan yang dapat
dibebankan pada hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan tersebut dalam
pasal 25, pasal 33, dan pasa 39 diatur dalam undang-undang’. Tetapi dalam pasal 57
UUPA, disebutkan bahwa selama undang-undang hak tanggungan belum terbentuk,
maka digunakan ketentuan tentang hipotek sebagaimana yang diatur dalam
KUHPerdata dan Credietverband. Perintah pasal 51 UUPA baru terwujud setelah
menunggu selama 36 Tahun. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 ditetapkan pada
tanggal 9 April 1996. Undang-undang tersebut terdiri atas 11 bab, dan 31 pasal.
4. Asas-asas Hak Tanggungan
Asas-asas hak tanggungan tersebar dan diatur dalam berbagai pasal dan
penjelasan dari UUHT. Asas-asas hak tanggungan tersebut adalah :
1. Mempunyai kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang
hak tanggungan (pasal 1 ayat (1) UUHT);
2. Tidak dapat dibagi-bagi (pasal 2 ayat (1) UUHT);
3. Hanya dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada (pasal 2 ayat
(2) UUHT);
4. Dapat dibebankan selain tanah juga berikut benda-benda lain yang
berkaitan dengan tanah tersebut (pasal 4 ayat (4) UUHT);
5. Dapat dibebankan atas benda lain yang berkaitan dengan tanah yang
baru akan ada dikemudian hari (pasal 4 ayat (4) UUHT), dengan
syarat diperjanjikan dengan tegas;
6. Sifat diperjanjikannya adalah tambahan (acceseoir), (pasal 10 ayat
(1), pasal 18 ayat (1) UUHT);
7. Dapat dijadikan untuk utang yang baru akan ada (pasal 3 ayat (1)
UUHT);
8. Dapat menjamin lebih dari satu utang (pasal 3 ayat (2) UUHT);
9. Mengikuti objek dalam tangan siapa pun objek itu berada (pasal 7
UUHT);
10. Tidak dapat diletakkan sita oleh pengadilan;
11. Hanya dapat dibebakan atas tanah tertentu (pasal 8, pasal 11 ayat (1)
33
UUHT);
12. Wajib didaftarkan (pasal 13 UUHT);
13. Pelaksanaan eksekusi mudah dan pasti;
14. Dapat dibebankan dengan disertai janji-janji (Pasal 11 ayat (2)
UUHT).
5. Subjek dan Objek Hak Tanggungan
a. Subjek Hak Tanggungan
Mengenai subjek hak tanggungan ini diatur dalam Pasal 8 dan
Pasal 9 UUHT, dari ketentuan dua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang menjadi subjek hukum dalam hak tanggungan adalah subjek hukum
yang terkait dengan perjanjian pemberi hak tanggungan. Di dalam suatu
perjanjian hak tanggungan ada dua pihak yang mengikatkan diri, yaitu :21
1) Pemberi Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yng menjaminkan
objek hak tanggungan (debitur);
2) Pemegang Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima
hak tanggungan sebagai jaminan dari pihutang yang diberikannya.
21
Andrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, (Jakarta:Sinar Grafika, 2001), h. 54
34
warga negara asing juga dimungkinkan untuk dapat menjadi subjek hak
tanggungan, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :22
1) Sudah tinggal di Indonesia dalam waktu tertentu;
2) Mempunyai usaha di Indonesia;
3) Kredit itu digunakan untuk kepentingan pembangunan di wilayah
Republik Indonesia.
22
Andrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, (Jakarta:Sinar Grafika, 2001), h. 51.
23
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002), h. 146.
35
Bahkan secara tradisional dari Hukum Adat memungkinkan
bangunan yang ada diatasnya pada suatu saat diangkat atau
dipindahkan dari tanah tersebut.
UUHT menetapkan bahwa hak guna bangunan dapat
dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan. UUHT
tidak menyebutkan secara rinci hak guna bangunan yang mana
yang dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak
Tanggungan. Hak guna bangunan menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan ada tiga macam,
yaitu Hak Guna Bangunan atas Tanah Negara, Hak Guna
Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan dan Hak Guna Bangunan
atas tanah Hak Milik.
24
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002), h. 179-184.
36
bersangkutan diberi tanggal hari kerja berikutnya;
5) Hak tanggungan lahir pada hari tanggal buku tanah hak tanggungan
dibuatkan (pasal 13 UUHT);
6) Kantor Pertanahan menerbitkan Sertifikat Hak Tanggungan. Sertifikat
Hak Tanggungan memuat irah-irah dengan kata-kata “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sertifiakt Hak Tanggungan
mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan
pengadilan. Sertifiakt Hak Tanggungan diberikan kepada pemegang
hak tanggungan.
37
Kedua, pemantauan dan penegakan hukum yang efektif penting untuk
mencegah penyalahgunaan proses pewarisan. Pemerintah dan lembaga-
lembaga terkait harus memastikan bahwa pewarisan berlangsung sesuai
dengan hukum dan tidak melibatkan tindakan yang merugikan pihak-pihak
tertentu.
38
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah Hibah adalah tanah yang dialihkan tanpa melalui proses jual
beli, seperti yang dijelaskan dalam KUHP. Pasal 1666 KUHP menjelaskan
bahwa penghibahan adalah tindakan seorang pemberi hibah untuk
memberikan suatu barang tanpa imbalan apapun.
Hibah sah mengikat penghibah dan memberikan akibat sejak
penghibahan tersebut diterima oleh penerima hibah. Berarti hibah harus
dilakukan ketika pemberi hibah dan penerima hibah masih hidup. Jadi,
sepanjang hibah sudah dilakukan, lalu penerima hibah meninggal dunia,
hibah itu tetap sah.
Bank Tanah diberikan kewenangan khusus untuk menjamin
ketersediaan tanah dalam rangka ekonomi berkeadilan untuk kepentingan
umum, kepentingan sosial, kepentingan pembangunan nasional, pemerataan
ekonomi, konsolidasi lahan, dan reforma agrarian.
Adapun badan bank tanah sebagai land manager, mencakup semua
kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya tanah yang
diperlukan untuk memenuhi tujuan politik dan sosial dan mencapai
pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, badan bank tanah
merupakan solusi dalam mencegah dan mengatasi kompleksitas masalah
pertanahan di Indonesia.
Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disingkat KEK adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) dikembangkan melalui geoekonomi dan geostrategic yang
berfungsi sebagai penampung kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan
ekonomi ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan
memiliki daya saing internasional.
39
Adapun urgensi dalam pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus;
Penurunan peringkat daya saing dan rendahnya arus penanaman modal,
Dari segi prosedur dan peraturan di Indonesia, tidak kurang.
Pasal 16 Ayat (1) UUPA menyatakan bahwa terdapat hak-hak atas
tanah antara lain sebagai berikut: hakmilik; hak gunausaha; hak
gunabangunan; hak pakai; hak sewa; hak membuka tanah; dan hak
memungut hasil hutan.
Pada dasarnya pewarisan adalah suatu perpindahan segala hak dan
kewajiban seseorang yang meninggal kepada para ahli warisnya. Adapun
pengertian dari hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang
peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta
akibatnya bagi para ahli warisnya.
Unsur terjadinya pewarisan diperlukan unsur- unsur sebagai
berikut: a) Adanya orang yang meninggal dunia (erflater), yang
meninggalkan harta warisan yang disebut pewaris. b) Adanya orang yang
masih hidup (erfgenaam), yaitu orang yang menurut Undang-undang atau
testaman berhak mendapat waris, yang disebut ahli waris.
B. Saran
Besar harapan penulis kepada pembaca untuk semakin terus
menambah wawasan terkait mekanisme hukum pidana. Dengan disusunnya
makalah ini, kami harap dapat membukakan jendela wawasan kepada
pembaca khususnya terkait topik makalah ini yaitu mengenai Hukum
Agraria Lanjutan.
Jika ada yang salah terkait penyampaian ataupun isi materi, kami
harap ada kritik dan saran untuk dapat memperbaiki kinerja penulis di
kemudian hari
40
DAFTAR PUSTAKA
41