Anda di halaman 1dari 27

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASUKNYA PENANAMAN MODAL

KE INDONESIA
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Hukum Investasi Dan Pasar Modal Syariah
Dosen Pengampu
Mohamad Mujibur Rohman M.A

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Alvina Damayanti 11200490000048
Ramanda Alfarisi 11200490000076
Muhammad Fiqri 11200490000129

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022 M / 1444 H

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Masuknya Penanaman Modal ke Indonesia ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Hukum Investasi & Pasar Modal Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang beretika dalam membuat Karya Ilmiah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mohamad Mujibur Rohman, M.A. selaku
Dosen mata kuliah Hukum Investasi dan Pasar Modal Syariah sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya untuk membantu kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 01 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
A. Resiko Menanam Modal (Country Risk) ............................................................................. 3
B. Birokrasi ............................................................................................................................... 4
C. Transparansi dan Kepastian Hukum .................................................................................... 6
D. Alih Teknologi .................................................................................................................... 9
E. Jaminan dan Perlindungan Investasi ................................................................................... 13
F. Aspek Ketenagakerjaan...................................................................................................... 16
G. Ketersediaan Infrastruktur dan Sumber Daya Alam .......................................................... 17
H. Insentif Perpajakan dan Akses Pasar .................................................................................. 19
I. Mekanisme Penyelesaian Sengketa yang Efektif .............................................................. 20
BAB III......................................................................................................................................... 23
PENUTUP.................................................................................................................................... 23
A. Simpulan ............................................................................................................................ 23
B. Saran .................................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penanaman modal atau investasi merupakan modal awal dalam pembangunan


ekonomi suatu negara. Pembangunan nasional dapat terlaksana dengan baik apabila
stabilitas nasional dalam keadaan normal. Semakin baik stabilitas nasional, maka semakin
lancar pula pembangunan nasional yang dapat dilakukan dalam suatu negara.
Pembangunan yang baik hendaknya berlandaskan pada trilogi pembangunan, yaitu :
pemerataan pembangunan guna menciptakan keadilan bagi seluruh masyarakat,
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, serta berlandaskan pada stabilitas
nasional yang sehat dan berkembang (Silvia, 2015).
Dalam mewujudkan pembangunan nasional, pemerintah masih belum mampu
mendanai seutuhnya kebutuhan pembiayaan yang diperlukan. Oleh sebab itu, pemerintah
memerlukan bantuan dari luar negeri. Lubis (dalam Fuadi, 2013) mengemukakan bahwa,
pada dasarnya dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, akumulasi uang luar negeri
merupakan suatu gejala yang wajar. Hal ini dikarenakan kondisi tabungan dalam negeri
yang masih rendah sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya investasi secara
memadai dan negara yang tidak mempunyai tabungan dalam negeri yang cukup untuk
membiayai dalam pembangunan tersebut, pada umumnya menutup kesenjangan tersebut
dengan mencari sumber dari luar negeri. Sehingga tidak mengherankan apabila begitu
besarnya arus modal dari negara maju mengalir ke negara yang sedang berkembang
termasuk di antaranya Indonesia. Untuk itu pemerintah harus menarik dana pinjaman dari
para donatur yang berasal dari luar negeri

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Resiko Menanam Modal (Country Risky) ?


2. Apa yang dimaksud dengan Birokrasi ?
3. Apa yang dimaksud dengan Transparansi dan kepastian hukum ?
4. Apa yang dimaksud dengan Alih Teknologi ?
5. Bagaimana Jaminan dan Perlindungan Investasi ?
6. Bagaimana ASpek Ketenagakerjaan ?
7. Bagaimana Ketersediaan Inflastruktur dan Sumber Daya Alam ?
8. Bagaimana Insentif Perpajakan dan Akses Pasar ?
9. Bagaimna Mekanisme Penyelesaian Sengketa yang Efektif ?

1
C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Resiko Menanam Modal (Country
Risky).
2. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Birokrasi.
3. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Transparansi dan kepastian hukum.
4. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Alih Teknologi.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Jaminan dan Perlindungan Investasi.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana ASpek Ketenagakerjaan.
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Ketersediaan Inflastruktur dan Sumber Daya Alam.
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Insentif Perpajakan dan Akses Pasar.
9. Untuk Mengetahui Bagaimna Mekanisme Penyelesaian Sengketa yang Efektif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Resiko Menanam Modal (Country Risk)


Dalam Menanam Modal (Country Risk) terdapat beberapa resiko, yaitu :
a. Resiko Jalur Birokrasi
Birokrasi yang rumit dan terlalu panjang biasanya dapat menciptakan situasi yang
kurang kondusif bagi kegiatan penanaman modal, sehingga dapat mengurungkan niat para
penanam modal untuk melakukan investasi. Birokrasi yang panjang seringkali juga berarti
adanya biaya tambahan, yang akan memberatkan calon investor.
b. Resiko Alih Teknologi
Adanya peraturan yang terlampau ketat menyangkut kewajiban alih teknologi dari
negara tuan rumah host country dapat mengurangi minat penanam modal yang sangat
berharga dalam mengembangkan usahanya. Dalam menghasilkan tehknologi tersebut
kadang-kadang membutuhkan biaya penelitian yang sangat besar serta jangka waktu yang
panjang.
c. Resiko Jaminan Investasi
Salah satu faktor yang juga perlu dipertimbangkan oleh para pemodal sebelum
melakukan kegiatan penanaman modal adalah adanya jaminan dari negara tuan rumah
terhadap kepentingan pemodal dalam hal terjadinya hal-hal seperti kerusuhan, penyitaan,
nasionalisasi, serta pengambilalihan. Disamping itu, jaminan investasi juga mencakup
masalah repatriasi modal serta penarikan keuntungan.
d. Resiko Ketenagakerjaan
Adanya tenaga kerja yang terlatih dan terampil dalam jumlah yang memadai serta upah
yang tidak terlalu tinggi akan menjadi faktor yang sangat dipertimbangkan oleh para calon
investor sebelum melakukan kegiatan penanaman modalnya. Sebagaimana disadari, antara
masalah penanaman modal dengan masalah ketenagakerjaan terdapat hubungan timbal
balik yang erat, dimana penanaman modal di satu pihak memberikan implikasi terciptanya
lapangan kerja yang menyerap sejumlah besar tenaga kerja di berbagai sektor, sementara
dilain pihak kondisi sumber daya manusia yang tersedia dan situasi ketenagakerjaan yang
melingkupinya akan memberikan pengaruh yang besar pula bagi kemungkinan
peningkatan atau penurunan penanaman modal. f. Masalah Infrastruktur Tersedianya
jaringan infrastruktur yang memadai akan berperan dalam menunjang keberhasilan suatu
kegiatam penanaman modal, oleh karena itu tersedianya jaringan infrastruktur pokok
3
seperti perhubungan darat, laut, dan udara, serta sarana komunikasi merupakan faktor
penting yang sangat diperhatikan oleh calon penanam modal.
e. Resiko keberadaan sumber daya alam
Disamping masalah modal, tenaga kerja, keahlian dan infrastruktur, masalah
keberadaan sumber daya alam merupakan salah satu daya tarik utama dalam melakukan
kegiatan investasi. Negara-negara yang kaya akan sumber daya alam sebagai bahan baku
atau komoditi dalam industri, telah menjadi sasaran utama bagi para pemilik modal untuk
menanamkan modalnya, kekayaan alam yang melimpah tentunya harus didukung oleh
kebijakan investasi yang tepat, dimana di satu pihak dapat memberikan jaminan kepastian
hukum bagi investor atas kontrak-kontrak yang ditandatangani dalam rangka ekploitasi
sumber daya alam, serta di lain pihak kegiatan penanaman modal tersebut dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.
f. Resiko Insentif Perpajakan
Kegiatan penanaman modal merupakan kegiatan yang berotientasi mencari keuntungan
profit otiented, diberikannya beberapa insentif di bidang perpajakan akan sangat membantu
menyehatkan cash flow serta mengurangi secara subtansial biaya produksi production cost,
yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan selisih keuntungan profit margain dari
suatu kegiatan penanaman modal tersebut. Mekanisme Penyelsaian Sengketa Adanya
mekanisme penyelsaian sengketa yang efektif juga merupakan salah satu faktor yang
diperhitungkan sebelum memutuskan untuk melakukan kegiatan penanaman modal.1

B. Birokrasi
Penanaman modal merupakan bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional
dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
menciptakan lapangan kerja dan mendorong ekonomi kerakyatan, dimana tujuan
penanaman modal tersebut dapat tercapai bila faktor penunjang yang menghambat
investasi dapat diatasi, antara lain melalui: perbaikan koordinasi diantara instansi
pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum dibidang
penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, iklim usaha yang kondusif
di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.2 Pada dasarnya terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi investasi, yaitu3 :
a. Faktor politik. Faktor ini merupakan faktor yang menentukan manakala investor ingin
menanamkan modalnya. Faktor ini sangat menentukan iklim usaha yang kondusif bagi

1
https://text-id.123dok.com/document/dzx58kgoq-masalah-risiko-menanam-modal-country-risk.html
2
Rahayu Hartini, Analisis Yuridis UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Jurnal Humanity, Volume IV
Nomor 1, September 2009, hlm. 48.
3
Hulman Panjaitan, Hukum Penanaman Modal Asing, Jakarta : Ind-Hill Co, 2003, hlm. 9-10.

4
usaha-usaha Penanaman Modal terutama Penanaman Modal Asing. Kondisi politik
Indonesia yang belakangan ini kurang stabil dan tidak menentu telah mengakibatkan
turunnya kegairahan investasi.
b. Faktor ekonomi. Faktor ekonomi juga sangat menentukan bagi keinginan investor untuk
berinvestasi. Faktor politik dan faktor ekonomi akan saling mempengaruhi dan mempunyai
hubungan erat. Suhu politik dalam negeri yang memanas, sudah barang tentu
menyebabkan iklim usaha akan berkurang dan kinerja perekonomian akan menurun.
Sehingga apabila pereonomian suatu negara sangat mengkhawatirkan tentunya para
investor akan sangat merasa khawatir menanamkan modalnya. Sebagai bagian dari
ekonomi, aspek moneter juga sangat mempengaruhi minat investor menanamkan
modalnya.
c. Faktor hukum. Faktor hukum atau faktor yuridis juga sangat penting dan diperhatikan
oleh investor. Hal ini berkaitan dengan perlindungan yang diberikan Pemerintah bagi
kegiatan investasi. Menurunnya wibawa hukum dalam negeri akan mempengaruhi minat
investor untuk menanamkan modalnya. Daya tarik investor untuk menanamkan modalnya
akan sangat tergantung pada sistem hukum yang diterapkan, dimana sistem hukum itu
harus mampu menciptakan kepastian (predictability), keadilan (fairness) dan efisiensi
(efficiency). Disamping faktor-faktor di atas, investasi juga dipengaruhi oleh kondisi
eksternal, antara lain tanda-tanda akan terjadi resesi ekonomi di seluruh dunia. Berdasarkan
faktor-faktor di atas secara keseluruhan, aspek-aspek yang mempengaruhi investasi dapat
dikelompokkan menjadi4 :
1. Faktor Dalam Negeri
a. Stabilitas politik dan perekonomian.
b. Kebijakan dalam bentuk sejumlah deregulasi dan debirokratisasi yang secara terus
menerus dilakukan Pemerintah dalam rangka menggairahkan iklim investasi.
c. Diberikannya sejumlah pembebasan dan kelonggaran di bidang perpajakan, termasuk
sejumlah hak lain bagi investor asing yang dianggap sebagai perangsang (insentif).
d. Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak bumi, gas, bahan
tambang dan hasil hutan di wilayah Indonesia.
e. Iklim dan letak geografis serta kebudayaan dan keindahan alam Indonesia yang
merupakan daya tarik sendiri, khusus bagi proyek-proyek yang bergerak di bidang
industri kimia, perkayuan, kertas dan perhotelan (tourisme).
f. Sumber daya manusia dengan upah yang cukup kompetitif, khususnya proyek-proyek
yang bersifat padat karya, seperti industri tekstil, sepatu dan mainan anak-anak.

4
Ibid., hlm. 10-11

5
2. Faktor Luar Negeri
a. Apresiasi mata uang dari negara-negara yang jumlah investasinya di Indonesia cukup
tinggi, seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan.
b. Pencabutan GSP (Sistem Preferensi Umum) terhadap 4 negara industri baru di Asia
(Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura).
c. Meningkatkan biaya produksi di luar negeri. John W.Head mengemukakan 7 (tujuh)
keuntungan investasi5, yaitu :
1. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk Negara tuan rumah sehingga mereka
dapat meningkatkan kualitas penghasilan dan standar hidup mereka;
2. Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah
sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaanperusahaan baru;
3. Meningkatkan ekspor dari Negara tuan rumah, mendatangkan penghasilan tambahan
dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan
penduduknya;
4. Menghasilkan pengalihan peralihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat
digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri lain;
5. Memperluas potensi keswasenbadaan Negara tuan rumah dengan memproduksi
barang setempat untuk menggantikan impor;
6. Menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, demi kepentingan penduduk Negara tuan rumah;
7. Membuat sumber daya Negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun manusia,
agar lebih dari pemanfaatan semula.

C. Transparansi dan Kepastian Hukum


Transparansi
Kurang kepercayaan investor dan lemahnya kepastian hukum serta carut marutnya
birokrasi yang sampai saat ini dikeluhkan dan belum teratasi menyebabkan keengganan
investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Walaupun adanya upaya
perbaikannya pun terkesan tidak maksimal, sehingga gairah investasi di dalam negeri
hingga saat ini belum nampak Untuk mendorong pertumbuhan investasi dan kepercayaan
investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia disamping penciptaan iklim investasi
yang sehat diperlukan juga adanya transparansi regulasi, dalam peraturan perundangan-

5
Rahayu Hartini, Op.Cit., hlm. 53

6
undangan termasuk Peraturan Daerah tentang penanam modal dan transparansi sektor
publik dengan tujuan memperbaiki kinerja lembaga atau instansi di bidang penanaman
modal, agar menjalankan fungsinya lebih efisien dan transparan. sehingga investor tertarik
menanamkan modalnya di Indonesia akhirnya terbuka lapangan kerja dan akan
mengurangi pengangguran serta kemiskinan.

Untuk menciptakan iklim investasi yang baik dibutuhkan sebagai berikut : 1. Reformasi
hukum dan good govemmence (tata kelola pemerintahan yang baik). 2. Konsistensi
regulasi yang ada, terkait dengan biaya yang rendah dalam pengurusan perizinan investasi,
demikian juga masalah pajak dan Undang-Undang Otonomi Daerah. 3. Stabilitas politik
dan efektivitas.

Transparansi regulasi, dengan tujuan menyempurnakan peraturan perundangan-undangan


termasuk Peraturan Daerah yang terkait dengan penanam modal, transparansi sektor publik
dengan tujuan memperbaiki kinerja lembaga atau instansi di bidang penanaman modal,
agar menjalankan fungsinya lebih efisien dan transparan. Meningkatkan kesadaran hukum
dan mengembangkan masyarakat yang informatif sebagai budaya hukum, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan minat investor asing menanamkan modalnya di Indonesia.6
Kepastian Hukum
Di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal Pasal 1 angka 3 menyatakan bahwa;
Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri.7
Untuk menentukan apakah suatu usaha merupakan penanaman modal asing atau
penanam dalam negeri, dapat dilihat dengan siapa yang menempatkan modal dalam usaha
tersebut. Jika yang menempatkan atau menyetor modal adalah warga negara asing, maka
usaha tersebut merupakan penanaman modal asing.
jika usaha tersebut di modali oleh warga negara Indonesia maka usaha tersebut
dikatagorikan sebagi usaha penanaman modal dalam negeri. Selanjutnya bila usaha
tersebut merupakan gabungan penyertaan modal dari warga negara Indonesia dan warga

6
Rina Suwasti, “Prinsip Transparansi Dalam Ketentuan Hukum Penanaman Modal Di Indonesia”, GaneÇ Swara.Vol.
3 No.2 (September 2009)
7
Op. cit. ps. 3 angka 1.

7
negara asing (bermitra) maka usaha tersebut dikatagorikan sebagai penanaman modal
asing.
Adapun besarnya nilai penyertaan modal yang disetor para pihak dalam hal ini
antara warga negara Indonesia dan warga negara asing tidak ditentukan besarnya.
Sepanjang ada modal warga negara asing maka usaha tersebut merupakan penanaman
modal asing. Pada prakteknya di lapangan yang sering terjadi adalah penanam modal warga
negara asing lebih menguasai besarnya modal yang disetor.
Yang dimaksud dengan investasi dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007
adalah investasi langsung. Penanam modal langsung menempatakan modalnya dalam
usaha yang nyata. Usaha yang memerlukan kegiatan proses produksi.
Kegiatan proses produksi yang langsung dijalankan penanam modal. Seperti
pendirian pabrik, pembangunan infrasuktur, perkebunan, pertambangan. Dengan
menjalankan sendiri usaha yang dirintis, maka penanam modal secara langsung juga
menanggung resiko yang timbul atas usaha yang dijalankan.
Sehingga investasi tidak langsung bukan merupakan investasi yang dimaksud oleh
undang-undang penanaman modal. Investasi tidak langsung adalah penyertaan
kepemilikan saham dari penanam modal karena aktifitasnaya dalam perdagangan di bursa,
dengan pembelian saham. Pembelian saham yang dilakukan merupakan tindakan
perdagangan saja, yaitu terjadinya pergantian kepemilikan saham. Tindakan ini tidak
mencerminkan adanya pertambahan peyetoran modal yang masuk. Adapun sifat yang
ditimbulkan adalah motivasi untuk mendapatkan keuntungan atas perubahan harga saham.
Demikian seterusnya saham-saham diperdagangkan dengan harapan mendapatkan harga
lebih sehingga investasi yang dilakukan mendapatkan keuntungan.
Untuk memberikan rasa keadilan bagi penanam modal, Pemerintah Indonesia
memberi perlakuan yang sama terhadap penanam modal baik yang berasal dari penanam
modal asing maupun dalam negari. Semua fasilitas dan kemudahan yang telah ditetapkan
bagi penanam modal dalam peraturan perundang-undangan akan ditepati. Tidak ada
pemberian yang berbeda terhadap fasilitas dan kemudahan yang akan diberikan.
Sesuai dengan Pasal 6 ayat 1 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 yang
menyatakan Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal
yang berasal dari negara maupun yang melakukan kegiatan penanaman modal.
di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.8 Prinsip ini dikenal denga prinsip equal treatment, tidak adanya perlakuan
diskriminasi dari negara penerima terhadap modal asing.
Dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 menyatakan
Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak
kepemilikan penanaman modal, kecuali dengan undang-undang.9 Jaminan ini memberi

8
Indonesia, Undang-undang Penanaman Modal, UU No. 25 tahun 2007, LN No. 67 Tahun 2007,
9
Ibid. ps.7 ayat 1

8
kepastian hukum kepada penanam modal atas kelangsungan, keberadaan usaha di
Indonesia.
Jikapun pemerintah Indonesia akan melakukan nasionalisasi terhadap kepemilikan
asing, maka Pemerintah Indonesia akan memberikan ganti rugi sesuai dengan harga
pasar.10 Harga pasar adalah harga terkini yang berlaku di pasar dan merupakan harga yang
dipakai untuk menilai aset. Harga yang berlaku tentu harga yang dapat diterima semua
pihak.

D. Alih Teknologi
Pengertian Alih Teknologi
Dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005). Disebutkan
bahwa “Alih teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di
lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan
sebaliknya”.11
Jenis dan cara alih teknologi dalam investasi
Dunia saat ini tengah berada pada era globalisasi, yang menyebabkan semua
kawasan di seluruh dunia saling terkait. Globalisasi tersebut terjadi di berbagai aspek
kehidupan, salah satunya pada aspek ekonomi. Namun berdasarkan pernyataan Jonathan
Pincus, peneliti dari Harvard Kennedy School, menyebut bahwa Indonesia gagal dalam
memanfaatkan peluang yang terbuka dari era globalisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari
ekspor Indonesia yang masih didominasi Sumber Daya Alam (“SDA”) dalam bentuk
mentah. Indonesia tidak masuk dalam produksi global, dan investasi asing hanya
berkonsentrasi pada sektor eksploitasi SDA. Maka dari itu, untuk dapat memanfaatkan
SDA dengan baik diperlukan perubahan dengan peningkatan standar mutu Sumber Daya
Manusia (“SDM”). Diperlukan alih teknologi dengan penguasaan teknologi yang berguna
dalam mendukung pengelolaan potensi dalam negeri. Dalam investasi, alih teknologi sudah
dijelaskan dalam Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal yang menyebutkan bahwa perusahaan penanaman modal wajib
meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja.
Selanjutnya pada ayat (4) menyebutkan bahwa perusahaan penanaman modal yang
mempekerjakan tenaga kerja asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan
melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

10
Ibid. ps. 7 ayat 2.
11
Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta
Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan.

9
Secara teknis, ada beberapa jenis dan cara alih teknologi dalam investasi, yaitu
1. Foreign Direct Investment, yaitu investasi jangka panjang yang ditanamkan oleh
perusahaan asing. Investor memegang kendali atas pengelolaan aset dan produksi.
2. Joint Ventures, yaitu kerjasama (partnership) antara perusahaan yang berasal dari negara
yang berbeda dengan tujuan mendapat keuntungan. Jenis alih teknologi ini menjadi
menarik sebab perusahaan-perusahaan asing dapat menghindari terjadinya nasionalisasi
atas perusahaan.
3. Licensing Agreements, yaitu izin dari sebuah perusahaan kepada perusahaan-perusahaan
lain untuk menggunakan nama dagangnya (brand name), merek, teknologi, paten, hak
cipta, atau keahlian-keahlian lainnya. Pemegang lisensi harus beroperasi di bawah kondisi
dan ketentuan tertentu, termasuk dalam hal pembayaran upah dan royalti.
4. Turnkey Projects, yaitu membangun infrastruktur dan konstruksi yang diperlukan
perusahaan asing untuk menyelenggarakan produksi di dalam negeri. Bila segala fasilitas
sudah siap dioperasikan, perusahaan asing menyerahkan “kunci” kepada perusahaan
domestik.
Alih teknologi kebanyakan dilakukan melalui investasi asing langsung, seperti
dengan pendirian anak cabang usaha, joint venture atau jenis kerjasama lain dengan
pengikutsertaan saham perusahaan asing yang merata. Pengalihan teknologi pada dasarnya
adalah adanya kebutuhan teknologi dari pihak yang memerlukan teknologi dengan pemilik
teknologi yang menawarkan teknologi serta proses pengaturan pengalihan teknologi.
Pengalihan teknologi ini memberikan sumbangan yang besar dalam meningkatkan
modernisasi industri di negara sedang berkembang. Negara-negara sedang berkembang
dapat mengambil keuntungan dari kerja sama yang diadakan yakni meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan dalam mengkombinasikan ataupun memobilisasi secara
efektif. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari penanaman modal atau investasi adalah
meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional. Alih teknologi melalui
investasi asing sudah cukup layak dan memungkinkan untuk dilaksanakan di Indonesia,
mengingat jumlah arus investasi asing yang masuk ke Indonesia di berbagai sektor cukup
tinggi.12
Tujuan alih teknologi
Tujuan alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan
pengembangan adalah :

12
Erma Regita Sari, “Alih Teknologi Dalam Investasi Asing Di Indonesia”, (Juli 2022), diakses 04 Oktober 2022, doi:
https://yuklegal.com/alih-teknologi-dalam-investasi-asing-di-indonesia/

10
a. menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
b. meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi guna kepentingan masyarakat dan negara13
d. Pengaturan Alih Teknologi di Indonesia (Ius Constituendum)
Landasan konstitusional pengaturan alih teknologi terdapat dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu:
a. Pasal 28C Ayat (1) yang berbunyi: setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
b. Pasal 31 Ayat (5), yang berbunyi: pemerintah berkewajiban memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Negara berkewajiban mensejahterakan rakyat Indonesia, salah satunya melalui
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maju. Pengaturan alih teknologi merupakan
suatu keharusan. Pengalaman negara berkembang yang kemudian menuju menjadi negara
maju yang menguasai teknologi maju sejajar dengan negara yang sudah lebih dahulu maju
mensyaratkan adanya aturan alih teknologi. Misalnya China, khususnya alih teknologi
yang berasal dari penanaman modal asing ke dalam negeri, disamping berbagai kebijakan
dan program mandiri untuk menghasilkan teknologi dalam negeri. Tanpa ada aturan yang
jelas dan pemaksaan secara legal perusahaan penanaman modal asing tidak mau
mengalihkan teknologi yang dimilikinya kepada Indonesia melalui instrumen perjanjian
(lisensi) dan alasan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (Hak Cipta, Paten, Rahasia
Dagang, Desain Indusri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Perlindungan Varietas
Tanaman). Terbukti, menurut Zuhal Keberhasilan pemerintah menarik investasi ke sektor
riil ternyata dinodai oleh kegagalan proses alih teknologi. Sehingga industri nasional tak
mampu menghasilkan produk unggulan bermerk lokal sebagai hasil kerjasama dengan
pabrikan kelas dunia yang beroperasi di Indonesia. Hal ini berbeda jauh dengan Malaysia
yang berhasil memaksa Mitsubishi membantu mereka membuat mobil nasional merk
Proton atau China yang sukses mengembangkan komputer jinjing Lenovo atas bantuan
raksasa komputer IBM. Pemerintah China berhasil mendorong IBM melakukan alih
teknologi. China memperbolehkan IBM masuk ke pasar mereka yang sangat besar, tapi

13
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan

11
mereka harus membuat inovasi untuk produk baru asli China. IBM diberi insentif, tapi di
sisi lain ditekan untuk membuat produk baru, dan jadilah Lenovo.14
Hambatan Alih Teknologi Dalam Investasi
Berbagai keunggulan yang dimiliki Indonesia memberikan daya tarik tersendiri bagi
investasi asing. Investasi asing yang masuk ke Indonesia inilah yang kemudian membawa
teknologi dari negara-negara maju yang dapat dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan teknologi pekerja dalam negeri.
Alih teknologi dalam investasi bukanlah sebuah proses tanpa hambatan. Beberapa
hambatan yang ditemukan dalam alih teknologi, diantaranya:
1. Hambatan Eksternal, meliputi:
a. Sistem internasional kurang mendukung, lebih banyak menguntungkan industri
maju;
b. Bargaining position negara sedang berkembang lemah
2. Hambatan Internal, meliputi:
a. Sumber daya manusia dalam jumlah besar dengan tingkat pendidikan rendah;
b. Minimnya jumlah modal tersedia;
c. Tingkat teknologi masih rendah
d. Kurangnya keterampilan (skill) dan knowledge;
e. Manajemen dan budaya yang kurang mendukung;
f. Sistem pendidikan kurang terencana baik;
Dari semua hambatan tersebut, terdapat satu hambatan yang menjadi sebuah akar
permasalahan alih teknologi dalam investasi asing di Indonesia, yaitu hukum yang mengatur
tentang alih teknologi. Berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal yang berasaskan kemandirian menjadi sebuah komitmen untuk
menempatkan investasi asing untuk mewujudkan kemandirian dan mengurangi
ketergantungan terhadap teknologi asing.15

14
Redaksi, Pemerintah Tak Mampu Paksa Investor Asing Lakukan Alih Teknologi Kebijakan Investasi Berorientasi
Jangka Pendek, Neraca.do.id, Rabu, (Juni 2012), diakses 04 oktober 2022
15
Erma Regita Sari, “Alih Teknologi Dalam Investasi Asing Di Indonesia”, (Juli 2022), diakses 04 Oktober 2022, doi:
https://yuklegal.com/alih-teknologi-dalam-investasi-asing-di-indonesia/

12
E. Jaminan dan Perlindungan Investasi
a. Jaminan Kepastian Investasi
Pemerintah mengapresiasi respon investor asing dan optimisme kemudahan
investasi di Indonesia berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Standard Chartered.
Survei Borderless Business Studies yang dilakukan oleh Standard Chartered menunjukkan
bahwa perusahaan Amerika Serikat (AS) dan Eropa menempatkan Indonesia di peringkat
ke 4 se-Asia Tenggara sebagai negara yang paling disukai dalam hal peluang membangun
atau memperluas sumber daya, penjualan, atau operasi perusahaan selama enam hingga
dua belas bulan ke depan. Pada studi ini diungkapkan bahwa sebesar 42 persen dari
perusahaan AS dan Eropa melihat potensi pertumbuhan terbesar berada di pasar luar
negeri.

Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah inisiatif untuk mendorong kemudahan


berusaha melalui Undang-Undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. “UU Cipta
Kerja yang telah lengkap dengan seluruh peraturan pelaksanaannya, akan memberikan
kepastian kemudahan berusaha dan memangkas perizinan yang panjang bagi investor
sehingga meningkatkan kepercayaan investor,”16 UU No 11 tahun 2020 tentang
Ketenagakerjaan
Cipta Kerja dalam UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja adalah upaya penciptaan
kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha
mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan berusaha,
dan investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional. UU 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja masih tetap berlaku. Pasalnya, MK memberi waktu bagi
pemerintah memperbaiki omnibus law UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja selama 2
tahun. Setelah 2 tahun tidak ada perbaikan, maka omnibus law UU 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja dinyatakan tidak berlaku.17

b. Perlindungan Hukum Terhadap Investor


Perkembangan iklim investasi di Indonesia belum menunjukkan peningkatan atau
perkembangan yang berarti walaupun pada dasarnya Indonesia mempunyai potensi yang
besar untuk melakukan kegiatan investasi. Hal tersebut berkaitan dengan masalah-masalah
yang masih sering dihadapi oleh investor asing dalam merealisasikan penanaman
modalnya di Indonesia antara lain:
1. Infrastruktur yang masih belum memadai dan merata di seluruh Indonesia;
2. Masalah yang terkait dengan ketenagakerjaan;
3. Masalah yang terkait dengan regulasi;

16
Susiwijono Moegiarso, “Indonesia Jadi Tujuan Investasi Favorit, Pemerintah Terus Dorong Kemudahan
Berinvestasi”, (18 Mare 2021), diakses 04 Oktober 2022, doi: https://ekon.go.id/publikasi/detail/2726/indonesia-
jadi-tujuan-investasi-favorit-pemerintah-terus-dorong-kemudahan-berinvestasi
17
Abdul Basith Bardan, “Omnibus law UU 11/2020 Cipta Kerja inkonstitusional, apa efeknya?”, Kontan.co.id, (26
November 2021).

13
4. Masalah yang terkait dengan birokrasi;
5. Masalah yang terkait dengan kualitas sumber daya manusia;
6. Masalah mekanisme penyelesaian sengketa yang kurang kredibel;
7. Adanya peraturan daerah, keputusan menteri, atau undang-undang yang turut
mendistorsi kegiatan penanaman modal;
8. Masalah ketidakpastian berinvestasi;
9. Masalah kepastian hukum;
Pasa dasarnya, banyak faktor yang mempengaruhi minat para investor asing untuk
menginvestasikan modalnya di suatu negara. Salah satu faktor penarik (pull factors) yang
ada di negara penerima modal, yaitu terkait dengan kebijakan pemberian insentif di bidang
perpajakan, tersedianya infrastruktur yang memadai, serta tersedianya tenaga kerja yang
terampil dan berdisiplin. Selain faktor tersebut, faktor utama yang dijadikan pertimbangan
oleh para investor sebelum menanamkan modalnya adalah faktor kepastian hukum yang
tentu saja terkait dengan stabilitas politik dan keamanan di negara penerima modal.Daya
tarik investor asing untuk melakukan investasi di Indonesia akan sangat bergantung pada
sistem hukum yang diterapkan. Sistem hukum itu harus mampu menciptakan kepastian,
keadilan, dan efisiensi.

Faktor kepastian hukum sangat berhubungan dengan masalah jaminan yang


diberikan oleh pemerintah negara penerima modal kepada para investor asing sehingga
para investor tersebut tidak merasa ragu untuk menanamkan modalnya. Terkait dengan hal
tersebut, salah satu bentuk komitmen Pemerintah Indonesia untuk memberikan jaminan
serta perlindungan kepada para investor asing adalah dengan menerbitkan UU Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam undang-undang tersebut terdapat beberapa
ketentuan yang terkait dengan perlindungan terhadap investor asing, antara lain ketentuan
mengenai pemberian perlakuan yang sama kepada semua investor (Pasal 6), ketentuan
mengenai nasionalisasi dan kompensasi (Pasal 7), dan ketentuan mengenai pengalihan aset
serta transfer dan repatriasi dalam valuta asing (Pasal 8 dan Pasal 9).

Membahas pelaksanaan beberapa ketentuan UU Penanaman Modal yang terkait


dengan perlindungan terhadap investor asing atas risiko-risiko yang (mungkin) dihadap
investor asing, khususnya risiko-risiko nonkomersial. Pasal 4 Ayat (2) Huruf a UU
Penanaman Modal menyatakan bahwa dalam menetapkan kebijakan dasar penanaman
modal, pemerintah memberi perlakuan yang sama bagi investor domestik dan investor
asing. Selanjutnya, pada Huruf b dikatakan bahwa pemerintah menjamin kepastian hukum,
kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi investor sejak proses pengurusan
perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal.

Terkait dengan perlakuan yang sama bagi semua investor, Pasal 6 UU Penanaman
Modal menyatakan, pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua investor

14
yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perlakuan yang sama
tersebut tidak berlaku bagi investor dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa
berdasarkan perjanjian dengan Indonesia. Hak istimewa yang dimaksud, antara lain hak
istimewa yang berkaitan dengan kesatuan kepabeanan, wilayah perdagangan bebas, pasar
bersama, kesatuan moneter, kelembagaan yang sejenis, dan perjanjian antara Pemerintah
Indonesia dan pemerintah asing yang bersifat bilateral, regional, atau multilateral yang
berkaitan dengan hak istimewa tertentu dalam penyelenggaraan penanaman modal.18

c. Implikasi Perlindungan Hukum terhadap Investor Asing bagi Negara


Indonesia masih dinilai sebagai salah satu negara yang belum sepenuhnya
mendukung kehadiran investasi asing. Di satu sisi, Indonesia sangat membutuhkan
kehadiran investor asing untuk membawa modal masuk ke dalam negeri, baik dalam
bentuk investasi langsung maupun investasi portofolio. Di sisi lain, banyak kendala
investasi yang belum dibenahi secara komprehensif, khususnya dalam hal kepastian
hukum. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah memberi perlindungan kepada investor
asing, baik yang didasarkan pada ketentuan hukum nasional maupun hukum internasional.
Keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi MIGA, sedikit banyak akan turut mendorong
peningkatan investasi asing di Indonesia. Dalam situasi sekarang ini, peran investor asing
sangat membantu. Pada saat ekspor dalam negeri mengalami kelesuan, pemerintah dapat
mengandalkan investor asing sebagai salah satu pemasok devisa negara. Selain itu, investor
asing dapat membantu dalam hal penyediaan dana untuk membiayai berbagai proyek
pembangunan ekonomi maupun pembangunan sektor industri. Pada dasarnya beberapa
alternatif yang dapat ditempuh untuk menahan atau menarik para investor asing untuk terus
menanamkan modalnya di Indonesia adalah perlindungan yang diberikan pemerintah
kepada investor asing, baik melalui peraturan perundang-undangan nasional maupun
melalui instrumen hukum internasional.19

Perlindungan hukum terhadap penanaman modal asing dalam hukum nasional


Indonesia diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Undang-
undang ini telah memberikan perlindungan yang memadai terhadap investor asing atas
berbagai risiko termasuk risiko nonkomersial dalam penanaman modal asing di Indonesia.
Hal ini terlihat dalam beberapa ketentuan undang-undang tersebut, antara lain melalui
pengaturan hak investor asing terkait dengan beberapa hal (Pasal 6 sampai dengan Pasal
9), yaitu adanya jaminan perlakuan yang sama bagi semua investor serta jaminan atas
tindakan nasionalisasi dan tindakan-tindakan pengambilalihan lainnya. Selain itu, jaminan
untuk melakukan pengalihan aset serta transfer dan repatriasi dalam valuta asing untuk

18
Agung Sudjati Winata, “Perlindungan Investor Asing dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing dan Implikasinya
Terhadap Negara”, AJUDIKASI : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2 No. 2, (Desember 2018): 130
19
Ibid hlm. 133

15
modal, keuntungan, dan beberapa hal lainnya. Adapun perlindungan dalam hukum
internasional, yakni perlindungan atas resiko non komersial yang dijamin oleh MIGA.

Implikasi perlindungan hukum terhadap investor asing bagi kegiatan penanaman


modal asing di Indonesia, antara lain dapat memberikan kontribusi atau manfaat yang
sangat berarti bagi peningkatan kegiatan penanaman modal asing. Adanya jaminan
perlindungan terhadap investor asing atas risiko-risiko nonkomersial dalam kegiatan
penanaman diharapkan menjadi modal asing di Indonesia dalam jangka panjang,
khususnya pada era perdagangan bebas yang ditandai oleh persaingan yang semakin
kompetitif dan pertumbuhan ekonomi negara.20

F. Aspek Ketenagakerjaan
Sumber daya manusia atau tenaga kerja memiliki peranan paling penting dalam
pembangunan ekonomi. Banyak negara industri maupun negara industri baru memusatkan
perhatiannya terhadap sumber daya manusia karena hal tersebut merupakan faktor yang
signifikan. Faktor ini bersifat disembodied, tetapi pengaruhnya sangat nyata terhadap
pembangunan ekonomi.21 Efek positif investasi sangan bergantung pada kemampuan yag
dimiliki oleh penerima modal (sumber daya manusia) dalam menyerap dan menggunakan
pengetahuan untuk membangun perekonomiannya sehingga dapat bermanfaat bagi
daerahnya, yang bertumpu pada sumber daya manusianya.

Rancangan Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja akan mengatur tiga aspek utama
ketenagakerjaan, yaitu upah minimum, pemutusan hubungan kerja, serta peningkatan
perlindungan pekerja dan perluasan lapangan kerja. Substansi ketenagakerjaan
mengakomodasi kepentingan pekerja, calon pekerja, dan pemberi kerja.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso
mengatakan, ada dua pokok kebijakan upah minimum dalam RUU Cipta Lapangan Kerja,
yaitu upah minimum tidak turun dan tidak dapat ditangguhkan, serta kenaikan upah
minimum memperhitungkan pertumbuhan ekonomi daerah.22

Pengaturan ketenagakerjaan dalam penanaman modal diatur dalam Pasal 10 Undang-


Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai berikut:
1. Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus
mengutamakan tenaga kerja warga negara indonesia.
Dari pasal diatas, perusahaan asing, harus memakai tenaga kerja dalam negeri dan
diutamakan tenaga kerja indonesia. Dengan disebutkan dalam pasal ini, maka, diharapkan
perusahaan asing atau penanaman modal asing mampu menciptakan lapangan kerja dan

20
Ibid hlm. 135
21
Didik J. Rachbini, ‘Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia’, Grasindo, Jakarta, 2008, hlm.95
22
Karina Isna Irawan, ”Omnibus Law” Atur Tiga Aspek Utama Ketenagakerjaan”, Kompas, (20 Januari 2020).

16
memberikan kesejahteraan masyarakat. Menyerap tenaga kerja dalam negeri akan selalu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan diberdayakanya tenaga kerja
indonesia. Dipilih tenaga kerja indonesia karena tenaga kerja indonesia relatif lebih murah
dan banyak dibanding tenaga kerja yang laen. Namun, jika terjadi krisis dalam perusahaan
asing, maka mereka tidak segan-segan dalam memutuskan hubungan kerja kepada tenaga
kerja Indoonesia, sehingga banyak tenaga kerja Indonesia yang menanggur dan mengurangi
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
2. Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk
jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan.
Dalam pasal ini, perusahaan menempatkan, posisi yang strategis untuk tenaga kerja asing,
dalam hal ini diharapkan tenaga kerja Indonesia mampu bersaing dengan tenaga kerja asing.
Namun kenyatanya tenaga kerja asing, membuat peran tenaga kerja indonesia berkurang,
semua lahan pekerjaan yang strategis ditempati oleh tenaga kerja asing saja, karena cendrung
dipercaya oleh perusahaan asing, dan dianggap lebih expert(mahir).
3. Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara
Indonesia smelalui pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perusahaan asing diminta untuk memberikan suatu pelatihan kerja bagi tenaga kerja
indonesia, untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja asing dibidang kerja perusahaan
tersebut. Dengan adanya pelatihan kerja ini, maka tenaga kerja Indonesia, dapat menempati
posisi-posisi penting yang ada diperusahaan, kemudian diharapkan setelah menempati posisi
yang strategis, maka tenaga kerja Indonesia yang telah mempunyai keahlian tersebut mampu
membuat lapangan kerja sendiri, sehingga mendorong kesejahteraan nasional.
Namun dalam prakteknya, pelatihan kerja yang diberikan oleh perusahaan asing tak lain
hanya pelatihan yang bersifat non-strategically, sehingga masyarakat indonesia tidak dapa
mengembangkan ilmu yang didapatkan dari pelatihan kerja untuk membuat lapangan kerja
baru.
4. Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga kerja asing diwajibkan
menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga
negara Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Sesuai dengan pasal diatas alih teknologi berguna bagi bangsa Indonesia untuk dapat
“menginjakan kaki dibuminya sendiri” setelah diberika pelatihan, maka diharapkan tenaga
kerja Indonesia mampu membuka lapangan kerja baru.23

G. Ketersediaan Infrastruktur dan Sumber Daya Alam


Infrastruktur berperan penting dalam menggerakan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Tersedianya infrastruktur yang memadai mampu meningkatkan percepatan dan pemerataan
pembangunan ekonomi secara berkelanjutan.

23
Fatimah Nurul Aini, Kebijakan Ketenagakerjaan Dalam Penanaman Modal, (Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana, 2017), hlm. 3

17
Stone (Dalam Kodoatie, 2003) Mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang
dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam
penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya
untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi sosial.
The word Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi 3 yaitu;
a. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang
aktivitas ekonomi, meliputi Public Utilities (tenaga telekomunikasi, air, sanitasi, dan gas),
Publick work (jalan, bendungan, kanal, irigasi, dan drainase). Dan sektor transportasi
(jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
b. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan rekreasi
c. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi, dan
koordinasi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian infrastruktur secara umum
merupakan fasilitas teknis, fisik, sistem perangkat keras dan lunak yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Menurut laporan World Economic forum (WEF) Tahun 2017-2018, daya saing
infrastruktur indonesia berada pada peringkat 52 dari 137 negara atau naik delapan peringkat dari
tahun sebelumnya 2016-2017. Hal ini menjadi kaar baik sekaligus tantangan dalam meningkatkan
pembangunan infrastruktur di tengah keterbatasan kapasitas fiskal yang dimiliki indonesia saat ini.

Bappenas memperkirakan kebutuhan dana pembangunan infrastruktur yang ditetapkan


dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebesar Rp4.796,2 trilliun. Dari keseluruhan dana tersebut
pemerintah hanya mampu menyediakan dana berkisar 41,3% atau sebesar RP1.978,6 trilliun
sehingga masih ada selisih pendanaan (Financing Gap) sebesar Rp2.817,6 Trilliun,
memperhatikan proyeksi Bappenas tersebut, indonesia membutuhkan alternatif sumber pendanaan
untuk menutupi “Financing Gap”. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan pemerintah yaitu
melalui pemanfaatan dana investasi PMA dan PMDN yang dialokasikan ke sektor-sektor
infrastruktur24.

Faktor Sumber daya alam dalam penanaman modal, Industri sumber daya alam dianggap
memegang peranan sangat penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Untuk
menarik minat dari penanam modal asing pada sektor tersebut, pemerintah biasanya mengeluarkan
regulasi berupa peraturan perundang-undangan serta berbagai kebijakan ekonomi yang
menguntungkan pihak Penanam modal asing. Bahkan pemerintah tidak segan-segan untuk
mengadopsi kebijakan regulasi dari Negara-negara lain atau organisasi internasional.

Kebijakan regulasi seperti ini menurut Hikmahanto Juwana digunakan sebagai instrument
untuk mencapai kepentingan secara langsung ataupun tidak langsung. Hukum seperti

24
(Bambang PS Brodjonegoro, 2017).

18
ini distigmatisasi sebagai instrument penekan, agar Negara yang ditekan mengikuti kebijakannya.
Lebih lanjut dikatakan oleh Hikmahanto25; bahwa hukum yang demikian menjadi instrument
politik dari penguasa. Akibatnya terjadi pengingkaran fakta-fakta sosial, hukum, ekonomi,
lingkungan dan lain sebagainya . Thomas Walde menyebutkan ; jika hal ini terjadi
maka pengabaian terhadap hak-hak asasi manusia tercakup hak-hak masyarakat adat adalah
sesuatu rentan dan setiap saat dapat saja terjadi.

Selain itu ketersediaan sumber daya alam di suatu negara merupakan daya tarik dari investor
asing maupun dalam negri, tetapi bukan hanya sumber daya alamnya saja yang dilihat pada saat
penanaman modal tersebut akan tetapi yang sudah kita bahas diatas yaitu ketersediaan
infrastrukturnya juga, agar dapat memudahkan produksi pada sektor investasi tersebut.

H. Insentif Perpajakan dan Akses Pasar


Insentif pajak menurut Suandy (2003) adalah fasilitas perpajakan yang diberikan kepada
investor luar negeri untuk kegiatan tertentu atau untuk wilayah tertentu. Thuronyi (1998)
berpendapat buruknya iklim investasi dari suatu negara yang antara lain dicerminkan dari
kurangnya infrastruktur, ketidakpastian hukum dan rumitnya birokrasi yang menimbulkan
perlunya insentif pajak. Berdasarkan definisi di atas insentif pajak dapat diartikan sebagai suatu
fasilitas yang diberikan kepada suatu perusahaan karena melakukan investasi pada sektor tertentu
atau wilayah tertentu dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Menurut Thuronyi (1998)
jenis insentif pajak terbagi sebagai berikut.
a. Tax holiday merupakan insentif pajak yang diberikan melalui pembebasan dari pajak
penghasilan badan dan/atau pengurangan tarif pajak atas pajak penghasilan badan. Tax
holiday diberikan kepada perusahaan yang baru didirikan dan dengan jangka waktu yang
terbatas. Jangka waktu efektif dari tax holiday tergantung dari awal berlakunya tax holiday.
Awal berlakunya tax holiday dapat berupa tanggal didirikan atau terdaftarnya perusahaan
secara resmi, tanggal pertama kali berproduksi atau usaha mulai dijalankan, tahun saat
pertama kali mendapatkan profit, atau tahun saat pertama kali memperoleh penghasilan kena
pajak.
b. Tax sparing credit merupakan suatu kredit pajak semu yang disepakati oleh negara asal
investor. Tax sparing credit diperlukan agar tax holiday dapat efektif. negara asal investor
memperbolehkan investor mengakui adanya kredit pajak di luar negeri dalam penghitungan
pajak global walaupun dalam kenyataannya tidak ada pajak yang dibayar di negara sumber.
c. Investment Allowances and Tax Credits, tax allowance merupakan insentif pajak dengan
mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan, sedangkan tax credit langsung mengurangi
jumlah pajak yang harus dibayar. Investment allowances and tax credits biasanya diberikan
untuk investasi baru dengan nilai investasi tertentu.

25
Hikmahanto Juwana, Hukum Internasional Dalam Perspektif Indonesia Sebagai Negara Berkembang,, PT Yarsif, Watampone,
Jakarta, 2010, hal 26.

19
d. Accelerated Depreciation (Timing Difference) Pemberian insentif berupa penyusutan yang
dipercepat. Penyusutan dibebankan dalam periode waktu yang lebih pendek dari umur
ekonomis aset tersebut atau melalui pembebanan khusus di periode tahun pertama. Hal ini
agar perusahaan memperoleh pengembalian modalnya lebih cepat. Intensif ini hanya
menggeser beban pajak ke belakang, namun tidak mempengaruhi pajak secara keseluruhan
e. Tax Rate Reductions merupakan pengurangan tarif pajak atas penghasilan dari sumber tertentu
atau kepada perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu, seperti pengurangan tarif untuk
perusahaan yang Go Public. Pada intensif ini pajak penghasilan tidak di bebaskan semuanya,
dapat diperluas kegiatan yang sudah ada, dan tidak dibatasi jangka waktu tertentu .
Akses pasar atau Market Acces menggambarkan kemungkinan perusahaan atau penjual untuk
masuk ke pasar tertentu. Ketika akses pasar terbuka, ini berarti penjual dapat dengan mudah masuk
ke pasar.

I. Mekanisme Penyelesaian Sengketa yang Efektif


Satu hal yang sering menjadi pertimbangan calon investor, jika ia ingin menanamkan
modalnya di luar negeri adalah, eksistensi lembaga penyelesaian sengketa antara investor dengan
negara tuan rumah. Sebenarnya secara konvensional di negara manapun di dunia ini telah tersedia
lembaga penyelesaian sengketa yakni lembaga peradilan, yang dalam teori hukum ketatanegaraan
dikenal sebagai lembaga yudikatif. Sengketa atau perselisihan bisnis dalam dunia usaha sering tak
terelakkan dan oleh karena itu harus diantisipasi dari awal. Begitu pula dalam urusan penanaman
modal. Menyadari keadaan ini, Undang-Undang Penanaman Modal memuat klausula yang cukup
jelas mengenai mekanisme penyelesaian sengketa. Kejelasan tersebut penting demi mewujudkan
kepastian bagi para investor. Menurut Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman adanya mekanisme
penyelesaian sengketa yang efektif juga merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan sebelum
memutuskan untuk melakukan kegiatan penanaman modal. Mekanisme penyelesaian sengketa
efektif tersebut mencakup :
1. Forum penyelesaian sengketa, baik melalui pengadilan nasional, badan peradilan atau
arbitrase internasional, atau forum penyelesaian sengketa alternatif lainnya;
2. Efektivitas keberlakuan dari hukum yang diterapkan dalam sengketa tersebut;
3. Proses pengambilan keputusan yang cepat dengan biaya yang wajar;
4. Netralisasi dan profesionalisme hakim atau arbiter dalam proses pengambilan keputusan;
5. Efektivitas pelaksanaan/implementasi keputusan pengadilan, arbitrase, dan badan – badan
penyelesaian sengketa lainnya;
6. kepatuhan para pihak terhadap keputusan yang dihasilkan .
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 32 mekanisme penyelesaian
sengketa antara lain .
1. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam
modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan
mufakat.

20
2. Dalam hal penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian
sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau
pengadilan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam
modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut. melalui arbitrase
berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak
disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan.
4. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam
modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional
yang harus disepakati oleh para pihak.
Menurut Undang-Undang 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal ini, penyelesaian sengketa
melalui pengadilan, diuraikan bagaimana cara penyelesaian sengketa yang digunakan apabila
terjadi sengketa di bidang penanaman modal. Umumnya cara-cara penyelesaian sengketa dalam
penanaman modal adalah berbentuk penyelesaian sengketa dengan cara sebagai berikut:
1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Penyelesaian sengketa penanaman modal melalui
pengadilan dilakukan apabila cara penyelesaian sengketa melalui musyawarah dan mufakat
tidak tercapai. Cara penyelesaian sengketa melalui pengadilan kurang dirasakan adil, dan
kurang dipercaya oleh investor.Para investor cenderung menganggap cara penyelesaian
melalui pengadilan tidak efektif dan efisien. Penyelesaian melalui pengadilan tidak begitu
praktis. Masing-masing pihak menginginkan supaya penyelesaian secepatnya terlebih
dibutuhkan karena pihak-pihak yang bersangkutan harus hidup bersama-sama sebaik-
baiknya.
2. Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Cara penyelesaian sengketa di bidang penanaman
modal melalui arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa yang popular di bidang
penanaman modal dan hampir di semua negara memilih cara penyelesaian sengketa
penanaman modal melalui lembaga arbitrase. Hal ini karena melalui arbitrase dirasakan lebih
praktis, cepat, dan murah.
Di samping itu, karena arbitrase memiliki kelebihan atau keunggulan yang tidak dimiliki
peradilan umum yaitu sebagai berikut :
a. Kebebasan, kepercayaan,dan keamanan, yaitu memberikan kebebasan otonomi yang sangat
luas kepada para pelaku bisnis(pihak yang bersengketa) dan memberikan rasa aman terhadap
keadaan tak menentu /kepastian berkenaan dengan system hukum yang berbeda serta terhadap
kemungkinan putusan yang berat sebelah,

b. Keahlian arbiter, yaitu para arbiter merupakan orang-orang yang mempunyai keahlian besar
mengenai permasalahan yang disengketakan.

c. Cepat dan hemat biaya, yaitu proses pengambilan keputusan cepat, tidak terlalu formal dan
putusannya bersifat final dan banding. Permasalahan baru muncul jika pihak yang kalah tidak
mau melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela.

21
d. Bersifat confidental, yaitu arbitrase bersifat rahasia dan tertutup, oleh karenanya pemeriksaan
dilakukan dalam sidang tertutup termasuk pengucapan keputusannya.

e. Bersifat non preseden, artinya putusan arbitrase tidak mempunyai preseden, maka mungkin
saja dengan masalah yang sama dihasilkan putusan arbitrase yang berbeda di masa datang.

f. Independen,artinya pemeriksaan arbitrase dilakukan oleh para arbiter yang dipilih oleh kedua
belah pihak dan dalam memberikan putusannya arbiter tidak dipengaruhi oleh pihak luar
termasuk pemerintah.

g. Final dan binding, artinya putusan arbitrase merupakan putusan terakhir yang mengikat
parapihak dan mempunyai kekuatan hukum tetap,dimana atas keputusan tersebut tidak dapat
banding.

h. Kepekaan arbiter artinya arbiter menerapkan hukum yang berlaku dalam menyelesaikan
masalah dan akan lebih memberikan perhatian privat terhadap keinginan,realitas,dan praktik
para pihak.

22
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Resiko Menanam Modal bisa dilihat dari resiko birokrasi, Resiko Alih Teknologi,
Resiko Jaminan Investasi, Resiko Ketenagakerjaan, Resiko keberadaan sumber daya alam,
Resiko Insentif Perpajakan. Penanaman modal merupakan bagian dari penyelenggaraan
perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja dan mendorong ekonomi kerakyatan,
dimana tujuan penanaman modal tersebut dapat tercapai bila faktor penunjang yang
menghambat investasi dapat diatasi, antara lain melalui: perbaikan koordinasi diantara
instansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum
dibidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, iklim usaha yang
kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.
Kepastian hukum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 3, Pengertian Alih Teknologi Dalam Pasal
1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005). Rancangan Undang-Undang
Cipta Lapangan Kerja akan mengatur tiga aspek utama ketenagakerjaan, yaitu upah
minimum, pemutusan hubungan kerja, serta peningkatan perlindungan pekerja dan
perluasan lapangan kerja. Substansi ketenagakerjaan mengakomodasi kepentingan pekerja,
calon pekerja, dan pemberi kerja.
Infrastruktur berperan penting dalam menggerakan pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Tersedianya infrastruktur yang memadai mampu meningkatkan percepatan dan
pemerataan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan. Insentif pajak menurut Suandy
(2003) adalah fasilitas perpajakan yang diberikan kepada investor luar negeri untuk
kegiatan tertentu atau untuk wilayah tertentu. Undang-Undang Penanaman Modal memuat
klausula yang cukup jelas mengenai mekanisme penyelesaian sengketa.

B. Saran
Demikian makalah tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masuknya
Penanaman Modal ke Indonesia dan Secara Elektronik dan berbagai hal yang berhubungan
dengannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Besar harapan kami agar dosen
maupun sahabat memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kemajuan
ilmu pengetahuan kita Bersama.

23
DAFTAR PUSTAKA
(Bambang PS Brodjonegoro, 2017).
Abdul Basith Bardan, “Omnibus law UU 11/2020 Cipta Kerja inkonstitusional, apa efeknya?”,
Kontan.co.id, (26 November 2021).
Agung Sudjati Winata, “Perlindungan Investor Asing dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing
dan Implikasinya Terhadap Negara”, AJUDIKASI : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2 No. 2,
(Desember 2018): 130
Didik J. Rachbini, ‘Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia’, Grasindo, Jakarta, 2008.
Erma Regita Sari, “Alih Teknologi Dalam Investasi Asing Di Indonesia”, (Juli 2022), diakses 04
Oktober 2022, doi: https://yuklegal.com/alih-teknologi-dalam-investasi-asing-di-
indonesia/
Erma Regita Sari, “Alih Teknologi Dalam Investasi Asing Di Indonesia”, (Juli 2022), diakses 04
Oktober 2022, doi: https://yuklegal.com/alih-teknologi-dalam-investasi-asing-di-
indonesia/
Fatimah Nurul Aini, Kebijakan Ketenagakerjaan Dalam Penanaman Modal, (Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana, 2017).
Hikmahanto Juwana, Hukum Internasional Dalam Perspektif Indonesia Sebagai Negara
Berkembang,, PT Yarsif, Watampone, Jakarta, 2010, .
https://text-id.123dok.com/document/dzx58kgoq-masalah-risiko-menanam-modal-country-
risk.html
Hulman Panjaitan, Hukum Penanaman Modal Asing, Jakarta : Ind-Hill Co, 2003, hlm. 9-10.
Ibid.
Ibid. ps. 7 ayat 2.
Ibid. ps.7 ayat 1
Indonesia, Undang-undang Penanaman Modal, UU No. 25 tahun 2007, LN No. 67 Tahun 2007,
Karina Isna Irawan, ”Omnibus Law” Atur Tiga Aspek Utama Ketenagakerjaan”, Kompas, (20
Januari 2020).
Op. cit. ps. 3 angka 1.
Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan
Intelektual Serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi
dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan.
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual
Serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga
Penelitian dan Pengembangan
Rahayu Hartini, Analisis Yuridis UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Jurnal
Humanity, Volume IV Nomor 1, September 2009.
Rahayu Hartini, Op.Cit.
Redaksi, Pemerintah Tak Mampu Paksa Investor Asing Lakukan Alih Teknologi Kebijakan
Investasi Berorientasi Jangka Pendek, Neraca.do.id, Rabu, (Juni 2012), diakses 04 oktober
2022
Rina Suwasti, “Prinsip Transparansi Dalam Ketentuan Hukum Penanaman Modal Di Indonesia”,
GaneÇ Swara.Vol. 3 No.2 (September 2009)
Susiwijono Moegiarso, “Indonesia Jadi Tujuan Investasi Favorit, Pemerintah Terus Dorong
Kemudahan Berinvestasi”, (18 Mare 2021), diakses 04 Oktober 2022, doi:
https://ekon.go.id/publikasi/detail/2726/indonesia-jadi-tujuan-investasi-favorit-
pemerintah-terus-dorong-kemudahan-berinvestasi

24

Anda mungkin juga menyukai