Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

OBLIGASI SYARIAH
Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Ekonomi
Syariah Semester Ganjil

Disusun Oleh

1. Muhammad Bintang Ramadhan (20621010)


2. Nadia Putri Dwiyanti (20621030)

Dosen Pengampu :
LENDRAWATI, S. Pd, S. Ag, MA

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM PRODI


HUKUM KELUARGA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI CURUP (IAIN) CURUP
TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai“TENTANG OBLIGASI SYARIAH”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas kelompok mata kuliah “Hukum Ekonomi Syariah”.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya,dan jika ada kesalahan mohon maaf karena manusia
makhluk yang tidak luput dari kesalahan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Curup, 11 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulis.......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Obligasi Syariah..................................................................................... 2
B. Perkembangan Obligasi Syariah................................................................................... 2
C. Jenis-jenis Obligasi Syariah......................................................................................... 3
D. Perbedaan Sukuk dan Obligasi Konvensional .............................................................. 6
E. Prosedur Pelaksanaan Investasi Obligasi ............................................................................. 7

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.................................................................................................................. 9
Saran ........................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini cukup besar minat masyarakat untuk berinvestasi ke dalam obligasi. Hal ini
terjadi dari tingginya permintaan atas obligasi dalam setiap pelaksanaan emisi yang sudah
dilakukan. Paling tidak, ada beberapa aspek yang sangat penting dan berpengaruh, sehingga
perdagangan dan penerbitan obligasi mengalami lonjakan yang cukup berarti.
Pertama, jumlah maupun keanekaragaman perusahaan yang memanfaatkan obligasi
sebagia sumber alternative pembiayaan di pasar modal. Kedua, kemampuan investor ataupun
modal yang tertarik untuk berinvestasi dengan menggunakan system obligasi, cdan ketiga adalah
kondisi perkembangan pasar modal yang lebik kondisif dan mempunyai prosppek yang cerah,
terutama pada era perdagangan-perdagangan bebas dimasa mendatang. Dengan demikian makalah
ini akan membahas secara terperinci tentang obligasi syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian obligasi syariah?
2. Bagaimana perkembangan obligasi syariah?
3. Apa saja jenis-jenis obligasi syariah?
4. Bagaimana perbedaan sukuk dan obligasi konvensional?
5. Apa saja prosedur pelaksanaan investasi obligasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obligasi syariah.
2. Untuk mengetahui perkembangan obligasi syariah.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis obligasi syariah.
4. Untuk mengetahui perbedaan sukuk dan obligasi konvensional
5. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan investasi obligasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Obligasi Syariah

Fatwa DSN mendefinisikan obligasi syari’ah sebagai surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syari’ah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah, yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syari’ah berupa bagi
hasil atau margin atau fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. 1

Secara umum, jenis obligasi dapat dilihat dari penerbitnya, yakni obligasi korporasi dan
obligasi Negara. Obligasi Negara terdiri dari beberapa jenis, yaitu: pertama, obligasi rekap yakni
obligasi yang diterbitkan dalam rangka program rekapitulasi perbankan. Kedua: surat utang
Negara (SUN), yakni obligasi yang diterbitkan untuk membiayai defisit APBN: ketiga, obligasi
ritel, yakni obligasi yang sama dengan surat utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai
defisit anggaran Negara, tetapi nilai nominalnya dibuat secara kecil agar dapat dibeli secara litel
oleh para investor menengah ke bawah: keempat, obligasi sukuk sama dengan utang Negara,
tetapi sukuk ini dikeluarkan berdasarkan prinsip syari’ah. 2

B. Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk)

Obligasi syariah (sukuk) 3 semakin disukai karena ada upaya investor terutama timur
tengah untuk menarik modal yang terkumpul di lembaga perbankan barat kembali kelembaga
keuangan islam. Pasar modal syariahpun mulai diterima secara umum dengan masuknya investor
non muslim di pasar sukuk. Sukuk dipandang sebagai sasaran baru yang lebih menguntungkan.
Kepopuleran dari sukuk ini juga tidak terlepas dari akses modal secara global sudah terbuka,
sehingga terjadilah manajemen likuiditas lintas batas.

Indonesia sebagai salah satu Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki
potensi yang sangat besar bagi masuknya dana dari timur tengah yang memiliki likuiditas
keuangan yang tinggi. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta orang dan proyek
investasi jangka panjang, Indonesia merupakan Negara yang memiliki potensi bagi
1
Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba empat, 2008), 325.
2
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Persepektif Kewenangan Peradilan Agama (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), 326.
3
Buchari Alma dan donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: CV Alfabeta, 2009), 47-48.

2
perkembangnya ekonomi islam secara dinamis. Melohat potensi yang begitu besar, Malaysia
berharap dapat menjadi pintu gerbang bagi aliran dana dari timur tengah yang menuju ke
Indonesia. Hal ini dapat di lihat dari masuknya investor Malaysia kedunia perbankan di Indonesia.

Pangsa pasar (market share) sukuk global saat ini dikuasai oleh Malaysia, kemudian
diikuti oleh uni emirat arab dan Bahrain. Negara yang berpenduduk mayoritas non muslim seperti
jerman dan inggrispun sudah menerbitkan global sukuk dengan pangsa pasar sebesar 3,12%.

Indonesia merupakn Negara yang memiliki potensi yang cukup besar bagi pengembangan
obligasi syariah. Pengembangan obligasi syariah di Indonesia dapat dilacak dari diluncurkannya
instrument syariah oleh PT dana reksa investment manajemen pada bulan juli tahun1997, yaitu
berupa dana reksa syari’ah. Selain itu dapat ditelusuri pula ketika pasar modal syariah diluncurkan
pada tanggal 14 maret 2003.

C. Jenis-jenis Obligasi Syariah

Obligasi syari’ah dapat diterbitkan dengan menggunakan prinsip mudharabah,


musyarakah, ijarah, ististna’, dan salam. Tetapi di antara prinsip-prinsip instrument obligasi ini
yang paling banyak digunakan adalah obligasi dengan instrument-instrumen prinsip mudharabah
dan ijarah.

1. Obligasi Mudharabah
Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang menggunakan akad
mudharabah. Akad mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik modal (shahibul
maal/investor) dengan pengelola (mudharib/emiten). 4
Dalam fatwa No. 33/DSN-MUI/X/2002 (lampiran7) tetang obligasi syariah
mudharabah, dinyatakan antara lain bahwa: Obligasi syariah adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emitenkepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah merupakan bagi hasil, margin, atau feeserta membayar dana obligasi pada
saat obilasi jatuh tempo.5

2. Obligasi Musyarakah

4
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2014), 165.
5
Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba empat, 2008), 328-330

3
Obligasi musyarakah didasarkan kepada kemitraan dan kontrak pembagian untung
rugi dan relative mirip dengan mudharabah. Perbedaan utamanya adalah intermediator atau
pengusahanya merupakan mitra investor (kelompok pendaftar) sekaligus bertindak sebagai
agen (mudharib). Beberapa obligasi berbasis musyarakah telah diterbitkan oleh Republik
Islam Iran dan Sudan. Dalam kasus Iran, sertifikat musyarakah disiapkan dan disetujui oleh
“Money and Credit Council to Finance the Tehran Municipality.”

Baik oblogasi mudharabah maupun musyarakah sama-sama didasarkan kepada


prinsip bagi untung rugi dalam islam dan ideal untuk mempromosikan keuangan islam.
Walaupun yang menerbitkan obligasi ini adalah institusi sektor public, rendahnya transparasia
pemerintah dibeberapa Negara peningkatan monitoring dan teransparasi, serta dengan
mengurangi informasi yang asimetris, obligasi inin akan dapat memberikan kontribusi kepada
perkembangan pasar modal islam.6

3. Obligasi ijarah
Obligasi ijarah adalah obligasi syari’ah berdasarkan akad ijarah. Akad ijarah adalah
suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Artinya pemilih harta
memberikan hak untuk memanfaatkan objek yang ditransaksikan melalui penguasaan
sementara atau peminjaman objek dengan manfaat tertentu dengan membayar imbalan kepada
pemilik objek.

Ketentuan akad ijarah sebagai berikut:

a. Objeknya dapat berupa barang (harta fisik yang bergerak, tak bergerak, harta
perdagangan) maupun berupa jasa.
b. Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan disepakati kedua belah pihak.
c. Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus dinyatakan secara spesifik.
d. Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperoleh dalam bentuk imbalan atau sewa /
upah.
e. Pemakai manfaat atau penyewa harus menjaga objek agar manfaat yang diberikan oleh
objek tetap terjaga.
f. Pembeli sewa harus pemilik mutlak.
Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Investor dapat bertindak sebagai penyewa (musta’jir). Adapun emiten dapat bertindak
sebagai wakil investor. Dan properi owner, dapat bertindak sebagai orang yang
menyewakan (mu’jir). Dengan demikian ada dua kali transaksi hal ini, tarnsaksi pertama

6
Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam Teori Dan Praktik (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group), 235-236.

4
terjadi antara investor dengan emiten, dimana investor mewakilkan dirinya kepada emiten
dengan akad wakalah, untuk melakukan transaksi sewa menyewa dengan properi owner
dengan akad ijarah. Selanjutnya, transaksi terjadi antara emiten (sebagai wakil investor)
dengan properti owner (sebagai orang yang menyewakan) untuk melakukan transaksi
sewa menyewa atau ijarah.
b. Setelah investor memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan kembali objek sewa
tersebut kepada emiten. Atas dasar sewa menyewa tersebut, maka diterbitkanlah surat
berharga jangka panjang (obligasi syariah ijarah), diman atas penerbitan obligasi tersebut,
emiten wajib membayar pendapatan kepada investor berupa fee serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Obligasi ijarah lebih diminati oleh investor, karena pendapatannya bersifat tetap
terutama investor yang paradigmanya masih konvensional konservatif dan lebih menyukai
fixed income.7

4. Obligasi istishna’
Istisna adalah perjanjian kontrak untuk barang-barang industry yang
memperbolehkan pembayaran tunai dan pengiriman dimasa depan atau pembayarn dimasa
depan dan pengiriman dimasa depan dari barang-barang yang dibuat berdasarkan kontrak
tertentu. Hal ini dapat di gunakan untuka menghasilkan fasilitas pembiayaan pembuatan atau
pembangunan rumah, pabrik, proyek, jembatan, jalan. Di samping kontrak istsna yang
parallel dengan subkontraktor, bank-bank islam dapat melakukan pembangunan aset tertentu
dan menjualnya untuk harga yang ditunda, dan melakukan subkontraktor pembangunan actual
kepada perusahaan khusus.

5. Obligasi salam
Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga dimuka, ynag dibuat untuk barang-
barangyang dikirim kemudian. Tidak diperbolehkan menjual komoditas yang diurus sebelum
menerimanya. Untuk itu, penerima tidak boleh menjual kembali komoditas salam sebelum
menerimanya, akan tetapi ia boleh menjual kembali komoditas tersebut dengan kontrak yang
lain yang paralel dengan kontrak pertama. Dalam hal ini, kontrak pertama dan kedua harus
independen satu sama lain. Spesifikasi dari barang dan jadwal pengiriman dari kedua kontrak
harus sesuai satu sama lain tetapi kedua kontrak dapat dilakukan secara independen.

Kemungkinan untuk memiliki sertifikat salam yang dapat diperjualbelikan belim


dapat diputuskan. Sejauh ini para pakar cenderung belum dapat menerimanya. Diperlukan
analisis tentang penjualaan kembali barang yang dibeli dengan menggunakan salam sebelum

7
Alwi Iskandar , Modal Tori Dan Aplikasi (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2003), 337-339.

5
dimiliki oleh pembeli pertama, khususnya pada situasi dimana ia memelihara persediaan dari
barang tersebut.8

D. Perbedaan Sukuk dan Obligasi Konvensional

Walaupun keduanya hampir serupa, namun sukuk dan obligasi itu jelas berbeda. Perbedaan
utamanya memang prinsip yang mendasarinya, dimana sukuk menggunakan prinsip-prinsip Syariah
dan obligasi konvensional tidak. Tetapi apa perbedaan lainnya dari sukuk dan obligasi konvensional
ini, melihat perbedaan keduanya dengan jelas dalam tabel berikut ini:

Pembeda Sukuk Obligasi


Aktivitas bisnis penerbit surat Harus berlandaskan prinsip Tidak dibatasi
berharga syariah dalam segala
aktivitasnya. Penerbitan sukuk
dapat dilakukan juga oleh
penerbit non-syariah asalkan
proses penerbitannya
disesuaikan dengan prinsip
syariah
Sifat Instrumen Sertifikat bukti kepemilikan Instrumen pernyataan utang
atas suatu aset
Penghasilan Imbalan, bagi hasil, margin Bunga, capital gain
Jangka waktu Pendek – Panjang Menengah – Panjang
Pihak terkait Obligor, SPV, investor Trustee obligor/issuer, investor
Basis investor Syariah dan konvensional Konvensional
Penggunaan dana Harus sesuai syariah Bebas

E. Prosedur Pelaksanaan Investasi Obligasi


Dalam pasar modal juga menawarkan melalui surat utang jangka panjang atau obligasi.
Jika pilihan para investor jatuh pada obligasi, maka pada beberapa tahap yang perlu dilalui supaya
tujuan investasi obligasi memberikan hasil yang maksimal dan sesuai dengan rencana. Tahap
tersebut seperti dibawah ini:9

1. Membuka rekening

8
Widjaja Gunawan dan Jojo, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggungjawab Wali Amanat
dalam Pasar Modal (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006) 54-55
9
Muhammad Rifki, Akutansi Keuangan Syariah (Yogyakarta: P3EI Press, 2008) 78-79

6
Tahap awal yang harus dilakukan dalam proses transaksi obligasi adalah memilih
perusahaan sekuritas yang memiliki devisi fixed income yang menangani pembelian dan
penjualan obligasi. Pilih perushaan dengan penglaman, tim yang solid baik traider maupun
dealer ataupun risert serta fee yang komprtitif.

Dengan membuka rekening, investor bisa mendapatkan informasi perkembangan dan


perdagangan obligasi setiap saat, sehingga investor mendapatkan pergerakan pasar obligasi
secara akurat dan up to date.

2. Memahami produk obligasi


Investor dianjurkan untuk mempelajari informasi mengenai obligasi baik investasinya
sendiri, potensi resiko yang terkandung, maupun potensi keuntungannya. Dengan
mempelajari instrument obligasi secara lengkap diharapakan investor mengenal investasi
tersebut dengan baik, sehingga mempermudah pengambilan keputusan investasi dalam
mencapai rencana yang diinginkan.

3. Melakukan analisis
Dilakukan agar keputusan yang diambil sesuai dengan apa yang diinginkan, yaitu
kestabialn pendapatan aspek-aspek yang dibutuhkan seperti kupon, jangka waktu, nilai
penerbitan dan peringkat. Latar belakang serta profil penerbit juga menjadi pertimbangan
sendiri dengan informasi yang lengkap, keputusan yang diambil tidak menimbulkan
kerugiaan yang cukup besar.

4. Memberikan amanat beli


Setelah melalui analisis, investor memperoleh jenis obligasi yang ingin dibeli. Tahap
selanjutnya adalah memberikan amanat pembelian kepada trader atau broker obligasi yang
telah kita pilih. Pihak trader akan melakukan pembelian obligasi sesuai dengan jenis serta
harga yang diinginkan. Misalkan pembeli akan melakukan pembelian obligasi.

5. Menyiapkan dana
Membeli obligasi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Setelah amanat pembelian
diajukan, sebaiknya dana tersebut sudah dialokasikan. Jangan sampai dikenakan penalty,
karena keterlambatan dalam pembayarannya. Selain itu, penempatan dana tunai yang serba
mendadak mungkin bisa menanggung kelancaran aliran arus kas keuangan investor dan
harga.

6. Menyelesaikan pembayaran obligasi.

7
Pembayaran dana pembelian obligasi dilakukan melalui transfer rekening perusahaan
sekuritas tersebut. Setelah pembayaran selesai, maka investor sebagai pembeli tinggal
menunggu proses settlement atas transaksi tersebut.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fatwa DSN mendefinisikan obligasi syari’ah sebagai surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syari’ah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah, yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syari’ah berupa bagi
hasil atau margin atau fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Jenis-jenis obligasi syari’ah

1.      Obligasi mudharabah


2.      Obligasi musyarakah

3.      Obligasi ijarah


4.      Oblogasi istisna
5.      Obligasi salam

B. Saran

Diharapkan untuk kedepannya akan ada lebih banyak perusahaan yang menerbitkan sukuk,
karena dengan ekonomi yang sekarang dibutuhkan peran kesejahteraan untuk semua
masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari dan Donni Juni priansa. 2009. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: Alfabeta.

Gunawan, Widjaja dan Jojo. 2006. Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggungjawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Huda, Nurul dan Musatafa Edwin Nasution. 2008. Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta:
Kencana.

Ikatan Bankir Indonesia. 2014. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Iskandar,Alwi. 2003. Modal Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah.

Iqbal, Zamir dan Abbas Mirakhor. 2008. Pengantar Keuangan Islam: Teori dan Praktek. Jakarta:
Kencana.

Manan, Abdul. 2012. Hukum Ekonomi Syariah: dalam Persepektif Kewenangan Peradilan Agama.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nur Hayati, Sri. 2008. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Rifki, Muhammad. 2008. Akutansi Keuangan Syariah. Yogyakarta: P3EI Pre

10

Anda mungkin juga menyukai