Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Akuntansi Bank Syariah II Muhammad Albahi, S.E., M.Si., Ak, CA

KELOMPOK XIII

AKUNTANSI SUKUK

DISUSUN OLEH:
MUFLIHUL FADHIL (11920512712)
NAUFAL ABDUL RAUF (11920511973)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 1443 H/ 2022 M

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah swt, shalawat dan
salam juga disampaikan kepada Nabi Kita Muhammad Saw, serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Muhammad
Albahi, S.E., M.Si., Ak, CA selaku dosen pengampu yang telah memberikan kami
kesempatan untuk membahas Makalah yang berjudul Akuntansi Sukuk Tujuan kami
menyusun makalah ini adalah tiada lain tidak bukan untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Akuntansi Bank Syariah II
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, penulis
memohon maaf atas segala kekurangannya dan tentunya penulis juga sangat
mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Terima Kasih

Pekanbaru,1 Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................3
C. Tujuan Masalah..........................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sukuk.......................................................................5
B. Sejarah Sukuk............................................................................6
C. Mekanisme Penerbitan Sukuk...................................................7
D. Perbedaan Sukuk Dan Obligasi..................................................9
E. Jenis-jenis Sukuk.......................................................................10
F. Jurnal Akuntansi Sukuk.............................................................18
G. Contoh Transaksi Akuntansi Sukuk...........................................22

BAB II PENUTUP
A. Saran............................................................................................24
B. Kesimpulan..................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Obligasi syariah atau sukuk pada dasarnya adalah efek syariah berupa
sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang
tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas; aset berwujud tertentu,
manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan
ada, jasa yang sudah ada maupun yang akan ada, aset proyek tertentu atau
kegiatan investasi yang telah ditentukan).
Kemunculan sukuk pada saat ini dilatar belakangi oleh upaya untuk
menghindari praktik riba yang terjadi pada obligasi konvensional dan mencari
alternatif instrumen pembiayaan bagi pengusaha atau negara yang sesuai
dengan syariah. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
32/DSN-MUI/IX/2002 dan kebutuhan investasi jangka panjang, maka para ahli
dan praktisi ekonomi Islam berijtihad untuk menciptakan sebuah produk atau
instrumen keuangan baru yang bernama obligasi syariah atau sukuk.
Sukuk semakin disukai karena upaya para investor, terutama di wilayah
Timur Tengah, untuk menarik modal dari lembaga perbankan Barat kembali ke
lembaga keuangan Islam. Dukungan solidaritas bagi kegiatan pasar modal
syariah dilandasi oleh kesamaan ideologi dan semangat negara-negara yang
tergabung dalam OKI. Pasar modal Islam diterima secara luas karena investor
non-Muslim memasuki pasar sukuk. Sukuk dipandang sebagai target baru yang
lebih menguntungkan. Popularitas sukuk ini tidak lepas dari terbukanya akses
permodalan dalam skala global, sehingga terjadi pengelolaan likuiditas lintas
batas.
Tetapi berbeda halnya dengan di Indonesia. Dimana dimasa sekarang
banyak orang yang belum familiar atas keberadaan sukuk itu sendiri. Di
indonesia sendiri masih beberapa perusahaan yang menerbitkan surat berharga
syariah (sukuk) ini. Dan bahwa tidak semua surat berharga berprinsip
konvensional ada juga perhitungan surat berharga berdasarkan prinsip syariah
yaitu Akuntansi Sukuk seperti yang terdapat dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 110. Dan untuk buku akuntansi sukuk sendiri masih
sangat jarang ditemukan dipasaran karena sebagian besar orang belum
mengenal apa itu sukuk dan bagaimana proses pencatatan ke dalam akuntansi.
Dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat buku dengan judul
“Akuntansi Sukuk” yang menjelaskan tentang pencatatan dan perhitungan
tentang akuntansi sukuk dari awal hingga prakteknya secara sederhana sehingga
mudah dipahami oleh pembaca.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian dari Sukuk?
b. Bagaimana Sejarah Sukuk?
c. Bagaimana Mekanisme Penerbitan Sukuk?
d. Apa Perbedaan Sukuk dan Obligasi?
e. Apa Saja Jenis-jenis Sukuk?
f. Apa itu Jurnal Akuntansi Sukuk?

4
g. Sebutkan Contoh Dari Transaksi Akuntansi Sukuk?

C. Tujuan Masalah
a. Untuk Mengetahui Apa Pengertian dari Sukuk
b. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Sukuk
c. Untuk Mengetahui Bagaimana Mekanisme Penerbitan Sukuk
d. Untuk Mengetahui Apa Perbedaan Sukuk dan Obligasi
e. Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis-jenis Sukuk
f. Untuk Mengetahui Apa itu Jurnal Akuntansi Sukuk
g. Untuk Mengetahui Contoh Dari Transaksi Akuntansi Sukuk

5
BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian Sukuk

Sukuk adalah bentuk jamak dari kata “sakk” yang berarti sertifikat atau bukti
kepemilikan. Istilah Arab yang digunakan untuk menunjukkan ikatan berdasarkan
prinsip syariah.1 namun sejumlah penulis barat tentang sejarah peradaban
islam/Arab abad pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata Sakk merupakan
kata dari suara latin “cheque” atau “check” yang biasanya digunkan pada
perbankan kontemporer.Sukuk juga dapat diartikan sebagai surat berharga syariah
berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang memiliki nilai yang sama dan
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari beberapa aset berwujud
tertentu.2 Dalam Standar Syariah Nomor 17 untuk investasi sukuk, AAOIFI
(Organisasi Akuntansi dan Audit untuk Lembaga Islam) mendefinisikan sukuk
sebagai berikut:
“Sukuk investasi adalah sertifikat dengan nilai yang sama yang mewakili bagian
tak terpisahkan dari kepemilikan properti, pabrik dan peralatan, penggunaan dan
layanan atau (kepemilikan) properti proyek individu atau kegiatan investasi khusus,
namun hal ini brlaku setelah menerima nilai sukuk, menutup langganan, dan
menggunakan dana yang diterima untuk tujuan mana sukuk itu diterbitkan.”
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sukuk adalah sertifikat yang
menegaskan kepemilikan aset tetap, manfaat atau jasa atau beberapa kegiatan
investasi yang mengikuti penerimaan dana dari sukuk, closing order, dan dana yang
diterima digunakan sesuai dengan ketentuan untuk mendirikan sukuk.
Sedangkan menurut Fatwa DSN MUI Nomor 32 Majelis Ulama Indonesia, surat
berharga syariah (sukuk) didefinisikan sebagai suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan eiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil, margin/fee, serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.3
Menurut pasal 1 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor
18/POJK/K.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk adalah sebagai berikut:
“Sukuk adalah surat berharga syariah dalam bentuk sertifikat atau bukti kepemilikan
yang memiliki nilai yang sama dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aset
yang mendasarinya.”4

1
Direktorat Pembiayaan Syariah, Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan
Berbasis Syariah (Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia-Direktorat Pembiayaan Syariah , Juni
2010) Hal. 8.
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta :
2

Kencana, 2008) Hal. 136.


3
Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis Syariah,
Brosur Departemen Keuangan.
4
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan
Persyaratan Sukuk.

6
b. Sejarah Sukuk

Sesungguhnya sukuk bukanlah hal baru dalam sejarah islam. Istilah ini
sudah dikenal sejak abad pertama hijriyah. Saat itu, umat islam menggunakanya
dalam konteks perdagangan antar bangsa. Sukuk dipergunakan oleh para
pedagang sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul
dari usaha perdagangan dan aktivitas komersial lainya. Bahkan sejumlah penulis
menyatakan bahwa sakk inilah yang menjadi akar “cheque” dalam bahasa latin,
yang telah menjadi sesuatu yang lazim dipergunakan dalam transaksi dunia
perbankan kotemporer.
Penggunaan sukuk berkembang pada abad 4-5 hijriyah (10-11 Masehi)
dimana seorang pembeli dapat mengirim sukuk pada seorang pedagang. Pada
sukuk tersebut tertulis nama barang yang diinginkan, harga barang dan tanda
tangan pembeli. Kemudian pedagang tersebut mengirim barang yang diinginkan
pembeli, ketika pedagang itu menemui atau menghubungi pembeli pada waktu
yang telah ditentukan maka ia menyerahkan sukuk tersebut pada pembeli dan
pembeli akan membayar sesuai dengan harga barang.
Pada abad pertengahan sukuk lazim digunakan oleh para pedagang
muslim sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul
dari perdagangan dan aktivitas komersial lainya. Sukuk adalah efek syariah yang
berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
atas beberapa hal. Pertama, aset berwujud tertentu (A’yan Maujudat). Kedua,
nilai manfaat atas aset berwujud (Manafi;ul a’yan). Ketiga, jasa (Al-khadamat).
Keempat, aset proyek tertentu (Maujudat masyru’ mu’ayyam). Kelima, kegiatan
investasi yang telah dilakukan (Nasyath istitsmarin khashah).
Pada masa kotemporer kemunculan sukuk dilatarbelakangi oleh upaya
untuk menghindari praktik riba yang terjadi pada obligasi konvensional dan
mencari alternatif instrumen pembiayaan bagi pengusaha atau negara yang
sesuai dengan syariah. Dengan didukung oleh munculnya fatwa ulama yang
mengharamkan obligasi konvensional, seperti fatwa Majma’ al Fiqh al-islami 20
maret 1990 dan fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia No.
32/SDN-MUI/IX/2002 dan kebutuhan investasi jangka panjang, maka para ahli
dan praktisi ekonomi islam berijtihad untuk menciptakan sebuah produk atau
instrumen keuangan baru yang bernama obligasi syariah atau sukuk.
Perkembangan sukuk sangat didukung regulator dan pemerintah di
kawasan Teluk dan Asia. Pada tahun 2011 tercatat 17 negara telah menerbitkan
sukuk. Dengan demikian, sukuk sudah berkembang menjadi salah satu
mekanisme yang sangat penting dalam meningkatkan keuangan dalam pasar
modal internasional melalui struktur yang dapat diterima secara islami.5
Konsep keuangan islam (Islamic Finance) telah berkembang pesat,
diterima secara luas dan diadopsi tidak hanya oleh negara-negara islam di Timur
Tengah, tetapi juga oleh berbagai negara di Asia, Eropa dan Amerika. Hal ini
5
Muhammad Iqbal, Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam, Volume 1, No. 1, Juni (2016). Hal. 81-82.

7
ditandai dengan berdirinya berbagai lembaga keuangan syariah dan penerbitan
berbagai instrumen keuangan syariah. Selain itu, lembaga internasional juga
dibentuk untuk mengembangkan infrastruktur dan standar syariah untuk
instrumen keuangan syariah serta membentuk lembaga pemeringkat berbasis
syariah. Beberapa prinsip utama transaksi keuangan berbasis syariah antara lain
mengedepankan fair deal, merekomendasikan sistem bagi hasil, dan larangan
riba, gharar dan maysir.
Salah satu bentuk instrumen keuangan islam yang diterbitkan oleh
korporasi dan negara adalah sukuk. Di beberapa negara, sukuk telah menjadi
instrumen penting untuk pembiayaan anggaran negara. Saat ini, beberapa negara
yang penerbit permanen sukuk antara lain Malaysia, Bahrain, Uni Emirat Arab,
Qatar, Pakistan, Brunei Darussalam, dan Negeri Sachsen Anhalt-Jerman.
Penerbitan sukuk negara biasanya untuk tujuan keuangan umum atau untuk
kebutuhan pembiayaan proyek tertentu.
Di dalam negeri, pasar keuangan syariah termasuk sukuk juga
berkembang pesat, meki presentasenya relatif kecil dibandingkan pasar
konvensional. Sebagai bagian dari pengembangan pasar keuangan syariah. Pada
tahun 2008, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Undang-undang No.
19 Tahun 2008 Tentang Hukum Syariah Surat Utang Negara. Undang-undang
ini memberi kewenangan kepada pemerintah untuk menerbitkan sukuk baik
nasional maupun internasional, untuk membiayai defisit APBN dan membiayai
pembangunan proyek.6
Industri keuangan islam global mulai mengalami evolusi sejak tahun
1970-an. Dimulai dengan perbankan komersial, pembiayaan proyek dan
sindikasi (1980), ijarah (1990), dan sukuk (2000). Nilai emisi internasional dari
pasar meningkat dari tahun ke tahun. Total penerbitan internasional sukuk dalam
berbagai mata uang pada Mei 2013 mencapai $ 558,47 miliar dengan jumlah
beredar $ 276,8 miliar. Indonesia, Malaysia, Bahrain, Arab Saudi, UEA, Iran,
Gambia telah merilis sukuk reguler baik di dalam maupun luar negeri. Negara
non-Muslim yang mengeluarkan sukuk adalah Jerman, Amerika Serikat, Jepang,
China, Inggris, Kanada, Rusia, Singapura, Hong Kong dan Gambia, Sukuk yang
dikeluarkan tidak hanya oleh negara, korporasi atau perusahaan juga
mengeluarkan sukuk. Di pasar domestik, perusahaan Indonesia mulai melepas
sukuk sejak 2002. pada tahun 2013, terdapat 6 perusahaan yang merilis sukuk
tersebut. Nilai masalah pasar korporasi domestik terus berfluktuasi dari tahun ke
tahun.7

c. Mekanisme Penerbitan Sukuk

Dasar untuk penerbitan sukuk adalah wajib dan perlu adanya Underlying
Asset karena membedakan penerbitan sukuk dengan surat berharga lainya.
Tanpa Underlying Asset, sekuritas tidak akan seperti surat utang lainya karena
tidak ada transaksi yang mendasari untuk penerbitan sukuk.

6
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko, Kementerian Keuangan tahun 2006.
7
Bahrir Datuk, Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, Volume 14, No. 1, Maret (2014), Hal. 120.

8
Penerbitan sukuk harus berdasarkan kontrak/kesepakatan yang sesuai
dengan syariah, sehingga sukuk tersebut dapat diterbitkan dalam skema yang
berbeda tergantung pada kebutuhan. Sukuk bukanlah instrumen hutang berbunga
(Riba) seperti yang kita kenal obligasi konvensional hingga saat ini, tetapi dapat
digunakan sebagai instrumen investasi. Instrumen diterbitkan dengan aset dasar
mengikuti aturan syariah yang jelas. Aset yang mendasari adalah aset khusus
yang tunduk pada kontrak/akad yang mana aset tersebut diharuskan memiliki
nilai ekonomis. Sedangkan Aset mendasar berfungsi untuk menghindari riba
dan untuk berdagang di pasar sekunder.
Sementara untuk emiten sukuk, ada persyaratan yang harus dipenuhi,
antara lain Core Halal Business dan tingkat investasi yang baik didorong oleh
fondasi bisnis dan keuangan yang kuat serta citra publik yang baik. Penerbitan
sukuk harus terlebih dahulu mendapatkan deklarasi/fatwa tentang kepatuan
terhadap aturan syariah (dukungan syariah) dan lembaga syariah yang kompeten.
Hal ini penting dilakukan untuk mendapatkan kepercayaan investor bahwa
emiten tersebut sudah menerapkan aturan syariah.
Ketika sukuk diterbitkan di Indonesia, persetujuan terhadap syariah dapat
dengan sengaja diberikan oleh Majelis Syariah Nasional Majelis Ulama’
Indonesia. Dalam hal penerbitan sukuk internasional, izin syariah dikeluarkan
oleh Lembaga Syariah yang diakui oleh Komunitas Syariah Internasional,
seperti AAOIFII (Organisasi Akuntansi dan Audiing Lembaga Islam). Pihak-
pihak yang terlibat dalam Sukuk adalah:
a. Pemerintah/Pemegang Obligasi, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas
pembayaran kompensasi dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan sampai
dengan jatuh tempo.
b. Penerbit/Special Purpose Vehicle (SPV), yaitu badan hukum yang dibentuk
dengan menerbitkan sukuk dan menjalankan fungsi sebagai berikut:
a) Sebagai penerbit suku.
b) Bertindak sebagai wali amanat mewakili investor.
c) Menjadi mitra pemerintah dalam transfer aset.
c. Investor/pemegang sukuk, adalah pemilik sukuk yang berhak atas
kompensasi, margin dan total nilai sukuk menurut bagianya.
d. Sharia Advisor yaitu individu yang diakui secara luas pengetahuanya
dibidang syariah atau institusi yang membidangi mengenai fatwa.
e. Trustee/Wali Amanat yaitu pihak yang mewakili kepentingan pemegang
sukuk.

9
Gambar 1 (Mekanisme Penerbitan Sukuk)

Informasi :
a) SPV dan Obligasi menjual dan membeli aset yang disertai dengan
komitmen jual beli dimana pemerintah menjamin untuk membeli
kembali aset tersebut dari SPV dan penerbit wajib menjual kembali aset
tersebut kepada pemerintah pada saat sukuk jatuh tempo atau gagal
bayar.
b) SPV menerbitkan sukuk untuk membiayai pembelian aset.
c) Pemerintah menyewakan aset dengan menandatangani perjanjian sewa
dengan SPV untuk periode yang sama dengan jangka waktu penerbitan
sukuk.
d) Di bawah kontrak layanan, pemerintah ditunjuk sebagai agen yang
bertanggung jawab atas pemeliharaan asset.

d. Perbedaan Sukuk dan Obligasi

Sukuk memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan obligasi karena


strukturnya yang didasarkan pada aet nyat. Hal ini diperkecil kemungkinan fasilitas-
fasilitas pendanaan yang melebihi nilai yang mendasari transaksi sukuk. Pemegang
sukuk berhak atas bagian pendapatan yang dihasilkan dari aset sukuk disamping hak
atas penjualan aset sukuk.8
Secara umum sukuk dapat dipahami sebagai obligasi yang sesuai dengan
syariah. Dalam bentuk sederhana sukuk pada dasarnya merupakan sertifikat/bukti
klaim atas kepemilikan dari suatu aset. Klaim atas sukuk tidak didasarkan pada cash
flow tapi atas kepemilikan terhadap aset.
Sukuk (obligasi syariah) ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Aset Sukuk (Ushul al-Shukuk) yang digunakan sebagai dasar penerbitan Sukuk
harus sesuai dengan prinsip syariah.
b. Aset Sukuk (Ushul al-Shukuk) merupakan milik pemegang Sukuk (Sukuk
holder).
8
Muhamad Zubair, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Volume 46, No. 1 Januari (2012).

10
c. Setiap unit Sukuk wajib memiliki nilai yang sama (Mutasawiyah al-qimah).
d. Sukuk pada saat diterbitkan tidak mencerminkan utang penerbit kepada
pemegang Sukuk, melainkan mencerminkan kepemilikan pemegang Sukuk
terhadap Aset Sukuk (Ushul al-Shukuk).
e. Sukuk dapat berubah menjadi utang/piutang (dain) dalam hal Aset Sukuk
(Ushul al-Shukuk) berubah menjadi piutang (dain) pemegang Sukuk.
f. Pada prinsipnya penerbitan Sukuk harus ada jangka waktu tertentu kecuali
disepakati lain dalam akad atau diatur oleh peraturan perundangan yang
berlaku.
g. Penerbit wajib membayarkan pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi
hasil/margin/fee dan membayar kembali dana sukuk pada saat jatuh tempo
sesuai dengan skema akad.
h. Imbal hasil Sukuk dengan akad mudharabah dan musyarakah harus berasal dari
kegiatan usaha yang menjadi Aset Sukuk (Ushul al-Shukuk).
i. Penggunaan pendapatan harus sesuai dengan prinsip syariah.9

Secara ringkas perbandingan sukuk dengan obligasi sebagai berikut:10

No Deskripsi Sukuk Obligasi


1. Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah,
korporasi
2. Sifat Sertifikat Instrumen
instrumen kepemilikan/penyertaan pengakuan
atas suatu aset hutang
3. Penghasilan Imbalan, bagi Bunga, capital
hasil, margin gain
4. Jangka Pendek-menengah Menengah-
waktu panjang
5. Underlying Perlu Tidak perlu
asset
6. Pihak yang Obligor, SPV, investor, Obligor/issuer,
terkait trustee investor
7. Price Market price Market price
8. Investor Islami, konvensional konvensional
9. Pembayaran Bullet/amortisasi Bullet/amortisasi
pokok
10. Penggunaan Harus sesuai syariah Bebas
hasil

9
Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara pdf, Edisi
Kedua, Hal. 9.
10
Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis Syariah,
Brosur Departemen Keuangan Republik Indonesia.

11
penerbitan
Tabel 2 (Perbandingan Obligasi dengan Sukuk)

Selain itu, untuk mempertegas perbedaan keduanya dapat dilihat dalam


pelaksanaanya haruslah sesuai dengan prinsip syariah. Ketentuan sukuk harus
berdasarkan prinsip syariah, yaitu memberikan penghasilan kepada pemegang
obligasi hanya berupa keuntungan dan membayar kembali pokok hutang pada saat
jatuh tempo dan diterbitkan, harus berdasarkan bentuk bagi hasil yang telah
disepakati sebelumnya, dan pendapatan yang diterima tidak boleh komponen non
halal. Resiko (pembagian risiko) harus ditentukan sesuai dengan keakuratan
sebelum penerbitan obligasi. Distribusi pendapatan mungkin periodik atau timbal
balik, dan dikumpulkan pada saat jatuh tempo. Sistem pengawasan aspek syariah
dijalankan oleh DPS atau tim ahli syariah yang ditunjuk oleh Majelis Syariah
Nasional MUI. Jika terjadi kelalaian atau pelanggaran ketentuan kontrak perjanjian
oleh penerbit obligasi, investor harus mengembalikan uang dan hutangnya harus
dikonfirmasi. Jika penerbit lalai atau lalai berjanji, investor bisa menarik dananya.
Kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dialihkan kepada pihak lain sesuai
kontrak/akad.11

e. Jenis-jenis Sukuk

Menurut PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk, sukuk yang ada dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 110 ada 2 yaitu sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah. Untuk akad sukuk lainya merupakan akad tambahan dari jenis
sukuk tersebut. Dan menurut pencatatan sukuk di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2020, BEI menggunakan 6 jenis akad sukuk. Diantaranya adalah Ijarah,
Istishna’, Kafalah, Mudharabah, Musyarakah dan Wakalah.
 Berdasarkan jenis akad, sukuk diklasifikasikan kedalam sembilan (9)
jenis. Diantaranya 2 sukuk terdapat dalam PSAK 110, yaitu:
1. Sukuk Ijarah
Ijarah adalah perjanjian pengalihan hak untuk menggunakan
barang atau jasa, tanpa adanya pengalihan kepemilikan atas barang atau
jasa itusendiri. Sukuk ijarah diterbitkan berdasarkan akad ijarah dan
terbagi menjadi:
a. Sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan Yakni sukuk yang
diterbitkan oleh pemilik objek yang disewakan atau disewakan untuk
dijual dan memperoleh hasil dari penjualan tersebut, sehingga
pemilik sukuk menjadi pemilik aset tersebut.
b. Sukuk kepemilikan manfaat
Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset atau pemilik manfaat
dari asset tersebut untuk menyewakan aset/manfaat dari aset tersebut

11
Ibid, Hal. 119.

12
dan memperoleh sewa sehingga pemegang sukuk tersebut menjadi
pemilik manfaat dari aset tersebut.
c. Sukuk kepemilikan jasa
Yaitu sukuk yang diterbitkan untuk memberikan layanan tertentu
melalui penyedia layanan (misalnya, layanan pendidikan tinggi) dan
memperoleh pembayaran kepada penyedia layanan sehingga
pemegang sukuk menjadi pemilik layanan tersebut.
Sukuk ijarah merupakan sertifikat sukuk yang dikeluarkan
berdasarkan aset-aset tertentu yang sah mempunyai nilai ekonomis,
terdiri dari petak tanah, bangunan dan barang-barang lainya masuk dalam
kategori asset berharga. Nilai keuntungan sewa terhadap sukuk ini dapat
bersifat tetap maupun berubah tergantung pada keinginan penerbit dan
permintaan pasar.12
2. Sukuk Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
yaitu satu pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia
tenaga dan keahlian. Keuntungan dari hasil kerjasama tersebut dibagi
berdasarkan nisbah yang telah disetujui, sedangkan kerugian yang terjadi
akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali
kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.
Sukuk mudharabah adalah sukuk yang merepresentasikan suatu
proyek atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad mudharabah,
dengan menunjuk salah satu patner atau pihak lain sebagai mudharib
(pengelola usaha) dalam melakukan pengelolaan usaha tersebut. Dalam
hal ini, penerbit sukuk adalah pihak Mudharib dan pembeli sukuk adalah
pemilik modal (Shohibul Maal), dan penerbitan sukuk adalah modal
mudharabah, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik harta/asset
mudharabah dan berhak mendapat bagian dari keuntungan dan dapat
menderita kerugian.
Berikut ini ada 6 jenis akad sukuk yang digunakan dalam pencatatan
sukuk di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2020 salah satunya yaitu
Ijarah, Istishna’, Kafalah, Mudharabah, Musyarakah dan Wakalah.

3. Sukuk Istishna’

12
Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk, Memahami dan Membedah Obligasi pada Perbankkan Syariah,
(Yogyakarta, Ar-Ruzz Media : 2010), Hal. 117.

13
Istishna’ adalah perjanjian jual beli harta berupa obyek
pembiayaan antara para pihak yang spesifikasinya, cara, jangka waktu
dan harga aset ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
Sukuk istishna’ adalah sukuk yang diterbitkan untuk
menghimpun dana untuk produksi suatu barang sehingga barang yang
dihasilkan menjadi milik pemegang sukuk.13 Sukuk Istishna’ hampir
sama dengan sukuk salam hanya saja berbeda dari segi pelunasan pokok,
yaitu dalam akad salam anda tidak dapat menghentikan uangnya, padahal
untuk istishna’ diperbolehkan (deferred price).14
Dalam hal ini, penerbit sukuk adalah produsen (pemasok atau
penjual aset). Pembeli sukuk adalah orang yang bertindak sebagai
pembeli atas aset yang diproduksi, dan hasil penerbitan sukuk adalah
penerbitan sukuk adalah’ .
4. Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafi’i) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak lain atau
tertanggung. Dapat juga diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang
lain sebagai penjamin.7
Menurut Peraturan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan oleh penjamin
(kafil) kepada penerima jaminan (makfuul) dan penjamin bertanggung
jawab atas pemenuhan kembali suatu kewajiban yang menjadi hak
penerima jaminan.15

5. Sukuk Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk meenggabungkan modal baik dalam bentuk uang maupun bentuk
lainya, untuk tujuan memperoleh keuntungan yang akan dibagikan sesuai
dengan nisbah yang selah disetujui. Sedangkan kerugian yang timbul
akan ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal
masing-masing pihak.1617
Sukuk musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan
memperoleh dana untuk menjalankan proyek baru, mengembangkan
13
Direktorat Pembiayaan Syariah, Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen
Keuangan Berbasis Syariah (Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia-Direktorat Pembiayaan
Syariah , Juni 2010) Hal. 14.
14
Alimin, Aplikasi Pasar Modal Sukuk dalam Perspektif Syariah (Studi Analisis Kesesuaian Syariah
terhadap Aplikasi Pasar Sukuk Domestic dan Global), disertasi Doctor (Jakarta : Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah, 2010) Hal. 231. 7Fatwa DSN No. 11/DSN-MUI/IV/2000 tentang Kafalah
15
Peraturan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor
14/Per/M.KUKM/IX/2015, Hal. 18
16
Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, (Jakarta, Gema Insani Press : 2000), Hal.
17
.

14
proyek yang sudah berjalan atau untuk membiayai kegiatan bisnis yang
dilakukan berdasarkan akad musyarakah, sehingga pemegang sukuk
menjadi pemilik proyek atau aset kegiatan usaha tersebut sesuai dengan
kontribusi dana yang diberikan. Sukuk musyarakah tersebut dapat
dikelola dengan akad musyarakah (partisipasi) mudharabah atau agen
investasi (wakalah).18
Dalam hal ini pihak penerbit sukuk adalah pihak yang
mengundang untuk berkolaborasi dalam proyek atau aktivitas bisnis
tertentu. Pembeli sukuk menjadi mitra dalam akad musyarakah.
Sehingga para pemilik sukuk berbagi harta dalam kerjasama ini dan
membagi untung dan rugi tergantung dari keikutsertaan dalam kerjasama
tersebut.

6. Sukuk Wakalah
Wakalah adalah akad pendelegasian kekuasaan dari suatu pihak
kepada pihak lain dalam hal tertentu. Sukuk Wakalah adalah sukuk yang
mewakili suatu proyek atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan
akad wakalah dengan menunjuk agen khusus (perwakilan) untuk
mengelola usaha atas nama pemegang sukuk.19
Berikut ini merupakan akad tambahan dalam sukuk. Dengan adanya akad
tambahan dari beberapa sukuk ini diharapkan bisa digunakan dan dipakai
untuk kedepanya.
7. Sukuk Salam
Salam adalah kontrak untuk pembelian dan penjualan suatu
barang yang kuantitas dan kriterianya telah ditentukan dengan jelas
ketika membayar dimuka dan barang tersebut dikirim kemudian, pada
tanggal yang disepakati bersama.
Sukuk salam adalah sukuk yang diterbitkan untuk
mengumpulkan dana modal berdasarkan akad salam sehingga barang
yang akan dikirimkan berdasarkan akad salam menjadi milik pemegang
sukuk.20
Dalam hal ini, penerbit sukuk adalah pihak yang menjual barang
dagangan salam. Pembeli sukuk adalah pihak yang membeli barang, dan
penerbitan sukuk tersebut menghasilkan nilai atau harga (modal) barang
tersebut. Sehingga pemilik sukuk menjadi salah satu pemilik barang
yang dijual dengan salam paralel.
18
Nurul huda, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta, Perdana Media Group : 2008), Hal. 143.
19
Direktorat Pembiayaan Syariah, Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen
Keuangan Berbasis Syariah (Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia-Direktorat Pembiayaan
Syariah , Juni 2010) Hal. 14.
20
Direktorat Pembiayaan Syariah, Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen
Keuangan Berbasis Syariah (Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia-Direktorat Pembiayaan
Syariah , Juni 2010) Hal. 13.

15
8. Sukuk Murabahah
Murabahah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih,
yaitu pihak sebagai pemberi modal dan pihak lain yang menyediakan
tenaga dan keahlian. Keuntungan dari hasil kerjasama dibagi atas dasar
nisbah yang telah disepakati, sedangkan kerugian yang timbul
sepenuhnya ditanggung oleh pemberi modal, kecuali kerugian tersebut
disebabkan oleh kelalaian tenaga dan keahlian. Sukuk Mudharabah
sukuk yang merepresentasikan suatu proyek atau kerugian usaha yang
dikelola berdasarkan akad mudharabah dengan menunjuk salah satu
mitra atau pihak lain sebagai mudharib (pengelola usaha).21 .

9. Sukuk Muzara’ah
Muzara’ah adalah perjanjian kerjasama di bidang pertanian
dimana pemilik tanah mengalihkan hak pengelolaan tanah kepada pihak
lain (petani). Keuntungan yang diperoleh dari dana hasil dibagikan
secara wajar sesuai kontrak diawal. Sukuk Muzara’ah adalah sukuk yang
diterbitkan untuk menghimpun dana guna mendanai kegiatan pertanian
berdasarkan akad muzara’ah, sehingga pemegang sukuk berhak untuk
ikut serta dalam panen sesuai dengan ketentuan akad.22
Sukuk ini diterbitkan untuk memobilisasi dana guna membiayai
kegiatan pertanian berdasarkan perjanjian muzara’ah, sehingga
pemenang sukuk memiliki hak untuk ikut serta dalam hasil pertanian
sesuai dengan kesepakatan. Dalam hal ini, terdapat dua jenis sukuk
muzara’ah yang diterbitkan oleh pemilik tanah atau sukuk yang
diterbitkan oleh pengelola lahan (pekerja). jika sukuk tersebut diterbitkan
oleh pemilik tanah, maka pembeli sukuk tersebut bertindak berdasarkan
akad muzara’ah. Dana dari penerbitan sukuk adalah dana untuk
menutupi biaya pertanian. Namun, dalam kasus penerbitan sukuk oleh
pengelola lahan, pembeli sukuk bertindak sebagai pemilik tanah yang
pendapatannya dari sukuk dialokasikan untuk pembelian lahan pertanian.
Dengan demikian, pemegang sukuk berhak untuk ikut serta dalam
produksi tanah sesuai kontrak.

10. Sukuk Musaqah


Musaqah adalah perjanjian kerjasama di bidang irigasi tanaman
pertanian, dimana pemilik tanah menyerahkan hak pengelolaan tanah

21
Direktorat Pembiayaan Syariah, Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen
Keuangan Berbasis Syariah (Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia-Direktorat Pembiayaan
Syariah , Juni 2010) Hal. 14.
22
Direktorat Pembiayaan Syariah, Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen
Keuangan Berbasis Syariah (Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia-Direktorat Pembiayaan
Syariah , Juni 2010) Hal. 15.

16
kepada pihak lain (penanam) untuk pengairan (irigasi) dan perawatan
tanaman. Keuntungan yang diperoleh dari hasil pertanian dibagi sesuai
kesepakatan. Sukuk musaqah adalah sukuk yang diterbitkan untuk
menggunakan dana hasil emisi sukuk untuk melakukan kegiatan irigasi
untuk tanaman berbuah, untuk menutupi biaya operasi dan pemeliharaan
tanaman berdasarkan kontrak musaqah. Dengan demikian, pemegang
sukuk berhak ikut serta dalam panen sesuai kontrak.23
Sukuk yang dikeluarkan dengan tujuan penggunaan dana hasil
penerbitan sukuk untuk melakukan irigasi atas tanaman berbuah,
membayar biaya operasional dan perawatan tanaman tersebut
berdasarkan akad musaqah, sehingga pemegang sukuk berhak atas
bagian dari hasil panen dan sesuai dengan kesepakatan.
Dalam hal ini, terdapat dua jenis sukuk musaqah yang dapat
diterbitkan oleh pemilik tanah yang telah memiliki hasil panen, atau
sukuk yang diterbitkan oleh petani.
Jika sukuk diterbitkan oleh pemilik tanah yang telah memiliki
hasil panen, maka pembeli akan bertindak sebagai penggarap lahan
berdasarkan akad musaqah. Pendapatan emisi sukuk adalah dana untuk
menutupi biaya irigasi dan pemeliharaan tanaman. Sementara itu, jika
sukuk diterbitkan oleh petani untuk menggarap lahan, maka pembeli
sukuk tersebut bertindak sebagai pemilik lahan tempat emisi sukuk
tersebut digunakan untuk mengairi tanaman. Sehingga pemegang sukuk
berhak ikut serta dalam produksi tanaman sesuai kontrak.24
 Ditinjau dari Pihak Penerbit
1. Sukuk Korporasi
Sukuk korporasi adalah surat hutang syariah yang diterbitkan oleh
perusahaan atau emiten untuk keperluan membiayai kebutuhan dana
perusahaan atau proyek-proyek perusahaan.25
2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Sukuk negara adalah sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah Republik
Indonesia. Sukuk negara mempunyai landasan hukum Undang-undang No.
19 tahun 2008 tentang SBSN.26 SBSN (Surat Berharga Syariah Negara)
adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan ketentuan syariah

23
Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara pdf, Edisi
Kedua, Hal. 14.
24
Fatwa DSN-MUI Nomor 91 / DSN-MUI / IV / 2014 tentang Pembiayaan Sindikasi (Al-Tamwil Al-Mashrifi
Al-Mujamma’).
25
Muhammad Habibullah, Dkk, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam, Volume 9, No. 2, Desember (2018),
Hal. 137
26
Hapil Hanapi, Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, Volume 1, No. 2, Juli (2019), Hal. 156.

17
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN baik dalam mata
uang rupiah maupun valuta asing.27
 Ditinjau dari Pembagian atau Pendapatan Hasil Berdasarkan pembagian atau
pendapatan hasil,sukuk diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu:28
1. Sukuk Margin
Sukuk margin yaitu sukuk yang pembayaran pendapatanya bersumber
dari margin keuntungan akad jual beli, sukuk ini terdiri dari sukuk
murabahah, sukuk salam dan sukuk istishna’.
2. Sukuk Fee
Sukuk fee yaitu sukuk yang pembayaran pendapatanya bersifat tetap
karena bersumber dari pendapatan tetap dari sewa atau fee yaitu sukuk
ijarah.
3. Sukuk Bagi Hasil
Sukuk bagi hasil yaitu sukuk pembayaran pendapatanya berdasarkan
bagi hasil dan hasil yang diperoleh dalam menjalankan usaha yang
dibiayai yaitu sukuk mudharabah dan sukuk musyarakah.
 Ditinjau dari Basis Asset Berdasarkan basis aset, sukuk diklasifikasikan
kedalam dua jenis, yaitu:
1. Sukuk Aset
Sukuk aset adalah pembiayaan yang berbasis pada aset termasuk
didalamnya sukuk salam seperti dalam pembiayaan produksi pertanian,
sukuk istishna’ seperti proyek kontruksi gedung dan perumahan atau
instruktur lainya, sukuk murabahah seperti pembiayaan usaha
perdagangan, pembiayaan bahan baku produksi dan sukuk ijarah, misalnya
leasing.
2. Sukuk Penyertaan atau Sukuk Equity
Sukuk penyertaan atau sukuk equity adalah pembiayaan yang berbasis pada
penyertaan modal. Sukuk yang termasuk dalam sukuk equity adalah sukuk
mudharabah atau yang lebih dikenal pembiayaan bisnis (business
financing) atau sukuk musyarakah atau yang dikenal kerjasama kemitraan
(joint venture).
Selain jenis-jenis sukuk diatas ada juga multi sukuk atau sukuk campuran (hybrid
sukuk) yaitu investasi atau pembiayaan yang dilakukan dengan multiple akad sukuk
atau dibiayai dengan gabungan beberapa akad sukuk.29
27
Ibid, Hal. 15.
28
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta, PT. Serambi
Ilmu Semesta : 2009), Hal. 246

29
Nazarudin Wahid, Sukuk: Memahami dan Membedah Obligasi pada Perbankkan Syariah, (Yogyakarta,
Ar-Ruzz Media : 2010), Hal. 144.

18
f. Jurnal Akuntansi Sukuk
1. Akuntansi untuk Penerbit Berdasarkan PSAK 110 Tentang Akuntansi
Sukuk30

Sukuk Mudharabah Sukuk Ijarah


Saat Saat entitas menjadi pihak yang Saat entitas menjadi piha yang
Pengakuan terikat dengan ketentuan penerbitan terikat dengan ketentuan
sukuk mudharabah, diakui sebesar penerbitan sukuk, diakui sebesar
nilai nominal. nilai nominal disesuaikan dengan
premium atau diskonto dan biaya
transaksi terkait dengan
penerbitanya. Perbedaan nilai
nominal amortisasi secara garis
lurus selama jangka waktu sukuk
ijarah dan diakui.

Biaya transaksi Diakui secara terpisah dari sukuk Diakui sebagai pengurang
mudharabah sebagai bban atas nilai nominal sukuk.
penerbitan dan amortisasi secara
garis lurus selama jangka waktu
sukuk mudharabah.

Return bagi Bagi hasil yang menjadi hak Ujrah/fee diakui sebagai beban
investor investor sukuk mudharabah diakui ijarah saat terutang.
sebagai pengurang pendapatan,
bukan sebagai beban.

Sukuk berdasarkan Penerbit

Sukuk ijarah diakui segera setelah subjek pengikat sesuai dengan ketentuan
dalam penerbitan sukuk ijarah. Sukuk dimasukkan sebagai biaya nominal dan
biaya transaksi. Jika setelah pengakuan awal terdapat perbedaan nilai nominal,
maka perbedaan tersebut disusutkan secara garis lurus selama masa berlaku
dan pengukuran.

Sukuk Ijarah :

Akuntansi Untuk Penerbit


Pada saat Penerbitan Sukuk

Akun Debet Kredit


Kas XXX
Sukuk Ijarah XXX

30
Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 110 tentang Akuntansi
Sukuk, (Jakarta, Dewan Standar Akuntansi Syariah : 2015), Hal. 15-48.

19
Pada saat Pengakuan Biaya Transak si

Akun Debet Kredit


Beban Jasa Lain Kas XXX
XXX

Pada saat Amortisasi

Akun Debet Kredit


Biaya Penerbitan Sukuk Sukuk Ijarah XXX
XXX

Pada saat Imbal Hasil

Akun Debet Kredit


Beban Imbal Hasil Sukuk Utang Imbal XXX
Hasil XXX

Akuntansi Untuk Investor


Pada saat Penerbitan Sukuk

Akun Debet Kredit


Investasi Sukuk Ijarah Kas XXX
XXX

Pada saat Amortisasi

Akun Debet Kredit


Biaya Amortisasi XXX
Investasi Sukuk Ijarah XXX

Penerimaan Bagi Hasil

Akun Debet Kredit


Piutang Imbal Hasil XXX
Pendapatan Imbal Hasil XXX

Sedangkan Sukuk mudharabah diakui pada saat subjek menjadi pihak


yang mengikat berdasarkan ketentuan penerbitan sukuk mudharabah. Sukuk
tersebut dianggap simbolis. Biaya transaksi diakui terpisah dari sukuk
mudharabah. Biaya transaksi diamortisasi dengan metode garis lurus selama
jangka waktu sukuk mudharabah. Penyusutan termasuk dalam biaya penerbitan
sukuk. Dalam sukuk mudharabah ini, bagi hasil yang menjadi hak investor
sukuk mudharabah diperlakukan sebagai pengurang pendapatan dan bukan
sebagai biaya.

Sukuk Mudharabah

20
Akuntansi untuk Penerbit
Pada saat Pengakuan

Akun Debet Kredit


Kas XXX
Sukuk Mudharabah XXX

Pengakuan Biaya Transaksi

Akun Debet Kredit


Biaya Ditangguhkan Kas XXX
XXX
Beban jasa lain Kas XXX
XXX

Pada saat Biaya Emisi Diamortisasi

Akun Debet Kredit


Biaya Penerbitan Sukuk Biaya XXX
Ditangguhkan XXX

Pada saat Imbal Hasil

Akun Debet Kredit


Beban Imbal Hasil Sukuk Utang Imbal XXX
Hasil XXX

2. Akuntansi untuk Investor


Pada saat Penerbitan Sukuk

Akun Debet Kredit


Investasi Sukuk Mudharabah Kas XXX
XXX

Pada saat Amortisasi

Akun Debet Kredit


Biaya Amortisasi XXX
Investasi Sukuk Mudharabah XXX
Penerimaan Bagi Hasil

Akun Debet Kredit


Piutang imbal Hasil XXX
Pendapatan Imbal hasil XXX

g. Contoh Transaksi Akuntansi Sukuk


1. Akuntansi Sukuk dengan Akad Ijarah
Contoh:

21
ABC menerbitkan sukuk ijarah senilai Rp100 MIliar pada tanggal 1 Oktober
2019 selama 5 tahun (1 tahun = 360 hari). sukuk ijarah diterbitkan sebesar nilai
nominal. Tingkat bunga obligasi ini adalah 20% per tahun. Pengembalian dana
akan didistribusikan 3 bulan. Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
masalah tersebut adalah:
a. Biaya penjamin efek: 0,25%
b. Biaya profesional penunjang pasar modal (termasuk: akuntan, konsultan
hukum, tenaga ahli, notaris, dll): 0,18%
c. Biaya dukungan untuk lembaga pasar modal (seperti: bank kustodian, biro
administrasi efek, wali amanat, pemeringkat sekuritas): 0,1%
d. Biaya penerbitan tidak langsung sebesar Rp500 juta. Bank XYX membeli
10% dari total sukuk yang ditawarkan oleh PT ABC. Bank XYZ
menetapkan bahwa tujuan pembelian adalah untuk memperoleh arus kas
kontraktual. Biaya transaksi 0,1%.
Jawab:
Bagi Penerbit:
Tgl Keterangan Debet Kredit
1/09/ Kas Rp 99,47 M
2019 Sukuk Ijarah Rp 99, 47 M
= 100 Miliar - ((0,25%+0,18%+0,1%) x 100 Miliar
= 100 Miliar - 530 juta
= 99,47 Miliar
(Biaya emisi diakui sebagai pengurang nilai nominal sukuk ijarah)

Keterangan Debet Kredit


Biaya lain:
Beban jasa lain Rp500.000.000 Rp500.000.000
Kas

Bagi Investor:
Investasi sukuk Rp 10,01 M
ijarah Rp 10,01 M
Kas

2. Akuntansi Sukuk dengan Akad Mudharabah


Contoh :
Ani merupakan seorang karyawan disebuah perusahaan swasta yaitu PT.
Makmur Jaya, ia tertarik membeli sukuk. Dari beberapa jenis sukuk yang ada
pada pasar modal syariah, Ani memilih untuk investasi di sukuk mudharabah.
Ia menginvestasikan uangnya pada sukuk seri VF0004 sebesar Rp 10.000.000
dengan tenor 3 tahun dan imbal hasil sebesar 10% per tahun. Hitunglah sukuk
mudharabah yang didapatkan Ani pada saat jatuh tempo beserta pencatatanya!
Perhitungan:
Modal investasi : Rp 10.000.000

22
Return investasi ; 10%
Tenor : 3 tahun (36 bulan)
Pajak : 15%
Keuntungan kotor perbulan : (Rp 10.000.000 x 10%)/12
=Rp 83.333
Keuntungan bersih perbulan : Rp 83.333 x 15% = Rp 12.500
(setelah pajak 15%) : Rp 83.333 - Rp
12.500 = Rp 70.833
Total keuntungan 3 : Rp 70.833 x 36 = Rp
tahun 2.549.988
Total sukuk mudharabah : Rp 10.000.000 + Rp
2.549.988 = Rp 12.549.988

Pencatatan Transaksi saat Sukuk Jatuh Tempo:

Akuntansi untuk Penerbit


Pada saat Pengakuan

Akun Debet Kredit


Rp 12.549.988
Kas Rp 12.549.988
Sukuk Mudharabah

Akuntansi untuk Investor


Pada saat Pengakuan

Akun Debet Kredit

Investasi Sukuk Mudharabah Kas Rp 12.549.988 Rp 12.549.988

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

23
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
 aset berwujud tertentu
 manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan
ada;
 jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
 aset proyek tertentu;
 kegiatan investasi yang telah ditentukan.

Sukuk memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan obligasi karena strukturnya


yang didasarkan pada aet nyat. Hal ini diperkecil kemungkinan fasilitas-fasilitas
pendanaan yang melebihi nilai yang mendasari transaksi sukuk. Pemegang sukuk
berhak atas bagian pendapatan yang dihasilkan dari aset sukuk disamping hak atas
penjualan aset sukuk

Menurut PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk, sukuk yang ada dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan 110 ada 2 yaitu sukuk ijarah dan sukuk mudharabah.
Untuk akad sukuk lainya merupakan akad tambahan dari jenis sukuk tersebut. Dan
menurut pencatatan sukuk di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2020, BEI menggunakan
6 jenis akad sukuk. Diantaranya adalah Ijarah, Istishna’, Kafalah, Mudharabah,
Musyarakah dan Wakalah.

B. Saran

Demikianlah makalah mengenai Akuntansi Sukuk yang dapat penulis


sampaikan, penulis berharap kepada pembaca agar dapat memberikan penulis
kritikan maupun masukkan yang positif demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan faedah bagi kita semua

DAFTAR PUSTAKA

24
Direktorat Pembiayaan Syariah, Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara)
Instrumen Keuangan Berbasis Syariah (Jakarta : Departemen
Keuangan Republik Indonesia-Direktorat Pembiayaan Syariah , Juni
2010)

Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah
(Jakarta : Kencana, 2008)

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan


Berbasis Syariah, Brosur Departemen Keuangan.

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/POJK.04/2015


tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk.

Muhammad Iqbal, Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam, Volume 1, No. 1, Juni
(2016).

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko, Kementerian Keuangan


tahun 2006.

Bahrir Datuk, Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, Volume 14, No. 1, Maret (2014),

Muhamad Zubair, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Volume 46, No. 1 Januari
(2012).
Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah
Negara pdf, Edisi Kedua,
.
Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan
Berbasis Syariah, Brosur Departemen Keuangan Republik
Indonesia.

Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk, Memahami dan Membedah Obligasi pada


Perbankkan Syariah, (Yogyakarta, Ar-Ruzz Media : 2010),

Direktorat Pembiayaan Syariah, Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk


Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah (Jakarta :
Departemen Keuangan Republik Indonesia-Direktorat
Pembiayaan Syariah , Juni 2010)

Peraturan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia


Nomor 14/Per/M.KUKM/IX/2015,

25
Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, (Jakarta, Gema Insani Press : 2000),

Nurul huda, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta, Perdana Media
Group : 2008),

Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)


110 tentang Akuntansi Sukuk, (Jakarta, Dewan Standar Akuntansi
Syariah : 2015

26

Anda mungkin juga menyukai