Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

“AKUNTANSI SUKUK”
Dosen Pengampu : Sulvariany Tamburaka, SE.,M.Si.

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. MEYLONITA PUTRI PARADITA B1C120146
2. MUHAMMAD ROLAND FACHRY. Y B1C120147
3. NI KADEK HERLIN ANDRIANI B1C120162
4. NISHA CLAUDYA PUTRI IRFAN B1C120163
5. RIKA PRATIWI B1C120172
6. RIZKI AULIYAH ROSA BAHERI B1C120176
7. SITTI AMINAH B1C120181
8. TANTRY MAHARANI BIC120185
9. WAODE SRI AYU NINGSIH B1C120193
10.YARNI B1C120197

KELAS D
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “AKUNTANSI SUKUK” tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu SulvarianyTamburaka, SE.,M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Syariah yang telah memberikan tugas ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan berupa pengetahuan maupun pengalamannya.
Kami berharap melalui makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman, baik
untuk pembaca maupun penulis. Kami juga berharap makalah ini dapat diterima dengan baik
oleh semua pihak dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Terlepas dari berbagai hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat kekurangan, baik dari segi isi materi yang disampaikan,
susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini sehingga
menjadi lebih baik lagi.

Kendari, 28 NOVEMBER 2022

Tim Penyusun (Kelompok 4)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Sukuk .......................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Sukuk ........................................................................................... 4
2.3 Dasar Hukum .............................................................................................. 11
2.4 PSAK 110 ..................................................................................................... 12
2.5 Contoh soal Akuntansi Sukuk ..................................................................... 16
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 19
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................... 19
3.2 SARAN ......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan
meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index (JII). Peningkatan
indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
tetapi kenaikan secara persentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal ini
dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada pasar modal syariah
yang memperdagangkan saham syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip,
prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi islam
(Raimuna, 2018). Pasar modal syariah menerbitkan bagian instrument keuangan
syariah diantaranya adalah sukuk.
Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Nasional (SBSN) menyatakan bahwa Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas penyertaan terhadap Aset
SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Prinsip adalah kebenaran
yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya (Yasardin, 2018: 69).
Prinsip syariah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan ekonomi dan bisnis berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
PSAK adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman
tentang segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi. PSAK 110 mengatur
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi sukuk ijarah dan
mudharabah. Peneliti sendiri ingin meninjau dan menganalisis perusahaan penerbit
sukuk guna mengetahui apakah perusahaan tersebut telah sesuai dengan PSAK 110.
Dengan adanya PSAK tersebut, kita dapat mengetahui dari segi pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan.
Di beberapa negara, sukuk telah menjadi instrumen pembiayaan anggaran
negara yang penting. Pada saat ini, beberapa negara telah menjadi reguler issuer dari
sukuk, misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, Qatar,
Pakistan, dan Jerman. Penerbitan sovereign sukuk biasanya ditujukan untuk keperluan

1
pembiayaan negara secara umum (general funding) atau untuk pembiayaan proyek-
proyek tertentu, misalnya pembangunan bendungan, unit pembangkit listrik,
pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, dan jalan tol. Selain itu, sukuk juga dapat
digunakan untuk keperluan pembiayaan cash-mismacth, yaitu dengan menggunakan
sukuk dengan jangka waktu pendek (Islamic Tresury Bills) dan juga dapat digunakan
sebagai instrumen pasar uang (Raimuna, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Sukuk ?
2. Apa saja jenis-jenis sukuk?
3. Bagaimana dasar syariah akuntansi sukuk?
4. Bagaimana isi dari PSAK 110?
5. Bagaimana contoh soal akuntansi sukuk?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui ap aitu akuntansi sukuk
2. Untuk mengetahui jenis-jenis akuntansi sukuk
3. Untuk mengetahui dasar syariah dari akuntansi sukuk
4. Untuk mengetahui isi dari PSAK 110
5. Untuk memberikan contoh soal terkait akuntansi sukuk

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sukuk
Sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarka prinsip syariah
yang di keluarkan oleh emiten (perusahaan penerbit obligasi) kepada pemegang sukuk
yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi
hasil / margin / fee serta membayar kembali dana investasi pada saat jatuh tempo.
(Ketentuan umum fatwa dewan syariah nasional nomor 59/dsr-mui/v/2007 tentang
obligasi syariah mudharobah konversi).
Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang
memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk
merupakan bukti (claim) kepemilikan. Sementara itu, menurut fatwa Majelis Ulama
Indonesia No 32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah.
Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan
pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai
pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa
sejumlah tertentu asset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau
perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain
itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agara instrument keuangan ini aman
dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.
Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan
penyertaan dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika menggunakan
akad mudharabah dan musyarakah. Transaksinya bukan akad hutang piutang
melainkan penyertaan.
Adapun perbedaan Perbedaan sukuk dengan obligas Konvensional Dalam
harga penawaran, jatuh tempo pokok obligasi, saat jatuh tempo, dan rating antara
obligasi syariah dengan obligasi konvensional tidak ada perbedaannya. Perbedaan
terdapat pada pendapatan dan return. Dimana Obligasi Konvensional pendapatan
atau return didapat dari bunga bunga yang besarnya sudah ditetapkan / ditentukan di

3
awal transaksi dilakukan. Sedangkan pada obligasi syariah pendapatan didapat dari
bagi hasil di masa yang akan datang.

2.2 Jenis-Jenis Sukuk


Menurut PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk, sukuk yang ada dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 110 ada 2 yaitu sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah. Untuk akad sukuk lainya merupakan akad tambahan dari jenis sukuk
tersebut. Dan menurut pencatatan sukuk di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2020, BEI menggunakan 6 jenis akad sukuk. Diantaranya adalah Ijarah, Istishna’,
Kafalah, Mudharabah, Musyarakah dan Wakalah.
Berdasarkan jenis akad, sukuk diklasifikasikan kedalam sepuluh (10) jenis.
Diantaranya 2 sukuk terdapat dalam PSAK 110, yaitu:
1. Sukuk Ijarah
Ijarah adalah perjanjian pengalihan hak untuk menggunakan barang
atau jasa, tanpa adanya pengalihan kepemilikan atas barang atau jasa itu
sendiri. Sukuk ijarah diterbitkan berdasarkan akad ijarah dan terbagi
menjadi:
a. Sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan Yakni sukuk yang
diterbitkan oleh pemilik objek yang disewakan atau disewakan untuk dijual
dan memperoleh hasil dari penjualan tersebut, sehingga pemilik sukuk
menjadi pemilik aset tersebut.
b. Sukuk kepemilikan manfaat Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik
aset atau pemilik manfaat dari asset tersebut untuk menyewakan
aset/manfaat dari aset tersebut dan memperoleh sewa sehingga
pemegang sukuk tersebut menjadi pemilik manfaat dari aset tersebut.
c. Sukuk kepemilikan jasa Yaitu sukuk yang diterbitkan untuk memberikan
layanan tertentu melalui penyedia layanan (misalnya, layanan pendidikan
tinggi) dan memperoleh pembayaran kepada penyedia layanan sehingga
pemegang sukuk menjadi pemilik layanan tersebut.

Sukuk ijarah merupakan sertifikat sukuk yang dikeluarkan berdasarkan aset-


aset tertentu yang sah mempunyai nilai ekonomis, terdiri dari petak tanah, bangunan

4
dan barang-barang lainya masuk dalam kategori asset berharga. Nilai keuntungan
sewa terhadap sukuk ini dapat bersifat tetap maupun berubah tergantung pada
keinginan penerbit dan permintaan pasar.
Dalam Fatwa DSN MUI No. 41/DSN-MUI/III/2004 telah menjelaskan
bagaimana kebolehan dari sukuk dengan akad ijarah berdasarkan pada firman Allah
SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 233 sebagai berikut:

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa adanya kebolehan dalam menyewa jasa seseorang
yang berdasarkan ayat diatas yakni menyewa jasa orang lain untuk menyusui anaknya,
dengan syarat harus ditunaikan pembayaran upahnya secara layak. Berdasarkan
istidlal ini, kontrak obligasi berdasarkan prinsip ijarah bisa digunakan dan terdapat
landasan syariah yang jelas, dengan catatan adanya pembayaran return bagi pihak
yang disewa jasanya.

Menurut Undang-undang Ri Nomor 19 tahun 2008 sukuk ijarah adalah akad yang
satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyeakan hak atas suatu aset kepada
pihak lain berdasarkan harga sewa dan jangka waktu sewa yang disepakati.

Ciri-ciri pokok yang dimiliki sukuk ijarah, antara lain:

a. Dalam kontrak ijarah aset yang disewa beli dan jumlah yang disewa harus
diketahui dengan jelas oleh pihak-pihak terkait pada saat kontrak.
b. Sewa ijarah harus digunakan dalam bentuk yang jelas dari sewa pertama
hingga perubahan masa depan dan sewa memiliki dua bagian. Salah satunya
adalah pembayaran oleh penyewa atas biaya kepemilikan aset.
c. Mendirikan SPV sebagai wali amanat yang akan menjadi jembatan antara
emiten dan investor.

5
d. Pemilik bertanggung jawab atas biaya yang berkaitan dengan asset dan
penyewa bertanggung jawab atas biaya pemeliharaan yang terkait dengan
aktivitasnya.

Gambar 4 (Skema Sukuk Ijarah)

Informasi:

a. Pengalihan hak manfaat objek ijarah dari Emiten kepada Investor.


b. Investor membayar ujroh sesuai akad ijarah kepada Emiten (senilai
issuance).
c. Emiten menyewakan objek ijarah kepada pengguna akhir.
d. Pengguna akhir membayar sewa.
e. Emiten meneruskan ujroh kepada investor berupa cicilan dan sisa imbalan
ijarah.

2. Sukuk Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih yaitu satu
pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan
keahlian. Keuntungan dari hasil kerjasama tersebut dibagi berdasarkan nisbah
yang telah disetujui, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh
kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.

6
Sukuk mudharabah adalah sukuk yang merepresentasikan suatu proyek atau
kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad mudharabah, dengan menunjuk
salah satu patner atau pihak lain sebagai mudharib (pengelola usaha) dalam
melakukan pengelolaan usaha tersebut. Dalam hal ini, penerbit sukuk adalah
pihak Mudharib dan pembeli sukuk adalah pemilik modal (Shohibul Maal), dan
penerbitan sukuk adalah modal mudharabah, sehingga pemegang sukuk menjadi
pemilik harta/asset mudharabah dan berhak mendapat bagian dari keuntungan
dan dapat menderita kerugian.
Berikut ini adalah contoh skema Sukuk Mudharabah

Informasi :

a. Emiten menerbitkan sukuk mudharabah dan investor menyerahkan dana


(Ra’s al-Mal), investor sebagai Shahibul Maal dan Emiten sebagai Mudharib.
b. Dana dari Shahibul Maal digunakan untuk membiayai kegiatan usaha.
c. Kegiatan usaha menghasilkan pendapatan.
d. Distribusi pendapatan (bagi hasil) untuk investor dan emiten sesuai dengan
nisbah.

Secara rinci ketentuan sukuk mudharabah didasarkan pada Fatwa DSN-MUI


No. 33 Tahun 2002 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Akad yang digunakan dalam obligasi syariah Mudharabah adalah akad
mudharabah.
b. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh penerbit (Mudharib) tidak boleh
bertentangan dengan syariah dan memperhatikan isi fatwa DSN-MUI Nomor
20 / DSN-MUI / IV / 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal
Reksa Dana Syariah.
c. Pendapatan investasi yang disetorkan oleh penerbit (mudharib) kepada
pemegang syariah mudharabah (shahibul maal) tidak boleh mengandung
unsur non halal.

7
d. Imbal hasil mudharabah syariah ditentukan berdasarkan akad sebelum
obligasi mudharabah syariah diterbitkan.
e. Pembagian pendapatan (keuntungan) dapat dilakukan secara berkala sesuai
dengan kontrak, asalkan dihitung secara penuh pada saat jatuh tempo.
f. Aspek syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah atau tim ahli Syariah yang
ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI sejak dimulainya proses penerbitan
obligasi syariah mudharabah.
g. Jika penerbit (Mudharib) lalai atau melanggar kontrak dan melebihi batas,
maka mudharib wajib menjamin pembayaran kembali dana mudharabah dan
Shahibul Maal dapat meminta mudharib untuk membuat surat pengakuan
hutang.
h. Kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dialihkan kepada pihak lain
selama disepakati dalam akad.

3. Sukuk Istishna’
Istishna’ adalah perjanjian jual beli harta berupa obyek pembiayaan antara
para pihak yang spesifikasinya, cara, jangka waktu dan harga aset ditentukan
berdasarkan kesepakatan para pihak. Sukuk istishna’ adalah sukuk yang diterbitkan
untuk menghimpun dana untuk produksi suatu barang sehingga barang yang
dihasilkan menjadi milik pemegang sukuk.
Sukuk Istishna’ hampir sama dengan sukuk salam hanya saja berbeda dari segi
pelunasan pokok, yaitu dalam akad salam anda tidak dapat menghentikan uangnya,
padahal untuk istishna’ diperbolehkan (deferred price). Dalam hal ini, penerbit sukuk
adalah produsen (pemasok atau penjual aset). Pembeli sukuk adalah orang yang
bertindak sebagai pembeli atas aset yang diproduksi, dan hasil penerbitan sukuk
adalah penerbitan sukuk adalah’ .

4. Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi’i) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak lain atau tertanggung. Dapat juga
diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Menurut Peraturan
Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah kafalah adalah akad pemberian
jaminan yang diberikan oleh penjamin (kafil) kepada penerima jaminan (makfuul)
dan penjamin bertanggung jawab atas pemenuhan kembali suatu kewajiban yang
menjadi hak penerima jaminan.

5. Sukuk Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
meenggabungkan modal baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainya, untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang
selah disetujui. Sedangkan kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai
dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.

8
Sukuk musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan memperoleh
dana untuk menjalankan proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah
berjalan atau untuk membiayai kegiatan bisnis yang dilakukan berdasarkan akad
musyarakah, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik proyek atau aset kegiatan
usaha tersebut sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan. Sukuk musyarakah
tersebut dapat dikelola dengan akad musyarakah (partisipasi) mudharabah atau
agen investasi (wakalah).
Dalam hal ini pihak penerbit sukuk adalah pihak yang mengundang untuk
berkolaborasi dalam proyek atau aktivitas bisnis tertentu. Pembeli sukuk menjadi
mitra dalam akad musyarakah. Sehingga para pemilik sukuk berbagi harta dalam
kerjasama ini dan membagi untung dan rugi tergantung dari keikutsertaan dalam
kerjasama tersebut.

6. Sukuk Wakalah
Wakalah adalah akad pendelegasian kekuasaan dari suatu pihak kepada pihak
lain dalam hal tertentu. Sukuk Wakalah adalah sukuk yang mewakili suatu proyek
atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad wakalah dengan menunjuk
agen khusus (perwakilan) untuk mengelola usaha atas nama pemegang sukuk.
Sukuk ini merupakan proyek atau kegiatan yang dikelola berdasarkan
perjanjian wakalah dengan menunjuk agen/perwakilan untuk pengelola kegiatan
atas nama pemegang saham. Hukum syariah untuk penerbitkan sukuk. Dalam hal
ini, penerbit sukuk berperan sebagai perwakilan (agen). Pembeli sukuk adalah
pihak pemberi bantuan (muwakkil). Sedangkan dana hasil penerbitan sukuk
merupakan modal investasi. Dengan cara ini, pemegang sukuk menjadi pemilik
harta/asset yang diwakili dalam sukuk, termasuk manfaat dan resikonya, dan
berhak atas manfaat yang dihasilkan

Berikut ini merupakan akad tambahan dalam sukuk. Dengan adanya akad
tambahan dari beberapa sukuk ini diharapkan bisa digunakan dan dipakai untuk
kedepanya.

7. Sukuk Salam
Salam adalah kontrak untuk pembelian dan penjualan suatu barang yang
kuantitas dan kriterianya telah ditentukan dengan jelas ketika membayar dimuka
dan barang tersebut dikirim kemudian, pada tanggal yang disepakati bersama.
Sukuk salam adalah sukuk yang diterbitkan untuk mengumpulkan dana modal
berdasarkan akad salam sehingga barang yang akan dikirimkan berdasarkan akad
salam menjadi milik pemegang sukuk.
Dalam hal ini, penerbit sukuk adalah pihak yang menjual barang dagangan
salam. Pembeli sukuk adalah pihak yang membeli barang, dan penerbitan sukuk
tersebut menghasilkan nilai atau harga (modal) barang tersebut. Sehingga pemilik
sukuk menjadi salah satu pemilik barang yang dijual dengan salam paralel.

9
8. Sukuk Muzara’ah
Muzara’ah adalah perjanjian kerjasama di bidang pertanian dimana pemilik
tanah mengalihkan hak pengelolaan tanah kepada pihak lain (petani). Keuntungan
yang diperoleh dari dana hasil dibagikan secara wajar sesuai kontrak diawal.
Sukuk Muzara’ah adalah sukuk yang diterbitkan untuk menghimpun dana guna
mendanai kegiatan pertanian berdasarkan akad muzara’ah, sehingga pemegang
sukuk berhak untuk ikut serta dalam panen sesuai dengan ketentuan akad.
Sukuk ini diterbitkan untuk memobilisasi dana guna membiayai kegiatan
pertanian berdasarkan perjanjian muzara’ah, sehingga pemenang sukuk memiliki
hak untuk ikut serta dalam hasil pertanian sesuai dengan kesepakatan. Dalam hal ini,
terdapat dua jenis sukuk muzara’ah yang diterbitkan oleh pemilik tanah atau sukuk
yang diterbitkan oleh pengelola lahan (pekerja). jika sukuk tersebut diterbitkan oleh
pemilik tanah, maka pembeli sukuk tersebut bertindak berdasarkan akad muzara’ah.
Dana dari penerbitan sukuk adalah dana untuk menutupi biaya pertanian. Namun,
dalam kasus penerbitan sukuk oleh pengelola lahan, pembeli sukuk bertindak
sebagai pemilik tanah yang pendapatannya dari sukuk dialokasikan untuk pembelian
lahan pertanian. Dengan demikian, pemegang sukuk berhak untuk ikut serta dalam
produksi tanah sesuai kontrak.

9. Sukuk Musaqah
Musaqah adalah perjanjian kerjasama di bidang irigasi tanaman pertanian,
dimana pemilik tanah menyerahkan hak pengelolaan tanah kepada pihak lain
(penanam) untuk pengairan (irigasi) dan perawatan tanaman. Keuntungan yang
diperoleh dari hasil pertanian dibagi sesuai kesepakatan.
Sukuk musaqah adalah sukuk yang diterbitkan untuk menggunakan dana hasil
emisi sukuk untuk melakukan kegiatan irigasi untuk tanaman berbuah, untuk
menutupi biaya operasi dan pemeliharaan tanaman berdasarkan kontrak musaqah.
Dengan demikian, pemegang sukuk berhak ikut serta dalam panen sesuai kontrak.
Sukuk yang dikeluarkan dengan tujuan penggunaan dana hasil penerbitan
sukuk untuk melakukan irigasi atas tanaman berbuah, membayar biaya operasional
dan perawatan tanaman tersebut berdasarkan akad musaqah, sehingga pemegang
sukuk berhak atas bagian dari hasil panen dan sesuai dengan kesepakatan. Dalam hal
ini, terdapat dua jenis sukuk musaqah yang dapat diterbitkan oleh pemilik tanah yang
telah memiliki hasil panen, atau sukuk yang diterbitkan oleh petani. Jika sukuk
diterbitkan oleh pemilik tanah yang telah memiliki hasil panen, maka pembeli akan
bertindak sebagai penggarap lahan berdasarkan akad musaqah. Pendapatan emisi
sukuk adalah dana untuk menutupi biaya irigasi dan pemeliharaan tanaman.
Sementara itu, jika sukuk diterbitkan oleh petani untuk menggarap lahan, maka
pembeli sukuk tersebut bertindak sebagai pemilik lahan tempat emisi sukuk tersebut
digunakan untuk mengairi tanaman. Sehingga pemegang sukuk berhak ikut serta
dalam produksi tanaman sesuai kontrak.

10
 Karateristik Sukuk
a. Merupakan bukti kepemilikan suatu asset berwujud atau hak manfaat
(benefial title)
b. Pendapatan berupa imbalan (Kupon), Margin, dan bagi hasil sesuai jenis akad
yang digunakan.
c. Terbebas dari unsur riba, gharar, maisir
d. Penerbitannya melalui Spesial Purpose Vechile (SPV)
e. Memerlukan underlying asset
f. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip islam

2.3 Dasar Hukum Sukuk


Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no. 09/DSN-
MUI/IV/2000, tentang pembiayaan ijarah. Menimbang:
a. Bahwa kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan
memperoleh manfaat suatu barang sering memerlukan pihak lain melalui
akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
b. Bahwa kebutuhan akan ijarah kini dapat dilayani oleh lembaga keuangan
syariah (LKS) melalui akad pembiayaan ijarah.
c. Bahwa agar akad tersebut sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu
menetapkan fatwa tentang akad ijarah untuk dijadikan pedoman oleh LKS.
Firman Allah QS. Al-Baqarah (2): “dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh
orang lain, tidak dosa bagimu apabila bagimu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah
maha melipat apa yang kamu kerjakan.

 Firman Allah SWT

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”

11
 Kaidah fiqh
Terdapat tiga kaidah yang digunakan, yaitu:

a. Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
b. Kesulitan dapat menarik kemudahan
c. Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat/ kebiasaan sama dengan sesuatu yang
berlaku berdasarkan syara (selama tidak bertentangan dengan syariah).
 Pendapat Ulama
Dengan mempertimbangkan beberapa dalil diatas, akhirnya dikeluarkanlah Fatwa
dewan syari`ah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Sukuk (Obligasi syari`ah)
adalah surat berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikelurkan
emitten kepada pemegang obligasi syariah, tersebut berupa bagi hasil/margin/fee,
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.”
Abu Hanifa dan muridnya Abu Yusuf memberikan pandangan bahwa penjualan
sesuatu/properti yang belum diterima oleh si penjual namun sudah jelas keberadaan
fisiknya (dapat dicek keberadaannya) adalah diperbolehkan. Maka dari sinilah pondasi
instrument bernama sukuk di abad modern ini bermula.

2.4 PSAK 110


A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 110
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 110 adalah Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur tentang akuntansi sukuk. Akuntansi
Transaksi Asuransi Syariah (PSAK 110) pertama kali dikeluarkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI) pada26 Oktober 2011.
Setelah pertama kali disahkan di tahun 2011, PSAK 110 direvisi pada 24
Februari 2015 terutama terkait klasifikasi investasi sukuk yang mengacu pada revisi
atas International Financial Reporting Standards 9: Financial Instruments.

12
Di dalam PSAK 110 hanya mengatur pencatatan akuntansi sukuk atas sukuk
ijarah dan sukuk mudharabah, hal ini dikarenakan sukuk yang telah diterbitkan di
Indonesia sebagian besarnya adalah sukuk dengan akad ijarah, dan sebagian kecilnya
adalah sukuk dengan akad mudharabah. Sedangkan untuk sukuk dengan akad
wakalah, baru saja diterbitkan pada tahun 2018 yang mengacu pada fatwa MUI No.
95/DSN-MUI/VII/2014 yaitu, tentang diperbolehkannya penerbitan sukuk wakalah
dan beserta ketentuannya.
Tujuan diterbitkannya PSAK 110 ini adalah mengatur tentang pengakuan,
penyajian, serta pengungkapan atas transaksi sukuk dengan akad ijarah dan akad
mudharabah. PSAK 110 digunakan oleh entitas yang menerbitkan sukuk dengan akad
ijarah dan sukuk dengan akad mudharabah, juga digunakan oleh entitas yang menjadi
investor sukuk tersebut. Sukuk dapat diterbitkan oleh pihak swasta maupun oleh
pemerintah.
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak
terbagi) atas:
a. aset berwujud tertentu;
b. manfaat atas asetberwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang
akan ada;
c. jasa yang sudah adamaupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu;atau
e. kegiatan investasi yangtelah ditentukan.
Akuntansi sukuk untuk penerbit yang diatur dalam PSAK 110 adalah sebagai berikut :

1. Sukuk ijarah
a. Pengakuan dan pengukuran sukuk ijarah yaitu :
1) Ketika entitas sudah memiliki keterikatan dengan aturan penerbitan
sukuk ijarah, maka sukuk ijarah sudah bisa diakui dalam pencatatan.
Sukuk ijarah diakui sebesar nilai nominal dan biaya transaksi,
2) Penerbitan sukuk ijarah merupakan pengakuan awal atas transaksi
sukuk ijarah,
3) Apabila setelah pengakuan muncul perbedaan antara jumlah sukuk
yang tercatat dengan jumlah nilai nominal maka, cara pengelolaannya
adalah dengan melakukan amortisasi secara garis lurus dalam jangka
waktu atau sampai jatuh tempo dari sukuk ijarah yang nantinya,
amortisasi tersebut diakui sebagai beban penerbitan sukuk ijarah.
4) Beban pada sukuk ijarah diakui pada saat terutang.
b. Penyajian sukuk ijarah yaitu :
1) Sukuk ijarah disajikan dalam laporan keuangan sebagai liabilitas,
2) Entitas yang memiliki klasifikasi liabilitas jangka panjang dan jangka
pendek, dapat menempatkan sukuk ijarah sesuai dengan klasifikasi
entitas tersebut

13
3) Sukuk ijarah disajikan secara netto setelah diskonto dan biaya
transaksi yang belum diamortisasi,
c. Pengungkapan sukuk ijarah, Dalam transaksi sukuk ijarah entitas harus
mengungkapkan hal-hal di bawah ini :
1) Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan sukuk ijarah,
yaitu :
a. Ringkasan akad syariah yang dipakai.
b. Aset maupun manfaat yang mendukung.
c. Besaran imbalan yang diperoleh.
d. Nilai nominal sukuk tersebut
e. Jangka waktu sukuk.
2) Penjelasan mengenai aset atau manfaat yang mendasari penerbitan
sukuk ijarah, jenis aset atau manfaat sukuk ijarah, dan umur ekonomis
sukuk tersebut.

2. Sukuk Mudharabah
a) Pengakuan dan pengungkapan
1) Sukuk mudharabah diakui pada saat entitas menjadi pihak yang
terikat dengan ketentuan penerbitan sukuk mudharabah. Sukuk
mudharabah diakui sebesar nominal pada saat diterbitkan. Biaya
transaksi yang timbul saat transaksi sukuk diakui secara terpisah dari
sukuk mudharabah
2) Penerbitan sukuk mudharabah merupakan pengakuan awal sukuk
mudharabah
3) Amortisasi biaya transaksi yang muncul atas transaksi sukuk
mudharabah dilakukan dengan cara garis lurus dalam jangka waktu
sukuk tersebut
4) Amortisasi biaya transaksi atas transaksi sukuk mudharabah diakui
sebagai beban penerbitan sukuk mudharabah
5) Hak investor sukuk mudharabah dalam bentuk bagi hasil, diakui
sebagai pengurang pendapatan.

b) Penyajian
1) Penyajian sukuk mudharabah tertera dalam dana syirkah temporer
2) Sukuk mudharabah disajikan dalam dana syirkah temporer, apabila
entitas menyajikan dana syirkah temporer yang dipisahkan dari
liabilitas dan ekuitas
3) Sukuk mudharabah disajikan dalam liabilitas secara tersendiri di
urutan terakhir liabilitas, apabila entitas tidak menyajikan dana
syirkah temporer yang dipisahkan dari liabilitas dan ekuitas,
4) Penyajian biaya transaksi yang muncul atas transaksi mudharabah
adalah disajikan pada aset dalam bentuk beban ditangguhkan, di
luar bagian dari sukuk mudharabah.

14
c) Pengungkapan
1) Uraian tentang syarat utama penerbitan sukuk mudahrabah,yaitu:
a.Ringkasan akad syariah yang dipakai, b. Aktivitas yang
mendorong, c. Nilai nominal, d. Prinsip bagi hasil, dasar bagi hasil,
dan besaran bagi hasil, e. Jangka waktu atau jatuh tempo sukuk.
2) Informasi kegiatan yang menyebabkan diterbitkannya sukuk
mudharabah, termasuk jenis usaha, kecenderungan (tren) usaha,
pihak yang melakukan pengelolaan usaha (jika usaha dilakukan
oleh pihak lain).
Akuntansi sukuk untuk investor yang diatur dalam PSAK 110 adalah sebagai
berikut :
1) Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan Awal
 Sukuk ijarah dan sukuk mudharabah diakui pada harga perolehan,
 Biaya transaksi atas penerbitan sukuk mudharbah dan sukuk ijarah
diakui apabila harga perolehan penerbitan sukuknya diukur dengan
biaya perolehan. Apabila sukuk tersebut harga perolehannya
diukur menggunakan nilai wajar maka, biaya transaksi bukan
termasuk di dalamnya,
 Tanggal perdagangan atau tanggal diselesaikannya transaksi di
pasar, menjadi tanggal pengakuan atas investasi sukuk ijarah dan
sukuk mudharabah.
b) Klasifikasi dan Reklasifikasi
1. Penentuan klasifikasi pengukuran investasi menggunakan biaya
perolehan atau nilai wajar
2. Investasi diklasifikasikan sebagai investasi yang diukur pada biaya
perolehan jika ; a. Dimiliki dengan tujuan mendapatkan arus kas
kontraktual, b. Tanggal pembayaran atas pokok serta hasilnya
menjadi syarat kontraktual.
3. Tujuan investasi yang ditetapkan oleh perusahaan adalah untuk
mendapatkan arus kas kontraktual. Yang dimaksud arus kas
kontraktual merupakan arus kas yang berisi imbal hasil serta pokok
atas sukuk mudharabah.
4. Transaksi investasi sukuk ijarah dan mudharabah yang diukur
dengan biaya perolehan maka, biaya transaksi yang muncul dapat
diakui secara terpisah dari pokok sukuk. Amortisasi biaya transaksi
sukuk dilakukan secara garis lurus selama jangka waktu sukuk dan
dicatat sebagai biaya investasi.

c) Setelah Pengakuan Awal


1. Selisih harga pasar dengan jumlah yang tercatat pada saat sukuk
diukur pada nilai wajar, diakui sebagai laba rugi.

15
2. Penentuan nilai wajar atas investasi adalah mengacu pada harga
pasar saat ini.
3. Apabila ada kemungkinan penurunan nilai pada investasi sukuk
yang diukur pada biaya perolehannya maka, entitas dapat
melakukan pengukuran pada jumlah terpulihkan. Apabila dalam
pengukuran jumlah terpulihkan nilai yang muncul lebih kecil dari
jumlah tercatat, maka pengakuannya adalah rugi penurunan nilai.
Jumlah terpulihkan adalah jumlah atas pengembalian pokok yang
diterima oleh entitas tanpa perhitungan nilai saat ini.

2) Penyajian
Penyajian sukuk ijarah dan sukuk mudharabah adalah pendapatan
investasi dan biaya amortisasi, biaya transaksi disajikan secara netto
dalam laporan laba rugi.
3) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diungkapkan entitas dalam investasi sukuk ijarah
dan mudharabah adalah : a) Pengelompokan investasi atas dasar
jumlah investasi, b) Tujuan model usaha yang digunakan, c) Jumlah
investasi yang direklasifikasikan, jika ada, disertai penyebabnya, d) Nilai
wajar untuk investasi diukur pada biaya perolehan.

2.5 Contoh soal Akuntansi Sukuk

Contoh soal penerbitan sukuk mudharabah


PT IDN menerbitkan sukuk mudharabah senilai Rp 10 miliar pada tanggal 1
Oktober 2020 untuk jangka waktu 5 tahun (dengan perhitungan 1 tahun = 360 hari).
Sukuk ini diterbitkan untuk membiayai satelit nomor 212 milik PT IDN. Bagi hasil yang
ditawarkan oleh PT IDN adalah sebesar 20%. Imbal hasil ini didasarkan atas
pendapatan yang diperoleh atas penggunaan satelit tersebut, dan dibagikan setiap 3
bulan. Keuntungan yang diperoleh selama 3 bulan pertama sebesar Rp 200 jt. Biaya
yang dikeluarkan terkait penerbitan atau emisinya adalah biaya penjaminan efek
sebesar 0,25%, biaya profesi penunjang pasar modal 0,18%, biaya penunjang lembaga
pasar modal 0,10%, sedangkan biaya penerbitan tidak langsung yang dikeluarkan
adalah Rp 50 juta.
Jurnal yang dicatat pada 1 Oktober 2020

(dalam Rp 000.000)
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1 Oktober Kas 10.000
2020 Sukuk mudharabah 10.000

16
 Biaya transaksi diakui secara terpisah dari nilai sukuk mudharabah. Biaya transaksi akan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu, biaya emisi yang merupakan biaya langsung untuk
penerbitan dan biaya lain yang merupakan biaya tidak langsung untuk penerbitan.
(dalam Rp 000.000)
Tanggal Keterangan Debit Kredi
t
1 Oktober Biaya ditangguhkan 53
2020 Kas 53

50
Biaya jasa lain
Kas 50
Biaya ditangguhkan ; Rp 10.000.000.000 x (0,25% +0,18% + 0,1%) = Rp
53.000.000.

 Biaya emisi diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk mudharabah dan
diakui sebagai beban penerbitan sukuk mudharabah, sedangkan biaya lain dibebankan
sebagai biaya pada periode penerbitan.
(dalam Rp 000.000)
Tanggal Keterangan Debit Kredit
31 Biaya penerbitan sukuk 2,65
Desember Biaya ditangguhkan 2,65
2020

Biaya emisi diamortisasi ; Rp 53.000.000 / 60 x 3 periodeberjalan = Rp 2.650.000

 Imbal hasil sukuk untuk investor adalah dalam bentuk bagi hasil. Bagi hasil yang
menjadi hak investor diakui sebagai pengurang pendapatan, bukan sebagai beban.

(dalam Rp 000.000)
Tanggal Keterangan Debit Kredit
31 Biaya imbal hasil sukuk 40
Desembe Utang imbal hasil 40
r2020

Imbal hasil ; Rp 200.000.000 x 20% = Rp 40.000.000

 Dana investor yang disajikan dalam dana syirkah temporer bagi entitas syariah dan bagi
entitas konvensional sebagai liabilitas yang terpisah dari liabilitas lain dan berada dalam
urutan terakhir dalam liabilitas. Biaya transaksi penerbitan sukuk akan disajikan sebagai bagian
aset sebagai beban tangguhan.

17
Penyajian dalam laporan keuangan 31 Desember 2020
Laporan Posisi Keuangan

31 Desember 2020

Aset Liabilitas

Dana Syirkah
Sukuk Mudharabah Rp 10.000.000

Biaya ditangguhkan Rp Ekuitas


50.350.000

Laporan Laba Rugi Komprehensif

31 Desember 2020
Pendapatan

Biaya-Biaya
Biaya bagi hasil Rp 40.000.000

18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarka prinsip syariah
yang di keluarkan oleh emiten (perusahaan penerbit obligasi) kepada pemegang sukuk
yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi
hasil / margin / fee serta membayar kembali dana investasi pada saat jatuh tempo.
Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok
antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti
bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah
tertentu asset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian
antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk
juga harus distruktur secara syariah agara instrument keuangan ini aman dan terbebas
dari riba, gharar dan maysir.
Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan
penyertaan dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika menggunakan
akad mudharabah dan musyarakah. Transaksinya bukan akad hutang piutang
melainkan penyertaan. Menurut PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk, sukuk yang ada
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 110 ada 2 yaitu sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah. Untuk akad sukuk lainya merupakan akad tambahan dari jenis sukuk
tersebut. Dan menurut pencatatan sukuk di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2020,
BEI menggunakan 6 jenis akad sukuk. Diantaranya adalah Ijarah, Istishna’, Kafalah,
Mudharabah, Musyarakah dan Wakalah.
Adapun dasar hukum dari akuntansi sukuk yaitu bisa berasal dari Firman Allah
SWT, dari kaidah Fiqh dan pendapat Ulama.
Tujuan diterbitkannya PSAK 110 ini adalah mengatur tentang pengakuan,
penyajian, serta pengungkapan atas transaksi sukuk dengan akad ijarah dan akad
mudharabah. PSAK 110 digunakan oleh entitas yang menerbitkan sukuk dengan akad
ijarah dan sukuk dengan akad mudharabah, juga digunakan oleh entitas yang menjadi
investor sukuk tersebut. Sukuk dapat diterbitkan oleh pihak swasta maupun oleh
pemerintah.

19
3.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi bahasa, isi materi yang disampaikan, maupun tata cara
penulisannya. Oleh karena itu, kami memohon maaf apabila pembaca merasa kurang puas
dengan hasil makalah ini. Kritik, saran, atau tanggapan lainnya kami harapkan agar dapat
dilakukan evaluasi dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang ada, demi
terwujudnya makalah yang lebih baik untuk kedepannya.

20
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Documents/BAB%20IV.pdf. Akuntansi Sukuk Menurut
PSAK 110. DI AKSES PADA 27 NOVEMBER 2022
Nasrifah, Maulana. SUKUK (OBLIGASI SYARIAH) DALAM PERSPEKTIF KEUANGAN ISLAM.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Documents/120-Article%20Text-691-1-10-20200219.pdf.
DI AKSES PADA 27 NOVEMBER 2022
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Documents/BAB%20III.pdf. Jenis- jenis Sukuk. DI AKSES
PADA 27 NOVEMBER 2022
https://id.scribd.com/document/428945584/akuntansi-sukuk. DI AKSES PADA 27 November
2022

21

Anda mungkin juga menyukai