Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKUNTANSI SUKUK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata kuliah : Akuntansi Perbankan Syari’ah

Oleh Kelompok 10 :

M. Ilham

Siska

Humaira Ramadan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TERNATE

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan Syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Akuntansi Sukuk. Makalah ini dibuat
dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Ternate, 22 Mei 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak dari kalangan masyarakat yang menjalankan kegiatan investasi.
Dalam kegiatan investasi tersebut pada umumnya dikoordinasikan oleh suatu lembaga, yaitu bursa
efek, yang mana dalam kegiatannya selalu diawasi oleh BAPEPAM. Dalam kegiatan investasi
tersebut, sebagaimana yang kita ketahui bersama pada pasar modal terdapat beberapa instrumen
investasi yang sering digunakan sebagai alternatif kegiatan investasi ini, yaitu Saham dan Obligasi.
Secara global, bagi orang-orang yang tak mementingkan unsur halal dan haram (Konvensional)
tidaklah ada masalah dalam menjalankan kegiatan investasi ini. Namun, bagi kita kaum muslim
tentu menjalankan suatu usaha ataupun kegiatan bisnis harus mempertimbangkan halal dan
haramnya, sesuai dengan yang telah diatur dalam hukum Syara’ diantaranya dalam kegiatan
tersebut harus terhindar dari unsur Riba, Judi, Gharar, dan Haram. Oleh karena itu dalam terdapat
beberapa produk Syariah dalam kegiatan investasi ini, seperti Saham Syariah dan Obligasi Syariah
atau sering disebut dengan Sukuk. Adanya produk tersebut pada dasarnya untuk membantu para
kaum muslim yang ingin ikut serta dalam kegiatan investasi  agar tidak terjerumus kedalam praktik-
praktik yang diharamkan oleh hukum Syara’.

Sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo, pernyataan ini adalah definisi obligasi syariah
menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 32/DSNMUI/ IX/2002.Obligasi syariah atau sukuk
adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang diterbitkan atas dasar suatu transaksi atau
kas syariah yang melandasinya (underlying transaction), yang berupa akad musyarakah, ijarah,
mudharabah, dan lain sebagainya. Sukuk yang saat ini banyak diterbitkan adalah berdasar akad
ijarah atau sewa, dimana hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sewa aset
tersebut. Sukuk juga dapat diterbitkan berdasar akad syariah lain (Huda & Edwin, 2008).
Penerbitan sukuk dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana. Perusahaan menerbitkan
sukuk untuk memenuhi kebutuhan keuangan dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta
untuk melakukan ekspansi bisnisnya. Akad yang biasa digunakan oleh perusahaan dalam
menerbitkan sukuk korporasi antara lain akad ijarah, mudharabah, murabahah, musyarakah,
istishna, dan salam. Dalam perkembangannya, sukuk yang pertama terbit di Indonesia adalah
sukuk korporasi yang diterbitkan oleh PT. Indosat Tbk dengan menggunakan akad mudharabah
pada tahun 2002 dengan nilai Rp 175 miliar. Selanjutnya terbit sukuk korporasi-korporasi yang lain.
Penerbitan sukuk korporasi di Indonesia setiap tahunnya semakin berkembang pesat.

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa Yang Dimaksud Sukuk?


2. Apa Saja Dasar Hukum Sukuk?
3. Apa Saja Karakteristik Sukuk Dan Macam-Macam Sukuk?
4. Bagaimana Proses Penerbitan Sukuk Dan Siapa Saja Pihak-Pihak Dalam Penerbitan
Sukuk?
5. Apa Saja Risiko-Risiko Yang Ada Pada Sukuk?

C. Tujuan

Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penulisannya adalah sebagai
berikut :

1. Mengetahui Pengertian Sukuk.


2. Memahami Dasar Hukum Sukuk.
3. Mengetahui Karakteristik Dan Macam-Macam Sukuk.
4. Memahami Proses Penerbitan Sukuk Dan Pihak- Pihak Yang Terlibat.
5. Mengetahui Risiko Yang Terdapat Pada Sukuk.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sukuk

Sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang di
keluarkan oleh emiten (perusahaan penerbit obligasi) kepada pemegang sukuk yang mewajibkan
emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi hasil/margin/ fee serta
membayar kembali dana investasi pada saat jatuh tempo. (Ketentuan umum fatwa dewan syariah
nasional nomor 59/dsr-mui/v/2007 tentang obligasi syariah mudharobah konversi).

Melalui fatwanya tersebut, DSN mengkategorikan tiga jenis pemberian keuntungan


kepada investor pemegang Obligasi Syariah. Yaitu, pertama adalah berupa bagi hasil kepada
pemegang Obligasi Mudharabah atau Musyarakah. Kedua, keuntungan berupa margin bagi
pemegang Obligasi Murabahah, Salam atau Istishna. Dan ketiga, berupa fee (sewa) dari aset yang
disewakan untuk pemegang Obligasi dengan akad Ijarah. Pada prinsipnya, semua Obligasi
Syariah adalah surat berharga bukti investasi jangka panjang yang berdasarkan prinsip syariah
Islam. Namun yang membedakan adalah akad dan transaksinya.

Sukuk berasal dari kata “‫”صكوك‬ bentuk jamak dari kata “‫”صك‬dalam bahasa Arab yang
berarti cek atau sertifikat, atau alat tukar yang sah selain uang. Kata “sukuk” pertama kali
diperkenalkan kembali dan diajukan sebagai salah satu alat keuangan Islam pada rapat ulama fikih
sedunia yang diselenggarakan oleh Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 2002. Secara
singkat AAOIFI mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti
kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset, hak manfaat dan jasa-jasa atau kepemilikan
atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok
antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya
suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu asset yang menjadi
dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agar
instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.

Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan penyertaan dana
(investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah. Transaksinya bukan akad hutang piutang melainkan penyertaan.
B. Dasar Hukum Sukuk
1. Al-Qur’an

Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah). Berikut dalil-
dalilnya :

 Firman Allah SWT, QS. Al-Ma ’idah [5]:1 :

‫يَاْاَيُّهَااَّلَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوْ ا اَوْ فُوْ ا بِاْل ُعقُوْ ِد‬

Artinya : “Hai orang - orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu”

 Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ [17]: 34:

ً‫َواَوْ فُوْ ا بِاْل َع ْه ِد اِ َّن ْال َع ْه َد َكانَ َم ْسُئوْ ال‬

Artinya : “......dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.”

2. Hadist

‫ا‬%%‫ ّل حرام‬%‫رّم حالال َأو َأح‬%‫لحا ح‬%ْ %‫لمين اال ص‬%%‫ الص ّْلح جائز بين ْالمس‬: ‫عن عمرو بن عوف المزاني قال رسول هللا ص م‬
ْ
‫رواه امام الترمذى‬ ‫والمسلمون علَى شروط ِهم إال شرطا حرّم حالال أو أح ّل حراما‬

Artinya : “Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram.”

3. Kaidah Fiqh

Terdapat tiga kaidah yang digunakan, yaitu :

a) Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
b) Kesulitan dapat menarik kemudahan
c) Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat/ kebiasaan sama dengan sesuatu yang
berlaku berdasarkan syara (selama tidak bertentangan dengan syariah).
4. Ulama

Dengan mempertimbangkan beberapa dalil diatas, akhirnya dikeluarkanlah Fatwa dewan


syari`ah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Sukuk (Obligasi syari`ah) adalah surat
berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah, tersebut berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.

Abu Hanifa dan muridnya Abu Yusuf memberikan pandangan bahwa penjualan
sesuatu/properti yang belum diterima oleh si penjual namun sudah jelas keberadaan fisiknya
(dapat dicek keberadaannya) adalah diperbolehkan. Maka dari sinilah pondasi instrumen bernama
sukuk di abad modern ini bermula.

C. Karakteristik dan Macam-Macam Sukuk


1. Karakteristik Sukuk

Terdapat beberapa karakteristik mengenai sukuk, karakteristik tersebut adalah (Depkeu:2010) :

a) Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat,


b) Pendapatan berupa imbalan (kupon), margin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad
yang digunakan,
c) Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir;
d) Penerbitannya melalui Special Purpose Vehicle (SPV),
e) Memerlukan underlying asset; dan,
f) Penggunaan proceds (hasil jual) harus sesuai prinsip syariah.

2. Macam-macam Sukuk

Terdapat beberapa macam-macam sukuk, antara lain :

a. Sukuk Ijarah

Adalah suatu sertifikat yang memuat nama pemiliknya (investor) dan melambangkan kepemilikan
terhadap aset yang bertujuan untuk disewakan, atau kepemilikan manfaat dan kepemilikan jasa
sesuai jumlah efek yang dibeli dengan harapan mendapatkan keuntungan dari hasil sewa  yang
berhasil direalisasikan berdasar transaksi ijarah. Ketentuan akad ijarah sebagai berikut:

a) Objeknya dapat berupa barang (harta fisik yang bergerak, tak bergerak, harta
perdagangan) maupun berupa jasa
b) Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan disepakati oleh
kedua belah pihak.
c) Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus dinyatakan secara
spesifik.
d) Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya dalam bentuk
imbalan atau sewa/upah
e) Pemakaian manfaat harus menjaga objek agar manfaat yang diberikan oleh
objek tetap terjaga
f) Pembeli sewa haruslah pemilik mutlak.

Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a) Investor dapat bertindak sebagai penyewa , sedangkan emiten dapat bertindak


sebagai wakil investor.
b) Setelah investor memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan kembali
objek sewa tersebut kepada emiten.
b. Sukuk musyarakah

Adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah di mana
dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk pembangunan proyek baru,
mengembangkan proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada atau membiayai kegiatan
usaha.

c. Sukuk istishna

Adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna’ di mana para
pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang.

d. Sukuk mudharabah

Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudarabah yang merupakan satu
bentuk kerjasama, yang satu pihak menyediakan modal (rabb al-mal) dan pihak lain menyediakan
tenaga dan keahlian (mudarib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan
perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya
oleh pihak penyedia modal.

Dalam Fatwa No. 33 / DSN-MUI / X / 2002 tentang obligasi syariah mudharabah,


dinyatakan antara lain bahwa :

a) Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan


prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah merupakan bagi hasil, margin atau fee serta membayar dana obligasi
pada saat obligasi jatuh tempo.
b) Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad
mudarabah dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI No. 7 / DSN-MUI /
IV / 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah.
c) Obligasi mudharabah emiten bertindak sebagai mudharib (pengelola modal),
sedangkan pemegang obligasi mudharabah bertindak sebagai shahibul maal
(pemodal).
d) Jenis usaha emiten tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.
e) Nisbah keuntungan dinyatakan dalam akad.
f) Apabila emiten lalai atau melanggar perjanjian, emiten wajib menjamin
pengambilan dana dan pemodal dapat meminta emiten membuat surat
pengakuan utang.
g) Kepemilikan obligasi syariah dapat dipindahtangankan selama disepakati dalam
akad.

D. Proses Penerbitan Sukuk Dan Pihak-Pihak Dalam Penerbitan Sukuk

Dalam melakukan penerbitan sukuk ada beberapa tahap-tahap dalam proses


penerbitannya, antara lain :

1. Untuk menerbitkan obligasi syariah harus memenuhi syarat sebagai berikut :


a) Jenis usaha yang dilakukan oleh emiten tidak bertentangan dengan syariah,
sesuai dengan fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001, tentang jenis usaha sesuai
syariah.
b) Memiliki fundamental dan citra yang baik.
2. Dalam penerbitan obligasi syariah, sebelum ditawarkan kepada investor harus
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a) Emiten melalui Underwriter menyerahkan proposal penerbitan obligasi syariah
kepada DSN/MUI.
b) Pihak penerbit melakukan presentasi proposal di Badan pelaksana Harian DSN.
c) DSN mengadakan rapat dengan tim ahli DPS, dan hasil rapat menyatakan opini
syariah terkait proposal yang diajukan.
3. Setelah disetujui oleh DSN, maka proses penawarannya sebagai berikut :
a) Emiten menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk penerbitan obligasi
syariah kepada underwriter (wakil dari emiten).
b) Underwriter melakukan penawaran kepada investor.
c) Bila investor tertarik, maka akan menyerahkan dananya kepada emiten melalui
Underwriter.
d) Emiten akan membayarkan bagi hasil dan pembayaran pokok kepada investor.

4. Dokumen Penawaran

Dalam hal pengawasan penerbitan obligasi syariah. Pengawasannya dilakukan oleh


Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), untuk produk pasar modal syariah, terdapat satu
pengawas lain yang mengawasi aspek syariahnya, yaitu DPS (DSN). Pengawasan aspek syariah
berfokus pada penggunaan dana yang didapat dari penerbitan obligasi syariah. Apakah dana
tersebut benar-benar digunakan untuk usaha-usaha yang telah dijanjikan dalam perjanjian antara
emiten dengan pemegang obligasi atau tidak, serta halal atau tidaknya. Jika ternyata dana hasil
penerbitan obligasi tersebut digunakan untuk hal-hal di luar usaha yang telah diperjanjikan, maka
itu termasuk pengingkaran perjanjian dan menyalahi tujuan.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk adalah (Depkeu:2010), yaitu :

a) Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan
nilai nominal sukuk sampai dengan sukuk jatuh tempo.
b) Special Purpose Vehicle (SPV), adalah badan hukum yang didirikan khusus
untuk penerbitan sukuk dengan fungsi : a. sebagai penerbit sukuk; b. menjadi
counterpart (rekan/teman imbangan) dalam transaksi pengalihan aset. bertindak
sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.
c) Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan
nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

Di dalam obligasi syariah terdapat juga beberapa pokok ketentuan sukuk, yakni :
ketentuan umum dan ketentuan khusus.

a. Ketentuan umum
a) Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang bersifat utang
dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga .
b) Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.
b. Ketentuan khusus
a) Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara lain :
 Mudharobah (muqaradhoh)/qiradh
 Musyarokah
 Murabahah
 Salam
 Istishna
 Ijarah
 jenis usaha yang dilakukan emiten (mudharib) tidak boleh bertentangan
dengan syariah.
a) Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten kepada pemegang obligasi
syariah mudharabah (shahibul mal) harus bersih dari unsur non halal.
b) Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang obligasi syariah sesuai akad yang
digunakan.
c) Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti akad-akad yang digunakan.

E. Bentuk-Bentuk Resiko pada Sukuk

Risiko sukuk terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya :

1. Risiko Kontrak Sukuk

Kontrak sukuk biasanya melibatkan pihak-pihak dan melalui tahapan-tahapan tertentu, yang
menimbulkan risiko yang akan dialami oleh masing-masing pihak yang berkontrak. Tahapan-
tahapan yang dimaksud adalah :

a. Kontrak sukuk melibatkan partnership (originator, SPV, dan investor), keadaan risiko
semacam ini disebut counterparty risks. Risiko lainnya adalah moral hazard, hal itu
disebabkan oleh kelalaian kemitraan dalam melaksanakan kewajiban.
b. Kontrak sukuk melibatkan tiga tahapan, yaitu :
a) antara originator dengan SPV pada saat pembentukan underlying assets,
b) kontrak antara sejumlah SPV dengan sejumlah investor saat pengeluaran dan
penjualan sertifikat sukuk,
c) kontrak saat penebusan setelah jatuh tempo.
c. Kontrak sukuk yang melibatkan aset riil sebagai objek akad, ketika objek jual atau aset
hilang dan musnah karena bencana alam, perpindahan hak milik (warisan), kematian,
pengurangan nilai aset akibat perubahan harga (inflasi), maka akan memberikan
pengaruh pada underlying assets dalam bentuk risiko aset dan risiko pasar.
d. Pengeluaran sukuk oleh SPV menggunakan kontrak baik ijarah, musyarakah,
mudharabah, salam maupun istishna masih menjadi perdebatan yang beragam
hukumnya.
e. Sukuk yang dijual antar negara berarti menggunakan mata uang US dollar. Risiko yang
ditimbulkan oleh penjualan sukuk antarnegara tersebut adalah kesesuaian undang-
undang antarnegara, hubungan politik dari satu bangsa ke lain bangsa, dan risiko kadar
tukar mata uang asing.
f. Jika investor ingin mencairkan dananya sebelum jatuh tempo, maka investor akan
mengalami risiko likuiditas atau investor tidak dapat menukar bentuk investasi baru yang
lebih unggul. Contohnya, investor memiliki sukuk mudharabah, namun karena sukuk
ijarah lebih menguntungkan, maka investor ingin mencairkan dananya sebelum jatuh
tempo dan ingin menukarkan pada sukuk ijarah, dan hal itu sulit dilakukan.
g. Risiko terakhir adalah penebusan oleh SPV kepada investor ketika jatuh tempo, risiko
yang mungkin timbul adalah jika SPV gagal membayar modal dan keuntungan kepada
investor. Hal ini disebut risiko kredit dan risiko operasional.

Oleh karena itu, berdasarkan bentuk kontrak dan hubungan para pihak, maka risiko sukuk secara
keseluruhan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa risiko, diantaranya :

a) Risiko pasar
b) Risiko Operasional
c) Risiko kredit
d) Risiko aset
e) Risiko negara
f) Risiko counterparty
g) Risiko kesesuaian Syariah

2. Risiko Khusus SPV pada Sukuk

Risiko yang mungkin dihadapi oleh SPV adalah bentuk kegagalan pihak-pihak lain seperti
originator dan investor dalam melaksanakan tanggungjawabnya masing-masing. Kegagalan
investor mentransfer aset, kelalaian membayar keuntungan, sewa, mark-up, ataupun diskon yang
mengakibatkan SPV menghadapi kerugian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
di keluarkan oleh emiten (perusahaan penerbit obligasi) kepada pemegang sukuk
yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi
hasil / margin / fee serta membayar kembali dana investasi pada saat jatuh tempo.
 Terdapat beberapa karakteristik mengenai sukuk, karakteristik tersebut adalah
(Depkeu:2010): merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat,
Pendapatan berupa imbalan (kupon), margin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang
digunakan, Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir; Penerbitannya melalui
Special Purpose Vehicle (SPV), Memerlukan underlying asset; dan Penggunaan
proceds (hasil jual) harus sesuai prinsip syariah.
 Macam-macam sukuk, yaitu Mudharobah (muqaradhoh)/qiradh, Musyarokah,
Murabahah, salam, istishna, ijarah
 Untuk menerbitkan obligasi syariah harus memenuhi syarat sebagai berikut: Jenis
usaha yang dilakukan oleh emiten tidak bertentangan dengan syariah, sesuai dengan
fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001, tentang jenis usaha sesuai syariah. , Memiliki
fundamental dan citra yang baik.   
 Risiko sukuk terbagi dua bagian, yaitu Risiko Kontrak Sukuk dan Risiko Khusus SPV
pada Sukuk
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim.

Asmuni M. Thaher. Obligasi Syariah di Indonesia. Artikel di MSI-UII.Net

Eugene F. Brigham & Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Buku 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mamduh M. Hanafi. 2004, Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE UGM.

Rivai, Veitzhal, Sarwono sudarto, dkk, Islamic Banking and Finance: Dari Teori ke Praktik Bank
dan Keuangan Syari'ah Sebagai Solusi dan Bukan Alternatif; Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2012.

Sapto Rahardjo. 2003. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

www.google.com

Anda mungkin juga menyukai