Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH 1

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

“ PERTIMBANGAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM AKUNTANSI

KEPERILAKUAN “

Disusun oleh :

NAMA : MARWAH SALFIANA .S (19 320 026)

DOSEN : WAODE SUWARNI, S.E., M.SC

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVESITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PERTIMBANGAN DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM AKUNTANSI KEPERILAKUAN ini tepat pada waktunya..

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu, selaku Dosen mata kuliah AKUNTANSI


KEPERILAKUAN yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Baubau 18 Oktober 2021

Penulis

1|Page
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar......................................................................................................... 1

Daftar Isi................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan................................................................................................... 3

a) Latar Belakang........................................................................................................ 3
b) Tujuan .................................................................................................................... 3

Bab II Pembahasan.................................................................................................. 4

1. Akuntansi Keperilakuan................................................................................. 4
2. Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan........................................... 5
3. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan............................. 5
4. Metode Riset Akuntansi Keperilakuan.......................................................... 6
5. Masalah Riset Kelompok dalam Bidang Akuntansi/Auditing....................... 7
6. Teori Pertimbangan dan Pembuatan Keputusan Kelompok..................................... 9

Bab III Penutup........................................................................................................ 13

A. Kesimpulan............................................................................................................ 13

Daftar Pustaka.......................................................................................................... 14

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Akuntansi sebagai sistem, akuntansi sebagai suatu ilmu, akuntansi sebagai suatu mitos,akuntansi
sebagai seni pencatatan, semakin lama semakin luas saja bidang cakupan akuntansi. Asumsi bahwa
akuntansi bisa mempengaruhi bidang apapun mulai terlihat nyata pada perkembangannya di era
globalisasi, di era layar yang kita hadapi sekarang. Akuntansi semakin diperlukan oleh semua sektor dan
semua bidang. Sebuah sunnatullah yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W tentang pentingnya pengelolaan
keuangan dengan mengedepankan prinsip transparansi. Telah jauh sebelumnya di lukiskan di dalam
Surah Al-Baqarah ayat 282 tentang wajibnya mengedepankan transparansi dalam setiap transaksi dan
semakin jelas dengan pencatatan. Akuntansi mulai menyentuh aspek keperilakuan yaitu pada individu
manusia itu sendiri menjaditren positif di kalangan praktisi dan akademik di bidang akuntansi. Dengan
hanya melihat,mendengar, mengetahui informasi, bahkan memberi pendapat terhadap laporan keuangan
ternyata tidak dapat dipungkiri, juga dipengaruhi oleh faktor sosilologis dan psikologis manusia.Bisa saja
kondisi seorang individu sebelum menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan berubah. Karena
menurut penulis sendiri faktor psikologis merupakan salah satu faktor internal dan mempunyai andil
penting ketika opini atau pendapat dikeluarkan terkait dengan laporan keuangan.

B. Rumusan Masalah

1. Untuk Mengetahui Akuntansi Keperilakuan


2. Untuk Mengetahui Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan
3. Untuk Memgetahui Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan
4. Untuk Mengetahui Metode Riset Akuntansi Keperilakuan
5. Untuk Mengetahui Masalah Riset Kelompok dalam Bidang Akuntansi/Auditing
6. Untuk Mengetahui Teori Pertimbangan dan Pembuatan Keputusan Kelompo

3|Page
BAB II

PEMBAHASAN
A. Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yangdigunakan oleh para
pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan
petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada
aktifitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihandan penetapan suatu keputusan bisnis juga melibatkan
aspek-aspek keperilakuan dari para pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat
dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat dihasilkan
oleh akuntansi. Akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sepanjang
waktu seiring dengan perkembangan linkungan akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh penggunanya. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu pemakai internal (internal users) dan pemakai eksternal (external users).

Sebagaimana dibahas sebelumnya, pemakaian laporan keuangan oleh pihak internal dimaksudkan
untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Sedangkan pihak eksternal, sama seperti pihak internal,
tetapi mereka lebih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam orgnisasi tersebut. Awal
perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen khususnya
penganggaran (budgeting), namun domain dalam hal ini terus berkembang dan bergeser kearah akuntansi
keuangan, system informasi akuntansi, dan audit. Banyaknya volume riset atas akuntansi keperilakuan
dan meningkatnya sifat spesialisasi riset,serta tinjauan studi secara periodic, akan memberikan manfaat
untuk beberapa tujuan berikut ini :

1. Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang
ingindiperkenalkan.
2. Membantu dalam mengidentifikasikan kesenjangan riset.
3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui sub bidang
akuntansi.

Akuntansi keperilakuan menggunakan metodologi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi


gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan
bisnis dan hasil mereka. Akuntasi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan
tekhnik berikut ini, yaitu :

1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja
perusahaan.
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan
strategis.
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi
kebijakan perusahaan.

Akuntansi Konvensional Ada banyak definisi dan arti akuntansi yang ditulis oleh para ahli dan peneliti
yang merupakan pakar dibidang akuntansi. Salah satu diantaranya, Siegel dan Marconi (1989),

4|Page
mendefinisikan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang relevan
dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakaiinternal dan
eksternal dalam proses pengambila keputusan ekonomi Akuntansi sebagai suatu Sistem Informasi
Akuntansi menjadi yang terdepan dan berperan penting dalam menjalankan ekonomi dan system social
kita. Keputusan-keputusan yang diambil oleh para individu, pemerintah, dan badan usaha lainnya
seringkali ditentukan oleh penggunanya berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Akuntansi adalah
Sistem Keterlibatan pemakai dalam pengembangan system informasi adalah merupakan bagian integral
dari kesuksesan suatu system informasi. Keterlibatan pemakai ini seharusnya ada pada semua tahap yang
dinamakan siklus hidup pengembangan system. Tahap tersebut adalah perencanaan, analisis,
perancangan, implementasi, dan pasca implementasi.

Akuntansi adalah Informasi-Informasi yang digunakan oleh menejemen harus memiliki karakteristik
seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat, relevan, dan lengkap lebih
dikarenakanadanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan
posisi keuggulan kompetitif.

B. Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan

Riset akuntasi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan
proses informasi akuntasi dan audit. Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu fenomena
baru yang sebetulnya dapat ditelusuri kembali pada awal tahun 1960-an, walaupun sebetulnya
dalam banyak hal riset tersebut dapat dilakukan lebih awal. Riset akuntansi keperilakuan
meliputi masalah yang berhubungan dengan :

1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.


2. Pengaruh dan fungsi akutansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik system informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor,maupun wajib pajak.
3. Pengaruh hasil dari informasi tersebut, seperti informasi akuntansi dan penggunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

C. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan

Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang
akuntansi manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah
perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset
diperluas dengan diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggung jawaban, dan
masalah harga transfer.Dari Pendekatan Universal ke Kontijensi Riset akuntansi keperilakuan pada
awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic approach), seperti riset argyris di
tahun 1952, hopwood (1972), dan otley (1978).Tetapi karena pendekatan ini memiliki banyak
kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar
dalam bidag riset, yaitu pendekatan kontijensi (contingency approach).

5|Page
Berbagai riset yang meggunakan pendekatan kontijensi dilakukan dengan
tujuanmegidentifikasikan berbagai variable kentijensi yang memengaruhi perancangan dan
penggunaan sistem pengendalian menejemen. Secara ringkas, berbagai variable kontijensi yang
memengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketidak pastian (uncertainty).


2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence).
3. Industry, perusahaan, dan unit variable.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy).
5. Faktor-faktor yang dapat di amati (observability factor).

D. Metode Riset Akuntansi Keperilakuan

Masalah-masalah etika yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya adalah sebagai berikut.
Melakukan riset bukanlah hal yang mudah. Butuh tahapan-tahapan panjang hingga akhirnya terwujudlah
suatu hasil riset yang baik. Dan dalam penyusunannya pun juga tidak sembarangan. Ada beberapa hal
yang wajib untuk diperhatikan. Untuk itulah mengapa sebelum melakukan riset, terlebih dahulu
dimengerti tentang apa itu etika riset. Ini karena dalam melakukan sebuah riset, banyak pihak yang
terlibat dan etika riset digunakan sebagai pedoman peneliti dalam bertindak terutama dengan orang lain
yang notabene adalah subjek penelitian.Selain itu, karena riset merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari sebuah siklus keilmuan dimana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia ilmu
itu sendiri, tentunya dalam perkembangan keilmuan tersebut, terdapat sebuah etika yang melandasi
seorang peneliti dalam melakukan riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian mengenai pentingnya
etika dalam riset yang dapat dijadikan sebuah patokan sehingga penelitian tersebut benar-benar berada
dalam koridor siklus keilmuan.

Ketika mendengar kata ‘etika’, yang terlintas dalam pikiran adalah suatu hal yang berhubungan
dengan sopan santun atau adat istiadat. Secara sederhana, Nicholas Walliman menyatakan bahwa etika
adalah aturan yang diperlukan dalam melakukan riset dan para peneliti diharuskan untuk mengetahui
sekaligus mengerti terlebih dulu tentang etika ini sebelum melakukan penelitian. Sementara itu, David B.
Resnik berpendapat bahwa etika merupakan metode, prosedur, atau perspektif dalam memutuskan
bagaimana melakukan dan menganalisis suatau problema yang kompleks dalam realitas sosial. Dalam hal
ini, perlu digaris bawahi bahwa apa yang dimaksud etika dalam penelitian bukan berbicara pada ranah
benar-salah (rightand wrong ) tapi lebih pada etis-tidaknya tindakan yang dilakukan peneliti dalam setiap
proses penelitiannya.

Hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan penelitian terdapat beberapa tata nilai yang harus
dipegang dan dilaksanakan oleh peneliti, karena dalam penelitian punterdapat etika penelitian (etika
research).Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk menunjukkan kadar taat asas dalam
setiap aspek penelitian yang dilakukan. Menurut Resnik, setidaknya terdapat lima alasan mengenai
pentingnya etika penelitian, pertama, etika penting guna menunjang tujuan penelitian itu sendiri, yaitu
demi mencapai pengetahuan dan kesahihan. Hal ini akan meminimalisir fabrikasi, falsifikasi, dan
misrepresentasi data. Kedua, untuk menjamin adanya kegiatan kolaboratif dalam penelitian baik antar
maupun sesama peneliti dalam satu disiplin atau lembaga tertentu. Ini memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap hasil karya orang lain. Ketiga,menjamin akuntabilitas terhadap publik, hal ini

6|Page
terutama penelitian yang dananya bersumber dari pendanaan public, seperti penelitian yang dilakukan
oleh instansi pemerintahan. Dengan demikian, etika yang ada dapat memberikan guidance bagi peneliti
untuk benar-benar akuntabel dalam penelitiannya. Keempat, dengan adanya etika maka kualitas dan
integritas peneliti sudah terkualifikasi sehingga akan sangat mudah dalam memperoleh dukungan public,
karena publicyakin akan kualitas dan integritas peneliti tersebut. Dan terakhir, etika dapat membangun
dan memajukan tata nilai moral dan sosial yang ada, seperti tanggung jawab social, taat hukum, danhak
asasi manusia. Dengan demikian maka nilai tersebut akan tertanam di dalam diri peneliti dalam setiap
proses penelitian yang ia lakukan.

E. Masalah Riset Kelompok dalam Bidang Akuntansi/Auditing


Riset akuntansi perilaku yang berhubungan dengan pengambilan keputusan kelompok dapat
dikategorikan ke dalam empat area, yaitu:
1. Pengkajian kinerja kelompok kerja seperti bagaimana kelompok kerja membuhkan
perubahan dalam lingkungan kerja
2. Penyelesaian proses tinjauan kertas kerja dalam lingkungan auditing
3. Penggunaan pengambilan keputusan kelompok rekan sejawat dalam lingkungan
akuntansi
4. Dampak integrasi kemunculan komputerisasi teknologi kelompok

a. Kinerja Kelompok Kerja


Satu area menarik yang muncul dalam riset ini adalah ketertarikan terhadap kinerja relatif
kelompok kooperatif versus non-kooperatif. Young berfokus pada isu ini dengan menyampaikan
hipotesis bahwa kelompok kooperatif seharusnya melampaui kelompok non-kooperatif. Hasil
mereka ternyata gagal mendukung hipotesis ini karena kelompok non-kooperatif benar-benar
sedikit lebih baik dibandingkan dengan kelompok kooperatif. Meskipun demikian, penulis
mencatat bahwa periode studi pendek mungkin memberikan keterbatasan bagi hasil riset tersebut
dan hipotesis ini mungkin didukung dalam studi longitudinal. Masalah kinerja kelompok
kooperatif versus non-kooperatif juga dirasakan berhubungan erat dengan kompleksitas tugas
dan kompleksitas koordinasi khusus. Kompleksitas koordinatif adalah sifat dan bentuk atau
hubungan antara serangkaian input, isyarat informasi, produk, dan aksi.
Kompleksitas koordinatif dipahami sebagai hal yang sama dengan interdependensi tugas
ketika ditemukan bahwa kelompok kooperatif melampaui kelompok non-kooperatif ketika tugas
sangat interdependen. Riset mendatang tentang hubungan antara struktur tugas, interdependensi
kelompok, dan kerja sama kelompok mungkin membantu membangun hubungan tersebut secara

7|Page
lebih jelas. Jika subjek harus bekerja sama secara kooperatif untuk memecahkan masalah
tunggal, maka imbalan dependen dengan mana seluruh kelompok mendapatkan satu imbalan
akan menjadi struktur imbalan yang palling efektif. Meskipun demikian, jika kelompok bekerja
pada bermacam-macam tugas, maka inbalan interdependen di mana imbalan rata-rata untuk
seluruh anggota didasarkan pada output kelompok kelihatannya menjadi struktur paling efektif.
Sistem imbalan yang didasarkan pada imbalan independen untuk masing-masing anggota tidak
dapat menjadi skema kompensasi yang disukai dalam beberapa situasi.

b. Kelompok Hierarki dan Proses Tinjauan Audit


Kelompok hierarkis ketika berhubungan dengan proses tinjauan audit masuk dalam satu area
riset kelompok yang menerima perhatian substansial dari komunitas akuntansi. Hal ini
barangkali berhubungan dengan fakta bahwa satu bidang riset multiauditor yang membuat desain
eksperimental berhubungan erat dengan desain riset individu dan bukannya pada desain
kelompok lebih kompleks. Desain ini menguntungkan karena dapat menghindari masalah
metodologis. Sementara masih terdapat beberapa keprihatinan bahwa penggunaan struktur
kelompok ad hoc menerobos hubungan kelompok natural antara pihak yang menyiapkan laporan
(preparer) dan dan pihak peninjau laporan (reviewer). perilaku peninjau dapat diteliti secara
terpisah. Satu pendekatan yang telah digunakan adalah memberi peninjau sekumpulan kertas
kerja untuk dianalisis secara terpisah sambil mengamati perilaku individual dan polanya. Bahkan
ketika pihak yang menyiapkan laporan dan peninjau diteliti sebagai sebuah kelompok, hubungan
ini cenderung menjadi struktur dyadic. Struktur dyadic (dua orang) mempunyai keuntungan
karena membutuhkan jumlah subjek yang lebih sedikit daripada yang biasanya dibutuhkan oleh
riset kelompok (misalnya dua subjek per kelompok bukannya tiga atau empat).

c. Mengintegrasikan Komputerisasi System Dukungan Kelompok


Rapat tatap muka tidak selalu memungkinkan atau diinginkan. Dengan kemajuan teknologi
komunikasi, individu dapat bertemu sebagai kelompok dengan menggunakan satu atau lebih
teknologi, seperti call conference, video conferencing, atau real time computer conferencing.
Terdapat semakin banyak pengakuan bahwa dukungan komputer dapat meningkatkan interaksi
kelompok melalui anggota kelompok individual yang bekerja secara simultan dan paralel. Area
riset ini umumnya dikategorikan sebagai "sistem dukungan kelompok (SDK);" dan dapat

8|Page
membentuk ulang cara bagaimana kerja akuntansi dan manajemen dilakukan. Dua paradigma
telah muncul dalam domain riset SDK, yaitu pengambilan keputusan dan authoring. Paradigma
ini berakar dari sistem informasi dan ilmu pengetahuan komputer. Sementara keduanya secara
fundamental merupakan pendekatan berbeda, tetapi keduanya bekerja untuk tujuan sama dalam
sebagian besar keputusan terstruktur berorientasi SDK, model sederhana Simon tentang pilihan
desain dan intelegensi tetap diikuti (misalnya generasi ide, evaluasi ide, dan seleksi ide). Suatu
SDK biasanya memasukkan individu dalam membentuk kelompok, dan dalam banyak kasus,
memasukkan fasilitator. Ketika menggunakan model proses khusus, pimpinan kelompok
memutuskan kapan kelompok harus bergerak ke tahap selanjutnya. Jika fasilitator digunakan, ia
bertanggung jawab melakukan koordinasi sistem teknis, cetakan, dan mengganti layar untuk
tampilan sentral input kelompok agregat. Bermacam-macam alat dapat diintegrasikan ke dalam
SDK untuk memperkuat pendekatan terstruktur ketika dipahami bahwa struktur tersebut dapat
meningkatkan kinerja kelompok.

F. Teori Pertimbangan dan Pembuatan Keputusan Kelompok

Memahami Kelompok dan Pengambilan Keputusan Kelompok

A. Komposisi dan Keanggotaan Kelompok


sejak lama telah diakui bahwa interaksi kelompok lebih unggul dibandingkan dengan individu yang
bekerja sendirian dalam sebagian besar situasi resolusi tugas. Sejumlah faktor dapat memengaruhi
keberhasilan akhir kelompok, termasuk keberagaman anggota kelompok, fungsionalitas kelompok, dan
familiaritas atau konsistensi dari anggota kelompok. Kelompok pada umumnya melampaui individual
untuk sejumlah alasan:

1. Kelompok mempunyai lebih banyak pengetahuan dan informasi


2. Kelompok memberikan lebih banyak pendekatan solusi masalah yang beragam dibandingkan
dengan individu yang sering kali jatuh ke dalam pemikiran sendiri
3. Partisipasi dalam pemecahan masalah meningkatkan penerimaan keputusan akhir ketika anggota
kelompok menerima tanggung jawab, dan
4. Komunikasi yang lebih baik delama resolusi masalah.

B. Dinamika keanggotaan
Arrow dan McGrath mengembangkan kerangka kerja untuk pengkajian sistematis terhadap dampak
perubahan keanggotaan terhadap perilaku kelompok. Kerangka kerja ini dikategorikan ke dalam tiga area:

9|Page
 Konteks lingkungan dimana perubahan keanggotaan akan mengubah reaksi kelompok dan pada
akhirnya kepada penyesuaian kembali
 Dampak perubahan keanggotaan terhadap fungsional kelompok, dan
 Dua area efek utama yang meningkat kompleksitasnya sejalan dengan perubahan dalam konteks
dimana kelompok bekerja.

C. Formasi kelompok dan peranan anggota


Peranan, pada umumnya didefinisikan dalam riset kelompok kecil, sebagai posisi dalam kelompok
(misalnya status) dengan hak dan kewajiban terhadap satu atau lebih anggota yang lain dalam kelompok.
Definisi ini agak sederhana dalam fokusnya terhadap peranan kelompok formal, tetapi tidak mencakup
aspek lain dari peranan kelompok, misalnya peranan informal dan drama (dramaturgical). Peranan
informal pada umumnya muncul selama interaksi dalam sebuah kelompok dan digunakan oleh anggota
kelompok membangun dan menerima protokol dalam menangani peranan formal. Peranan dramaturgical
adalah elemen kunci yang dibutuhkan untuk kinerja dan beberapa drama sosial dan termasuk protagonis,
antagonis, pelengkap, anggota tim, dan penonton.
Kerja kelompok dalam membangun peranan melalui sebuah proses evolusioner dimulai ketika tim
pertama kali dibentuk. Pemahaman tentang bagaimana proses evolusioner ini terjadi hanya sedikit saja
diperhatikan sampai saat ini. Akan tetapi, sebagian besar studi sebelumnya berfokus kepada bagaimana
kelompok berinteraksi setelah pihak yang melakukan eksperimen (experimenter) mendefinisikan tugas
untuk kelompok dan seluruh informasi serta sumber daya yang sudah tersedia. Dalam situasi ini,
experimenter mengeliminasi banyak langkah pembentukan kelompok, yaitu periode waktu ketika
kelompok natural sering kali mendefinisikan peranannya. Fase pembentukan ini mungkin juga direplikasi
oleh kelompok ketika perubahan anggota terjadi, ketika peranan didefinisikan kembali selama proses
sosialisasi baru. Kelompok mungkin juga dibentuk ulang melalui langkah-langkah formatif tersebut
ketika mereka mengimplementasikan penyesuaian ulang peranan untuk memperbaiki kinerja kelompok.

McGrath mengidentifikasikan empat mode aktifitas yang terlibat dalam pengembangan kelompok:

 Penemuan dan penerimaan dari sebuah proyek (misalnya, pilihan tujuan)


 Melibatkan solusi masalah teknis (misalnya, pilihan alat)
 Resolusi konflik (misalnya, pilihan kebijakan)
 Pelaksanaan proyek (misalnya, pencapaian tujuan).
D. Rapat

10 | P a g e
Organisasi pada umumnya menggelar rapat tim untuk koordinasi utama dan aktifitas komunikasi.
Rapat dapat dilakukan dalam berbagai cara berdasarkan pada sasaran yang diinginkan dan tingkat struktur
yang dapat diterima.

 Aktivitas Prarapat
Idealnya dicapai sebelum seluruh peserta rapat terlibat. Aktivitas ini digunakan untuk
menentukan arah dan fokus dari rapat, mengundang individu yang tepat untuk hadir, dan
menjalankan rapat dengan efektif.
 Aktivitas rapat
Aktivitas ini meliputi:
1. Pemantauan, digunakan untuk mengamati dan menelusuri lintasan apa yang terjadi
dalam rapat,
2. Aktivitas proses seputar rapat dan berinteraksi dengan kerja aktual atau aktivitas tugas
3. Aktivitas tugas pada umumnya menjadi fokus perhatian khusus selama rapat dan
diselesaikan secara efektif.
4. Pencatatan dapat terjadi pada seluruh tingkat aktivitas didalam rapat, memberikan aliran
informasi yang berhubungan dengan pemantauan data, proses yang digunakan, dan tugas
yang dipertimbangkan dan/atau diselesaikan.
Teori Interaksi Waktu dan Kinerja

Teori didasarkan pada riset terbaru yang berhubungan dengan dinamika perubahan keanggotaan, teori
komunikasi, dan teori strukturasi adaptif. Teori ini mengakui bahwa kelompok bersifat multifungsi dan
memberikan kontribusi pada tiga tingkat:

 Terhadap sistem dimana mereka melekat (organisasi)


 Terhadap bagian-bagian komponen mereka (anggota)
 Terhadap kelompok sebagai struktur sosial yang utuh.
Dimensi kedua dari teori ini adalah disagregasi aktivitas kelompok ke dalam empat mode, yaitu:

 Permulaan adalah memilih dari beberapa alternatif pencapaian dan/atau permintaan.


 Pemecahan masalah berhubungan dengan analisis teknis kebutuhan proyek untuk
mengidentifikasi strategi yang disukai.
 Resolusi konflik adalah proses di mana anggota kelompok berusaha untuk memecahkan potensi
preferensi, nilai, atau kepentingan yang bertentangan di dalam kelompok.

11 | P a g e
Eksekusi adalah kinerja aktual perilaku yang dibutuhkan oleh kelompok untuk menyelesaikan proyek dan
mencapai tujuan dan sasaan yang diinginkan

12 | P a g e
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Akuntansi sesungguhnya berbicara soal pertimbangan dan pengambilan keputusan dari


individu seperti investor, manajer, dan auditor (Bonner, 2008). Sebagai contoh, investor
mempertimbangkan untuk membeli saham, dan manajer mempertimbangkan metode akuntansi
untuk transaksi tertentu. Dengan kata lain, pertimbangan dan pengambilan keputusan menjadi isu
yang penting bagi praktisi dan peneliti akuntansi. Setiap orang pasti membuat keputusan, baik itu
keputusan bersifat krusial atau tidak. Pengambilan keputusan tidak krusial adalah pengambilan
keputusan ringan yang tidak mempunyai kebermaknaan dan akibat besar. Misalnya memakai
sepatu apa untuk acara tertentu atau memutuskan berolahraga dengan lari atau naik sepeda.
Keputusan krusial adalah keputusan yang mempunyai implikasi luas dan mempunyai spektrum
dengan determinasi tinggi.
Model pengambilan keputusan dikembangkan atas dasar asumsi bahwa keputusan
didasarkan atas rasionalitas. Model rasionalitas memandang pengambil keputusan sebagai
manusia rasional, di mana mereka selalu konsisten dalam membuat pilihan pemaksimuman nilai
di dalam lingkup keterbatasan-keterbatasan tertentu (Dermawan, 2003). Kedua pandangan
tersebut sebetulnya tidak jauh berbeda, dan hampir semua pendapat yang berkaitan dengan
langkah-langkah pemecahan masalah pasti dimulai dengan pengenalan dan identifikasi masalah,
pencarian sejumlah alternatif solusi, dan pemilihan solusi terbaik. Pengainbilan keputusan
berdasarkan pandangan rasionalitas didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu, dan masing-masing
ahli memaparkan asumsi-asumsi tersebut sedikit berbeda satu dengan lainnya.

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
C. Rolin, Niswonger, dkk. 2005. Prinsip – Prinsip Akuntansi Edisi 19 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik). Jakarta: PT. Indeks

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai