Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI ASET TETAP

Aset tetap, dalam perusahaan, merupakan aset yang menjadi hak milik organisasi perusaha
organisasi atau perusahaan ditinjau dari segi fungsinya, jumlah dana yang diimets
organisasi perusahaan (Hendriksen dan Breda, 1992). Peran aset tetap sangat besar dalin
pengelolaannya, maupun pengawasannya.di
panjang,
dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting
karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca
lainnya. Pengertian aset tetap dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
adalah aset
ligtasan pengertian tersebut, maka pemerintah harus mencatat suatu
aset tetap yang dimilikinya.
aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain. Pemerintah juga harus mencatat hak
meskipun
atas
pengertian
yang
s tanah sebagai aset tetap. Dalam kasus lain, aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah tetapi
rujuan penggunaannya
untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak termasuk dalam
aset tetap karena tidak memenuhi definisi asct tetap di atas, misalnya aset tetap
dibeli pemerintah untuk diserahkan kepada masyarakat.
Aset tetap diakui pada saat menfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya
dapat diukur dengan andal. Sesuai dengan klasifikasi aset tetap, suatu aset dapat diakui
sebagai
aset tetap apabila berwujud dan memenuhi kriteria:
1. mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
3. tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
4. diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Pemerintah mengakui suatu aset tetap apabila aset tetap tersebut telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya, dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Oleh karena
itu, apabila belum ada bukti bahwa suatu aset dimiliki atau dikuasai oleh suatu entitas maka
aset tetap tersebut belum dapat dicantumkan di neraca. Prinsip pengakuan aset tetap pada
saat
aset tetap ini dimiliki atau dikuasai berlaku untuk seluruh jenis aset tetap, baik yang diperolch
secara individual atau gabungan, maupun yang diperoleh melalui pembelian, pembangunan
swakelola, pertukaran, rampasan, atau dari hibah.
Menurut Kieso dan Weygandt (2001) pada hakikatnya terdapat sedikitnya tiga masalah
utama yang kemungkinan terjadi dalam akuntansi aset tetap, meliputi: perolehan (acquitition),
pemakaian (utilization) dan penarikan (penghapusan) dari peredaran karena masa manfaat
berakhir
. Pada perolehan aset yang menjadi pokok permasalahannya adalah dengan cara
bagaimana aset diperoleh perusahaan atau organisasi sehingga menjadi miliknya. Proses
perolehan
dimaksud meliputi proses sejak pembelian, pengangkutan, pemasangan
sampai dengan aset tersebut siap dipakai dalam kegiatan perusahaan.
Menurut SAP, aset tetap yang diperoleh atau dibangun secara swakelola dinilai dengan
biaya perolehan. Secara umum, yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut dalam
kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Hal ini dapat diimplementasikan pada aset
tetap yang dibeli atau dibangun secara swakelola.
Aset tetap yang tidak diketahui harga perolehannya disajikan dengan nilai wajar. Nilai
Wajar adalah nilai tukar aset tetap dengan kondisi yang sejenis di pasaran pada saat penilaian
yang

>
iset tetap yang berasal dari hibah, yang tidak diketahui harga perolehannya, pemerintah
Komponen biaya yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan suatu aset tetap terdiri
lapat menggunakan nilai wajar pada saat perolehan.
(handling
atas:
1. harga beli;
2. bea impor;
3. biaya persiapan tempat;
4. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat
cost);
5. biaya pemasangan instalation cost);
6. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; serta
7. biaya konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa
peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset
tetap tersebut).
Sedangkan yang tidak termasuk komponen biaya aset tetap adalah sebagai berikut.
1. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sepanjang biaya tersebut tidak dapat
diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi
kerjanya.
2. Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa kecuali biaya tersebut perlu untuk
membawa aset ke kondisi kerjanya.
Di samping perolehan aset tetap, penggunaan aset tetap untuk menunjang kegiatan
organisasi atau perusahaan merupakan hal penting yang perlu dikaji secara benar. Dalam
penggunaan aset, menurut Belkaoui (1993) sedikitnya ada tiga persoalan pokok, meliputi:
expenditures yaitu pengeluaran untuk aset itu sendiri; depreciation yaitu harga pokok dari aset
tetap itu sebagai akibat penggunaannya dalam kegiatan produksi; revaluation atau penilaian
kembali atau revisi taksiran umur.
Mathews dan Perera (1996) mengelompokkan aset tetap menjadi beberapa jenis, adalah
sebagai berikut.
1. Aset tetap dilihat dari sudut substansinya yang dapat dibagi menjadi
aset takberwujud.
2. Aset tetap yang disusutkan atau tidak disusutkan.
3. Aset tetap berdasarkan jenisnya, meliputi: lahan (tanah), gedung dan bangunan, mesin,
kendaraan, perabot, inventaris atau peralatan, prasarana, dan aset tetap lainnya.
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan
(depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk
masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan
beban penyusutan dalam laporan operasional. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan,
aset berwujud dan
seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karekteristik aset
tersebut.

Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai
dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan
manfaat ekonomis atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke
pemerintah.
Metode penyusutan yang dapat diterapkan sesuai dengan PSAP 07 adalah:
1. metode garis lurus (straight line method); atau
2. metode saldo menurun ganda (double declining method); atau
3. metode unit produksi (unit of production method).
Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Pengungkapan ini sangat penting sebagai penjelasan
tentang hal-hal penting yang tercantum dalam neraca. Tujuan pengungkapan ini adalah
untuk meminimalisasi kesalahan persepsi bagi pembaca laporan keuangan. Dalam CaLK
harus diungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap, sebagai berikut.
1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat.
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan,
pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai jika ada, dan mutasi aset tetap
lainnya.
3. Informasi penyusutan, meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan,
masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan
akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.
Selain itu, dalam CaLK juga harus diungkapkan:
1. eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
2. kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;
3. jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi;
4. jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
TINJAUAN AKUNTANSI ASET TETAP
PP Nomor 24 Tahun 2005 khususnya PSAP Nomor 7, memuat akuntansi aset tetap.
Secara umum, PSAP Nomor 7 ini belum secara terperinci mengatur masalah-masalah yang
sering terjadi di masyarakat umumnya baik perolehan, penggunaan maupun penghapusan/
pelepasan aset tetap. Standar untuk menyelesaikan beberapa permasalahan khusus, terutama
kaitannya dengan aset tetap masih belum ada seperti, pembelian secara kredit jangka panjang,
perolehan dengan temuan, perlakuan akuntansi atas aset yang dilimpahkan, perlakuan aset
atas pulau-pulau dan daerah wisata, perlakuan akuntansi atas aset dalam sengketa, dan
lain-lain. Sama halnya dengan perubahan SAP yang ada pada PP Nomor 71 Tahun 2010,
perubahan yang signifikan hanya terjadi pada paragraf 48, yaitu perolehan suatu aset tetap
yang memenuhi kriteria perolehan aset donasi, maka perolehan tersebut diakui sebagai
pendapatan operasional.

Terdapat pembahasan yang tidak konsisten dengan pembahasan pada PSAP sebelumny,
Nomor 1 tentang "Penyajian Laporan Keuangan”, kedua aset tersebut termasuk dari jenis-jeni:
seperti pembahasan tentang aset tetap takberwujud dan aset tetap lain-lain. Dalam PSAI
aset tetap sehingga harusnya dibahas dalam PSAP Nomor 7. Di samping itu, "Konstruks
dalam Pengerjaan" juga termasuk dalam jenis aset tetap tetapi pembahasannya dilakukan
dalam PSAP Nomor 8 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan. Pembahasan aset
tetap sebaiknya digabung dengan pembahasan akuntansi konstruksi dalam penyelesaian
karena saling keterkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga kedua pembahasan itu menjadi
lebih berkesinambungan dan komprehensif.
Jika kita coba untuk menilik paragraf per paragraf dari PSAP Nomor 7 ini, yang tertuju
pada paragraf yang menjelaskan terkait dengan tujuan, yaitu pada paragraf ke-1, paragrafini
belum menyebutkan masalah penarikan dari peredaran (penghapusan atau pelepasan) aset
tetap. Paragraf ini hanya menjelaskan beberapa permasalahan terhadap aset tetap meliputi
saat pengakuan, penentuan nilai tercatat serta perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan
penurunan nilai tercatat. Oleh karena itu, masalah penarikan dan pelepasan aktiva tetap perlu
ditambahkan dalam paragraf ini. Di samping itu, frase yang berbunyi “Standar Akuntansi
Pemerintah Lainnya” tidak jelas karena tidak menunjukkan secara eksplisit standar akuntansi
pemerintah lain yang dimaksud, sehingga perlu ada penjelasan lebih lanjut.
Pada klasifikasi aset, PSAP Nomor 7 pada paragraf ke-7. Paragraf ini belum menjelaskan
terkait dengan perlakuan akuntansi aset tetap takberwujud, baik secara klasifikasi (paragraf
ke-7) dan pengakuannya (paragraf ke-15). Hal ini penting, karena jika dilihat dari sudut
substansi maka secara teoritis dan praktis tentunya pemerintah memiliki aset tidak berwujud,
sebagaimana halnya pada sektor privat.
Kalimat "diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan”—pada paragraf
ke-15, perlu ditambah penjelasannya sehingga maknanya lebih sesuai dengan penjelasan pada
paragraf ke-17. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran, karena apabila
sebuah aset diperoleh pemerintah namun belum dimanfaatkan sepenuhnya atau tidak untuk
digunakan/dijual dalam jangka waktu bahkan untuk jangka panjang apakah tidak termasuk
kriteria aset tetap pemerintah.
Pengukuran aset pada paragraf ke-20, dijelaskan bahwa aset tetap dinilai dengan biaya
perolehan dan bila tidak dimungkinkan menggunakan biaya perolehan, maka penilaian
dapat didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Sebaiknya pada paragraf ini dijelaskan
mengapa kedua kebijakan (harga perolehan dan nilai wajar pada saat perolehan) tersebut
diambil
. Seandainya ada alasan khusus hendaknya dikemukakan pada bagian ini.
Pengukuran berikutnya (subsequent measurement) terhadap pengakuan awal pada paragraf
ke-52, kata “memungkinkan penilaian kembali” perlu dijelaskan lebih lanjut karena dapat
menimbulkan salah pengertian. Konsep penilaian kembali
(revaluasi
) bertentangan dengan
konsep awal standar akuntansi perolehan aset tetap yang menganut prinsip biaya perolehan
atau harga pertukaran. Untuk itu perlu penjelasan yang cukup terhadap kata "memungkinkan
penilaian kembali” pada paragraf tersebut sehingga tidak menimbulkan kebingungan.

aset tetap".
Penilaian kembali aset tetap (revaluasi) pada paragraf ke-58, terdapat kalimat "ketentuan
setentuan pemerintah yang mana yang dimaksud. Untuk itu perlu penjelasan lebih lanjut.
Selanjutnya jika ada peraturan khusus pemerintah untuk membolehkan melakukan revaluasi,
laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan
di dalam penyajian aset tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran
keuangan suatu entitas pemerintahan. Selanjutnya, selisih antara nilai revaluasi dengan nilai
buku aset tetap dibukukan dalam perkiraan modal dengan nama selisih penilaian kembali
Terkait dengan heritage asset, kata “tidak mengharuskan pada paragraf ke-65, dapat
mengandung pengertian boleh disajikan dan tidak disajikan, apabila mengandung dua
pengertian tersebut, sebaiknya dijelaskan akibat yang timbul jika disajikan dan jika tidak
disajikan di neraca. Di samping itu, jika diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
perlu dijelaskan pula mekanisme pengungkapannya seperti nama posnya, nilainya, serta
ketentuan lainnya. Paragraf ke-71 juga dapat menyebabkan terjadinya salah pemahaman
di kalangan masyarakat umum, karena jika hanya sebagian bangunan yang dipakai untuk
perkantoran tersebut yang dikenai aturan yang sama seperti aset lainnya, ataukah semua
bangunannya. Untuk itu perlu ditambah penjelasan lagi.
Kata “secara permanen” pada paragraf ke-76 dan ke-77 seolah-olah mengandung
pengertian masih ada kondisi lain, misalnya “sementara”, “tidak permanen” atau “semi
permanen”, yang tidak dijelaskan secara eksplisit. Oleh karena itu, apabila ada kondisi lainya
tersebut perlu ada penjelasan lebih lanjut.
AKUNTANSI INVESTASI
Pernyataan ini, PSAP Nomor 6, mendefinisikan investasi sebagai aset yang dimaksud untuk
memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Maksud dari manfaat sosial adalah manfaat yang tidak dapat diukur langsung
dengan satuan uang namun berpengaruh pada peningkatan pelayanan pemerintah pada
masyarakat luas maupun golongan masyarakat tertentu. Hal ini yang membedakan dengan
investasi pada private sector, di mana tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan monetary
benefits
. Contohnya adalah dana bergulir
, di mana manfaat sosialnya lebih menonjol
dibandingkan manfaat ekonominya. Adapun proses investasi pemerintah dapat ditunjukkan
yang
dilakukan pemerintah dapat berupa pemanfaatan surplus anggaran
untuk mendapatkan pendapatan dalam jangka panjang dan pemanfaatan dana menganggur
untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas
. Investasi dapat dilakukan
untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Investasi jangka pendek dilakukan pada pasar
uang, sedangkan investasi jangka panjang dilakukan pada pasar modal. Investasi pemerintah
biasanya dilakukan dalam bentuk deposito, Sertifikat Bank Indonesia, surat utang,- dan
dalam Gambar 19.1.
Investasi

obligasi BUMN/BUMD, penyertaan pada BUMN/BUMD, atau penyertaan pada badan


usaha lainnya. Menurut sifat kepemilikannya investasi jangka panjang dibedakan menjadi
investasi nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah investasi
jangka
panjang yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen
adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan
atau
tidak direncanakan untuk dijual kembali.
INVESTASI PEMERINTAH
Manajemen Komitmen
Perjanjian Investasi
PIP
BUMNBUMDB W/Pemdal
BLUD Swasta Asing
RDI
Ditolak
Analisis
Kelayakan
KIPPO
10a
8a
Diterima
dan Risiko
Pelaporan
Diterima
Ditolak
10b
Proposal
Investasi
Rekomendasi
6
1
Permohonan
Pencairan
Dit SM
(KPA)
Manajemen
DIPA
RKI
SP2D
1
1
DIPA
1
SPM
KPPN JKTII
Manajemen Pembayaran
Gambar 19.1. Proses Investasi Pemerintah
Sumber: www.ftpl.perbendaharaan.go.id.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan
untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi jangka panjang adalah
investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka
pendek harus memenuhi karekteristik sebagai berikut.
1. Dapat segera diperjualbelikan atau dicairkan.
2. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat
menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas.
3. Berisiko rendah.

Tetap dan Investasi


311
Dengan memperhatikan kriteria tersebut, maka surat berharga yang berisiko tinggi
karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar, tidak termasuk dalam investasi jangka pendek
yang dapat dibeli pemerintah (contohnya, saham pada pasar modal). Jenis investasi
yang
en ek termasuk dalam kelompok investasi jangka pendek, antara lain adalah surat berharga
dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha dan surat berharga
rang
yang
pihak lain.
dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan kelembagaan yang baik dengan
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih
dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanamannya,
raitu permanen dan nonpermanen. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang
rang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan investasi nonpermanen
dalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.
Maksud dari berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
terus-menerus, tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali. Sedangkan
pengertian tidak berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih
dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus-menerus atau ada niat
untuk memperjualbelikan atau menarik kembali. Investasi nonpermanen yang dilakukan
oleh pemerintah antara lain dapat berupa:
1. pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
oleh pemerintah sampai dengan tanggal jatuh tempo;
2. penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak
keriga;
3. dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan
modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;
4. investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki
pemerintah secara berkelanjuran, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk
penyehatan atau penyelamatan perekonomian.
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah
saru kriteria berikut.
1. Kemungkinan manfaar ekonomik dan manfaat sosial atau jasa pontensial di masa yang
akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.
2. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).
Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas atau aset memenuhi kriteria pengakuan
investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat
ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang berdasarkan
bukzi-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang pertama kali. Eksistensi dari kepastian
rang cukup bahwa manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa potensial yang akan
diperoleh memerlukan suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh manfaat
dari aset tersebut dan akan
menanggung
risiko
yang mungkin timbul.
Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan perubahan
itang menjadi investasi dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi kriteria sebagai
rikut.
Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan
datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.
Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).
Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode, yaitu sebagai berikut.
Metode biaya
Metode biaya adalah suatu metode penilaian yang mencatat nilai investasi berdasarkan
harga perolehan. Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya
perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima
dan tidak memengaruhi besarnya nilai investasi pada badan usaha atau badan hukum
yang terkait.
2. Metode ekuitas
Metode ekuitas adalah suatu metode penilaian yang mengakui penurunan atau kenaikan
nilai investasi sehubungan dengan adanya rugi/laba badan usaha yang menerima
investasi (investee), proporsional terhadap besarnya saham atau pengendalian yang
dimiliki pemerintah. Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat
investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba
atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba yang diterima pemerintah
akan mengurangi nilai investasi pemerintah. Sedangkan dividen yang dibayarkan dalam
bentuk saham, tidak memengaruhi nilai investasi pemerintah karena pengakuan kenaikan
nilai investasinya sudah dilakukan pada saat laba dilaporkan. Penyesuaian terhadap nilai
investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah,
misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset
tetap.
3. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk kepemilikan
yang akan dilepas atau dijual dalam jangka waktu dekat.
Investasi disajikan sesuai dengan klasifikasi investasi. Investasi jangka pendek disajikan
pada pos aset lancar di neraca, sedangkan investasi jangka panjang disajikan pada pos
investasi jangka panjang sesuai dengan sifatnya, baik yang bersifat permanen maupun
yang nonpermanen. Dalam akuntansi pemerintah digunakan pendekatan “self balancing
group of account" sehingga setiap akun di neraca mempunyai akun pasangan masing-
masing.

Adapun hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah
berkaitan dengan investasi, antara lain:
1. kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
3. perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka panjang;
2. jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
4. penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut;
5. investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
6. perubahan pos investasi.
Perubahan secara signifikan yang terjadi dalam PSAP Nomor 06 pada PP Nomor 71
Tahun 2010 adalah adanya pengakuan diskonto atau premi untuk pembelian investasi.
Diskonto atau premi pada pembelian investasi diamortisasi selama periode dari pembelian
sampai saat jatuh tempo sehingga hasil yang konstan diperoleh dari investasi tersebut.
Diskonto
atau premi yang diamortisasi tersebut dikreditkan atau didebitkan pada pendapatan bunga,
sehingga merupakan penambahan atau pengurangan dari nilai tercatat investasi (carrying
value) tersebut. Selain itu juga, datur masalah pelepasan dan pemindahan investasi. Pelepasan
investasi terjadi karena penjualan, pelepasan hak karena peraturan pemerintah, dan
sebagainya.
Perbedaan antara hasil pelepasan investasi dengan nilai tercatatnya harus dibebankan atau
dikreditkan pada keuntungan atau kerugian pelepasan investasi. Keuntungan atau kerugian
pelepasan investasi disajikan dalam laporan operasional.
TINJAUAN AKUNTANSI INVESTASI
Pada sisi ruang lingkup, antara paragraf ke-2 dan paragraf ke-5 isinya saling bertentangan.
Pada paragraf ke-2 berbunyi:
"Pernyataan standar ini harus diterapkan dalam penyajian seluruh investasi
pemerintah....."
sedangkan dalam paragraf ke-5, berbunyi:
"Pernyataan standar ini tidak mengatur: ....."
Di satu sisi standar ini harus diterapkan untuk seluruh investasi sementara di sisi lain
standar ini tidak mengatur untuk penempatan uang yang termasuk dalam lingkup setara
kas
, investasi dalam perusahaan asosiasi, kerja sama operasi dan investasi dalam properti.
Hal ini tentunya membingungkan, selain itu dalam standar ini tidak dijelaskan lebih lanjut
Thengapa untuk ketiga jenis investasi ini tidak diatur. Oleh karenanya, kedua hal ini perlu
Paragraf ke-6 baris ke-24, penjelasan definisi metode biaya masih kurang lengkap. Belum
ada penjelasan terkait dengan bagaimana nilai investasi ketika ada perubahan atas kekayaan
bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang terjadi sesudah perolehan
penjelasan lebih lanjut.

al investasi. Seharusnya dalam definisi metode biaya tersebut ditambah penjelasan


gaimana metode akuntansinya jika ada pencatatan perubahan atas kekayaan neto/ekuitas
ri badan usaha penerima (investee) yang terjadi sesudah perolehan awal investasi.
Terkait dengan klasifikasi investasi, pengelompokan investasi jangka panjang ke dalam
ermanen dan nonpermanen agak membingungkn terutama pada penjelasan ada niat atau
dak ada niat untuk dperjualbelikan atau menarik kembali. Karena pemerintah dalam
pasti
nelakukan investasi jangka panjang, misalnya pada perusahaan negara atau daerah
kan mempertimbangkan aspek bisnis karena memang perusahaan negara atau daerah
dalah sebagai profit center walaupun tetap mempertimbangkan juga aspek pelayanan publik.
jehingga, pada saat ingin berinvestasi pasti sudah ada niat bahwa suatu saat perusahaan
:ersebut sudah tidak menguntungkan lagi dari aspek ekonomi ataupun aspek sosial pasti
modalnya akan ditarik kembali atau perusahaan tersebut dilikuidasi sehingga pengelompokan
investasi jangka panjang ke dalam permanen dan nonpermanen menjadi rancu dan dapat
membingungkan pemerintah di daerah.
Terkait dengan pengakuan investasi, paragraf ke-20, kata dan pada kalimat “manfaat
ekonomi dan manfaat sosial menimbulkan penafsiran bahwa suatu pengeluaran kas atau
aset dapat diakui sebagai investasi jika memiliki kedua kemungkinan manfaat di masa
yang akan datang, yaitu manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Padahal pada paragraf ke-6
menyebutkan bahwa investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomi seperti bunga, dividen, dan royalti atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Berarti bahwa investasi
bisa memperoleh salah satu manfaat, yaitu manfaat ekonomi atau manfaat sosial. Oleh
karenanya, agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka pernyataan tersebut
perlu disempurnakan.
Metode penilaian investasi, pada paragraf ke-37, antara poin (b) kepemilikan antara
20% sampai dengan 50% dan poin (c) kepemilikan lebih besar dari 50% menggunakan
metode yang sama, yaitu menggunakan metode ekuitas. Hal yang menjadi pertanyaan adalah
apa tujuan pemisahan pengelompokan tersebut kalau metode yang digunakan adalah sama?
Scharusnya pada poin (c) menggunakan metode ekuitas dengan melakukan konsolidasi atas
kerena itu, perlu disempurnakan pada paragraf ke-37 poin (c) dengan tambahan klausal
laporan keuangan perusahaan investee karena kepemilikannya yang mayoritas (> 50%). Oleh
dikonsolidasikan dengan laporan keuangan induk (laporan keuangan pemerintah).

Anda mungkin juga menyukai