Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Aset Tetap

Dewi (2018) mengatakan aset adalah sumber daya terpenting untuk

perseorangan atau pun suatu organisasi yang memilikinya karena aset

merupakan peralatan yang menunjang kegiatan suatu organisasi dan juga

bermanfaat untuk mencapai suatu tujuan dari perusahaan atau organisasi

tersebut. Menurut Warren, dkk (2016:494) aset tetap (fixed asset) adalah

aset yang bersifat jangka panjang atau secara relative memiliki sifat

permanen dan merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dibeli

bukan untuk dijual, digunakan untuk mempelancar kegiatan operasional

perusahaan dan dapat digunakan lebi dari satu periode akuntansi seperti

peralatan, mesin, gedung, dan tanah.

Setyowati, dkk (2015:1), mengatakan aset tetap dapat berupa aset

berwujud maupun tidak berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari

satu tahun dan tidak mudah diubah menjadi kas. Eickelkamp (2015)

mengemukakan, Aktiva tetap merupakan mesin, peralatan, dan konstruksi,

yang digunakan dalam siklus hidup produk untuk memungkinkan produksi

yang akan digunakan. Aset semacam ini memiliki masa pemakaian yang

relative lama dan dapat memberikan manfaat.

Pada dasarnya, aset adalah segala sesuatu yang dimiliki dalam konteks

yang lebih luas, aset dapat berupa banyak hal, mulai dari sumber daya alam,

sumber daya manusia, jaringan, relasi, pendidikan, pengetahuan, teknologi,


seni budaya, nama baik, dan kepercayaan publik. Bahkan ide, informasi,

dan imajinasi pun dapat menjadi aset yang berharga ( Rudyant, 2015:14).

Konsep aset tetap dijelaskan dalam pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP) No. 07 tahun 2010 tentang akuntansi aset tetap yang

membahas mengenai pengakuan, penilaian, perolehan, penyusutan,

penghentian, dan pengungkapan aset tetap. Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintah (PSAP) merupakan standar yang diterapkan untuk seluruh unit

pemerintahan yang menyajikan laporan keuangam untuk tujuan umum yang

mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, penilaian,

penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.

Berlakunya pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP)

mengenai akuntansi aset tetap, pemerintah harus melakukan pencatatan aset

tetap sesuai standar yang telah ditetapkan. Banyaknya masalah yang sering

terjadi dalam aset tetap pemerintah salah satu faktornya dikarenakan

kurangnya sumber daya manusia dalam menangani aset, sehingga akan

menimbulkan masalah yang nantinya akan berpengaruh terhadap neraca

atau laporan keuangan. Dengan demikian lembaga pemerintah perlu

melakukan pencatatan akuntansi sesuai dengan Undang-undang yang telah

diatur.

Semua perusahaan memili aset berwujud yang merupakan pendukung

kegiatan operasional perusahaan. Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

aset tetap merupakan sumber daya yang penting untuk mendukung

operasional bisnis agar tercapai tujuan perusahaan tersebut.


2.1.1 Jenis Aset Tetap

Menurut Effendi ( 2015) aset tetap yang dimiliki oleh suatu

perusahaan dapat berupa berbagai bentuk misalnya tanah, bangunan,

mesin, kendaraan, dan alat-alat kantor.

Menurut Baridwan (2010) jenis-jenis aset terdiri dari:

1. Aset Lancar

Aset lancer adalah aset dalam bentuk uang kas dan aktiva-

aktiva lain dan sumber-sumber yang diharapkan akan

direalisasikan menjadi uang kas atau dikomsumsi selama siklus

usaha yang normal dalam waktu tertentu.

2. Aset Tetap

Aset tetap adalah aktiva-aktiva yang sifatnya relatif

permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan normal.

1.1.2 Perolehan Aset Tetap

Nataherwin (2018:117) mengemukakan perusahaan dapat

memperoleh aset tetap dengan membeli tunai, membangun sendiri,

memberikan wesel bayar, atau menukar dengan aset lain. Aktiva

tetap dicatat dengan prinsip perolehan, yaitu prinsip yang

menyebutkan bahwa semua biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh aset tetap sampai aset tetap tersebut siap digunakan

merupakan harga perolehan dari aset tersebut.

Menurut Baridwan (2010) cara perolehan aset tetap sebagai

berikut:
1. Pembelian Tunai

Aset tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai

dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang

dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk

memperoleh aset tetap termasuk harga faktur dan semua biaya

yang dikeluarkan agar aset tetap tersebut siap untuk dipakai,

seperti biaya angkut, premi ansuransi dalam perjalanan, biaya

balik nama, biaya pemasangan, dan biaya percobaan.

2. Ditukar Dengan Surat Berharga

Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan

saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar

harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai

penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak

diketahui, harga perolehan aset tetap ditentukan sebesar harga

pasar aset tersebut.

3. Aset Tetap yang Dibangun Sendiri

Perusahaan mungkin membuat sendiri aset tetap yang

diperlukan seperti gedung, alat-alat, dan perabot. Dalam

pembuatan aset semua biaya yang dapat dibebankan langsung

seperti bahan, upah, dan factory overhead langsung tidak

menimbulkan masalah dalam menentukan aset yang dibuat.

Tetapi biaya factory overhead tidak langsung menimbulkan


pertanyaan, berapa besar yang harus dialokasikan kepada aset

yang dikerjakan itu.

2.1.3 Penyusutan Aset Tetap

Menurut Elsye (2016:133) penyusutan adalah penyesuaian

nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari

suatu aset. Selain tanah dan kontruksi dalam pengerjaan seluruh

aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karateristik aset

tersebut. Metode penyusutan yang dapat dipilih dan digunakan

yaitu metode garis lurus, saldo menurun ganda, dan unit produksi.

Dzulfitri (2018) menyatakan dalam pernyataan standar

akuntansi keuangan nomor 16 (revisi 2015), berbagai metode

penyusutan dapat dugunakan dalam mengalokasikan jumlah

tersusutnya dari aset secara sistematis selama umur manfaatnya.

Metode penyusutan garis lurus menghasilkan pembebanan yang

tetap selama umur masa manfaat aset jika nilai residunya tidak

berubah. Metode saldo saldo menurun menghasilkan pembebanan

yang menurn selama umur masa manfaat aset. Metode unit

produksi menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan

atau output yang diperkirakan dari aset.

Menurut Ikantan Akuntansi Indonesia (SAK ETAP 2009)

metode penyusutan aset tetap yaitu:


1. Metode Garis Lurus

Metode garis lurus adalah metode perhitungan

penyusutan aset tetap dan setiap periode akuntansi deberka

beban yang sama secara merata. Beban penyusutan dihitung

dengan cata mengurangi biaya perolehan dengan nilai sisa dan

dibagi dengan manfaat ekonomi dari aset tersebut.

2. Metode Saldo Menurun

Metode saldo menurun, beban penyusutan semakin

menurun dari tahun ketahun. Pembebanan yang semakin tua

kapasitas aset tetap dalam memberikan jasanya juga karena

semakin menurun.

3. Metode Jumlah Unit

Metode jumlah unit produksi adalah suatu metode

perhitungan penyusutan aset tetap. Beban penyusutan aset tetap

pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa

banyak produk yang dihasilkan periode akuntansi tersebut

dengan mempergunakan aset tersebut.

2.1.4 Pengeluaran Selama Menggunakan Aset Tetap

Aset tetap yang dimiliki dan digunakan dalam intansi

pemerintahan akan memerlukan pengeluaran. Pengeluaran yang

tujuannya adalah agar memenuhi kebutuhan perusahaan, menurut

Maruta (2017) agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dan

pengeluaran tersebut dapat dikelompokan menjadi:


1. Reparasi dan Pemeliharaan

Ada dua cara untuk mencatat biaya reparasi yaitu:

a) Menambah harga perolehan aset tetap, apabila biaya ini

dikeluarkan untuk menaikkan nilai kegunaan aktiva dan

tidak menambah umurnya.

b) Mengurangi akumulasi penyusutan, apabila biaya ini

memperpanjang umur aktiva tetap dan mungkin juga nilai

residunya. Karena jumlah akumulasi penyusutan berkurang

bernilai bukunya menjadi bertambah bertambah besar.

Perhitungan penyusutan untuk tahun-tahun berikutnya

harus direvisi sesuai dengan perubahan nilai buku aktiva

tetap ekonomis baru.

2. Penggantian

Yang dimaksud dengan penggantian adalah biaya yang

dikeluarkan untuk menggantiaktiva atau suatu bagian aktiva

dengan unit yang baru dengan tipe yang sama, misalnya

penggantian dinamo mesin. Penggantian seperti ini biasanya

karena aktiva sudah tidak berfungsi lagi.

3. Perbaikan

Perbaikan adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva

yang lebih besar. Perbaikan yang biasanya kecil dapat

diperlakukan sebagai reparasi biasa tetapi perbaikan yang

memakan biaya yang besar dicatat sebagai aktiva baru, aktiva


lama yang diganti dan akumulasi depresiasinya dihapuskan dari

rekening-rekeningnya.

4. Penambahan

Yang dimaksud dengan penambahan adalah

memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti

penambahan ruang dalam bangunan, ruang para pekerja, dan

lain-lain. Biaya-biaya yang timbul dalam penambahan

dikapitalisasikan menambah harga perolehan aset tetap dan

depresiasi selama umur ekonominya.

5. Penyusunan Kembali Aktiva Tetap

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyusun aktiva

atau perubahan produksi, dan atau untuk mengurangi biaya

produksi jika jumlahnya cukup dan manfaat penyusunan

kembali itu akan didasarkan lebih dari satu periode akuntansi,

maka dari itu harus dikapitalisasikan. Biaya-biaya yang akan

diamortisasikan keperiode-periode yang memperoleh manfaat

dan penysunan kembali tersebut.

2.1.5 Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap

Menurut Hidayanti (2019) pengentian atau penyingkiran aset

tetap adalah usaha untuk menghapuskan atau menghilangkan aset

tetap dari catatan perusahaan. Menurut Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2017) aset tetap dihentikan

pengakuannya apabila sudah dilepaskan pemakaiannya dan ketika


tidak terdapat lagi manfaat ekonomi. Pemakian aset tetap dapat

diakhiri dengan cara dihentikan pemakaiannya, dijual, dan ditukar.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.

16 paragraf 68 keuntungan atau kerugian yang timbul dari

penghentian pengakuan aset tetap dimasukan dalam laba rugi

ketika aset tetap tersebut dihentikan pengakuannya, kecuali

PSAK:30 sewa mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam

transaksi jual dan beli, dan keuntungan kerugian yang timbul dari

penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar selisih antara

jumlah hasil pelepasan neto dan jumlah tercatatnya.

Menurut Ferdinan (2012) ada beberapa transaksi yang

menghentikan pemakian aset tetap, yaitu:

1. Berakhirnya masa manfaat aset tetap

Apabila aset tetap dientikan karena berkakhirnya masa

manfaatnya, semua akun yang berkaitan dengan aset tetap

tersebut harus dihapus, dalam transaksi ini saat aset tetap

dihentikan masa pemakaiannya masih memiliki nilai residu,

harus diakui sebagai rugi penghentian aset tetap.

2. Transaksi Penjualan Aset Tetap

Jika penghentian disebabkan transaksi penjualan, selisih

antara harga jual dengan nilai buku aset tetap yang tersisa harus

diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil

dibandinngkan dengan kas atau aset lain diterima, maka timbul


keuntungan. Sebaliknya jika nilai buku aset lebih besar

dibandingkan dengan kas atau aset lain yang diterima, maka

timbul kerugian.

3. Perukaran dengan Aset Lain

Harga pertukaran aset tetap yang didapat melalui

pertukuran dengan surat berharga diukur dengan jumlah uang

yang dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual.

Jika harga pasar kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap

tersebut harus ditaksir oleh pihak yang independen, misalnya

oleh penilai.

2.2 Optimalisasi Aset Tetap

Menurut Fahmi (2021) manajemen aset tetap merupakan suatu proses

pengelolaan kekayaan melalui tahap perencanaan kebutuhan aset,

memperoleh, menginventarisasi, mengaudit, menilai, mengoprasikan, dan

menghilangkan aset secara efektif, sehingga pengambilan keputusan dan

implementasinta sesuai dengan penggunaan dan distribusi aset yang

optimal. Proses kerja manajemen aset dapat dilakukan dengan

mengoptimalkan aset yang bertujuan untuk mengelola aset berupa

inventarisasi, legal audit, penilaian, pengawasan, dan pengendalian dengan

tujuan mengoptimalkan aset tersebut.

Menurut Sutrisno (2004) optimalisasi aset merupakan proses kerja

dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik,

lokasi, nilai, jumlah atau volume, legal, dan ekonomi yang dimiliki aset
tersebut. Pada tahap ini aset-aset yang dimiliki negara diidentifikasikan dan

dikelompokan berdasarkan potensi dari aset tersebut. Sedangkan menurut

Nuggent (2010) optimalisasi pemanfaatan aset adalah hubungan antara

kegunaan layanan dan imbalan keuntungan.

Aset yang memiliki potensi yang dapat dikelompokkan berdasarkan

sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembagan

ekonomi nasional, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

Tentunya kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan

transparan. Sedangkan aset yang tidak dioptimalkan harus dicari penyebab

mengapa aset tersebut menjadi idle capacity. Bahwa untuk mengoptimalkan

suatu aset harus dibuat sebuah formulasi strategi untuk meminimalisir atau

menghilangkan ancaman dari faktor lingkungan dan untuk aset yang tidak

dapat dioptimalkan harus dicari penyebabnya . Siregar (2014).

Selanjutnya menurut Siregar (2014), bahwa optimalisasi pengelolaan

aset harus memaksimalkan ketersediaan aset, memaksimalkan penggunaan

aset, dan meminimalkan biaya kepemilikan. Untuk mengoptimalkan suatu

aset dapat dilakukan dengan analisa penggunaan paling baik (highest and

best useanalysis) hal tersebut dapat dilakukan dengan meminimalisir atau

menghilangkan hambatan atas pengelolaan aset-aset tersebut, sehingga

optimalisasi suatu aset bias dilakukan.


Siregar (2004: 776) menyebutkan bahwa tujuan optimalisasi aset

secara umum adalah sebagai berikut:

1. Mengindentifikasi dan menginventarisasi semua aset. Kegiatan ini

meliputi bentuk, ukuran, fisik, legal, sekaligus mengetahui nilai pasar

atas masing-masing aset tersebut yang mencerminkan manfaat

ekonominya.

2. Pemanfaatan aset, pada tahap ini pengelola aset harus mengetahui

apakah aset telah sesuai dengan peruntukannya atau tidak.

3. Terciptanya suatu sistem informasi dan administrasi sehingga

tercapainya efesiensi dan efektifistas pengelolaan aset.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa optimalisasi aset

merupakan pengoptimalan pemanfaatan dari sebuah aset dimana dapat

menghasilkan manfaat yang lebih atau juga mendatangkan pendapatan.

2.2.1 Inventarisasi Aset Tetap

Wahyuni (2020) Berdasarkan peraturan mentri dalam negeri

No. 19 Tahun 2016 menyatakan bahwa inventarisasi merupakan

suatu tindakan dengan melakukan pencatatan data aset dengan

perhitungannya, pengelolaan aset, pengarahan atau pengaturan aset

hingga pelaporan dalam pemakaian barang atau aset yang dimiliki

oleh pemerintah daerah dengan waktu pemakaian jangka panjang

akan dicatat dalam pembukuan inventarisasi.

Pembukuan pada inventarisasi akan sesuai berdasarkan dengan

fungsi dan kegunaannya apabila dalam tindakan inventarisasi aset


dikerjakan dengan baik dan teratur dengan berdasarkan data-data

yang tepat, lengkap, dan informasi yang benar. Barang inventarisasi

merupakan keseluruhan barang yang dimiliki oleh pemerintah

daerah yang penggunaanya dengan jangka waktu lebih dari satu

tahun dan dicatat serta didaftar dalam buku inventarisasi.

Pulungan (2019) inventarisasi aset dilakukan untuk

mendapatkan data seluruh aset yang dimiliki, dikuasai sebuah

organisasi perusahaan atau instansi pemerintah. Seluruh aset perlu

diinventarisasi baik yang diperoleh berdasarkan beban dana sendiri,

hibah ataupun cara lainnya. Manfaat dari inventarisasi aset adalah

menciptakan tertib administrasi, pengamanan aset, pengendalian,

dan pengawasan aset. Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor 152 tahun 2004 inventarisasi adalah tindakan atau kegiatan

untuk melakukan perhitungan, pengurusan, penyelenggaraan,

pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang dalam pemakaian.

Kegiatan inventarisasi disusun buku inventarisasi yang menunjukan

semua kekayaan negara atau daerah yang bersifat kebendaan, baik

yang bergerak maupun yang tidak bergerak.

Wahyuni (2020) pendaftaran dan pencatatan yang dilakukan

oleh pengguna dan penguasa aset sesuai dengan format berikut:

1. Kartu inventarisasi barang (KIB) A Tanah

2. Kartu inventarisasi barang (KIB) B Peralatan dan Mesin

3. Kartu inventarisasi barang (KIB) C Gedung dan Bangunan


4. Kartu inventarisasi barang (KIB) D Jalan, Irigrasi, dan Jaringan

5. Kartu inventarisasi barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya

6. Kartu inventarisasi barang (KIB) F Kontruksi Dalam Pengerjaan

Dalam pencatatan dibuku invebntarisasi mencakup beberapa

hal yang berhubungan dengan aset, seperti data, lokasi, jenis jumlah,

ukuran, harga, dan sebagainya. Menurut Wahyuni (2020: 136)

dengan adanya buku inventaris yang lengkap, tetib, dan

berkelanjutan mempumyai fungsi dan peran yang sangat penting

dalam rangka:

1. Pengendalian, pemanfaatan, pengamanan, dan pengawasan

dalam setiap aset.

2. Usaha dalam pemakaian dan pengoptimalan pada aset secara

makasimal sesuai dengan tujuan dan fungsi aset.

3. Membantu kegiatan pemerintah.

2.2.2 Legal Audit

Hidayat (2020) mengemukakan legal audit merupakan suatu

tindakan pengendalian dan pengamanan atas kegiatan yang

berhubungan dengan pemeriksaan dari legalitas aset mulai dari

proses administrasi, pengadaan barang, hak kepemilikan aset,

pengalihan atas aset, serta mengenai atau solusi setiap

permasalahan aset yang bersifat administrasi maupun tindakan

hukum.
Legal audit dilakukan guna mendapatkan kepastian pada

kondisi keamanan aset secara legalitas dan memiliki peran penting

dalam melanjutkan pengoptimalan. Dengan adanya legal audit

diharapkan dapat mengurangi resiko terkait masalah hukum atau

dapat menurunkan biaya perkara yang harus dikeluarkan yang

disebabkan adanya kekosongan dokumen tertulis.

Menurut Sugiama (2013) Dengan kata lain legal audit

ditunjukan untuk keamanan aset, manfaat legal audit antara lain:

1. Dapat meminimalisasi resiko-resiko hukum.

2. Dapat mengoptimalkan aset (penggunaan dan pemanfaatan

aset).

3. Mengindentifikasi sedini mungkin permasalahan yang mungkin

terjadi.

4. Menyelesaikan berbagai masalah yang mungkin timbul

menyangkut aspek hukum.

2.2.3 Penilaian Aset Tetap

Asman (2016) penilaian adalah suatu proses kerja untuk

melakukan penilaian aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan

oleh konsultan penilaian yang independen, hasil dari nilai tersebut

akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun

informasi untuk penerapan harga bagi aset yang ingin dijual

Siregar (2004).
Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 19 tahun

2016 menyatakan bahwa penilian aset dilakukan guna penyusunan

dalam neraca pemerintah daerah, pemanfaatan dan pemindahan

kepemilikan aset. Penilaian aset adalah kegiatan perhitungan nilai

pada aset dengan memiliki sebuah tujuan tertentu. Penilaian

dilakukan oleh lembaga ahli penilaian aset yang telah memiliki

sertifikat dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Wahyuni (2020:140-141) penilaian aset sesuai dengan

mekanisme Standar Penilaian Indonesia, penilaian barang daerah

atau aset dilakukan dengan cara pendekatan salah satu atau

gabungan dari perbandingan data pasar, perhitungan biaya, dan

kapitalisasi pendapatan. Perbandinga dengan data pasar

berdasarkan perhitungan harga pasar pada saat dilakukan penilaian

aset sejenis. Perhitungan biaya berdasaekan perkiraan harga pasar

biaya reproduksi aset pada saat penilai dikurangi dengan biaya

penyusutan. Penilaian aset atau barang dilakukan lembaga

independen yang sudah memiliki sertifikat di bidang penilaian aset

atau barang milik pemerintah daerah, pemerintah daerah perlu

menyiapkan buku inventaris barang yang merupakan daftar dari

data teknis dan administrasi yang diperoleh dari catatan kartu-kartu

inventaris barang sebagai bentuk hasil dari sensus aset setiap

satuan kerja yang dilaksanakan secara bersamaan di waktu tertentu.


2.2.4 Pengawasan dan Pengendalian

Asman (2016) pengawasan dan pengendalian adalah satu

permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemerintah saat

ini. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini

adalah pengembagan Sistem Informasi Manajemen Akuntansi

(SIMAK). Melalui SIMAK, transparasi kerja dalam pengelolaan

aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan

pengawasan dan pengendalian yang lemah Siregar (2004). Dalam

Sistem Informasi Manajemen Akuntansi (SIMAK) ini aspek-aspek

seperti optimalisasi, inventarisasi, legal audit, dan pengendalian

sehingga satu aset termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan

hingga siapa yang bertanggung jawab menanganinya.

2.3 Optimalisasi Pencatatan Aset Tetap Menggunakan Aplikasi SIMAK-

BMN

Maksimalisasi aset adalah usaha organisasi untuk meningkatkan daya

saing untuk meningkatkan nilai, untuk pencapaian tersebut dibutuhkan

penerapan manajemen secara konsisten. Menurut Adriani (2020)

Pengelolaan aset daerah secara khusus diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia nomor 19 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan

Barang Milik Daerah. Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan


berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan

keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Pengelolaan

Barang Milik Daerah meliputi; perencanaan kebutuhan dan penganggaran,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan,

penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,

penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan, dan

pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi.

Pemerintah Daerah harus memahami bahwa sasaran akhir atau tujuan

utama pengelolaan aset adalah terjadinya optimalisasi dalam manajemen

aset daerah. Kenyataan sampai saat ini aset daerah masih dikelola seadanya,

sebatas inventarisasi belaka (pencatatan akuntansi). Aset daerah masih

dikonsultasikan dengan arus kas negatif, dibanding sebagai aset yang

produktif dan memberikan pendapatan. Kondisi manajemen terhadap aset

daerah tersebut membuktikan bahwa aset daerah sebagai sumber daya lokal

daerah menunjukkan utilitasnya yang masih rendah, hal ini terjadi karena di

hampir seluruh Pemerintah Daerah di Indonesia belum ada pemahaman

pengelolaan aset daerah secara utuh dalam kerangka Manajemen Aset

(Public/Corporate Real Properti Management).

Lahirnya SIMAK BMN merupakan langkah mudah dalam mengelola

asset/kekayaan Negara mulai dari manual ke elektronik/komputerisasi dan

lebih mudah dipahamioleh para petugas pencatat dan penanggungjawab

asset/kekayaan negara baik di tingkat satuan kerja (satker) sampai tingkat

kementerian.
SIMAK BMN sebagai sistem akuntansi selayaknya diselenggarakan

oleh unit organisasi akuntansi BMN dengan memegang prinsip-prinsip

sebagai berikut :

1. Ketaatan

Yaitu prinsip akuntansi barang milik Negara yang dilakukan harus

sesuai dengan peraturan perundang- undangan dan prinsip akuntansi

yang berlaku.

2. Konsistensi

Pencatatan akuntansi barang milik Negara dilakukan secara

berkesinambungan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Kemampuan bandingan

Pencatatan akuntansi barang milik Negara menggunakan

klasifikasi standar sehingga menghasilkan laporan yang dapat

dibandingkan antar periode akuntansi.

4. Materialitas

Pencatatan akuntansi barang milik negara dilaksanakan dengan

tertib dan teratur sehingga seluruh informasi yang memengaruhi

keputusan dapat diungkapkan.

5. Obyektif

Pencatatan akuntansi barang milik negara dilakukan sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.


6. Kelengkapan

Pencatatan akuntansi barang milik negara harus mencakup

seluruh transaksi yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai