5. Peralatan (Equipment)
Mencakaup berbagai pos beragam sesuai dengan bentuk perusahaan dan aktivitasnya. [4]
Contoh :
1. Mesin-mesin
2. Mesin pola dan tempa
3. Mesin dan Perabot lainnya
4. Mobil dan truk
2.2 CARA-CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi
penentuan harga perolehan.
a. Pembelian Tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai di catat dalam buku-buku dengan jumlah
sebesar uang yang di keluarkan. Dalam jumlah uang yang di keluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk
harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut,
premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Apabila dalam
pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga
faktur, tidak memandang apakah potongan itu di dapat atau tidak. [1]
Jurnal untuk membeli aktiva tetap, misalnya tanah adalah :
Tanah Rp xxx
Kas Rp xxx
b. Pembelian secara lumpsum / gabungan
Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga perolehan harus
dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap.[1] Menurut PSAK No.16 :
“Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan
harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.”
2.3 AKTIVA TETAP BERWUJUD – DEPRESIASI
Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya
setiap periode akuntansi. Menurut PSAK No. 17, Depresiasi (penyusutan) adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang
dapat di susutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi yang akan di bebankan ke pendapatan baik secara
langsung maupun tidak langsung[1]. Aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah aktiva yang :
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
2. Memiliki masa manfaat terbatas
3. Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang atau jasa, untuk di sewakan
atau untuk tujuan administrasi.
2.4 SEBAB-SEBAB DEPRESIASI
Faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi bisa dikelompokkan menjadi 2 yaitu :[1]
a. Faktor-faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena di pakai (wear and tear), aus karena
umur (deterioration and decay) dan kerusakan-kerusakan.
b. Faktor-faktor fungsional
Faktor-faktor fungsional ynag membatasi umur aktiva tetap antara lain, ketidak mampuan aktiva untuk
memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti dan karena adanya perubahan permintaan terhadap barang
atau jasa yang dihasilkan, atau karna adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika
dipakai.
2.5 FAKTOR-FAKTOR DALAM MENENTUKAN BIAYA DEPRESIASI
Ada 3 faktor yang perlu di pertimbangkan dalam menentukan beban depresiasi setiap periode :
1. Harga perolehan (Cost)
2. Nilai sisa (residu)
3. Taksiran umum kegunaan (masa manfaat)
Pada tanggal 1 Desember 2007, PT. XYZ (PMA) yang berdomisili di Bekasi, membeli 10 unit mesin dari
Jepang dengan harga (FOB) JPY 150,000,000.00 yang setara dengan Rp 12,779,711,574,- dengan biaya angkut dari
Tokyo hingga Tanjung periok sebesar USD 1,800.00 yang setara dengan Rp 16,883,995,- Tarif bea masuk untuk
mesin tersebut adalah 15%, karena PT. XYZ (PMA) menggunakan fasilitas penanaman modal asing, atas import
barang modal dikenakan bea masuk hanya setengahnya. Untuk menjamin keselamatan barang dalam perjalanan,
pengangkutan mesin tersebut dilindungi dengan asuransi ber premi USD 1,500.00 setara dengan Rp 14,069,995,- .
Biaya angkut dari tanjung periok hingga ke bekasi sebesar Rp 1,500,000,-. Untuk instalasi pemasangan PT. XYZ
membayar konsultan sebesar Rp 15,000,000,-.
Permasalahan :
Bagaimanakah perlakuan Akuntansi atas pembelian 10 unit mesin tersebut.
Jawab:
a) Penilaian (Pengukuran)
Jika kita uraikan, maka pengeluan-pengeluaran PT. XYZ (PMA) atas pembelian mesin tersebut adalah sebagai
berikut :
Pengakuan (Pencatatan)
Pencatatan-1 : Wajar
Pencatatan-2 : Tidak Wajar
Penjelasan :
Mengapa pencatatan yang pertama di katakan wajar dan pencatatan yang di bawahnya di katakan tidak wajar ?
Jawabannya adalah Matching Principles, yaitu : Pengeluaran hendaknya diakui pada periode kapan potensi
pendapatan akan diperoleh atas pengeluaran tersebut.
Dalam kasus di atas, jika yang dilakukan adalah pencatatan seperti pada pencatatan yang kedua
(tidak wajar), maka : pada saat penutupan buku (31 Desember 2007), akan nampak beban yang begitu
tinggi, bahkan sangat mungkin PT. XYZ kelihatan seolah-olah mengalami kerugian yang besar akibat
pembebanan : Shipping Cost, Insurance Cost, Import Duty, Import Tax, Trucking & Installation Cost
dengan SEKALIGUS. Sementara mesin belum berproduksi, belum menghasilkan outpun sama sekali.
Pencatatan aktiva tetap berwujudnya perusahaan tidak melakukan penyusutan sehingga aktiva tetap yang
dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja. Penilaian harga perolehan aktiva tetap tidak
disertai dengan biaya-biaya lainnya sampai aktiva tetap tersebut siap dipergunakan dalam kegiatan
operasional perusahaan. Dalam pelaporannya rekening beban penyusutan tidak ada, yang menyebabkan
biaya menjadi lebih kecil sehingga laba yang dihasilkan menjadi lebih besar dari yang sebenarnya.
Diperiode-periode berikutnya (2008, 2009, 2010 hingga mesin tersebut ditarik dari penggunaan) akan
nampak laba yang tinggi, akibat semua pengeluaran tersebut telah dibebankan sekaligus saat pembelian.
Akan menjadi wajar apabila, semua pengeluaran - pengeluaran tersebut dikapitalisasi (diakui sebagai perolehan)
untuk kemudian dibebankan secara bertahap dan selaras dengan penggunaan mesin tersebut, yaitu dengan cara
menyusutkannya.