Anda di halaman 1dari 14

Akuntansi Keuangan Menengah 1

“Depresiasi Dan Penurunan Nilai”

Disusun oleh :
Rahmad Hidayah Tuulah NIM 210301053
Halisya Rahmawati NIM 210301054
Rona Pratiwi NIM 210301170

Dosen pengampu:
Siti Samsiah, S.E., M.Ak

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
Tahun Ajaran 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai alat yang dapat mendukung suatu kegiatan perusahaan aktiva tetap biasanya
memiliki masa pemakaian yang lama, sehingga bisa diharapkan dapat memberi manfaat bagi
perusahaan selama bertahun-tahun. Namun demikian, manfaat yang diberikan aktiva tetap
pada umumnya semakin menurun karena aktiva tetap tersebut mengalami penyusutan
(depreciation). Penyusutan ini biasanya dicatat pada akhir tahun sebagai laporan keuangan di
neraca. Dalam akuntansi aktiva tetap ini akan dibahas tentang metode depresiasi.
Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi kecuali tanah dan
lahan,aset tetap merupakan subjek dari depresiasi atau penyusutuan artinyan nilai aktiva tetap
selian tanah berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya,sampai ketika
masa guna itu habis,nilai aktiva yang bersangkutan adalah nol.Secara umum perusahaan
dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan metode penetapan nilai penyusutan
yang dapat digunakan untuk menghitung nilai penyusutan dari suatu aktiva tetap
Semua aset memiliki potensi mengalami penurunan nilai, namun ada yang diatur
sendiri dalam standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai.
Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer dalam akuntansi saat
PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment sudah lama dikenal dalam akuntansi khususnya
aset tetap. PSAK berbasis IFRS menggunakan istilah penurunan nilai tak hanya untuk aset
tetap tetapi juga untuk aset tak berwujud, goodwill, aset keuangan dan investasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEPRESIASI
A. Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu
dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan
terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas
nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah
biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Properti yang dapat
didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan
pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari
setahun.
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/
kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.
Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
a. Nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal
(personal property) seperti mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan
item-item yang sejenis; dan properti riil (real property) seperti tanah dan
segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah
tersebut.
b. Tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau
franchise.
Depresiasi merupakan komponen penting dalam analisis ekonomi teknik, karena:
1. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu.
2. Dapat dipergunakan untuk mengalokasikan depresiasi (accounting
depreciation) nilai asset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk
menjamin bahwa asset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali
setelah masa layannya selesai.
3. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk pengurangan pengenaan pajak
dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya
produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak.
B. Metode Depresiasi
Semua jenis aset tetap, kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk
memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa factor yang
mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah karena pemakaian, keausan,
ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan ketertinggalan
teknologi.
Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aset tetap yang bersangkutan. Hal
ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aset tetap
berwujud disebut penyusutan (depresiasi / depreciation). Penyusutan dapat dihitung
tiap-tiap bulan atau ditunda sampai dengan akhir tahun.
Terdapat beberapa metode untuk menghitung penyusutan aset tetap berwujud. Ada
dua factor yang mempengaruhi besarnya penyusutan, yaitu
a) Nilai aset tetap yang digunakan dalam perhitungan pernyusutan (dasar
penyusutan), dapat berupa harga perolehan atau nilai buku.
b) Taksiran manfaat, mencerminkan besarnya kapasitas / manfaat aset tetap selama
dipakai. Taksiran ini dapat dinyatakan dalam lamanya jangka waktu pemakaian atau
kapasitas produksi yang dihasilkan. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat
dinyatakan dalam tarif penyusutan.
Dari uraian di atas, maka secara umum penyusutan aset tetap dapat dihitung dengan
rumus:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan

Metode yang lazim digunakan untuk penyusutan asset tetap adalah sebagai berikut:
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap
tahun sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Rumus yang digunakan untuk
menghitung biaya penyusutan per tahun dengan metode ini adalah:
2. Metode Unit Produksi (Unit Production Method)
Jika tingkat pemanfaatan aset tetap bervariasi dari tahun ke tahun, dan
lamanya umur ekonomis berkaitan erat dengan tingkat pemakaian, maka metode
unit produksi lebih tepat dipakai daripada metode garis lurus. Karena, metode unit
produksi mampu membandingkan lebih baik beban penyusutan dengan
pendapatan terkait.
Metode Unit Produksi (Unit Production Method) menghasilkan jumlah beban
penyusutan yang sama bagi setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas
yang digunakan oleh aset. Untuk menerapkan metode ini umur manfaat aset
diekspresikan dalam istilah unit kapasitas produktif seperti jam atau mil. Total
beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi kemudian ditentukan dengan
mengalikan penyusutan per unit dengan jumlah unit yang dihasilkan atau
digunakan selama periode dimaksud.

3. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)


Metode saldo menurun menghasilkan beban periodic yang terus menurun
sepanjang estimasi umur manfaat aset. Untuk menerapkan metode ini, tariff
penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan.

Setiap metode ini diterima oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum,
manajemen dapat memilih metode yang paling sesuai. Tujuannya adalah memilih
metode terbaik untuk menghitung kontribusi asset terhadap pendapatan selama
masa manfaat. Sekali mereka memilih suatu metode, itu harus diterapkan secara
konsisten selama masa manfaat asset tersebut. Konsistensi merupakan dasar untuk
dapat membandingkan laporan keuangan.

4. Metode Jumlah Angka Tahun


Dalam metode ini depresiasi pada periode pertama jumlahnya paling besar dan
dan pada periode terakhir depresiasinya paling kecil. Jadi depresiasi setiap periode
berkurang sesuai dengan jumlah angka tahun taksiran umur manfaatnya. Jika
taksiran umur manfaat n tahun maka cara menghitungnya adalah
S = n(n+1)/2
Depresiasi tahun 1 = ( n / S ) x Nilai Terdepresi
Depresiasi tahun 2= ( ( n-1 )/ S ) x Nilai Terdepresi
Depresiasi tahun 3= ( ( n-2 ) / S ) x Nilai Terdepresi
Seterusnya sampai habis taksiran umur manfaatnya.
2. PENURUNAN NILAI
A. Pengertian Penurunan Nilai
Penurunan nilai dari asset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat asset
(carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount).
B. Indikasi Penurunn Nilai
Penurunan nilai dari asset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat asset
(carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount). Menurut PSAK
48 (revisi 2009) tentang penurunan asset, pada setiap akhir periode pelaporan, suatu
entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu asset pengalami penurunan nilai.
Dalam menilai apakah indikasi bahwa asset mungkin mengalami penurunan nilai,
entitas harus mempertimbangkan minimum hal-hal berikut ini.
1. Informasi dari sumber-sumber ekternal, antara lain sebagai berikut.
 Selama periode tersebut, nilai pasar asset telah turun secara signifikan
lebih dari yang diharapkan
 Perubahan yang signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi, atau
lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat asset
dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas.
 Suka bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat
selama periode tersebut.
 Jumlah tercatat asset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
2. Informasi dari sumber-sumber internal, antara lain sebagai berikut.
 Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik asset.
 Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan segnifikan
yang berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara,
suatu asset digunakan atau diharapkan akan digunakan.
 Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa
kinerja ekonomi asset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang
diharapkan.
 Untuk suatu investasi dalam entitas anak, antitas asosiasi dan pengendalian
bersama entitas yang disajikan dalam laporan keuangan terpisah
berdasarkan metode biaya.
3. Entitas juga harus melakukan hal berikut.
 Menguji penurunan nilai asset takterwujud dengan masa manfaat tidak
terbatas atau asset takterwujud yang belum dapat digunakan, secara
tahunan,
 Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam satu kombinasi
bisnis secara tahunan.
C. Nilai Pakai
Pertimbangan dalam penghitungan nilai pakai aset:
 Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari
aset
 Ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas
masa depan tersebut
 Nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang
berlaku
 Harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset
 Faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh
pelaku pasar dalam menilai arus kas masa depan yang diharapkan entitas
akan diperoleh dari aset tersebut.

D. Pengukuran Penurunan Nilai


Setelah suatu entitas mengevaluasi adanya indikasi penurunan nilai, dan
ternyata menemukan adanya indikasi penurunan nilai maka harus dilakukan
pengujian atas penurunan nilai. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan
antara jumlah tercatat dari asset dengan jumlah terpulihkannya. Apabila tercatatnya
lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, maka selisih antara keduanya tersebut diakui
sebagai rugi penurunan nilai dan nilai tercatat asset diturunkan menjadi sebesar
jumlah terpulihkan tersebut. Apabila tercatat lebih rendah dari jumlah terpulihkan,
maka tidak terdapat penurunan nilai.
Apabila terdapat indikasi-indikasi penurunan nilai, maka entitas diharuskan
membuat estimasi formal jumlah terpulihkannya. Jumlah terpulihkan merupakan
jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar asset atau unit penghasil kas dikurangi
biaya penjualan dengan nilai pakainya. Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah
jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu asset atau unit penghasilan kas
dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa
tekanan, dikurangi biaya pelepasan asset. Nilai ini mencerminkan nilai yang dapat
dihasilkan oleh asset tersebut bila asset terjual setelah dikurangi biaya untuk
melakukan penjualan. Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini dari taksiran arus kas
yang diharapkan akan diterima dari suatu asset atau unit penghasil kas.

E. Pengakuan Rugi Penurunan Nilai


Rugi penurunan nilai adalah nilai terpulihkan lebih kecil dari nilai tercatat,
nilai tercatat asset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan.
Rugi penurunan nilai asset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba
rugi komprehensif. Namun demikian, kerugian penurunan nilai atas asset revaluasian
diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai
tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk asset yang sama. Rugu penurunan nilai
atas asset revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk asset tersebut. Ketika
jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari nilai tercatat asset yang terkait,
entitas mengakui liabilitas jika, dan hanya jika, hal ini disyaratkan oleh standar
akuntansi lainnya. Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan
(amortisasi) asset disesuaikan di masa depan untuk mengalokasikan nilai tercatat asset
revision, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sisitematis selama sisa
manfaatnya.
F. Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan
1. Asumsi yang masuk akal dan didukung oleh fakta atau teori.
2. Anggaran keuangan terbaru dan telah disahkan manajemen
3. Tidak memasukkan komponen arus kas masa depan dari restrukturisasi
4. Penggunaan dasaran kepada anggaran hanya meliputi periode 5 tahun, kecuali jika
periode yangg lebih lama dapat dijustifikasi.
5. Periode setelah anggaran menggunakan tingkat pertumbuhan tetap atau menurun,
kecuali jika pertumbuhan naik dapat dijustifikasi
6. Tingkat pertumbuhan dalam proyeksi tidak boleh melebihi rata-rata jangka
panjang pertumbuhan untuk produk, industri, atau negara tempat entitas
beroperasi atau pasar dimana aset digunakan, kecuali jika tingkat yang lebih tinggi
dapat dijustifikasi.

G. Penurunan Nilai Pada Unit Penghasil Kas


Unit Penghasil Kas (UPK) asset adalah kelompok terkecil dari asset yang termasuk
asset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk
dari asset atau kelompok asset lain. Jika terdapat indikasi bahwa suatu asset turun
nilainya, jumlah terpulihkan diestimasi untuk asset individual. Jika tidak mungkin
mengestimasi jumlah terpulihkan asset individual, entitas menentukan nilai
terpulihkan dari UPK yang mana asset tercakup (asset dari unit penghasil kas),
mengidentifikasi UPK memerlukan pertimbangan tersendiri. Jika jumlah terpulihkan
tidak dapat ditentukan untuk asset individual, entitas mengidentifikasi agregasi
terendah atas asset yang menghasilkan arus kas masuk yang berdiri sendiri. UPK
diidentifikasi secara konsisten dari periode ke periode untuk asset atau jenis asset
yang sama, kecuali perubahan dapat dijustifikasi.
Jumlah terpulihkan dari UPK adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar
unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya. Entitas
menggunakan estimasi terbaik manajemen mengenai harga masa depan yang dapat
tercapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi: a)Arus kas masa depan dan
b)Arus kas keluar masa depan
1. Jumlah tercatat dari UPK
Mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan
langsung, atau dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke UPK dan
akan menghasilkan arus kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai
unit penghasil kas; dan tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang
diakui, kecuali jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan
tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut.
2. Jumlah terpulihkan dari suatu asset individual tidak dapat ditentukan bahwa:
 Nilai pakai asset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi
nilai biaya penjualan (contoh, apabila arus kas masa depan dari
penggunaan asset); dan
 Asset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok
asset lain.
H. Unit Penghasil Kas
Rugi Penurunan Nilai diakui untuk UPK jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari
unit tersebut (kelompok dari unit) < jumlah tercatatnya, dialokasikan untuk
mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan urutan,
pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan ke
unit penghasil kas (kelompok dari unit); dan selanjutnya, ke aset lain dari unit tersebut
dibagi pro rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut (kelompok
dari unit). Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai, entitas tidak harus
mengurangi jumlah tercatat. Aset dengan jumlah yang tertinggi dari:
 Nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (jika ditentukan)
 Nilai pakainya (jika dapat ditentukan)
 Nol
I. Goodwill
Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwiil yang diperoleh dalam suatu kombinasi
bisnis harus, sejak tanggal akuisisi, dialokasikan pada unit penghasil kas pihak
pengakuisisi, (atau kelompok unit penghasil kas) yang diharapkan memberikan
manfaat dari senergi kombinasi. Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk menurunkan
jumlah tercatat dari asset dengan tahapan sebagai berikut:
 Pertama, menurunkan jumlah tercatat dari goodwill yang telah dialokasikan
pada UPK
 Kedua, mengalokasikan pada asset lainnya pada UPK secara perorate dari
jumlah tercatat pada masing-masing asset dalam UPK.

J. Asset Korporat
Asset korporat termasuk asset kelompok atau divisi seperti bangunan kantor
pusat atau divisi dari entitas, perlengkapan EDP, atau pusat penelitian, karakteristik
khusus asset korporat adalah bahwa asset korporat tidak menghasilkan arus kas masuk
secara independen dari asset atau kelompok asset lain dan jumlah tercatatnya tidak
sepenuhnya diatribusikan ke unit penghasil kas yang sedang ditelaah. Jika sebagian
jumlah tercatat asset korporat, adalah sebagai berikut:
 Dapat dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten terhadap unit
tersebut.
 Tidak dapat dialokasikan pada suatu dasar yang layak dan konsisten ke unit
itu, entitas harus; (i) membandingkan jumlah tercatat unit, di luar asset
korporat, dengan jumlah terpulihkan dan mengakui setiap rugi penurunan
nilai; (ii) mengidentifikasi kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang
mencakup unit penghasil kas yang telaah dan yang sebagian dari jumlah
tercatat asset korporat dapat dialokasikan atas dasar yang layak dan konsisten;
(iii) membandingkan jumlahtercatat dari kelompok unit penghasil kas tersebut
(termasuk bagian dari jumlah tercatat asset korporat yang dialokasikan ke
kelompok dari unit tersebut) dengan jumlah terpulihkan dari kelompok unit
itu.

K. Pemulihan Rugi Penurunan Aset


Entitas menilai pada akhir setiap periode laporan apakah terdapat indikasi bahwa rugi
penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk asset (selain
Goodwill, karena untuk Goodwil l tidak diperbolehkan adanya pemulihan rugi
penurunan nilai) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. entitas
mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini:
 Infomasi yang bersumber dari luar, antara lain:
- Nilai wajar asset telah meningkat secara signifikan selama periode
tersebut.
- Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah
terjadi selama periode tersebut.
- Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain
telah turun selama periode itu.
 Informasi yang bersumber dari dalam, antara lain:
- Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah
terjadi selama periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu
dekat
- Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengidikasikan bahwa
kinerja ekonomi asset lebih baik atau akan lebih baik dari yang
diharapkan.
- Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode
sebelumnya untuk asset selain Goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika
terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah
terpulihkan atas asset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui.
Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai.
- Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas
dialokasikan kepada asset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) prorate
dengan jumlah tercatat dari asset-asetnya. Dalam mengalokasikan
pembelian rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas, jumlah tercatat
asset tidak boleh dinaikan di atas nilai yang terendah dari:
- Jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan
- Jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto)
seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk asset
tersebut dalam periode sebelumnya.
- Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah
dialokasikan untuk asset tersebut harus dialokasikan prorate ke asset lain
dari unit itu, kecuali untuk goodwill.
BAB III

KESIMPULAN

Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan
penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap
pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat
terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Terdapat beberapa metode dalam
perhitungan depresiasi, sebagai berikut: metode garis lurus, metode pembebanan menurun
metode unit produksi.

Penurunan nilai akan membuat aset entitas mencerminkan manfaat ekonomi di masa
depan dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi yang akan diterima entitas di
masa mendatang. Penurunan nilai didasarkan pada konsep konservatif, kehati-hatian dan
relevansi informasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://nisaistiqomah2323.blogspot.com/2012/12/makalah-akuntansi-keuangan.html

http://makalahasettetap.blogspot.com/2016/11/

Anda mungkin juga menyukai