Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATA KULIAH

AKUNTANSI KEUANGAN
“DEPRECIATION, IMPAIRMENT AND DEPLETION”

OLEH :
NI NENGAH SUHARWINI
(I2F019013)

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MAGISTER AKUNTANSI
TAHUN 2019
BAB 11
DEPRECIATION, IMPAIRMENT AND DEPLETION
( Penyusutan, Penurunan Nilai, Dan Deplesi )

Dalam Bab ini, akan mempelajari mengenai :


1. Menjelaskan konsep depresiasi
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang terdapat pada proses depresiasi
3. Membandingkan metode-metode pada depresiasi
4. Menjelaskan masalah akuntansi terkait impairment
5. Menjelaskan prosedur akuntansi terhadap deplesi sumber daya alam
6. Menjelaskan bagaimana melaporkan dan menganalisis aset tetap dan sumber daya
alam pada laporan keuangan

PENYUSUTAN – SEBUAH METODE ALOKASI BIAYA


Penyusutan merupakan cara untuk mengaloksikan biaya. Penyusutan (depreciation) adalah
proses akuntansi untuk mengalokasikan biaya perolehan aset berwujud kepada beban secara
sistematis dan rasional pada periode-periode dimana perusahaan mengharapkan manfaat
dari penggunaan aset.
Ketika perusahaan menghapus biaya perolehan asaet berumur panjang selama beberapa
periode, mereka menggunakan istilah penyusutan. Perusahaan menggunakan istilah deplesi
(depletion) untuk menggambarkan pengutrangan biaya perolehan sumber daya mineral
(seperti minyak, gas dan batu bara) selama periode waktu tertentu. Kadaluwarsanya asaet
tak berwujud, seperti paten atau hak cipta disebut sebagai amortisasi (amortization).

Faktor-Faktor yang Terlibat dalam Proses Penyusutan adalah :


1. Basis Penyusutan untuk Aset
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan adalah fungsi dari dua faktor : biaya perolehan asli
dan nilai residual. Nilai residual (residual value) atau disebut juga sebagai nilai sisa (salvage
value) adalah perkiraan jumlah yang akan diterima perusahaan ketika menjual aset atau
berhenti memakainya. Nilai tersebut adalah nilai yang menjadi niali residual setelah
perusahaan menurunkan nilai atau menyusutkan aset selama umur manfaatnya.
2. Estimasi Umur Manfaat
Masalah umur manfaat dari sebuah aset juga menjadi faktor penentu ditariknya aset tersebut
dari penggunaan. Secara umum, aset ditarik dari penggunaan berdasarkan faktor fisik yang
meliputi kerusakan dan habisnya umur fisik, dan faktor ekonomis seperti keusangan aset.
Faktor-faktor tersebut menetapkan batas untuk umur manfaat aset Perusahaan
menghentikan aset karena ada dua alasan : faktor fisik (seperti kerusakan atau berakhirnya
umur fisik) dan faktor ekonomi (using). Kita dapat mengklasifikasikan faktor-faktor ekonomi
atau fungsional menjadi tiga kategori :
a) Ketidakcukupan (inadequacy) terjadi ketika aset berhenti menjadi manfaat bagi
perusahaan karena kebutuhan perusahaan telah berubah
b) Supresession adalah penggantian salah satu aset dengan aset lain yang lebih efisien dan
ekonomis
c) Keusangan (obsolescene) mencakup semua situasi lainnya yang tidak termasuk dalam
ketidakcukupan dan supersession.
Faktor yang membatasi faktor fisik atau faktor ekonomi mencakup
(1) pertimbangan ekologis,
(2) persaingan sumber daya mineral lainnya, dan
(3) masalah keamanan.
3. Metode Penyusutan
Perusahaan dapat menggunakan sejumlah metode penyusutan, seperti berikut ini :
1. Metode aktivitas (unit penggunaan atau unit produksi)
Metode aktivitas (activity method) disebut juga sebagai pendekatan pembebanan variabel
atau pendekatan unit produksi mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari
penggunaan atau produktivitas dan bukan fungsi dari berlalunya waktu.


=

2. Metode Garis Lurus


Metode garis lurus (straight line method) mengaanggap penyusutan sebagai fungsi waktu
dan bukan fungsi pengunaan. Keberatan utama atas metode garis lurus adalah bahwa hal
ini bersandar pada dua sumsi yang lemah (1) kegunaan ekonomis aset dianggap saka setiap
tahunnya dan (2) biaya perbaikan dan pemeliharaan pada dasarnya daianggap saka setiap
periode.


=

3. Metode Pembebanan Menurun


Metode pembebanan menurun (diminishing-charge method) menghasilkan beban
penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan ebban yang lebih rendah dalam
tahun-tahun berikutnya. Oleh karena metode ini memungkinkan beban awal tanhun yang
lebih tinggi dari pada metode garis lurus, metode ini sering disebut metode penyusutan
dipercepat (accelerated-depreciation method).
Jumlah Angka Tahun. Metode jumlah angka tahun (sum-of-the-years”-digits method)
menghasilkan pembebanan penyusutan yang menurun berdasarkan pada menurunnya
fraksi biaya perolehan yang dapat disusutkan (biaya perolehan asli dikurangi nilai residual).
Metode Saldo Menurun. Metode saldo menurun (declining-balance method) disebut juga
sebagai metode saldo berkurang menggunkaan tingkat penyusutan (dinyatakan sebagai
persentase) yang beberapa kalitingkat penyusustan pada metode garis lurus. Metode
saldo menurun tidak mengurangi nilai residual daa menghitung dasar penyusutan.

Penyusutan Komponen
Perusahaan diharuskan menggunakan penyusutan komponen (component depreciation). IFRS
mensyaratkan bahwa setiap bagian dari item aset tetap yang signifikan terhadap total biaya
perolehan aset harus disusutkan secara terpisah. Oleh karena itu, perusahaan harus
melakukan penilaian untuk menentukan alokasi yang tepat untuk komponennya.
Isu Penyusutan Khusus
Beberapa masalah khusus yang berkaitan dengan penyusutan tetap adalah :
- Penyusutan dan Periode Parsial atau Sebaian
Dalam menghitung beban penyusutan periode parsial, perusahaan harus menentukan beban
penyusutan untuk setahun penuh dan kemudian merata-ratakan beban penyusutan ini pada
dua periode yang terlibat. proses ini harus berlangsung selama manfaat aset.
- Penyusutan dan Penggantian Aset Tetap
Penyusutan sama dengan beban lain yang mengurangi laba bersih. Perbedaannya dalah
penyusutan tidak melibatkan arus kas keluar periode berjalan. Penyusutan tidak
menyediaakn dana bagi penggantian aset. Dana untuk penggantian aset berasal dari
pendapatan yang dihasilkan melalui penggunaan aset. Tanpa adanya pendapatan, tidak akan
ada laba yang diwujudkan dan tidak akan ada arus kas masuk yang dihasilkan selama periode
berjalan.

- Revisi Tarif Penyusutan


Ketika aset tetap diakuisisi, tarif penyusutan ditentukan dengan hati-hati berdasarkan
pengalaman masa lalu dengan aset sejenis dan informasin lainnya yang berkaitan. Akan
tetapi, provisi untuk penyusutan hanya merupakan estimasi dan mungkin perlu untuk
merevisinya selama umur aset kemunduran fisik yang tidak diharapkan atau keusangan yang
tidak terduga dapat membuat masa manfaat aset lebih pendek daripada yang diestimasikan
semula. Tidak ada perubahan yang harus dibuat atas hasil-hasil yang dilaporkan sebelumnya.
Saldo awal tidak disesuaikan. Sehingga tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat perubahan
estimasi terjadi. Beban penyusutan periode selanjutnya didasarkan pada pembagian nilai
buku yang tersisa, dikurangi setiap nilai sisa dengan estimasi umur yang tersisa.

PENURUNAN NILAI
Standar akuntansi umum dari nilai terendah dari biaya perolehan atau nilai realisasi neto
(kower-of-cost-net-realizable-value) untuk persediaan tidak berlaku pada aset tetap.

Mengakui Penurunan Nilai


Sebagai hasil kemerosotan global ini, banyak perusahaan yang mempertimbangkan untuk
melakukan penghapusan nilai atas beberapa aset jangka panjangnya. Penghapusan nilai ini
disebut juga sebagai penurunan nilai (impairments).
Untuk menentukan apakah suatu aset mengalami penurunan nilai, perusahaan meninjau
indicator penurunan nilai aset tersebut secara tahunan. Jika indicator penilaian benar0benar
ada, maka uji penurunan nilai (impairment test) harus dilakukan. Jika nilai tercatat lebih tinggi
daripada jumlah terpulihkan, maka perbedaannnya dianggap sebagai rugi penurunan nilai.
Jika terpulihkan lebih besar dari nilai tercatat, tidak ada penurunan nilai yang dicatat.
Jumlah terpulihkan (recoverable amount) didefinisaikan sebagai yang lebih tinggi antara nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual atau “nilai pakai”. Nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual (fair value less costs to sell) berarti pada nilai berapa aset tersebut dijual setelah
dikurangi biaya penjualan. Nilai pakai (value-in-use) adalah nilai sekarang arus kas yang
diharpkan dari penggunaan masa depan dan enjualan aset pada akhir umur manfaatnya.
Pembalikan Rugi Penurunan Nilai
Setelah mencatat rugi penurunan nilai, jumlah terpullihkan menjadi dasar dari aset yang
turun nilainya. Apa yang akan terjadi jika terdapat tinjauan di masa depan yang menunjukkan
bahwa aset tersebut tida lagi turun nilainya karena jumlah terpulihkan aset tersebut menjadi
lebih tinggi dari jumlah tercatat. Dalam hal ini, maka rugi penurunan nilai dapat dilibatkan.

Nilai Penghasil Kas


Perusahaan harus mengidentifikasi kelompok terkecil aset yang dapat diidentifkasi sebagai
unit menghasilkan arus kas secara independen terhadap arus kas dari aset lainnya. Kelompok
tersebut disebut dengan unit penghasil kas (cash-generating unit – CGU).
Penurunan Nilai Aset yang Akan Dilepas
apa yang terjadi jika perusahaan berniat untuk melepas aset yang turun nilainya dan
bukannya menyimpan aset tersebut untuk digunakan. Bahwa penyusutan tidak konsisten
dengan gagasan aset yang akan dilepas, dan dengan penggunaan nilai terendah dari biaya
perolehan atau nilai realisasi neto. Dengan kata lain, aset yang dimiliki untuk dilepas seperti
persediaan; perusahaan harus melaporkan aset pada nilai terendah dari biaya perolehan atau
nilai realisasi neto.

DEPLESI
Sumber daya alam (natural resources) termasuk minyak bumi, mineral dan lahan kayu.
Sumber daya alam dapat dibagi menjadi dua kategori (1) aset biologis seperti lahan kayu, dan
(2) sumber daya mineral seperti minyak gas, dan pertimbangan mineral. Persyaratan
akuntansi dan pelaporan untuk aset biologis sepeti lahan kayu menggunakan pendekatan nilai
wajar. Pada sumber daya mineral (mineral resources) yang memiliki dua fitur utama (1)
pengambilan (konsumsi) penuh aset, dan (2) penggantian aset hanya dengan tindakan alam.
Ingat bahwa profesi akuntansi menggunakan istilah deplesi (depletion) untuk proses
pengalokasian biaya perolehan sumber daya mineral.
Menetapkan Dasar Deplesi
Perhitungan dasar deplesi melibatkan perlakuan akuntansi yang benar atas tiga jenis
pengeluaran berikut ini :
1. Biaya pra-eksplorasi
Pengeluaran pra-eksplorasi (pre-exploratory expenditure) adalah biaya yang terjadi
sebelum perusahaan memperoleh hak hukum untuk mengeksplorasi area spesifik.
2. Biaya Eksplorasi dan Evaluasi
Contoh beberapa jenis biaya eksplorasi dan evaluasi (exploratory and evaluation cost –
E&E) adalah sebagai berikut :
 Perolehan hak untuk mengeksplorasi
 Studi topografi, geologi, dan geofisika
 Pengeboran eksplorasi
 Sampling
 Aktivitas yang terkait dengan evaluasi kelayakan teknis dan viabilitas komersial atas
penggalian sumber daya mineral
3. Biaya pengembangan
Perusahaan membagi biaya pengembangan (development cost) menjadi dua bagian : (1)
biaya peralatan berwujud dan (2) biaya pengembangan tak berwujud. Biaya peralatan
berwujud mencakup semua transportasi dan alat berat lainnya yang diperlukan untuk
mengestrak sumber daya mineral dan memeprsiapkanya untuk dipasarkan. Oleh karena
perusahaan dapat memindahkan alat berat dari sati lokasi penggalian ke yang lain,
perusahaan biasanya tidak memasukkan biaya peralatan berwujud sebagai dasar deplesi.
Sebaliknya perusahaan menggunakan beban penyusutan terpisah untuk emngalokasikan
biaya peralatan tersebut. Namun, beberapa aset berwujud (misalnya fondasi rig
pengeboran) tidak dapat dipindahkan. Perusahaan menyusutka aset ini selama umur
manfaatnya atau umur sumber daya mineral, mana yang lebih pendek. Biaya
pengembangan tak berwujud, disisi lainnya adalah item-item sperti biaya pengeboran,
terowangan, lubang dan sumur. Biaya ini tidak memiliki karakteristik yang berwujud, tetapi
tetap diperlukan untuk produksi sumber daya mineral. Biaya pengembangan tak berwujud
dianggap sebagai bagian dari dasar deplesi.
Penghapusan Nilai atas Biaya Perolehan Sumber Daya Mineral
Biasanya, perusahaan menghitung deplesi-sering disebut deplesi biaya (cost depletion) –
berdasarkan metode unit produksi (pendekatan aktivitas). Dengan demikian, deplesi adalah
fungsi dari jumlah unit yang diekstraksi selama periode berjalan. Dalam pendekatan ini, total
biaya perolehan sumber daya mineral dikurangi nilai residual dibagi dengan jumlah unit yang
diperkirakan berada di lokasi deposit sumber daya mineral, untuk mendapatkan biaya per
unit produk. Untuk menhitung deplesi, biaya per unit tersebut kemudian dikalikan dengan
jumlah unit yang diekstraksi.
Memperkirakan Cadangan yang Dapat Dipulihkan
Masalah ini adalah sama dengan perlakuan untuk perubahan estimasi umur manfaat pabrik
dan peralatan. Prosedurnya adalah dengan merevisi tingkat deplesi secara prospektif :
perusahaan membagi sisa biaya perolehan dengan estimasi cadangan yang dapat dipulihkan
terbaru. Pendekatan ini memiliki banyak manfaat karena estimasi yang diperlukan sangat
tidak pasti.
Dividen Likuidasi
Jika perusahaan tidak mengharapkan untuk membeli property tambahan, mungkin secara
bertahap mendistribusikan investasi modalnya kepada pemegang saham dengan membayar
dividen likuidasi (liquidating dividens), yang merupakan dividen yang nilainya lebih besar dari
jumlah akumulasi laba neto. Masalah akuntansi utama adalah untuk membedakan antara
dividen yang merupakan imbal hasil modal dan yang tidak merupakan imbal hasil modal.
Penyajian pada Laporan Keuangan
Perusahaan harus mengungkapkan item-item yang terkait dengan pengeluaran E&E sebagai
berikut : (1) kebijakan akuntansi untuk biaya eksplorasi dan evaluasi, termasuk pengakuan
aset E&E, dan (2) jumlah aset, liabilitas, pendapatan dan beban, dan arus kas operasi yang
timbul dari eksplorasi dan evaluasi atas sumber daya mineral.
REVALUASI
Sampai saat ini , mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan prinsip biaya perolehan
untuk menilai aset berwujud yang berumur panjang setelah perolehan. Namun, perusahaan
memiliki pilihan : perusahaan dapat menilai aset ini pada biaya perolehan atau nilai wajar.
Mengakui Revaluasi
Ketika perusahaan memilih nilai wajar aset berwujud berumur panjang setelah perolehan,
perusahaan mencatat perubahan nilai wajar dengan menyesuaikan akum aset terkait dan
mencatat keuntungan yang belum direalisasi pada saat aset berwujud berumur panjang yang
direvaluasi tersebut. Keuntungan yang belum direalisasi ini sering disebut sebagai surplus
revaluasi (revaluation surplus).
Revaluasi – Tanah
Tanah dilaporkan pada laporan posisi keuangan dan keuntungan yang belum direalisasi atas
revaluasi – tanah akan meningkatkan penghasilan komprhensif lain dalam laporan laba rugi
komprehensif. Selain itu, jika ini adalah satu-satunya penyesuaian revaluasi yang terjadi
sampai saat ini, maka laporan posisi keuangan akan melaporkan akumulasi penghasilan
komprehensif lain.
Revaluasi – Aset yang Dapat Disusutkan
Kenaikan revaluasi umumnya akan dibawa ke ekuitas. Penurunan revaluasi dilaporkan
sebagai beban (sebagai rugi penurunan nilai), kecuali jika revaluasi tersebut menyaling hapus
kenaikan revaluasi yang dicatat sebelumnya. Jika kenaikan revaluasi menyaling hapus
penurunan revaluasi yang dicatat ke beban, maka kenaikan tersebut dilaporkan dalam laba
rugi. Akun akumulasi penghasilan komprehensif lain yang terkait dengan revaluasi tidak
diperbolehkan memiliki saldo negative dalam situasi apa pun.
Isu Revaluasi
Penggunaan akuntnasi revaluasi bukan merupakan “semua atau tidak sma sekali”. Artinya
perusahaan dapat memilih untuk menilai hanya satu kelas aset, misalnya bangunan, dan tidak
merevaluasi aset lain seperti tanah atau peralatan. Namun, jika perusahaan memilih hanya
bangunan, maka revalausi berlaku untuk semua aset dalam kelas aset tersebut. Kelas aset
adalah sekelompok item yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasional
perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan akuntansi revaluasi juga harus melakukan segala upaya untuk
menjaga nilai aset agar mutakhir (up-to-date). Aset yang mengalami perubahan harga yang
cepat harus direvalausi secara tahunan; jika tidak, frekuensi revaluasi yang lebih jarang juga
dapat diterima. Nilai wajar item-item aset tetap biasanya nilai pasarnya ditentukan oleh
penilaian independen. Sebagian besar perusahaan tidak menggunakan akuntansi revaluasi.
Alasan utamanya adalah biaya yang besar dan berkelanjutan sehubungan dengan penilai
independen untuk melakukan nilai wajar.

PENYAJIAN DAN ANALISIS


Penyajian Aset Tetap dan Sumber Daya Mineral
Perusahaan harus mengungkapkan dasar penilaian, biasanya biaya historis untuk aset tetap
dan sumber daya mineral bersama dengan jani, hak gadai, dan komitmen lainnya yang terkait
dengan aset tersebut. Perusahaan tidak boleh menyaling hapuas liabilitas yang dijamin
dengan aset tetap dan sumber daya mineral terhadap aset tersebut. Sebaliknya, kewajiban
ini harus dilaporkan dalam bagian libilitas. Perusahaan harus memisahkan antara kategori
aset tetap yang saat ini digunakan sebagai aset produksi dalam bisnis (misalnya fasilitas yang
menganggur atau tanah yang dimiliki sebagai investasi) dari kategori aset yang digunakan
dalam operasi.
Analisis Aset Tetap
Analisis mengevaluasi aset relative terhadap aktivitas (turnover ratio) dan profitabilitas.
Rasio Perputaran Aset
Seberapa efisisen perusahaan menggunakan asetnya untuk emnghasilkan penjualan diukur
dengan rasi perputaran aset (aseet turnover ratio). Rasio ini membagi penjualan neto dengan
rata-rata total aset untuk periode berjalan. Jumlah yang dihasilkan adalah jumlah dolar
penjulan yang dihasilkan oleh setiap dolar yang investasikan dalam aset.

=
! −

Rasio Margin Laba atas Penjualan


Ukuran lain untuk menganalisis penggunaan aset tetap adalah rasio margin laba atas
penjualan (profit margin on sales ratio) – tingkat imbal hasil atas penjulaan. Rasio ini dihitung
sebagai laba neto dibagi dengan penjualan neto. Rasio profitabilitas ini tidak dengan
sendirinya menjawab pertanyaan tentang seberapa menguntungkannya perusahaan dalam
menggunakan asetnya. Namun, dengan menghubungkan margin laba atas penjualan dengan
perputaran aset selama periode waktu, kita dapat menilai seberapa menguntungannya
perusahaan menggunakan asetnya selama periode waktu dalam mengukur tingkat imbal
hasil atas aset.

" ℎ
" ℎ $ =

Tingkat pengembalian atas Aset


Tingkat pengembalian atas aset dapat secara langsung dihitung dengan membagi laba
bersih dengan rata-rata total aset. Tingkat pengembalian identik dengan tingkat
pengembalian yang dihitung dengan mengalikan marjin laba terhadap penjualan dengan
perputaran aset. Tingkat pengembalian atas aset merupakan pengukuran yang baik bagi
profitabilitas karena mengkombinasikan pengaruh marjin laba dan perputaran aset.

" ℎ
%& % =
! −
DAFTAR PUSTAKA
Kieso Donald E., Weygandt Jerry J., & Warfield Terry D. 2014. Intermediate Accounting
Second Edition : IFRS Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Anda mungkin juga menyukai