Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN MATA KULIAH SISTEM AKUNTANSI

BAB 11
KONSEP DEPRESIASI DAN METODE DEPRESIASI

Dosen Pengampu:
Nanda Wahyu Indah Kirana, S.E., M. Ak.

RAMADHANI ANHAR FAHREZI


(21013010227)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
KONSEP DEPRESIASI DAN METODE DEPRESIASI

Ketika perusahaan menghapus biaya perolehan aset berumur panjang selama beberapa periode, mereka
menggunakan istilah penyusutan. Perusahaan menggunakan istilah deplesi untuk menggambarkan pengurangan
biaya perolehan sumber daya mineral (seperti minyak, gas, dan batu bara) selama periode waktu tertentu.
kedaluwarsanya aset takberwujud, seperti paten atau hak cipta, disebut sebagai amortasi.

perusahaan dapat menggunakan sejumlah metode penyusutan, seperti berikut ini:

1. Metode Aktivitas
Metode aktivitas disebut juga sebagai pendekatan pembebanan variabel atau pendekatan unit produksi
mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas dan bukan fungsi dari
berlalunya waktu. Perusahaan menganggap umur aset dalam hal output yang dihasilkan (jumlah unit yang
dihasilkan), atau ukuran input seperti jumlah jam kerja mesin.

Keterbatasan utama dari metode ini dalah bahwa metode ini tidak sesuai dalam situasi dimana penyusutan
merupakan fungsi dari waktu dan bukannya aktivitas.

Misalnya, bangunan akan terus menerus memburuk dikarenakan oleh waktu, terlepas dari seberapa banyak
penggunaannya. Masalah lain dalam menggunakan metode aktivitas adalah sulitnya memperkirakan unit output atau
jam pemakaian yang digunakan.

Sementara itu, dalam kasus dimana aset kehilangan manfaatnya dikarenakan aktivitas atau produktivitas, metode
aktivitas adalah metode yang terbaik untuk mengaitkan biaya dengan pendapatan. Perusahaan yang menginginkan
penyusutan yang rendah selama periode produktivitas rendah, dan penyusutan yang tinggi saat produktivitas tinggi,
umumnya akan mengadopsi atau beralih ke metode aktivitas.

2. Metode Garis Lurus


Metode Garis Lurus menganggap penyusutan sebagai Fungsi waktu dan bukan fugsi penggunaan. Perusahaan
menggunakan metode ini secara luas karena sederhana. Prosedur garis lurus sering kali juga merupakan prosedur
yang secara konseptual paling tepat. Ketika keusangan menjadi alasan utama atas terbatasnya umur manfaat aset,
maka tingkat penurunan kegunaan bisa menjadi konstan dari periode ke periode.

Keberatan utama atas metode garis lurus ini adalah bahwa halini bersandar pada dua asumsi yang lemah :
(1)kegunaan ekonomis aset dianggap sama setiap tahunnya, dan

(2) biaya perbaikan dan pemeliharaan pada dasarnya dianggap sama setiap periode. Satu masalah tambahan yang
terjadi dalam menggunakan metode garis lurus adalah terjadinya distorsi dalam analisis tingkat imbal hasil
(laba/aset).
3. Metode Pembebanan Menurun

Metode pembebanan menurun menghasilkan beban penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban
yang lebih rendah dalam tahun-tahun berikutnya. Oleh karena metode ini memungkinkan beban awal tahun yang
lebih tinggi daripada metode garis lurus, metode ini sering disebut metode penyusutan dipercepat.Umumnya
perusahaan menggunakan salah satu dari dua metode pembebanan menurun :

a. Metode Jumlah Angka Tahun


Metode ini menghasilkan pembebanan penyusutan yang menurun berdasarkan pada menurunnya fraksi biaya
perolehan yang dapat disusutkan (biaya perolehan asli dikurangi nilai residual). Dalam metode ini angka pembilang
akan menurun dari tahun ke tahun, sedangkan penyebutnya tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, dan 1/15). Pada
akhir umur manfaat aset, sisa saldo harus sama dengan nilai residual.

b. Metode Saldo Menurun


Metodeini disebut juga sebagai metode saldo berkurang menggunakan tingkat penyusutan (dinyatakan sebagai
persentase) yang berupa beberapa kali tingkat penyusutan pada metode garis lurus. Tidak seperti metode lain,
metode saldo menurun tidak mengurangi nilai residual dalam menghitung dasar penyusutan. Tingkat saldo menurun
dikalikan dengan nilai buku aset pada awal setiap periode.

MENGIDENTIFIKASI MASALAH DEPRESI LAINNYA

FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM PROSES

Sebelum menentukan pola dasar pembebanan biaya pada pendapatan, perusahaan harus menjawab tiga pertanyaan
dasar:

1. Berapa dasar penyusutan yang akan digunakan untuk aset tersebut?


2. Berapa umur manfaat aset?
3. Metode pembagian biaya apa yang terbaik untuk aset ini?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi kombinasi beberapa estimasi menjadi suatu angka tunggal.

⮚ Basis Penyusutan untuk Aset


Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan adalah fungsi dari dua faktor: biaya perolehan asli dan nilai residual. Nilai
residual (residual value) atau disebut juga nilai sisa (salvage value) adalah perkiraan jumlah yang akan diterima
perusahaan ketika menjual aset atau berhenti memakainya. Nilai tersebut adalah nilai yang menjadi nilai residual
setelah perusahaan menurunkan nilai atau menyusutkan aset selama umur manfaatnya.

⮚ Estimasi Umur Manfaat


Umur manfaat aset sering kali berbeda dari umur fisiknya. Perusahaan mengentikan penggunaan aset karena dua
alasan: faktor fisik (seperti kerusakan atau berakhirnya umur fisik) dan faktor ekonomi (usang).

Kita dapat mengklasifikasikan faktor-faktor ekonomi atau fungsional menjadi tiga kategori:

1. Ketidakcukupan terjadi ketika aset berhenti menjadi bermanfaat bagi perusahaan karena kebutuhan
perusahaan telah berubah.

2. Supersession adalah penggantian salah satu aset dengan aset lain yang lebih efisien dan ekonomis.
3. Keusangan mencakup semua situasi lainnya yang tidak termasuk dalam ketidakcukupan dan
supersession.

⮚ Metode Penyusutan
Faktor ketiga yang terlibat dalam proses penyusutan adalah metode pembagian biaya.

Perusahaan dapat menggunakan sejumlah metode penyusutan, seperti berikut ini.

1. Metode aktivitas (unit penggunaan atau unit produksi).


2. Metode garis lurus.
3. Metode pembebanan menurun (dipercepat):
a. Jumlah angka tahun.
b. Metode saldo menurun.

MENJELASKAN MASALAH AKUNTANSI YANG TERKAIT DENGAN PENURUNAN NILAI ASET

Standar akuntansi umum dari nilai terendah dari biaya perolehan atau nilai realisasi neto untuk persediaan tidak
berlaku pada aset tetap. Bahkan, ketika aset tetap mengalami keusangan parsial, akuntan enggan untuk mengurangi
jumlah tercatat aset.

1. Mengakui Penurunan Nilai

Sebagai hasil dari kemerosotan global ini, banyak perusahaan yang mempertimbangkan untuk melakukan
penghapusan nilai atas beberapa aset jangka panjangnya. Penghapusan nilai ini disebut juga sebagai penurunan nilai
(impairments).

Untuk menentukan apakah suatu aset mengalami penurunan nilai, Perusahaan meninjau indikator penurunan nilai
aset tersebut secara tahunan. Indikator tersebut termasuk penurunan kemampuan aset untuk menghasilkan kas
melalui penggunaan atau penjualan aset tersebut. Jika Indikator penurunan nilai benar-benar ada, maka uji
penurunan nilai harus dilakukan. Uji ini membandingkan jumlah terpulihkan aset dengan nilai tercatatnya. Jika nilai
aset tercatat lebih tinggi daripada jumlah terpulihkan maka perbedaannya dianggap sebagai rugi penurunan nilai. Jika
jumlah terpulihkan lebih besar dari nilai tercatat, tidak ada penurunan nilai yang dicatat.
Jumlah Terpulihkan didefinisikan sebagai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau
“nilai pakai”. Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual berarti pada nilai berapa aset tersebut dapat dijual setelah
dikurangi biaya penjualan. Nilai Pakai adalah nilai sekarang arus kas yang diharapkan dari penggunaan masa depan
dan penjualan aset pada akhir umur manfaatnya.

Jika nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual maupun nilai pakai lebih tinggi dari jumlah tercatat, maka tidak ada
penurunan yang dicatat. Jika nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual maupun nilai pakai lebih rendah dari jumlah
tercatat, maka terjadi rugi penurunan nilai.

● Contoh : Tidak ada Penurunan Nilai

Asumsikan bahwa Cruz Company melakukan uji penurunan nilai atas peralatannya. Jumlah tercatat peralatan Cruz
adalah $200.000, nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual adalah $180.000, dan nilai pakai adalah $205.000. Dalam
hal ini, nilai pakai peralatan Cruz lebih tinggi dari jumlah tercatatnya sebesar $200.000. Akibatnya, tidak ada
penurunan nilai.

● Contoh : Penurunan Nilai

Asumsikan informasi yang sama untuk Cruz Company diatas, kecuali bahwa nilai pakai peralatan Cruz adalah
$175.000 dan bukannya $205.000. Cruz mengukur rugi penurunan nilai sebagai selisih antara jumlah tercatat sebesar
$200.000 dan yang lebih tinggi dari nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual ($180.000) atau nilai pakai ($175.000).
Dengan demikian, Cruz menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual untuk mencatat rugi penurunan nilai
sebesar

$20.000 ($200.000 - $180.000).

Cruz membuat jurnal untuk mencatat penurunan nilai sebagai berikut.

Kerugian atas Penurunan Nilai 20.000

Akumulasi Penyusutan-Peralatan 20.000

2. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai


Setelah mencatat rugi penurunan nilai, jumlah terpulihkan menjadi dasar dari aset yang turun nilainya. Aturan umum
yang berkaitan dengan pembalikan dari penurunan nilai adalah sebagai berikut : Jumlah pemulihan kerugian dibatasi
pada jumlah tercatat yang akan dihasilkan jika penurunan nilai tersebut tidak pernah terjadi. Misalnya, jumlah
tercatat yang akan dihasilkan jika penurunan nilai tersebut tidak pernah terjadi. Misalnya, jumlah tercatat peralatan
Tan pada akhir 2011 akan menjadi $100.000, dengan asumsi tidak ada penurunan nilai. Oleh karena itu, pemulihan
sebesar $6000 diperbolehkan karena jumlah tercatat peralatan Tan sekarang hanya $96.000. Namun, pemulihan di
atas

$10.000 tidak diizinkan. Alasannya adalah bahwa setiap pemulihan di atas $10.000 akan menghasilkan jumlah
tercatat aset Tan lebih besar dari biaya historisnya.

3. Unit Penghasil Kas

Dalam beberapa kasus, tidak mungkin untuk menilai aset tunggal untuk menentukan penurunan nilai karena aset
tunggal menghasilkan arus kas hanya dalam kombinasi dengan aset lainnya. Dalam hal ini, perusahaan harus
mengidentifikasi kelompok terkecil dari aset yang dapat diidentifikasi sebagai unit yang menghasilkan arus kas secara
independen terhadap arus kas dan aset lainnya. Kelompok tersebut disebut dengan unit penghasil kas (cash-
generating unit-CGU).

4. Penurunan Nilai Aset yang Akan Dilepas


PROSEDUR AKUNTANSI UNTUK PENIPISAN SUMBER DAYA MINERAL

Sumber daya alam (natural resources) termasuk minyak bumi, mineral, dan lahan kayu.

Sumber daya alan dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:

(1) Aset biologis seperti lahan kayu, dan (2) Sumber daya mineral seperti minyak, gas, dan pertambangan mineral:
Persyaratan akuntanti dan pelaporan untuk set biologis seperti lahan kayu menggunakan pendekatan nilai wajar dan
telah dibahas dalam Bab 9. Di sini, kita berfokus pada sumber days mineral (mineral resources). yang memiliki das
four utama: (1) pengambilan (konsumsi) penuh aset, dan (2) penggantian aset hanya dengan tindakan alans

Tidak seperti pabrik dan peralatan, sumber daya mineral dikonsumsi secara fisik selama periode penggunaan dan
tidak mempertahankan karakteristik fisiknya. Namun, masalah akuntansi yang berhubungan dengan sumber daya
raineral ini mirip dengan masalah yang dihadapi oleh aset tetap Pertanyaan yang harus dijawab adalah.

1. Bagaimana perusahaan menetapkan dasar biaya untuk penghapusan nilai


2. Apa pola alokasi yang harus digunakan oleh perusahaan? Ingat bahwa profesi akuntansi menggunakan
istilah deplesi (depletion) untuk proses pengalokasian biaya perolehan sumber daya mineral

Menetapkan Dasar Deplesi

Bagaimana kita menentukan dasar deplesi untuk sumber daya mineral Misalnya, perusahaan seperti Total S.A. (FRA)
membuat pengeluaran yang cukup besar untuk menemukan sumber daya mineral, dan di balik setiap penemuan
yang sukses ada banyak kegagalan yang dialami. Selain itu, perusahaan menghadapi jeda lama antara waktu di mana
perusahaan mengeluarkan biaya dan waktu di mana perusahaan memperoleh manfaat dari sumber daya mineral
yang digali Akibatnya, perusahaan pada industri ekstraktif, seperti Total S.A. sering menggunakan kebijakan akuntansi
yang konservatif atas pengeluaran yang berkaitan dengan penemuan dan penggalian sumber daya mineral

Perhitungan dasar deplesi melibatkan perlakuan akuntansi yang benar atas tiga jenis pengeluaran berikut ini

1. Biaya pra-eksplorasi
2. Biaya eksplorasi dan evaluasi.
3. Biaya pengembangan.
Biaya pra-eksplorasi

Pengeluaran pra-eksplorasi (pre-exploratory expenditure) adalah biaya yang terjadi sebelum perusahaan
memperoleh hak hukum untuk mengeksplorasi area apesifik. Misalnya,
Royal Dutch Shell (GBR dan NLD) dapat melakukan pengujian selamik pada lokast prospek pengeboran minyak
sebelum mengeluarkan biaya besar untuk eksplorasi. Biaya ini (sering disebut sebagai biaya prospek) umumnya
dianggap bersifat spekulatif dan dibebankan pada saat terjadinya.

Biaya Eksplorasi dan Evaluasi

Contoh beberapa jenis biaya eksplorasi dan evaluasi (exploratory and cost-E&E) adalah sebagai berikut.

● Perolehan hak untuk mengeksplorasi.


● Studi topografi, geologi, geokimia, dan geofisika.
● Pengeboran eksplorasi.
● Sampling.
● Aktivitas yang terkait dengan evaluasi kelayakan teknis dan viabilitás komersial atas penggalian sumber
daya mineral

Perusahaan memiliki pilihan sehubungan dengan biaya E&E. Perusahaan dapat menghapus biaya tersebut pada saat
terjadinya, atau dapat mengapitalisasi biaya tersebut menunggu evaluasi. Oleh karena itu, IFRS memberikan
fleksibilitas kepada perusahaan mengenai bagaimana memperhitungkan biaya E&E pada awal [7]

Alasan atas fleksibilitas tersebut adalah bahwa akuntansi untuk jenis pengeluaran semacam ini tergolong
kontroversial. Untuk mengilustrasikan, asumsikan bahwa Royal Dutch Shell mengeksplorasi minyak dan menentukan
bahwa daerah eksplorasi memiliki cadangan minyak. Oleh karena itu, perusahaan mengebor sumur untuk
menentukan jumlah cadangan.

Sayangnya, sumur yang dibor ternyata adalah lubang yang kering, tidak ada cadangan yang ditemukan. Shell
kemudian mengebor sumur lagi dan menemukan beberapa cadangan minyak, tetapi sebagian yang lain adalah
lubang kering. Pertanyaannya adalah: Haruskah biaya yang terkait dengan lubang kering dikapitalisasi? Atau hanya
biaya sumur yang berhasil ditemukan cadangan yang harus dikapitalisasi?

Perusahaan yang memegang konsep biaya penuh (full-cost concept) atau kapitalisasi penuh berpendapat bahwa
biaya pengeboran lubang kering adalah biaya yang dibutuhkan untuk menemukan sumur yang menguntungkan
secara komersial. Sementara itu, pendapat lain percaya bahwa perusahaan harus mengapitalisasi banya biaya sumur
yang sukses. Konsep ini adalah konsep upaya sukses (successful efforts concept) Para pendukungnya percaya bahwa
satu- satunya ukuran yang relevan untuk sebuah proyek adalah biaya yang berhubungan langsung dengan proyek itu,
dan bahwa perusahaan harus melaporkan setiap biaya yang tersisa sebagai beban pada periode bersangkutan. Selain
itu, pendukung ini berpendapat bahwa perusahaan yang tidak berhasil pada akhirnya akan mengapitalisasi sebagian
besar biaya yang akan menjadikannya memiliki laba yang tidak kalah dari perusahaan yang berhasil, selama periode
waktu yang singkat."
Biaya Pengembangan

Setelah kelayakan teknis dan viabilitas komersial produksi ditunjukkan, aset E&E direklasifikasi sebagai biaya
pengembangan. Umumnya, tahap pengembangan terjadi ketika perusahaan telah menetapkan bahwa lokasi tersebut
memiliki tingkat sumber y mineral yang wajar di dalam tanah, sehingga produksi akan menguntungkan. Pada saat ini,
aset E&E yang diakui sebagai aset selanjutnya akan diuji atas penurunan pilat, untuk memastikan bahwa aset
tersebut tidak dicatat pada jumlah di atas jumlah terpulihkan. Perusahaan membagi biaya pengembangan
(development cost) menjadi dua

bagian (1) biaya peralatan berwujud dan (2) biaya pengembangan takberwujud. Biaya peralatan berwujud mencakup
semua transportasi dan alat berat lainnya yang diperlukan untuk mengekstrak sumber daya mineral dan
memersiapkannya untuk dipasarkan. Oleh karena perusahaan dapat memindahkan alat beras dari asanya tidak
memasukkan biaya lain, perusahaan biasanya satu lokasi penggalian ke yang lain, t peralatan berwujud sebagai dasar
deplesi.

Sebaliknya, perusahaan menggunakan beban penyusutan terpisah untuk mengalokasikan biaya peralatan tersebut.
Namun, beberapa aset berwujud (misalnya, fondasi rig pengeboran) tidak dapat dipindahkan Perusahaan
menyusukan aset ini selama umar manfaatnya atau umur sumber daya mineral, mana yang lebih pendek yang lebih
pendek.

gembangan takberwujud, di sisi lainnya, adalah item-item seperti biaya Biaya pengembangan t pengeboran,
terowongan, lubang, dan sumar Biaya ini tidak memiliki karakteristik yang berwujud, tetapi tetap diperlukan untuk
produksi sumber daya mineral Biaya pengembangan takberwujud dianggap sebagai bagian dari dasar deplesi

Perusahaan sering mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mengembalikan kondisi properti ke kondisi alaminya
setelah dilakukan ekstraksi Biaya seperti ini adalah biaya restorasi (restoration cont). Perusahaan mempertimbangkan
biaya si sebagai bagian dari dasar deplesi.

Jumlah yang termasuk dalam dasar deplesi restorasia adalah nilai wajar dari kewajiban untuk mengembalikan
properti setelah ekstraksi. Pembahasan yang lebih lengkap terkait akuntansi untuk biaya restorasi dan habilitas
terkait (kadang-kadang disebut sebagai provisi liabilitas lingkungan) dijelaskan dalam Bab 13. Sama seperti dengan
aset berumur panjang lainnya, perusahaan mengurangkan setiap nilai residual yang akan diterima pada properti atas
dasar deplest.

Penghapusan Nilai atas Biaya Perolehan Sumber Daya Mineral

Setelah perusahaan menetapkan dasar deplesi, masalah berikutnya adalah menentukan bagaimana mengalokasikan
biaya perolehan sumber daya mineral pada periode akuntansi.

Biasanya, perusahaan menghitung deplesi-sering disebut deplesi biaya (cost depletion)- berdasarkan metode unit
produksi (pendekatan aktivitas). Dengan demikian, depleti adalah fungsi dari jumlah unit yang diekstraksi selama
periode berjalan. Dalam pendekatan ini, total biaya perolehan sumber daya mineral dikurangi nilai residual dibagi
dengan jumlah unit yang diperkirakan berada di lokasi deposit sumber daya mineral, untuk mendapatkan biaya per
unit
produk. Untuk menghitung deplesi, biaya per unit tersebut kemudian dikalikan dengan jumlah unit yang diekstraksi

Misalnya, MaClede Co.memperoleh hak pakai 1.000 hektar tanah di Afrika Selatan untuk menambang perak. Biaya
sewa adalah sebesar $50.000, dan biaya eksplorasi yang terkait pada properti sebesar $100.000. Biaya
pengembangan takberwujud yang timbul dalam pembukaan tambang adalah $850.000. Dengan demikian, total biaya
yang berkaitan dengan tambang sebelum perak pertama diekstrak adalah sebess $1.000.000, MaClede
memperkirakan bahwa tambang akan menghasilkan sekitar 100.000 ons perak. Ilustrasi 11-19 menunjukkan
perhitungan beban deplesi per unit (tingkat deplesi).

Total biaya perolehan-Nilal residual = Beban deplesi per unit Total

estimasi unit yang tersediis

$1.000.000/100.000-$10 per ons

Jika MaClede mengekstraksi 25.000 ons perak pada tahun pertama, maka deplesi untuk tahun berjalan adalah
$250.000 (25.000 ons x $10). MaClede mencatat deplesi sebagai berikut.

Persediaan 250,000

Akumulasi Deplesi 250.000

MaClede mendebit Persediaan terhadap total deplesi untuk tahun berjaan dan mengkredit Akumulasi Deplesi untuk
mengurangi jumlah tercatat sumber daya mineral. MaClede mengkredit Persediaan ketika menjual persediaannya.
Jumlah yang tidak terjual tetap berada dalam persediaan dan dilaporkan sebagai bagian dari aset lancar pada laporan
posisi keuangan.

Terkadang perusahaan tidak menggunakan akun Akumulasi Deplesi. Dalam hal ini, perusahaan mengkredit langsung
akun aset sumber daya mineral. Laporan posisi keuangan MaClede akan menyajikan biaya perolehan sumber daya
mineral dari jumlah akumulasi deplesi yang masuk sampai saat ini sebagai berikut.

Tambang perak (pada biayn perolehan) $1.000.000

Dikurang Akumulasi deplesi 250.000 $750.000

Dalam laporan laba rugi, beban deplesi yang terkait dengan persediaan yang dijual adalah bagian dari beban pokok
penjualan.

MaClede juga dapat menyusutkan peralatan berwujud yang digunakan dalam penggalian perak dengan
menggunakan pendekatan unit produksi. Pendekatan ini tepat jika MaClede dapat langsung mengalokasikan estimasi
umur manfaat peralatan pada deposit sumber daya mineral.
Jika MaClede menggunakan peralatan lebih dari satu proyck, maka metode alokasi biaya lain seperti metode
penyusutan garis lurus atau dipercepat akan lebih tepat.

Memperkirakan Cadangan yang Dapat Dipulihkan

Terkadang perusahaan perlu mengubah estimasi cadangan yang dapat dipulihkan.

Perusahaan melakukannya karena memiliki informasi baru atau karena proses produksi yang lebih canggih sudah
tersedia. Sumber daya mineral seperti minyak dan gas dan beberapa logam langka baru-baru ini menghadapi
tantangan terbesar. Estimasi atas cadangan ini kebanyakan hanya berupa "tebakan berpengetahuan knowledgeable
guess."

Penyajian pada Laporan Keuangan

1. Kebijakan akuntansi untuk biaya eksplorasi dan evaluasi, termasukpengakuan aset 2. Jumlah aset, liabilitas,
pendapatan dan beban, dan arus kas operasi yang timbul E&E.

2. Jumlah asset, kewajiaban, pendapatan dan beban, dan arus kas operasi yang timbul dari eksplorasi dan
evaluasi atas sumber daya mineral

MENERAPKAN AKUNTANSI UNTUK REVALUASI

REVALUASI

Sampai saat ini, kita mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan prinsip biaya perolehan untuk nilai aset
berwujud yang berumur panjang setelah perolehan. Namun, perusahaan memiliki pilihan: Perusahaan dapat menilai
aset ini pada biaya perolehan atau nilai wajar.

⮚ Mengakui Revaluasi
Ketika perusahaan memilih nilai wajar aset berwujud berumur panjang setelah perolehan, perusahaan mencatat
perubahan nilai wajar dengan menyesuaikan akun aset terkait dan mencatat keuntungan yang belum direaslisasi
pada aset berwujud berumur panjang yang direvaluasi tersebut. Keuntungan yang belum direalisasi ini sering disebut
sebagai surplus revaluasi (revaluation surplus). Akun Akumulasi Penghasilan Komprehensif Lain yang terkait dengan
revaluasi tidak diperbolehkan memiliki saldo negatif dalam situasi apapun.

⮚ Isu Revaluasi
Penggunaan akuntansi revaluasi bukan merupakan “semua atau tidak sama sekali”. Artinya, perusahaan dapat
memilih untuk menilai hanya satu kelas aset, misalnya bangunan, dan tidak merevaluasi aset lain seperti tanah atau
peralatan. Kelas aset adalah sekelompok item yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasional
perusahaan. Perusahaan yang menggunakan akuntansi revaluasi juga harus melakukan segala upaya untuk menjaga
nilai aset agar mutakhir. Aset yang mengalami perubahan harga yang cepat harus direvaluasi secara tahunan; jika
tidak, frekuensi revaluasi yang
lebih jarang juga dapat diterima. Nilai wajar item-item aset tetap biasanya nilai pasarnya ditentukan oleh penilai
independen.

Sebagian besar perusahaan tidak menggunakan akuntansi revaluasi. Alasan utamanya adalah biaya yang besar dan
berkelanjutan sehubungan dengan penilai independen untuk menentukan nilai wajar. Selain itu, untuk aset yang
disusutkan, beban penyusutan yang lebih tinggi yang terkait dengan aset direvaluasi juga akan mengurangi laba neto.
Perusahaan yang memilih akuntansi revaluasi sering kali berada pada lingkungan yang inflasinya sangat tinggi di
mana angka historis sama sekali tidak relevan lagi. Peningkatan basis ekuitas dapat membantu perusahaan
memenuhi persyaratan perjanjiannya atau menyediakan jaminan tambahan kepada investor dan kreditor bahwa
perusahaan tetap solvent.

MENDEMONSTRASIKAN BAGAIMANA MELAPORKAN DAN MENGANALISIS PROPERTI, PABRIK, PERALATAN, DAN


SUMBER DAYA MINERAL

● Penyajian Aset Tetap dan Sumber Daya Mineral


Perusahaan harus mengungkapkan dasar penilaian, biasanya biaya historis untuk aset tetap dan sumber daya mineral
bersama dengan janji, hak gadai, dan komitmen lainnya yang terkait dengan aset tersebut. Perusahaan tidak boleh
menyaling hapus liabilitas yang dijamin dengan aset tetap dan sumber daya mineral terhadap aset tersebut.
Sebaliknya, kewajiban ini harus dilaporkan dalam bagian liabilitas. Ketika menyusutkan aset, perusahaan mengkredit
akun penilaian, biasanya disebut sebagai Akumulasi Penyusutan.

Ketika melakukan deplesi sumber daya mineral, sebagian besar perusahaan menggunakan akun Akumulasi Deplesi.
Namun, banyak perusahaan yang hanya mengkredit akun sumber daya mineral secara langsung.
● Analisis Aset Tetap
Analis mengevaluasi aset relatif terhadap aktivitas (turnover) dan profitabilitas.

a. Rasio Perputaran Aset


Rasio ini membagi penjualan neto dengan rata-rata total aset untuk periode berjalan. Jumlah yang dihasilkan adalah
jumlah dolar penjualan yang dihasilkan oleh setiap dolar yang diinvestasikan dalam aset. Untuk mengilustrasikan, kita
menggunakan data berikut dari laporan tahunan adidas AG (DEU) tahun 2008.
Rasio perputaran aset menunjukkan bahwa adidas menghasilkan penjualan sebesar €1.21 untuk setiap euro yang
diinvestasikan pada asetnya pada tahun yang berakhir 31 Desember 2008.

b. Rasio Margin Laba atas Penjualan


Ukuran lain untuk menganalisis penggunaan aset tetap adalah rasio margin laba atas penjualan (profit margin on
sales ratio)-tingkat imbal hasil atas penjualan. Rasio ini dihitung sebagai laba neto dibagi dengan penjualan neto.

Dengan menggunakan data adidas di atas, kita menghitung rasio margin laba atas penjualan dan tingkat imbal hasil
atas aset sebagai berikut.

c. Tingkat Imbal Hasil atas Aset


Tingkat imbal hasil yang dicapai perusahaan melalui penggunaan asetnya adalah tingkat imbal hasil atas aset (rate of
return on assets-ROA). Daripada menggunakan margin laba atas penjualan, kita dapat menghitung secara langsung
dengan membagi laba neto dengan rata-rata total aset.

Tingkat imbal hasil sebesar 7,2% yang dihitung dengan cara ini sama dengan tingkat 7,2% yang dihitung dengan
mengalikan margin laba atas penjualan dengan perputaran aset.

Anda mungkin juga menyukai