Anda di halaman 1dari 17

Rumus Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) /

(Masa Manfaat Aset)


Nilai residu adalah sebuah metode cara menghitung penurunan nilai
pada sebuah aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Perhitungan
nilai residu umumnya dilakukan, untuk membantu mengetahui adanya
penyusutan aset tetap dan nilai dalam aset tersebut sudah tidak lagi
memiliki manfaat.

Apa Itu Nilai Residu Secara Umum?


Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa sebetulnya fungsi dari nilai residu adalah untuk
menghitung penyusutan, pada suatu perkiraan nilai aset tetap dan usia ekonomis yang
sebelumnya telah digunakan.

Fungsi utama dari nilai residu adalah menghitung penyusutan atas suatu taksiran nilai aset
tetap, dan usia ekonomis yang sebelumnya sudah digunakan.

Dari perhitungan nilai tersebut akan memberikan informasi atau laporan pencatatan transaksi
keuangan, secara terperinci dan lebih rapi serta mudah dipahami oleh pembacanya.

Namun, perlu Anda tahu bahwa tidak semua aset tetap mempunyai nilai residu, pasalnya
metode perhitungan nilai residu adalah untuk menghitung aktiva tetap berwujud saja. Beberapa
contohnya yaitu seperti alat produksi, mesin produksi, kendaraan, bangunan, dan lainnya.

Ketika sebuah aset tetap di sebuah perusahaan sudah tidak lagi memberikan manfaat yang
positif untuk perusahaan. Maka nilai residu dan penggunaan dari aset tersebut bisa dibilang
sudah tidak layak dan tidak patut digunakan lagi.
Namun, jika aset tersebut hendak diganti dengan aset lainnya yang lebih canggih atau lebih
bagus. Maka nilai residu pada aset perusahaan tersebut tetap tinggi dan tidak akan merugikan
pihak perusahaan.

Supaya Anda lebih paham lagi tentang apa itu nilai residu, sebaiknya simak rincian pengertian
selengkapnya.

Pengertian Nilai Residu dalam Dunia


Akuntansi
Seperti yang sudah disinggung pada penjelasan di atas, bahwa nilai residu adalah sebuah nilai
yang berhubungan erat dengan biaya penyusutan pada suatu aset perusahaan. Metode
perhitungan ini umumnya diterapkan di perusahaan-perusahaan besar maupun kecil.

Nilai residu juga berkaitan erat dengan laporan keuangan di sebuah perusahaan pada setiap
tahunnya. Sehingga akuntan yang bertugas di perusahaan tersebut harus menghitungnya secara
berkelanjutan setiap tahunnya.

Lalu apa sebenarnya nilai residu dalam bidang akuntansi? Jadi, nilai residu adalah sebuah nilai
atau jumlah perkiraan yang akan didapatkan dari sebuah entitas saat ini.

Pada suatu pelepasan aset, setelah dikurangi dengan perkiraan biaya pelepasan, jika aset
tersebut sudah mencapai umur maksimalnya atau mencapai kondisi akhir pemanfaatannya.

Sebagai contohnya mesin produksi yang sudah lama digunakan bertahun-tahun dan sudah
waktunya diganti dengan yang baru. Karena sudah tidak dapat berfungsi dengan optimal dan
mengganggu kinerja produksi pada perusahaan tersebut.
Atau mesin produksi yang masih bagus dan berfungsi dengan baik, namun penggunaannya
sudah tidak dibutuhkan lagi. Karena perusahaan membutuhkan mesin produksi jenis lainnya
untuk memaksimalkan hasil produksinya.

Beberapa para ahli juga ada yang berpendapat bahwa, nilai residu adalah nilai sisa pada suatu
aset atau barang yang sudah berakhir umur ekonomisnya. Di mana dalam bidang akuntansi
nilai tersebut sering dihitung dengan cara mengurangi biaya overhead.

Berdasarkan dua pengertian nilai residu di atas, bisa disimpulkan bahwa nilai residu adalah
nilai jual kembali pada sebuah barang atau aset yang sudah tidak berguna atau tidak memiliki
manfaat lagi untuk perusahaan.

Peran Penting Nilai Residu pada


Keuangan Perusahaan
Nilai penyusutan atau biaya depresiasi merupakan salah satu perhitungan yang akan
memengaruhi kondisi perusahaan, terutama dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Oleh
karena itu, nilai ini cukup mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan yang berhubungan
dengan nilai residunya.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16, nilai penyusutan atau
biaya depresiasi adalah sebuah jumlah alokasi sistematis dari suatu aset, yang dapat dikurangi
selama umur penggunaan atau pemanfaatannya.

Namun, nilai penyusutan pada periode akuntansi di atas akan dibebankan pada pendapatan
perusahaan, baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung.
Maka dari itu, nilai ini cukup penting untuk kondisi keuangan suatu perusahaan, karena
mempengaruhi besar dan kecilnya sebuah biaya penyusutan. Tidak hanya itu, hal tersebut juga
akan mempengaruhi sajian laporan keuangan pada perusahaan.

Oleh karenanya staf yang bertanggung jawab dalam urusan hal tersebut perlu menganalisa.
Setiap bukti transaksi yang terjadi selama pembelian setiap aset atau barang, untuk mengetahui
kapan pembelian aset tersebut dilakukan dan berapa jumlah nilai penyusutan dan umur
ekonomisnya.

Jenis Metode Perhitungan Penyusutan


dengan Penggunaan Nilai Residu

Perlu Anda tahu bahwa cara mendapatkan nilai residu adalah dengan melalui perhitungan
biaya penyusutan. Itu karena nilai residu tersebut digunakan sebagai sebuah nilai perkiraan,
maka nilai sisa tersebut digunakan supaya perusahaan bisa menghitung jumlah nilai
penyusutan.
Secara umum ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menghitung biaya penyusutan,
tepatnya ada empat jenis metode. Berikut ini penjelasan serta rumus dan contoh soal nilai
residu yang bisa Anda pelajari:

Jenis Metode Penyusutan Garis Lurus


Jenis metode pertama yang dapat Anda gunakan adalah metode penyusutan garis lurus (straight
line) metode perhitungan penyusutan satu ini merupakan cara yang paling umum digunakan.

Untuk mendapatkan biaya penyusutan karena metode ini dianggap sebagai cara yang paling
mudah dan sederhana untuk dipraktekkan. Dalam melakukan perhitungannya diperlukan nilai
residu, karena pada dasarnya nilai residu adalah nilai yang berkaitan erat dengan biaya
penyusutan.

Tidak hanya itu, metode perhitungan penyusutan ini biasanya lebih difokuskan dalam
perhitungan penyusutan, sebagai suatu fungsi dari waktu jadi bukan dalam hal penggunaan
atau pemanfaatannya.

Oleh karena itu, diperlukan salvage value dalam menggunakan metode perhitungannya
penyusutan ini. perhitungannya. Berikut ini rumus perhitungan penyusutan garis lurus:

Biaya Penyusutan = Harga Perolehan Aset – Nilai Residu : Umur Ekonomis

Berdasarkan rumus diatas, Anda dapat melihat bahwa untuk mendapatkan nilai penyusutan,
bisa dicari melalui harga perolehan yang telah dikurangi oleh nilai residu, kemudian dibagi
dengan umur ekonomis pada sebuah aktiva tetap.

Maka dari itu, salvage value cukup berkaitan dengan biaya penyusutan pada sebuah aktiva
tetap, setelah Anda memahami rumus biaya penyusutan dengan salvage value di atas. Ada
baiknya jika Anda memahami contoh soal nilai residu di bawah ini:
Contoh Soal

Pada tanggal 2 Januari 2022 PT ABC telah membeli sebuah mesin produksi dengan harga
sebesar Rp150 juta. Menurut perkiraan mesin produksi tersebut memiliki masa penggunaan
atau umur ekonomis kurang lebih selama 5 tahun dengan nilai residunya berkisar antara Rp 30
juta.

Lalu, berapakah biaya penyusutan dari mesin produksi milik PT ABC tersebut setiap
tahunnya?

Jawaban

Pertama Anda perlu menentukan variabel yang didapatkan dari harga perolehan mesin
produksi yang dibeli oleh PT ABC dengan harga sebesar Rp150 juta. Dengan perkiraan nilai
residu sebesar Rp30 juta dan umur ekonomis mesin produksi adalah sekitar selama 5 tahun.

Maka, perhitungan nilai penyusutan pada mesin produksi tersebut adalah sebagai berikut ini:

(Harga Perolehan – Nilai Residu) : Umur Ekonomis = Biaya Penyusutan

(Rp150.000.000 – Rp30.000.000) : 5 tahun = Rp24.000.000 setiap tahunnya

Menurut hasil perhitungan di atas, bisa diketahui bahwa nilai penyusutan, dari mesin produksi
yang dibeli oleh PT ABC adalah sebesar Rp 24 juta setiap tahunnya.

Dari contoh soal di atas Anda juga bisa mengetahui nilai residu perusahaan, karena pada
umumnya sudah tertulis dengan jelas di setiap perhitungan biaya penyusutan.

Jenis Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun


Jenis metode perhitungan penyusutan selanjutnya ini dapat Anda lakukan untuk mengetahui
nilai residu, yang sering disebut dengan istilah sum of years digit method atau metode
penyusutan jumlah angka tahun.

Pada metode perhitungan satu ini, Anda akan melihat nilai penyusutan terus berkurang di
setiap tahunnya. Tidak hanya itu, metode perhitungan satu ini juga menggunakan nilai residu
dalam proses perhitungannya.

Metode perhitungan ini biasanya digunakan apabila perusahaan mempunyai aset atau barang
yang setiap tahunnya, selalu mengalami risiko penurunan manfaat atau fungsi.

Dari adanya risiko penurunan fungsi tersebut, maka nilai penyusutannya digunakan untuk
mengetahui biaya maintenance atau perbaikan dan perawatan di setiap tahunnya.

Yang artinya, apabila nilai penyusutan di periode berikutnya semakin berkurang, maka biaya
perbaikan dan perawatan yang harus dikeluarkan juga akan semakin meningkat. Sama seperti
dengan metode garis lurus atau straight line.

Metode perhitungan satu ini juga lebih efektif, bila Anda menggunakan nilai residu sebagai
faktor pengurang pada harga beli atau nilai perolehan aset. Berikut rumus perhitungan
selengkapnya yang bisa Anda pahami:

Sisa Usia Penggunaan : Jumlah Angka Tahun x Harga Perolehan – Nilai Residu = Biaya
Penyusutan

Agar Anda lebih paham lagi tentang metode perhitungan penyusutan jumlah angka tahun,
berikut ini dan contoh soal nilai residu yang bisa dipelajari:

Contoh Soal

Pada tanggal 10 Januari 2022, perusahaan PT ABC baru saja membeli mesin produksi senilai
Rp100 juta, dengan nilai residu sekitar Rp 40 juta. Berdasarkan produsennya, mesin produksi
tersebut hanya bisa berfungsi hingga 3 tahun saja. Lalu, berapa biaya penyusutan pada mesin
produksi tersebut?

Jawaban

Langkah pertama, Anda perlu menentukan dulu penyebut jumlah angka tahunnya, karena
mesin produksi tersebut hanya dapat berfungsi selama 3 tahun, maka penyebutnya adalah 3 + 2
+ 1 = 6.

Selanjutnya hitunglah dasar penyusunannya dengan cara mengurangi harga beli aset dengan
nilai residu, seperti berikut ini:

Rp100.000.000 – Rp40.000.000 = Rp60.000.000

Dari sini, Anda dapat mengetahui nilai penyusutan akhir di setiap tahunnya dan sisa pemakaian
aset melalui perhitungan pada tabel berikut ini:

Tahun ke Faktor Perhitungan Dasar penyusutan Nilai Penyusutan tiap Tahunnya


1 3/6 Rp30.000.000
2 2/6 Rp60.000.000 Rp20.000.000
3 1/6 Rp10.000.000
Dilihat dari sajian tabel di atas, bisa disimpulkan bahwa setiap tahunnya biaya penyusutannya
semakin kecil. Dalam arti lain, perusahaan harus menambah biaya perawatan dan perbaikan
untuk membeli mesin produksi yang baru.

Meskipun mudah dilakukan, metode perhitungan jumlah angka tahun ini cukup jarang
digunakan oleh perusahaan-perusahaan, dengan alasan pembukuan dalam perpajakan.

Jenis Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja


Metode perhitungan selanjutnya ini hampir sama dengan metode penyusutan dalam hitungan
tahun, karena nilai residu adalah hal yang berkaitan dengan harga perolehannya.

Sehingga dalam metode perhitungan satu ini juga menggunakan nilai residu untuk
mendapatkan biaya penyusutan dari aktiva tetap pada suatu perusahaan.

Metode perhitungan penyusutan satu ini umumnya digunakan untuk melakukan perbandingan,
antara nilai penyusutan satu jenis aset yang sama dengan total jumlah jam penggunanya.

Seperti yang banyak terjadi, kebanyakan perusahaan biasanya mempunyai satu jenis aset yang
sama, tapi dengan frekuensi penggunaan yang berbeda-beda. Sebagai contohnya, perusahaan
Anda mempunyai beberapa mesin packing.

Pada tahun-tahun tertentu, salah satu atau beberapa mesin tersebut pasti ada yang jarang
digunakan. Hal ini biasanya terjadi karena jumlah produksi yang tidak selalu tinggi, sehingga
membuat beberapa mesin tidak digunakan.

Perbedaan jam kerja pada mesin-mesin produksi tersebut, yang menjadi dasar perhitungan
pada metode satuan jam kerja ini. Berikut ini rumus perhitungan metode satuan jam kerja yang
bisa Anda pelajari:

Harga Beli atau Perolehan Aset – Nilai Residu / Jumlah Jam Kerja selama Umur
Ekonomis = Biaya Penyusutan Per Jam

Sementara untuk mendapatkan nilai penyusutan pada setiap periode Anda dapat menggunakan
rumus berikut:

Jumlah Jam Kerja per Periode x biaya Penyusutan / Jam = Nilai Penyusutan Per Periode

Dari rumus di atas, nilai residu sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan metode
penyusutan. Tapi, nilai residu tetap akan mempengaruhi besar kecilnya nilai penyusutan, hal
ini terjadi karena nilai tersebut memengaruhi variabel di dalamnya.
Berikut ini contoh soal nilai residu yang bisa Anda pelajari lebih lanjut:

Contoh Soal

Perusahaan PT ABC pada bulan Januari membeli sebuah mesin produksi seharga Rp10 juta.
Menurut produsennya mesin tersebut dapat digunakan selama 10.000 jam, sementara mesin
tersebut diperkirakan akan bekerja selama 5.000 jam di tahun pertamanya.

Sedangkan di tahun berikutnya, mesin tersebut diperkirakan akan bekerja selama 4000 jam dan
tahun berikutnya 1000 jam. Menurut harga di pasaran mesin tersebut bisa dijual kembali (nilai
residunya) seharga Rp1 juta

Jawaban

Pertama Anda perlu mencari dulu biaya penyusutan per jamnya, dengan perhitungan berikut:

Rp10.000.000 – Rp1.000.000 / 10.000 = 900

Maka nilai penyusutannya sebagai berikut:

Tahun Pertama

Rp10.000.000 – Rp4.500.000 = Rp5.500.000

Tahun Kedua

Rp5.500.000 – Rp3.600.000 = Rp1.900.000

Tahun Ketiga

Rp1.900.000 – Rp900.000 = Rp1.000.000


Dari perhitungan di atas bisa Anda simpulkan bahwa semakin lama sebuah aset perusahaan
digunakan dalam hitungan jam kerja. Maka akan semakin besar nilai penyusutannya dan biaya
perbaikan dan perawatannya juga akan tinggi.

Jenis Metode Hasil Produksi


Metode perhitungan nilai penyusutan yang terakhir yaitu berdasarkan hasil produksi yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Dalam metode ini juga memerlukan nilai residu untuk
melakukan perhitungannya, pasalnya nilai residu adalah nilai yang berkaitan erat dengan biaya
penyusutan.

Dengan menggunakan metode perhitungan penyusutan satu ini, beban biaya penyusutan pada
aktiva tetap Anda. Akan didapatkan berdasarkan jumlah satuan produk yang diproduksi dalam
kurun waktu yang tertentu.

Sehingga beban depresiasi perusahaan akan dihitung berdasarkan nilai satuan dari hasil
produksi. Jadi, nilai depresiasi dalam setiap periode akan terus berubah-ubah sesuai dengan
fluktuasi hasil produk yang diproduksi.

Jadi dalam kata lain, metode perhitungan penyusutan ini merupakan perhitungan yang
dilakukan, berdasarkan kemampuan sebuah aset dalam memproduksi suatu produk.

Jadi, seberapa lama pun waktu penggunaan aset tersebut yang menjadi faktor penghitungnya,
adalah pada kemampuannya dalam menghasilkan produk. Berikut ini rumus yang digunakan
untuk menghitung penyusutan dengan menggunakan metode satu ini:

Harga Perolehan Aset – Nilai Residu / Jumlah Produk yang Dihasilkan = Biaya
Penyusutan Setiap Unit

Sementara untuk mendapatkan nilai penyusutan tiap periodenya menggunakan rumus berikut:
Kemampuan Unit dalam Memproduksi Produk Setiap Periodenya x Tarif Penyusutan
Per Unit = Biaya Penyusutan Setiap Periode

Supaya Anda lebih mengerti, berikut ini contoh soal nilai residu yang bisa dipelajari:

Contoh Soal

Pada bulan Januari 2022 perusahaan PT ABC membeli mesin produksi seharga Rp100 juta,
dengan nilai jual kembali (nilai residu) setelah 5 tahun yaitu Rp50 juta. Lalu 0erusahaan
tersebut memproyeksikan dalam lima tahun ke depan akan memproduksi 1.000 produk dengan
mesin tersebut.

Berikut rincian selengkapnya:

Tahun ke-1 = 300 unit

Tahun ke-2 = 300 unit

Tahun ke-3 = 200 unit

Tahun ke-4 = 150 unit

Tahun ke-5 = 50 unit

Jawaban

Pertama hitung biaya penyusutan per unitnya terlebih dulu, seperti contoh berikut:

Rp100.000.000 – Rp50.000.000 / 1.000 = Rp50.000

Dari perhitungan tersebut, tarif penyusutan tiap tahunnya adalah:

Tahun Pertama

300 x 50.000 = Rp15.000.000


Tahun Kedua

300 x 50.000 = Rp15.000..000

Tahun Ketiga

200 x 50.000 = Rp10.000.000

Tahun Keempat

150 x 50.000 = Rp7.500.000

Tahun Kelima

50 x 50.000 = Rp2.500.000

Jadi itulah beberapa metode cara menghitung nilai penyusutan berdasarkan nilai residu pada
sebuah aset. Dalam perhitungan tersebut, nilai residu adalah nilai jual kembali yang berkaitan
cukup erat dalam menentukan biaya Penyusutan.

Bagaimana cara menghitung rumus penyusutan?


Adapun rumus akumulasi depresiasi dengan metode garis lurus, yaitu:
1. Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset - Nilai Residu) : Umur Ekonomis.
2. Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan Aset x (Persentase Depresiasi Ganda)
3. Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan Aset x (Persentase Penyusutan Tunggal)
Bagaimana cara menghitung penyusutan dari suatu aktiva tetap?
Rumus Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / (Masa
Manfaat Aset)
Apa saja yang menentukan nilai penyusutan?

Dari penjelasan di atas, ada tiga faktor yang menentukan besaran penyusutan yang
harus dicatat tiap periodenya, yakni nilai aset tetap, nilai sisa aset dan masa manfaat
aset. Nilai aset tetap didapat dari biaya perolehan aset tetap sampai dapat
digunakan/dimanfaatkan.
Penyusutan dihitung sejak kapan?
Penyusutan fiskal dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran atau perolehan harta
berwujud, sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (3) UU PPh. Sedangkan harta
berwujud yang masih dalam proses pengerjaan, maka penyusutannya baru dimulai
setelah selesainya pengerjaan harta berwujud tersebut.5 Mei 2023
Biaya penyusutan termasuk biaya apa?
Dalam laporan keuangan , biaya penyusutan alat termasuk jenis biaya tetap atau fixed
cost. Mengutip buku Teori Ekonomi: Mikro dan Makro oleh Eko Sudarmanto, biaya
tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang besarnya tidak
tergantung pada jumlah output atau tingkat produksi.
Apakah bisa menghitung penyusutan tanpa nilai residu?
Apabila kamu tidak ingin menggunakan nilai residu, maka rumus dari metode garis
lurus, yaitu: Nilai Biaya Penyusutan = Harga Perolehan : Umur Ekonomis.

Akhir Tahun, Siap Hitung Biaya Penyusutan Aset Anda?

Caranya Seperti Ini


Cara menghitung biaya penyusutan dengan mudah
Wulan Sari - 25 October 2022





calculator-g1d7f3645e_1920

Perusahaan pasti memiliki aset yang digunakan untuk keberlangsungan usaha atau proses bisnisnya, perusahaan di sini mulai dari UKM hingga perusahaan

besar. Aset ini terbagi menjadi dua yaitu aset likuid dan aset tetap.

Aset likuid ini adalah uang kas, piutang, dan hal lain yang mudah untuk dicairkan dalam bentuk uang. Sedangkan aset tetap adalah harta perusahaan dalam

bentuk alat, bangunan, kendaraan, dan hal lain yang membutuhkan waktu dalam prosesnya menjadi uang.
Beberapa aset tetap ini harus dihitung biaya penyusutannya, hal ini dikarenakan nilai ekonomis aset tetap terus berkurang seiring waktu. Misalnya, mesin

printer yang Anda gunakan dalam proses bisnis setiap hari, suatu hari akan hilang harga ekonominya dan sebaiknya diganti dengan alat yang baru. Biaya

penyusutan ini akan masuk ke dalam beban perusahaan dan diperhitungkan dalam laporan keuangan.

Karakteristik dari Penyusutan atau Depresiasi

Sebelum menghitung biaya penyusutan atau depresiasi dari aset tetap, Anda harus memahami karakteristik dari penyusutan.

1. Penyusutan merupakan penurunan dari aset tetap. Penurunan ini bersifat permanen. Setelah dilakukan pengurangan, tidak dapat

dikembalikan ke nilai aslinya.

2. Penyusutan merupakan sebuah proses bertahap dan berkesinambungan berkurangnya nilai aset, baik dengan penggunaan aset maupun

karena berakhirnya waktu

3. Bukan proses penilaian aset tetapi proses mengalokasikan biaya suatu aset untuk mengefektifkan masa penggunaannya

4. Dapat mengurangi nilai buku dan bukan nilai pasar aset

5. Digunakan hanya untuk aktiva tetap yang berwujud saja. Artinya tidak dapat digunakan untuk aset yang tidak berwujud.

Cara Menghitung Biaya Penyusutan

1. Metode Biaya Penyusutan Garis Lurus


(Straight-Line Method)

Metode garis lurus ini, adalah metode yang paling sering digunakan untuk melakukan perhitungan beban penyusutan. Metode ini memiliki fokus pada

penyusutan menggunakan waktu bukan dari fungsi penggunaannya.

Metode garis lurus ini memiliki rumus sebagai berikut.

Rumus Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / (Masa Manfaat Aset)

Penggunaan metode ini kadang dinilai kurang realistis karena penggunaan aktiva sama setiap tahunnya.
2. Metode Biaya Penyusutan Beban Menurun
(Decreasing Change Method)

Depresiasi beban menurun ini adalah metode penyusutan yang dipercepat di mana menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi di awal tahun dan akan

rendah pada periode selanjutnya. Fokus utama metode ini adalah beban penyusutan yang lebih banyak di awal, mengingat aktiva mengalami penurunan

pada tahun tersebut.

Metode penyusutan menurun dibagi menjadi dua sebagai berikut.

Metode Biaya Penyusutan Jumlah Angka Tahun

Perhitungan penyusutan ini menggunakan pecahan yang terdiri dari pembilang dan penyebut dari tahun masa aktiva. Penyebutnya adalah tahun masa aktiva

yang ditambahkan, misal aktiva tersebut masanya adalah 5 tahun maka angka tahunnya 5+4+3+2+1 yaitu 15.

Pada metode ini, pembilangnya menurun dari tahun ke tahun dan penyebutnya tetap konstan. Contoh, penyusutan akan dilakukan pada tahun pertama

dengan nilai perolehan Rp.450.000.000 dan diperkirakan bisa digunakan hingga 5 tahun. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut.

450.000.000 x 5/15 = 150.000.000

Maka dari itu, biaya penyusutan pada tahun itu sebesar 150 juta dan sisa nilai buku dari aset tersebut adalah 300 juta.

Metode Biaya Penyusutan Saldo Menurun

Dalam metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode garis lurus. Bedanya dalam metode ini tarif saldo dinaikkan menjadi dua kali lipat. Misal aktiva

10 tahun akan memiliki tarif 20% atau dua kali biaya garis lurus.

Contoh, apabila aktiva 500 juta dengan masa ekonomis aktiva 20 tahun, maka tarif yang dikenakan adalah 40%. Pada tahun pertama biaya penyusutan yang

harus dibebankan adalah 200 juta.


3. Metode Aktivitas (Unit Pengguna atau
Produksi)

Metode ini adalah metode aktivitas di mana metode ini berasumsi bahwa penyusutan atau depresiasi adalah fungsi dari produktivitas atau penggunaan dan

bukan dari segi berlalunya waktu.

Penentuan umur depresiasi tidak akan memiliki masalah tertentu mengingat penggunaannya relatif mudah diukur. Namun, metode ini memiliki

keterbatasan karena tidak tepat jika digunakan pada situasi penyusutan dengan berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.

4. Metode Depresiasi Khusus

Pada beberapa kasus, perusahaan tidak lagi dapat memilih salah satu metode penyusutan aktiva tetap yang sudah disebutkan di atas, karena aktiva memiliki

karakteristik unik dan membutuhkan penerapan yang khusus. Dua metode khusus ini dapat diterapkan pada kasus-kasus tersebut, sebagai berikut.

1.

1. Metode kelompok dan gabungan di mana metode ini sering digunakan pada aktiva yang homogen dan memiliki

fungsi yang kurang lebih sama.

2. Metode campuran dan kombinasi yang diterapkan sesuai dengan keinginan akuntan.

Anda mungkin juga menyukai