Penyusutan?
Berikut ini ada dua cara perhitungan yang secara umum dipakai oleh suatu
• Penjelasan :
tahun.
Mesin tersebut diperkirakan bisa dijual pada saat nilai residunya sebesar
Maka nilai beban penyusutan mesin tersebut harus sama hingga akhir masa
Pin
Dilihat dari tabel perhitungan diatas bahwa akumulasi penyusutan tidak sama
dengan harga perolehan mesin, dikarenakan adanya nilai residu pada mesin,
sehingga nilai residu akan sama dengan nilai penyusutan. Dengan catatan
Metode ini harus sesuai dengan penggunaan jenis aktiva yang dapat
• Rumus :
a. D = d% x BV
b. d% = 1 – n√SV/AC
• Penjelasan :
D = Penyusutan (Depreciation)
tersebut adalah :
d% = 1 – 5√2.500.000/15.000.000 = 1 – 5√0,16667
= 1 – 0,69 = 0,30 = 30%
Pin
Melalu perhitungan tabel diatas dilihat bahwa nilai residu tidak jauh berbeda
baik. Sehingga ketika perusahaan ingin menyajikan laporan laba rugi maupun
Beban penyusutan aktiva yang dihitung dengan metode garis lurus menggunakan asumsi bahwa
aktiva tetap memberikan kontribusi atau manfaat secara merata, tanpa berfluktuasi selama masa
penggunaannya. Tingkat penurunan aktiva tetap akan sama setiap tahunnya hingga aktiva tersebut
ditarik dari penggunaannya. Oleh sebab itu, metode ini akan sesuai digunakan untuk menghitung
penyusutan aktiva tetap yang tingkat keausannya tidak dipengaruhi oleh volume produk yang
dihasilkan. Beban penyusutan yang dihitung dengan metode ini didasarkan pada rumus berikut.
D = (AC – SV)/LT
Keterangan:
D = penyusutan
AC = harga perolehan
SV = nilai residu
LT = umur ekonomis
Contoh kasus:
Perusahaan membeli sebuah mesin pada tanggal 3 Januari 2016 dengan harga Rp 6.000.000,- dan
ditaksir memiliki umur ekonomis hingga 8 tahun. Mesin tersebut diperkirakan bisa dijual pada saat
penarikan penggunaannya nanti dengan harga Rp 250.000,-. Hitunglah beban penyusutan dan
akumulasi penyusutan dari mesin tersebut!
Penyelesaian:
Dari tabel di atas tampak bahwa akumulasi penyusutan di tahun terakhir penggunaan mesin nilainya
tidak sama dengan harga perolehan mesin. Hal ini disebabkan oleh adanya nilai residu mesin. Jika
mesin tidak memiliki nilai residu, maka akumulasi penyusutan nilainya akan sama besar dengan
harga perolehannya.
Metode saldo menurun
Metode saldo menurun menggunakan asumsi bahwa aktiva tetap memberikan kontribusi yang besar
di awal-awal masa pemanfaatannya. Seiring dengan berkurangnya umur ekonomis, tingkat
penurunan fungsi aktiva semakin besar. Metode ini sesuai digunakan pada jenis aktiva yang
penggunaannya dipengaruhi oleh volume produksi yang dihasilkan. Formula metode saldo menurun
dirumuskan sebagai berikut.
D = d% x BV
d% = 1 – n√SV/AC
Keterangan:
D = penyusutan
d% = tingkat penyusutan
BV = harga buku sebelumnya
SV = nilai residu
AC = harga perolehan
Contoh kasus:
Dari contoh kasus sebelumnya, hitunglah beban penyusutan dan akumulasi penyusutan dengan
metode saldo menurun!
Penyelesaian:
Dari tingkat penyusutan tersebut dapat dihitung beban dan akumulasi penyusutan sebagai berikut:
Dari tabel di atas tampak bahwa nilai residu yang pada tahun terakhir penggunaan aktiva tidak jauh
berbeda dengan hasil perhitungan metode garis lurus, yakni berkisar Rp 250.000,-. Perbedaan
terlihat pada kolom penyusutan dan akumulasi penyusutan, di mana pada metode saldo menurun
beban penyusutan lebih besar di awal-awal tahun pemanfaatan aktiva tetap.
Penggunaan metode dalam penghitungan beban dan akumulasi penyusutan akan lebih baik jika
disesuaikan dengan jenis aktivanya. Selain itu, konsistensi dalam penggunaan metode akan
menjadikan beban penyusutan lebih terukur dan pencatatannya dalam laporan keuangan baik laba
rugi maupun neraca lebih akurat.