Anda di halaman 1dari 5

Jawaban soal no 1

A.SEHARAH PGRI

Organisasi perjuangan guru-guru pribumi sebetulnya sudah ada sejak tahun 1912 dengan nama PGHB
yang beranggotakan guru bantu, guru desa, kepala sekolah, penilik sekolah, Mereka bertugas di sekolah
desa atau sekolah rakyat kelas dua.

Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda diubah menjadi Persatuan Guru
Indonesia(PGI),perubahan nama PGHB menjadi PGI sangat tidak disenangi oleh Belanda dikarenakan
ada kata Indonesia yang menggambarkan semangat kebangsaan sedangkan bagi guru dan bangsa
Indonesia kata Indonesia sangat didambakan.

Pada tahun 1942 -1945 dimasa pendudukan Jepang semua sekolah ditutup dan segala oganisasi
dilarang,termasuk organisasi Persatuan Guru Indonesia tidak dapat lagi melakukan Aktivitas

Nya.

Pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 bangsa Indonesia memproklamerkan kemerdekaan dan bebas dari
pendudukan Jepang yang menjajah selama tiga setengah tahun lamanya dan seratus hari setelah
proklamasi kemerdekaan Republik idonesia tepatnya pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta
terselenggar kongres Guru Indonesia dimana melalui kongres ini semua organisasi dan kelompok guru
seperti guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, bahkan organisasi pegawai
Kementerian Pendidikan Republic Indonesia yang baru dibentuk sepakat dihapus. Mereka bersatu untuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia pada kongres tanggal 25 November 1945 didirikanlah Persatuan
Guru Republik Indonesia disingkat PGRI yang memiliki jati diri sebagai organisasi perjuangan, organisasi
profesi dan organisasi ketenagakerjaan

Jawaban soal no 2.

* PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan perwujudan
wadah bagi para guru untuk selalu berjuang dan berjuang dalam memperoleh, mempertahankan,
meningkatkan, dan membela hak azasi guru baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara,
dan pemangku profesi keguruan. Lewat wadah ini, PGRI berjuang untuk mewujudkan misi hak-hak guru,
kesejahteraan guru, dan profesionalitas guru.

PGRI sebagai organisasi perjuangan


Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan perwujutan wadah bagi para guru untuk
selalu berjuang dan berjuang memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan membela hak
azasi guru baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan pemangku profesi
keguruan. Lewat wadah ini, PGRI berjuang untuk mewujudkan misi hak-hak guru, kesejahteraan
guru, dan profesionalitas guru. Perjuangan PGRI tak pernah berahir, dan sebuah kesuksesan
dalam meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan kesejahteraan guru serta mengangkat
harkat dan martabat guru pada khususnya.

* PGRI sebagai Organisasi Ketenagakerjaan


PGRI merupakan wadah perjuangan tentang hak-hak asasi guru sebagai pekerja,terutama dalam
kaitanya dengan kesejahteraan,baik material maupun non material. Menurut Undang- Undang No.
13 Tahun tentang Ketenagakerjaan, serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk
dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat
bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh dan meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya

* PGRI SEBAGAI ORGANISASI PROFESI

            Sebagai organisasi profesi, PGRI berfungsi sebagai wadah kebersamaan dan rasa
kesejawatan para anggota dalam mewujudkan keberadaan di lingkungan masyarakat,
memperjuangkan segala aspirasi dan kepentingan suatu profesi, menetapkan standar
perilaku professional, melindungi seluruh anggotanya, meningkatkan kualitas
kesejahteraan, dan mengembangkan kualitas pribadi dan profesi.

Awaban soal no 3

.      Peran PGRI dalam meningkatkan kualitas guru :


1) Bangkitkan Profesionalisme Anggota
2)  Mengukuhkan Keahlian
3)  Menguatkan Tanggung Jawab
4) Mempererat Jiwa Korsa (Kesejawatan
5)  Jejaring Sebagai Kekuatan Organisasi PGRI
peranan PGRI sebagai organisasi yang menghimpun para guru
diperlukan, PGRI adalah organisasi profesi yang mengabdi di bidang
pendidikan, bertekat melanjutkan reformasi, dan menata pendidikan
melalui penanganan guru secara professional untuk peningkatan kualitas
sumber daya peserta didik, agar dimasa depan dapat maju dan
berkembang. PGRI sebagai organisasi profesi bertugas membina serta
mengembangkan sikap, prilaku, dan keahlian para guru anggota PGRI
khususnya, agar mampu melakukan tugasnya dengan baik, bertanggung
jawab, dan dapat di andalkan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan masyarakat.

2.4 Peran PGRI dalam Meningkatkan Kualitas Guru


1) Bangkitkan Profesionalisme Anggota
Meminjam buah fikir "Francis Bacon" sebagai peletak dasar-dasar empirisme
menganjurkan organisasi untuk membebaskan manusia dari pandanngan atau keyakinan yang
menyesatkan, dia menyebutkan ada empat idola, yaitu:
1.   The idols of cave, yakni sikap mengungkung diri sendiri seperti katak dalam tempurung,
sehingga enggan membuka diri terhadap pendapat dan pikiran orang lain.
2.   The idols of market place, yaitu sikap mendewa-dewakan slogan cenderung suka "ngecap" (lip
service).
3.   The idols of theatre yaitu sikap membebek, kurang fleksibel, berdisiplin mati dan "ABIS"- Asal
Bapak Ibu Senang".
4.   The idols of tribe, yaitu cara berfikir yang sempit sehingga hanya membenarkan pikirnanya
sendiri (solipsistic) dan hanya membenarkan kelompoknya/organisasinya sendiri.
Jika organisasi telah mampu membebaskan para anggotanya dari idola-idola tersebut,
maka secara tidak langsung organisasi telah meraup kembali inner power yang selama ini hilang
sebagai akibat kemajuan zaman yang penuh ketidakpastian.
Dikaitkan dengan profesionalisme guru, maka wadah organisasi seperti PGRI (Persatuan
Guru RI) tertantang untuk memanifestasikan kemampuannya, karena secara makro organisisasi
PGRI dihadapkan pada "barier protection” sebagai akibat globalisasi. Sadar dari realita ini PGRI
akan tetap melakukan upaya cerdas dalam bentuk peningkatan kemampuan individual
(peningkatan kompetensi). Sehingga kesan yang berkembang dan yang memandang PGRI hanya
mempertahankan organisasi sebagai alat pelindung dengan bermodalkan kekuatan massa
(pressure group), tidak selamanya benar.

2)  Mengukuhkan Keahlian
Di era ketidakpastian, tuntutan keahlian digambarkan sebagai kemampuan personal yang
memiliki daya ganda, yakni disamping memiliki keungulan kompetitif (competitif advantage),
sisi lain juga mempunyai keunggulan komparatif (comparative adventage). Keunggulan
kompetitif ini menuntut professional untuk menguasai kempetensi inti (core competence). Dalam
dunia pendidikan yang disyaratakan sebagai kompetensi inti adalah segenap kemampuan yang
meliputi:
1. Keunggulan dalam penguasaan materi ajaran (subject mater)
2. Keunggulan dalam penguasaan metodologi pengajaran (teaching methode)
Dalam undang-undang Guru dan Dosen kompetensi meliputi; kompetensi profesional,
kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi dan kompetensi sosial. Dari syarat kompetensi ini,
merupakan bentuk tuntutan yang sifatnya dinamik, karena penguasaan materi ajaran, serta
penguasaan metodologi pengajarann selalu berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.
Dalam penguasaan materi ajaran misalnya, untuk satu hari saja dunia telah mencatat lebih
dari kurang satu juta judul buku terbit.
Sisi lain yang juga menjadi tantangan adalah rekayasa bidang teknologi komputer dengan
rekayasa tersebut maka tercipta beberapa perangkat lunak (soft ware) pendidikan yang memiliki
kemampuan luar biasa dan sangat reasonable terhadap berbagai keadaan dan fungsi. Realitas ini
merupakan kendala yang harus dapat diantisipasi oleh organisasi.

3)  Menguatkan Tanggung Jawab


Tanggung jawab profesi juga terkena imbas kemajuan jaman, teristimewa untuk profesi
pendidik, karena disamping tuntutan bidang akademik dengan perannya sebagai alih
pengetahuan (transfer of knowledge) secara bersamaan guru membawa beban moral, sebagai
pendidik moral.
Kemajuan teknologi ternyata tidak pernah steril dari budaya baru, teknologi selalu
mempercepat dan membawa dampak pengiring, yang kadangkala bernuansa negatif.
Tanpa disadari langit-langit bumi telah berubah menjadi atmosfir elektronik, yang dengan
bebas dan tanpa merasa berdosa mengalirkan informasi ke segala penjuru dunia, dan tidak
memandang perbedaan budaya, etika serta etistika.
Suatu gambaran yang serba naïf, dapat diakses oleh sebagian besar penduduk Indonesia,
karena parabola (indovision) telah mampu menjembatani penyiaran TV-TV asing, dengan tidak
terasa terjadi penetrasi budaya. Secara bersamaan guru telah mendapatkan beban tambahan untuk
memberikan perawatan budaya, agar moral bangsa tetap berada dalam bingkai budaya.
Ilustrasi yang sangat ringan dapat kita lihat, bahwa kemajuan ekonomi juga
mengkondisikan guru lebih senang bahkan lebih tekun mengerjakan fungsi-fungsi lain yang
lebih menjanjikan dari pada mempertajam visi profesinya. Melihat realita ini, maka organisasi
harus melakukan tindakan cerdas, dengan berupaya terus menerus melakukan siasat.

4)      Mempererat Jiwa Korsa (Kesejawatan)
Profesionalisme selalu membutuhkan wahana untuk mempererat persaudaraan sesama- profesi,
yang dapat pula difungsikan sebagai sarana sosialisasi pemikiran ataupun sebagai alat kontrol
profesi. Jiwa korsa dapat dijadikan wahana untuk membangun perlindungan profesi. Sebuah
realitas yang sulit dipungkir jika dalam menjalankan aktivitas profesinnya mendapatkan
gangguan, maka sebuah solidaritas akan membantu. Terkait dengan ini, maka peran
perlindungan terhadap anggota organisasi dapat terealisasi. Terkait dengan jiwakorsa ini, PGRI
kembali menyatakan jatidirinya, disamping organisasi profesi juga merupakan organisasi Serikat
Kerja. Sisi professional membangun citra profesonalisme guru dengan berbagai kompetensi,
serta pengembangan karier, sisi lainnya menjadi oraganisasi ketenaga kerjaan [serikat kerja]
memberikan jaminan dari rasa kesewenangan dan ketidakdilan.

5)      Jejaring Sebagai Kekuatan Organisasi PGRI:


Dalam memperjuangkan nasib para anggotanya untuk mengemban amanat UUD 1945,
"mencerdaskan bangsa" PGRI selalu mengundang dan bekerja sama dengan organisasi lainnya,
selama dalam bingkai tegaknya NKRI. Mendukung upaya pencerdasan bangsa tanpa
memandang asal usul golongan, karena independensi menjadi suratan perjuangannya.
PGRI selalu berjuang untuk mengayomi para anggotanya, tanpa membuat cidera demi
kepentingan bangsa. Oleh karenanya PGRI menyadari sepenuhnya membangun jejaring (net
working) dalam kerangka peningkatan martabat Bangsa Indonesia.
PGRI berperan dan bertanggung jawab serta memperjuangkan dalam upaya mewujudkan serta
melindungi serta melindungi hak-hak asasi dan martabat guru khususnya dalam aspek
profesinya dan kesejahteraannya.

Anda mungkin juga menyukai