Nim. : E1S021069
1. KURIKULUM 1947
Pada awal kemerdekaan istilah kurikulum dikenal dalam bahasa Belanda yaitu
“Leer Plan” yang artinya rencana pelajaran. Dalam kurikulum ini terdapat dua hal
pokok yaitu daftar mata pelajaran, jam pengajaran serta Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP). Rentjana peladjaran 1947 merupakan pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda dan mulai dilaksanakan di sekolah-sekolah pada tahun
1950. Kurikulum ini mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, materi pelajaran berhubungan dengan kegiatan sehari- hari,
perhatiannya terfokus terhadap kesenian pendidikan dan jasmani (Wicaksono,
2018:53).
2. KURIKULUM 1964
Penghujung masa pemerintahan Presiden Soekarno menjelang tahun 1964,
pemerintah kembali menyempurnakan kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi
nama Rencana Pendidikan 1964. Pemerintah mengambil langkah pengembangan,
pengembangan yang dialakukan pemerintah adalah adanya keinginan rakyat indonesia
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada tahap SD. Tujuan
kurikulum 1964 membentuk masyarakat sebagai manusia yang pancasialis, sosialis,
memiliki sikap nasionalisme dan cinta tanah air yang tinggi. Perkembangan
kurikulum ini sudah dapat dikatakan sempurna karena sudah menyentuh ketiga aspek
penting peserta didik yakni perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam
kurikulum 1964 sudah ada upaya lebih dalam pengembangan potensi serta pendidikan
yang sifatnya praktis bukan lagi hanya sekedar teori (Sukatin & Pahmi, 2020:89).
1) Masih sentralistik (sistem masih diatur oleh pusat/pemerintah) jadi tiap satuan
pendidikan tidak dapat mengatur sistem pendidikannya secara mandiri.
2) Jumlah pelajarannya hanya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1964 sebagai
kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya.
3) Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan.
4) Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan.
3. KURIKULUM 1968
Pada kurikulum 1968 ini, proses dan aktifitas pembelajaran dititikberatkan pada
program Pancawardhana sebagaimana pada kurikulum tahun 1964. Pancawardhana
berarti kurikulum yang bertujuan untuk 5 hal pokok, yaitu pengembangan kecerdasan,
moral, keprigelan, emosional, dan jasmani. Sehingga dalam konsep ini kurikulum
harus mampu mengembangkan daya cipta (bagaimana berfikir cerdas), rasa
(bagaimana mengolah dan menggunakan rasa terdalam manusia), karsa (bagaimana
memupuk keinginan dan motifasi), karya (bagiaman berbuat dalam bentuk nyata), dan
moral (bagaimana berperilaku baik). Kurikulum pada tahun 1968 ini merupakan
kurikulum pada masa awal-awal orde baru sehingga kelima unsur dalam
Pancawardhana tersebut harus menjadikan manusia indonesia yang pancasilais yang
berdasar kepada kelima sila pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadilan Sosial
Bagi seluruh Rakyat Indonesia. .
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada
tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi
pada kurikulum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.Kurikulum 1968 merupakan kurikulum
bersifat sentralistik, dalam artian kurikulum merupakan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah sedangkan sekolah hanya sebagai pelaksana dari
kebijakan yang telah ditetapkan. Pendekatan yang digunakan menggunakan
pendekatan subject matter atau berpusat pada ilmu pengetahuan. Implikasi dari
pendekatan ini adalah bahwa proses pembelajaran lebih berorientasi pada penguasaan
materi pembelajaran sehingga peran siswa dalam proses pembelajaran sangatlah pasif.
Kelebihannya yaitu:
Kekurangannya yaitu:
4. KURIKULUM 1973
Kelebihannya yaitu:
3) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus di ajarkan hampir di setiap jenjang.
4) Guru di buat sibuk menulis rincian apa yang akan di capai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
6) Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa guru
yang mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte
menonjol di gunakan oleh para guru.
5. KURIKULUM 1975
Sebagaimana kurikulum sebelumnya, kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang
bersifat sentralistik atau dibuat oleh pemerintah pusat dan sekolah tinggal
melaksanakan. Untuk memahami kurikulum ini maka dapat dilihat dari orientasi yang
digunakan, mata pelajaran yang diberikan, proses pembelajaran yang dilakukan,
pendekatan yang dipakai dan proses evaluasi yang diterapkan. Pertama, Orientasi
yang digunakan dalam kurikulum ini adalah
Kelebihanya yaitu:
7) Prinsip berkesinambungan
Kekurangannya yaitu:
6. KURIKULUM 1984
Kalau kita mengutip dari teks diatas,kurikulum ini lebih menekankan pada proses
serta tujuan yang mengakibatkan kurikulum ini berhasil diterapkan tetapi di satu
pihak.
Artinya bahwa apa yang disampaikan dan dilakukan dalam proses belajar
mengajar di kelas harus mengacu pada tujuan yang ditetapkan karena asumsi dasarnya
adalah bahwa pemberian pengalaman belajar di dalam kelas sangatlah terbatas
sehingga proses pembelajaran harus benar-benar fungsional dan efektif untuk
mencapai tujuan ynag ditetapkan.
Kelebihannya yaitu:
1) Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci, sehingga
guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
2) Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui
keberanian memberikan pendapat.
Kekurangannya yaitu:
1) Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan
yang mencolok guru tidak lagi menggunakan metode ceramah.
2) Ada ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan
metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif
untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
3) Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak
pendapat peserta lain.
4) Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan
ketinggalan.
5) Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa serta
tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.
7. KURIKULUM 1994
IMPLEMENTASI 1994
Kalau kita mengutip dari teks diatas,kurikulum ini bertujuan memadukan kurikulum
yang tujuannya itu baik tetapi perpaduan tersebut malah membuat kurikulum ini tidak
berhasil yang menyebabkan banyak kritikan berdatangan. Sebenarnya kurikulum
1994 merupakan kurikulum penyempurnaan dari kurikulum 1984. Dalam proses
pembelajarannya kurikulum 94 masih menggunakan pendekatan CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) tetapi telah mengenal istilah istilah life skill atau pendidikan kecakapan
hidup. Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dikatakan Sukamara (2005:22) yang
mengutip Depdiknas, adalah suatu kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk
berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian dengan kecakapan tersebut siswa secara proaktif dan kreatif dapat mencari
serta menemukan solusi dri setiap permasalahan sehingga mampu mengatasinya.
2). Mampu mengadopsi aspirasi berbagai pihak yang berhubungan dengan isu-isu
yang berkembang di masyarakat.
1). Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat.
3). Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran
4) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
8. KURIKULUM 2004
1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator
sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi
peserta didik dan lingkungan.
9. KURIKULUM 2006
Kurikulum 2006 sering disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang merupakan kelanjutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sebagaimana
dijelaskan oleh BSNP (2006: 5) bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Kalau kita mengutip dari teks diatas,kurikulum ini bisa kita katakan baik soalnya
disini guru dituntut untuk mampu mengembangkan silabus dan penilaiannya sesuai
dengan dengan kondisi sekolah dan daerahnya,dan hasil pembelajarannya itu nantinya
dihimpun di satu sistem yang relevan.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (tahun
2006) mempunyai karakteristik utama: Merupakan pengembangan dari kurikulum
2004, KTSP merupakan panduan dan acuan penyusunan kurikulum setiap ting kat
satuan pendidikan, Bersifat desentralistik, Berbasis Kom- petensi, menggunakan
Stadar Nasional, dan Dikembangkan oleh BSNP.
1). Secara teori memberikan otonomi secara luas pada sekolah untuk mengembangkan
kreativitas dan inovasinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan
potensi di daerahnya.
3). Kurikulum ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan
dirinya di luar sekolah, karana telah terjadi pengurangan kepadatan jam pelajaran
Kekurangannya yaitu:
1). Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan
satuan pendidikan yang ada
2). Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP
3). Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik
konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya di lapangan
10.KURIKULUM 2013
Pelaksanaa KBK masih dalam uji terbatas,namun pada awal tahun 2006,uji terbatas
tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen no.24 tahun 2006 yang
mengatur pelaksanaan permen no.22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan
permen no.23 tahun 2006 tentang setandar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang
pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi
sistem pendidikan.
Kalau kita mengutip dari teks diatas,kurikulum ini bisa kita katakan baik soalnya
disini guru dituntut untuk mampu mengembangkan silabus dan penilaiannya sesuai
dengan dengan kondisi sekolah dan daerahnya,dan hasil pembelajarannya itu nantinya
dihimpun di satu sistem yang relevan.
Kelebihannya yaitu:
1). Secara teori memberikan otonomi secara luas pada sekolah untuk mengembangkan
kreativitas dan inovasinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan
potensi di daerahnya.
3). Kurikulum ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan
dirinya di luar sekolah, karana telah terjadi pengurangan kepadatan jam pelajaran
Kekurangannya yaitu:
1). Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan
satuan pendidikan yang ada
3). Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik
konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya di lapangan
DAFTAR PUSTAKA