Anda di halaman 1dari 18

SEMANGAT KE-PGRI AN

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata Kuliah: Ke-PGRI an

Disusun Oleh:
Nadhifa Auliya Syafiq
NPM. 22186206020

Dosen Pengampu:
Drs. H, Supriadi, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS BHINNEKA PGRI TULUNGAGUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun malakah ini yang berjudul “Semangat Ke-
PGRI-an”. penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntutan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis juga terimakasih mengucapkan terimakasih kepada Drs. H, Supriadi, M.Pd.


selaku dosen pembimbing mata kuliah Ke-PGRI-an. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca umumnya dan penulis khususnya. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Tulungagung, 10 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah PGRI ......................................................................................................... 3
B. Peran PGRI sebagai Organisasi Perjuangan, Profesi, dan Ketenagakerjaan ......... 6
C. Sifat dan Semangat PGRI ...................................................................................... 9
D. Landasan, Tujuan dan Peran PGRI ........................................................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi
ketenagakerjaan yang berfokus pada bidang keguruan. PGRI sebagai tempat
berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan organisasi
perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan yang berdasarkan
Pancasila, bersifat independen, dan non politik praktis, secara aktif menjaga,
memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa yang
dijiwai semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial yang kokoh serta sejahtera lahir
batin, dan kesetiakawanan organisasi baik nasional maupun internasional.1
PGRI merupakan salah satu elemen masyarakat profesi bidang pendidikan.
Posisinya sangat strategis dalam ikut berperan aktif dalam meningkatkan mutu
pendidikan dengan fokus perhatian pada upaya peningkatkan profesionalisme guru
disertai kesejahteraan yang memadai.2
Dari perspektif ini, masalah ke-PGRI-an penting untuk diketahui dan didalami.
Bagi tenaga kependidikan, khususnya guru dan calon guru, mengetahui dan memahami
persoalan ke-PGRI-an sebagai salah satu organisasi profesi menjadi penting dan
mengkiprahkan diri PGRI diharuskan sesuai amanat UU Nomor: 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen.3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah PGRI?
2. Bagaimana peran PGRI sebagai organisasi perjuangan, profesi, dan
ketenagakerjaan?
3. Bagaimana sifat dan semangat PGRI?
4. Apa landasan, tujuan dan peran PGRI?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui sejarah PGRI

1
Irma Erpiyana, Monicha Shinta Mahardika, and Setya Ayu Surya W, ‘Peran Organisasi PGRI Dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Pendidikan’, SEMDIKJAR (Seminar Nasional Pendidikan Dan Pembelajaran), 5 (2022),
1081–87
2
Mariana Ulfah Hoesny and Rita Darmayanti, ‘Permasalahan Dan Solusi Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan
Kualitas Guru : Sebuah Kajian Pustaka’, Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 11.2 (2021), 123–32
3
R Wukir, ‘Kajian Terhadap Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Dalam Rangka
Meningkatkan Mutu Guru’, Lex Jurnalica, 5.3 (2008), 187–205.

1
2. Untuk mengetahui peran PGRI sebagai organisasi perjuangan, profesi, dan
ketenagakerjaan.
3. Untuk mengetahui sifat dan semangat PGRI
4. Untuk mengetahui landasan, tujuan dan peran PGRI.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PGRI
Semangat keindonesiaan telah lama tumbuh di kalangan guru-guru
Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda
berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu,
Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar pendidikan yang
berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat
Angka Dua yang menggunakan bahasa pengantarnya bahasa daerah ditambah
bahasa Melayu.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib anggotanya yang
memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Sejalan dengan itu, di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru
antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD),
Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS),
Hogere Kweekschool Bond (HKSB); di samping organisasi guru yang bercorak
keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereneging
(COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van Muloleerkrachten
(VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang
beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama. Perjuangan
guru tidak lagi berfokus pada perbaikan nasib serta kesamaan hak dan posisi
dengan Belanda, melainkan telah memuncak menjadi perjuangan nasional
dengan teriak “merdeka”. Pada tahun 1932, dengan penuh kesadaran, 32
organisasi guru yang berbeda-beda latar belakang, paham dan golongan sepakat
bersatu mengubah nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) menjadi
Persatuan Guru Indonesia (PGI). Pengubahan nama ini mengejutkan
pemerintah Belanda, karena penggunaan kata “Indonesia” yang mencerminkan
semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata
“Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Perjuangan
PGI bukan lagi sekadar nasib guru, melainkan memuncak pada kesadaran dan
cita-cita kemerdekaan. Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi
dilarang, sekolah ditutup, dan Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi
melakukan aktivitas.
3
Seratus hari setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tepatnya
tanggal 23-25 November 1945 berlangsung Kongres Guru Indonesia di
Surakarta. Kongres berlangsung di Gedung Somaharsana (Pasar Pon), Van
Deventer School, Sekolah Guru Puteri (sekarang SMP Negeri 3 Surakarta).
Melalui kongres Guru Indonesia, segala perbedaan antara organisasi guru yang
didasarkan perbedaan tamatan di lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah,
aliran politik, agama, dan suku sepakat dihapuskan. Para pendiri merupakan
guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan
pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka
meniadakan perbedaan latar belakang dan sebagainya demi bersatu untuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejak kongres Guru Indonesia (kongres ke-1 PGRI), semua guru
Indonesia menyatakan dirinya bersatu dalam satu wadah PGRI. Sejak lahirnya,
PGRI bersifat unitaristik, independen, dan non-partisan. Keanggotaanya tanpa
memandang ijazah, status, tempat bekerja, jenis kelamin, latar belakang agama,
dan lain sebagainya. Kelahiran PGRI sebagai wadah pemersatu guru yang
sedang mengalami revolusi kemerdekaan merupakan manifestasi rasa tanggung
jawab dan kesadaran kaum guru Indonesia dalam memenuhi kewajiban akan
pengabdiannya serta partisipasinya kepada perjuangan menegakkan dan
mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Para guru
yang mengadakan kongres serentak bersatu mengisi kemerdekaan dengan tiga
tujuan: (1) mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia; (2)
mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar
kerakyatan; dan (3) membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada
khususnya. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, PGRI tetap
setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi profesi yang bersifat unitaristik,
independen, dan nonpartisan. Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru,
Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun
1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru
Nasional, dan selalu diperingati setiap tahun. Tahun 1998, arus semangat
reformasi melanda negeri. Perubahan situasi politik masa itu turut memengaruhi
arah perjuangan organisasi. Di masa awal reformasi, PGRI menghadapi
tantangan dalam lingkup global, nasional, dan organisasional. Tantangan global,
khususnya di abad ke-21 yang ditandai dengan berbagai perubahan yang
4
berlangsung cepat terutama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
segala dampaknya. Lingkungan yang sedang berubah secara global
memerlukan pola kerja dalam bentuk kerja tim; memerlukan sumber daya
manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); masyarakat
meritokratik yang lebih menghargai prestasi daripada status dan asalusul; dan
menghormati orang yang mampu melaksanakan tugasnya secara efektif dan
produktif.
PGRI memosisikan diri sebagai mitra strategis pemerintah dan pemerintah
daerah. Perjuangan konsisten PGRI dalam meningkatkan harkat martabat dan
muruah para guru banyak membuahkan hasil. Di antaranya; PGRI lahirnya
Undang-Undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen yang dikuatkan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74/2008 yang berimplikasi adanya
tunjangan profesi yang hingga kini dinikmati para pendidik di seluruh tanah air;
terbentuknya Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (dulu Ditjen PMPTK) yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pembinaan guru, pendidik lainnya, dan tenaga kependidikan; Pengadaan
guru bantu yang kemudian diangkat menjadi PNS. PGRI terus berkomitmen
dalam memperjuangkan nasib para guru honorer kategori maupun non-kategori
khususnya yang berusia di atas 35 tahun agar diberikan kesempatan menjadi
ASN melalui jalur ASN-PPPK maupun jalur CPNS.
Memasuki abad ke-21 yang ditandai dengan kemajuan teknologi
informasi di segala bidang, terjadi perubahan cara dan banyak inovasi
bermunculan. PGRI perlu mengubah mindset pengurus dan anggota agar cepat
beradaptasi dalam struktur, kultur, substansi, dan sumberdaya berjalan efektif.
Menghadapi perubahan dunia yang semakin mengglobal, PGRI harus terus
memantapkan posisinya sebagai organisasi profesi berbasis soliditas dan
solidaritas anggota serta komitmen pengurus. Secara struktural dan fungsional,
arah perjuangan PGRI mulai bergerak ke arah profesi yang modern dengan
mentransformasi PGRI menjadi kekuatan moral intelektual dengan tidak
meninggalkan elan perjuangan sebagai organisasi perjuangan dan
ketenagakerjaan. Modernisasi organisasi sesuai kebutuhan dilakukan antara lain
dengan membentuk alat perangkat kelengkapan organisasi sesuai kebutuhan
seperti PGRI Smart Learning and Character Center (PGRI SLCC), Lembaga
Kajian Kebijakan Pendidikan, dan kini tengah digagas Pusat Pengembangan
5
Profesi Pendidik. Hadirnya PGRI SLCC menunjukkan keseriusan PGRI dalam
upaya meningkatkan kompetensi guru di bidang teknologi dalam menghadapi
perubahan di era revolusi industri 4.0.
PGRI terus memperkuat jati dirinya sebagai organisasi profesi yang
modern dan dapat merespon kebutuhan berdasarkan zamannya. Penguatan
peran Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS) sebagai wadah
peningkatan kompetensi para guru yang digelorakan dari guru dan oleh guru
sebagai upaya PGRI memberikan kesempatan setara tanpa membedakan status
para guru untuk meningkatkan kapasitas profesinya.4

B. PERAN PGRI SEBAGAI ORGANISASI PERJUANGAN, PROFESI,


DAN KETENAGAKERJAAN
a. PGRI sebagai organisasi perjuangan
Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan perwujudan wadah
bagi para guru untuk selalu berjuang dan berjuang dalam memperoleh,
mempertahankan, meningkatkan, dan membela hak asasi guru baik sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi
keguruan. Lewat wadah ini, PGRI berjuang untuk mewujudkan misi hak-
hak guru, kesejahteraan guru, dan profesionalitas guru.Semua perjuangan
dilakukan melalui berbagai cara dan bentuk yang konstitusional, prosedural,
dan konsepsional dalam memperoleh kehidupan guru yang layak dan
sejahtera dalam pergaulan bermasyarakat dan bernegara dengan
mengedepankan profesionalitas sebagai tenaga profesi bidang pendidikan.
PGRI secara konsisten dan konsekuen terus menerus memperjuangkan
kesejahteraan guru baik lahir maupun batin, baik material dan nonmaterial
agar mereka dapat memperoleh kepuasan kerja yang didukung oleh imbalan
jasa yang memadai, rasa aman dalam bekerja, lingkungan kerja yang
kondusif, pergaulan antarpribadi yang baik dan sehat, serta memperoleh
pengembangan diri dan karir.5

4
PGRI, ‘Persatuan Guru Republik Indonesia 1. Pengurus Besar’, 24, 2020, 10160.
5
Budiarto, ‘Peranan PGRI Sebagai Kelompok Kepentingan (Interest Groups) Dalam Memperjuangkan
Kesejahteraan Guru’, Education Journal, 2009.

6
b. PGRI sebagai organisasi profesi
Sebagai organisasi profesi guru PGRI lebih proaktif dalam
memperjuangkan nasib serta meningkatkan kualitas dan profesionalisme
guru. Organisasi PGRI perlu diperluas, dihilangkan citra bahwa hanya milik
guru sekolah dasar dan menengah saja, namun mencakup mulai dari guru
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Dengan demikian, organisasi
akan menjadi lebih kuat dan lebih mempunyai daya tekan yang dapat melobi
lembaga masyarakat lainnya, sehingga terbentuk opini umum betapa
besarnya peranan pendidikan, melalui profesi guru, dalam membangun
masyarakat Indonesia baru. Adanya organisasi PGRI yang kuat akan
mempunyai kekuatan politis serta kemampuan melindungi dengan
memberikan sanksi terhadap anggotanya untuk mempertahankan dan
mengembangkan standar profesi guru.
Organisasi profesi PGRI juga diharapkan menjadi inisiator bagi
lahirnya ilmu pengetahuan pendidikan yang otonom dan inovatif, sehingga
membantu pengembangan profesional profesi guru dalam menghadapi era
globalisasi. Profesi guru merupakan pekerjaan intelejen yang berhak
dihargai oleh masyarakat sebagai suatu profesi terhormat, serta mempunyai
kewajiban dan memperoleh imbalan yang sesuai seperti profesi lainnya.
Organisasi PGRI di masa mendatang dituntut untuk lebih memperjuangkan
hak dan kewajiban, meningkatkan kesejahteraan, serta meningkatkan citra
profesional dari para guru anggotanya. Organisasi profesi ini sangat
diharapkan dapat menjadi dinamisator dan lokomotif dalam perbaikan
profesionalisme guru dalam rangka perbaikan sistem pendidikan nasional
menuju pembangunan masyarakat Indonesia yang lebih baik di masa
mendatang.6
Tanggung jawab PGRI sebagai organisasi profesi adalah berperan
secara aktif dan konstruktif dalam pemenuhan tanggung jawab. profesional
guru sebagai anggota kunci PGRI yang memahami dan memperjuangkan
hak-hak guru. Dalam melaksanakan tugas profesional di bidang pedagogi,
guru berhak untuk diangkat sesuai dengan tugas dan kemampuannya dalam

6
Tri Murwaningsih, ‘Peranan Persatuan Guru Republik Indonesia (Pgri)Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Guru’, Jurnal Ilmiah Guru ‘COPE’, 01.8 (2004), 9–17.

7
melaksanakan tugasnya (kenaikan pangkat) dengan cara mengikuti berbagai
kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas profesi guru seperti workshop,
MGMP, dsb.
Tujuan PGRI sebagai organisasi profesi adalah untuk meningkatkan
profesionalisme guru, meningkatkan harkat dan martabat profesi guru,
menjamin hak dan kewajiban profesi guru, meningkatkan kecakapan profesi
guru, serta meningkatkan profesi dan karir guru. Menjembatani kesenjangan
ketersediaan profesi guru antar daerah dalam hal jumlah, kualitas,
kualifikasi, kemampuan akademik dan kemampuan guru dan guru
berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005.
c. PGRI sebagai organisasi ketenagakerjaan
Sebagai organisasi tempur, PGRI merupakan perwujudan wadah para
guru untuk senantiasa memperjuangkan, memelihara, meningkatkan, dan
menjunjung tinggi hak asasi guru sebagai individu, warga masyarakat,
warga negara dan guru profesi keguruan. Melalui forum ini, PGRI berupaya
mewujudkan misi hak guru, kesejahteraan guru, dan profesionalisme guru.
Perjuangan PGRI tidak pernah berhenti dan berhasil meningkatkan
profesionalisme guru, meningkatkan kesejahteraan guru, dan terutama
meningkatkan harkat dan martabat guru. Peran yang di laksanakan PGRI
sebagai organisasi perjuangan ada tiga hal, yaitu sebagai berikut:7
a) Pemikir
Artinya organisasi PGRI melakukan kajian akademis dengan
berbagai variabel didalamnya, misalnya SDM tenaga kependidikkan,
sarana dan prasarana pendidikan. Tujuan dengan adanya kajian ini
diharapkan dapat menghasilkan konsep-konsep penggelolaan
pendidikan yang lebih inovatif.
b) Penyeimbang pola kemitraan
Penggelolaan pendidikan disusun secara otonomi (daerah
kabupaten/kota) mulai dari rancangan sampai dengan pelaksanaan dan
evaluasi. Tujuannya sebagai penyeimbangantara pemerintah kabupaten

7
Irma Erpiyana, Monicha Shinta Mahardika, and Setya Ayu Surya W, ‘Peran Organisasi PGRI Dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Pendidikan’, SEMDIKJAR (Seminar Nasional Pendidikan Dan Pembelajaran), 5 (2022),
1081–87.

8
atau kota dalam mengawal dan menggembangkan penggelolaan
pendidikan secara profesional.
c) Penekan
Penekan yang dimaksud adalah menjembatani aktualisasi
permasalahan, potensi, dan harapan para guru dilapangan untuk
direalisasikan oleh kabupaten/kota.

C. SIFAT DAN SEMANGAT PGRI


a. Sifat PGRI
Sifat-sifat dari organisasi PGRI antara lain:8
a) Unitaristik
Yaitu tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan,
agama, suku, golongan, gender dan asal usul
b) Independen
Berlandaskan pada kemandirian dan kemitraan sejajaran
c) Non partisan
PGRI bukan merupakan afiliasi dari partai politik atau bersangkutan
dengan parpol.

Berdasarkan ketiga sifat dari organisasi PGRI ini telah menjelaskan


bahwa bagaimana seorang guru harus menjadi bagian dari sifat-sifat yang
terdapat pada organisasi PGRI yang harus diterapkan dan diajarkan kepada
generasi muridnya yang ada di kelas. Sehingga secara kebahasaan, guru
merujuk ke pendidik profesional yang tugas utamanya mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik.

Secara formal guru adalah seroang pengajar di sekolah negeri dengan


kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal dan minimal
status sarjanan dan telah memiliki ketetapan huku yang sah sebagai guru
berdasarkan dengan Undang-Undang guru dan dosen yang berlaku di
Indonesia.

8
Divha Muhammad, Guru Sang Pejuang NKRI (Bandung: Samudra Biru, 2022).

9
b. Semangat PGRI
PGRI suatu organisasi bersifat keterbukaan dan tidak ada yang ditutupi
baik antar pengurus maupun pengurus dengan anggotanya. Semua anggota
merasa memiliki organisasi ini. Tidak harus tepacu saling berebut jadi
pengurus atau peran sesuatu atau kepanitiaan. Hal ini terasa ketika
mengambil suatu keputusan atas nama suatu organisasi haruslah diambil
atas keputusan rapat dan dicantumkan dalam keputusan itu dan langsung
menjadi dokumen yang ditetapkan bersama, dilaksanakan bersama-sama,
disosialisasikan secara bersama-sama dan di kampanyekan bersama-sama
dan bertanggung jawabkan bersama-sama. Jadi tidak ada keputusan atau
kegiatan yang ditutup-tutupi. Dalam hal ini pengurus besar PGRI
mengemukakan bahwa visi dan misi PGRI dapat terwujud dengan adanya
keterbukaan atau transparasi dalam organisasi.

D. LANDASAN, TUJUAN, DAN PERAN PGRI


a. Landasan PGRI
Landasan Organisasi PGRI dalam pelaksanaan segala tugas, peran, dan
fungsinya adalah menggunakan Hasil Keputusan Konggres XX PGRI tahun 2008,
yang didalam pelaksanaannya mempertimbangkan UU RI No 8 tahun 1985 tentang
Organisasi Kemasyarakatan, UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, UU RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Kepres RI No 78
tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional. Menurut hasil Konferensi Cabang PGRI
Kecamatan Wagir mencantumkan Rancangan Program Kerja yang didalamnya
mencantumkan landasan organisasi PGRI adalah: (1) Idiil: Pancasila; (2)
Konstitusional: UUD 1945; (3) Yuridis Formal: UU No 20 tahun 2003; (4)
Operasional: Keputusan Konggres PGRI XX tentng AD/ART PGRI. enurut
Anggaran Dasar PGRI hasil Kongres XX tahun 2008 Bab III Pasal 3 menyebutkan
PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi
ketenagakerjaan.9
b. Tujuan PGRI
Salah satu tujuan organisasi profesi guru adalah mempertinggi
kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan
kesejahteraan mereka. Adapun menurut UU RI pasal 40 ayat 1, organisasi

9
Lilik Yuniastutik, ‘Implementasi Kebijakan Organisasi PGRI Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru Di
Kecamatan Wagir Kabupaten Malang’, Jurnal Pendidikan, 1.1 (2015), 30.

10
profesi keguruan mempunyai tujuan untuk memajukan profesi,
meningkatkan kompetensi, karir, wawasan pendidikan, perlindungan
profesi, kesejahteran, dan pengabdian dalam masyarakat.
Dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan
organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan mengembangkan:
1) karier
2) Kemampuan
3) Kewenangan profesional
4) Martabat
5) Kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan.

Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga


kependidikan yang profesional.

a) Meningkatkan dan atau mengembangkan karier anggota


Organisasi profesi berperan sebagai fasilitator dan motivator
terjadinya peningkatan karier setiap anggota.Kewajiban organisasi
profesi kependidikan adalah untuk mampu memfasilitasi dan
memotivasi anggotanya mencapai karier yang diharapkan sesuai dengan
tugas yang diembannya.
b) Meningkatkan dan atau mengembangkan kemampuan anggota
Merupakan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang
handal. Dengan kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban
profesi akan memiliki kekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya.
c) Meningkatkan danatau mengembangkan kewenangan profesional
anggota
Merupakan upaya para profesional untuk menempatkan anggota
suatu profesi sesuai dengan kemampuannya.Organisasi profesi
kependidikan bertujuan untuk megembangkan dan meningkatkan
kemampuan kepada anggotanya melaluai pendidikan atau latihan
terprogram.
d) Meningkatkan dan atau mengembangkan martabat anggota
Merupakan upaya organisasi profesi kependidikan agar
anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan

11
tidak melakukan praktik melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan
memasuki organisasi profesi kependidikan anggota sekaligus terlindungi
dari perlakuan masyarakat yang tidak mengindahkan martabat
kemanusiaan dan berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat
sesuai dengan standar etis yang disepakati.
e) Meningkatkan dan atau mengembangkan kesejahteraan
Merupakan upaya organisasi profesi kependidikan untuk
meningkatkan kesejahteraan lahir batin anggotanya. Dalam teori
Maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati urutan pertama berupa
kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi.Banyak kiprah organisasi
profesi kependidikan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota.
Aspirasi anggota melalui organisasi terhadap pemerintah akan lebih
terindahkan dibandingkan individu.10
c. Peran PGRI
PGRI mempunyai peranan yang strategis dalam reformasi pendidikan
nasional kepada para anggotanya. PGRI berperan penting dan bertanggung
jawab dalam memperjuangkan upaya mewujudkan serta melindungi hak-
hak asasi serta martabat guru khususnya dalam aspek profesinya dan
kesejahteraannya. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang
tentunya tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa
dilaksanakan oleh orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk
menekuni bidang pendidikan. Menurut UU Guru dan Dosen Bab III, Pasal
7. Dari uraian di atas seseorang yang berprofesi sebagai guru diharapkan
menjadi anggota organisasi profesi PGRI yang merupakan wadah/tempat
dalam mendukung tugas dan profesi sebagai guru.11

10
Stai Al-Azhar and Menganti Gresik, ‘RELASI PROFESI GURU DAN ORGANISASI GURU SEBAGAI HAK
WARGA NEGARA Pristiwiyanto’, Journal Elmentary Education P.Issn, 1.1 (2021), 94–101.
11
Erpiyana, Mahardika, and W.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
PGRI merupakan organisasi perjuangan guru-guru di Indonesia, didirikan pada
tahun 1912 sebagai Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) dan kemudian mengubah
namanya menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) pada tahun 1932. Fungsi PGRI
meliputi mewadahi dan melindungi kepentingan guru, meningkatkan kualitas
pendidikan, memperjuangkan kebijakan pendidikan yang menguntungkan guru dan
siswa, serta mengembangkan solidaritas antarguru. PGRI juga berperan dalam
mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia serta membela hak dan
nasib guru. PGRI berkomitmen sebagai mitra strategis pemerintah dan telah mencapai
beberapa hasil, seperti undang-undang tentang guru, pendirian Ditjen Guru dan Tenaga
Kependidikan, serta pengadaan guru bantu yang menjadi PNS. PGRI terus beradaptasi
dengan perubahan zaman dan berfokus pada peningkatan kompetensi guru melalui
penggunaan teknologi informasi dan penguatan peran Asosiasi Profesi dan Keahlian
Sejenis (APKS).
Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan perwujudan wadah bagi para
guru untuk selalu berjuang dan berjuang dalam memperoleh, mempertahankan,
meningkatkan, dan membela hak asasi guru baik sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara, dan pemangku profesi keguruan, Sebagai organisasi profesi guru PGRI
lebih proaktif dalam memperjuangkan nasib serta meningkatkan kualitas dan
profesionalisme guru, dan Sebagai organisasi tempur, PGRI merupakan perwujudan
wadah para guru untuk senantiasa memperjuangkan, memelihara, meningkatkan, dan
menjunjung tinggi hak asasi guru sebagai individu, warga masyarakat, warga negara
dan guru profesi keguruan.
Sifat PGRI yaitu unitaristik, independen, dan non partisan. Berdasarkan ketiga
sifat dari organisasi PGRI ini telah menjelaskan bahwa bagaimana seorang guru harus
menjadi bagian dari sifat-sifat yang terdapat pada organisasi PGRI yang harus
diterapkan dan diajarkan kepada generasi muridnya yang ada di kelas. Dalam semangat
PGRI, PGRI adalah organisasi yang menerapkan keterbukaan dan transparansi. Semua
keputusan diambil melalui rapat dan menjadi dokumen resmi yang ditetapkan bersama.
Pengurus dan anggota bekerja bersama-sama dalam pelaksanaan, sosialisasi, dan

13
kampanye. Tidak ada informasi yang dirahasiakan atau ditutup-tutupi. Keterbukaan ini
dianggap penting untuk mewujudkan visi dan misi PGRI.
Landasan Organisasi PGRI didasarkan pada Hasil Keputusan Kongres XX PGRI
tahun 2008, yang mengacu pada Undang-Undang RI No. 8 tahun 1985 tentang
Organisasi Kemasyarakatan, Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
serta Keputusan Presiden RI No. 78 tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional. Rancangan
Program Kerja dari Konferensi Cabang PGRI Kecamatan Wagir mencantumkan
landasan organisasi PGRI, yaitu: (1) Idiil: Pancasila; (2) Konstitusional: UUD 1945;
(3) Yuridis Formal: UU No. 20 tahun 2003; (4) Operasional: Keputusan Kongres PGRI
XX mengenai AD/ART PGRI. Menurut Anggaran Dasar PGRI hasil Kongres XX tahun
2008, PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi
ketenagakerjaan. Tujuan PGRI adalah meningkatkan karir anggota, meningkatkan
kemampuan anggota, meningkatkan kewenangan profesional anggota, meningkatkan
martabat anggota, dan meningkatkan kesejahteraan. PGRI mempunyai peranan yang
strategis dalam reformasi pendidikan nasional kepada para anggotanya. PGRI berperan
penting dan bertanggung jawab dalam memperjuangkan upaya mewujudkan serta
melindungi hak-hak asasi serta martabat guru khususnya dalam aspek profesinya dan
kesejahteraannya.

B. SARAN
Setelah menyusun makalah ini, kami sebagai pemakalah memberi saran kepada
pemakalah dengan tema serupa adalah agar lebih menjabarkan tentang materi Semangat
ke-PGRI-an dengan pembahasan yang lebih luas.
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini,
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi
untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Azhar, Stai, and Menganti Gresik, ‘RELASI PROFESI GURU DAN ORGANISASI
GURU SEBAGAI HAK WARGA NEGARA Pristiwiyanto’, Journal Elmentary
Education P.Issn, 1.1 (2021), 94–101
Budiarto, ‘Peranan PGRI Sebagai Kelompok Kepentingan (Interest Groups) Dalam
Memperjuangkan Kesejahteraan Guru’, Education Journal, 2009
Divha Muhammad, Guru Sang Pejuang NKRI (Bandung: Samudra Biru, 2022)
Erpiyana, Irma, Monicha Shinta Mahardika, and Setya Ayu Surya W, ‘Peran Organisasi PGRI
Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan’, SEMDIKJAR (Seminar Nasional
Pendidikan Dan Pembelajaran), 5 (2022), 1081–87
Hoesny, Mariana Ulfah, and Rita Darmayanti, ‘Permasalahan Dan Solusi Untuk Meningkatkan
Kompetensi Dan Kualitas Guru : Sebuah Kajian Pustaka’, Scholaria : Jurnal Pendidikan
Dan Kebudayaan, 11.2 (2021), 123–32
Murwaningsih, Tri, ‘Peranan Persatuan Guru Republik Indonesia (Pgri)Dalam Upaya
Peningkatan Profesionalisme Guru’, Jurnal Ilmiah Guru ‘COPE’, 01.8 (2004), 9–17
PGRI, ‘Persatuan Guru Republik Indonesia 1. Pengurus Besar’, 24, 2020, 10160
Wukir, R, ‘Kajian Terhadap Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Guru’, Lex Jurnalica, 5.3 (2008), 187–205
Yuniastutik, Lilik, ‘Implementasi Kebijakan Organisasi PGRI Dalam Mengembangkan
Profesionalisme Guru Di Kecamatan Wagir Kabupaten Malang’, Jurnal Pendidikan, 1.1
(2015), 30

15

Anda mungkin juga menyukai