Anda di halaman 1dari 109

MAKALAH KE PGRI-AN KELAS 1I MATERI 1-8

Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah KE PGRI-AN

Dosen Pengampu:

JANUARDI S.PD,M.SI

Disusun Oleh:

TRI LINDA HERLINA_2023143352

Kelas 1I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2023


MAKALAH LATAR BELAKANG ORGANISASI PGRI

Disusun oleh:

Kelompok 8

1. Meisyiska Putri (2023143321)


2. Inka (2023143330)
3. Nanda Putri Utami (2023143335)
4. Dira Adelia (2023143349)
5. Siti Padilah (2023143356)

Dosen Pengampu: Januardi M.Pd, M.Si


Mata Kuliah: Ke-PGRI-AN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG TAHUN AJARAN


2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Ke-PGRI-an’. Adapun topik yang
dibahas didalam makalah ini adalah mengenai jenis forum Organisasi. Dimana setelah
membahas topik ini, diharapkan pembaca dapat memahami mata kuliah Ke-PGRI-an lebih
mendalam.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna serta masih banyak terdapat
kekurangan, baik mengenai isi didalamnya maupun dari segi pengerjaannya. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang inovatif demi perbaikan di masa yang akan 2ating.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca tentunya.

Palembang, 11 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI… ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN… .................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG… .................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH…...............................................................................................
1
C.TUJUAN PENULISAN .....................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN… ...................................................................................................... 2
A. ARTI NAMA PGRI… .................................................................................................... 2
B. LATAR BELAKANG BERDIRINYA PGRI… .............................................................. 2
C. HUBUNGAN PGRI DAN PROKLASMASI RI............................................................. 3
D. LAHIRNYA PGRI… ...................................................................................................... 4
E. KOMENTAR… .............................................................................................................. 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 5
A. KESIMPULAN SARAN ................................................................................................ 5
B. SARAN ...........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................6

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang organisasi PGRI
Lahirnya organisasi PGRI menjadi kekuatan bagi kelompok guru dan tenaga kependidikan
dalam negeri untuk berperan serta dalam pembangunan nasional pada umumnya dan
pembangunan pendidikan nasional pada khususnya. Para guru menyadari bahwa dengan
keikutsertaannya dalam kiprah pembangunan bangsa ke depan menuju bangsa yang cerdas dan
bermartabat sehingga kemajuan yang diinginkan negeri ini adalah daduk sama rendah dan
tegak sama tinggi dengan Negara-negara lain di dunia.
Guru akan memfasilitasi, memotivasi dan mengarahan serta melatih pengembangan diri
bangsa ini agar menjadi generasi yang diinginkan oleh masyarakat negeri ini dalam wawasan
bersikap dan berilmu pengetahuan dan keterampilan yang berarti bagi dirinya, masyarakatnya,
agamanya dan bangsanya menuju Negara yang adil dan makmur.
Untuk itu perlu dikaji latar belakang berdirinya organisasi PGRI ditinjau dari sisi legalitas
berorganisasi di negeri ini serta dari sisi keilmuan, yaitu tinjauan filosofis. sosiologis dan
psikologis. Berorganisasi tanpa dipahami latar belakang berdirinya organisasi itu akan
menimbulkan perbedaan persepsi diantara anggotanya secara interen maupun aktifitas keluar
atau eksteren organisasi tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mengungkapkan
bagaimana latar belakang kePGRIan secara lebih jelas dengan judul "KELAHIRAN PGRI"

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah yang akan penulis buat adalah sebagai berikut:
1. Apa arti dari nama PGRI tersebut?
2. Bagaimana latar belakang berdirinya PGRI?
3. Bagaimana hubungan PGRI dan proklamasi RI?
4. Kapan lahirnya PGRI tersebut?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah kePGRIan dan juga sebagai salah satu alternative atau referensi pembaca dalam
mendapatkan informasi mengenai kePGRIan.
1
BAB II PEMBAHASAN

A. Arti Nama PGRI


Kepanjangan dari PGRI yaitu:
P : Persatuan, menunjukkan kebersamaan G
: Guru, menunjukkan profesi
R : Republik, menunjukkan rakyat
I : Indonesia, menunjukkan wilayah
Jadi, PGRI adalah suatu organisasi tempat berkumpulnya guru-guru dan tenaga
kependidikan yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan yang mencapai jati diri
sebagai organisasi perjuangan, profesi dan ketenaga kerjaan dan bersifat unitaristik,
independent dan non partai politik.
Unitaristik adalah suatu kesatuan yang tidak memandang ijazah, suku, agama dan lain-
lain. Independent adalah mandiri atau tidak bergantung kepada orang lain dan non partai
politik artinya tidak ada kerjasama dengan partai politik.
Dengan demikian organisasi PGRI tersebar di seluruh pelosok negeri di Indonesia ini,
Berarti di mana ada sekolah ada guru dan di mana ada guru ada PGRI.

B. Latar Belakang Berdirinya PGRI a. Dari sisi legalitas


1) Terdaftar Pada Departemen Kehakiman
Secara hokum organisasi PGRI telah terdaftar sebagai organisasi profesi pada
departemen kehakiman RI sesuai dengan penetapan mentri kehakiman RI dengan
surat penetapannya No. 1. A. 5/82/12 tangal 20 september 1954, bahwa PGRI
merupakan organisasi profesi, perjuangan dan ketenagakerjaan berskala nasional.
2) Terdaftar Pada Departemen Tenaga Keja RI
Sebagai organisasi ketenagakerjaan atau serikat pekerja, PGRI telah terdaftar pada
departemen Tenaga Kerja RI sesuai dengan surat keputusan Mentri Tenaga Kerja RI No.
370/M/BW/1999 tanggal 10 agustus 1999.
Berarti PGRI memiliki keleluasaan dalam aktifitas ketenagakerjaan bagi anggotanya sebagai
2
pegawai atau tenaga kerja, baik PNS maupun non PNS. Dengan demikian PGRI beserta
anggotanya menyadari resolusi ketenagakerjaan secara umum sebagaimana
telah dideklarasikan dunia secara universal tentang Hak Azasi Manusia, yaitu resolusi
217 A (III) tanggal 10 Desember 1948 bahwa :
a) Semua orang mempunyai hak untuk bekerja, untuk memilih tempat kerja secara bebas
untuk memperoleh lingkungan kerja yang pantas dan aman dan untuk dilindungi dari
pengangguran
b) Semua orang mempunyai hak untuk mendapatkan upah dan pekerjaan secara adil
tanpa diskriminasi
c) Semua orang yang bekerja berhak mendapatkan upah yang memadai yang dapat
mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya di dalam batas-batas yang sesuai
dengan kelayakan hidup manusia serta jika perlu juga mendapatkan tunjangan- tunjangan
social
d) Semua orang mempunyai hak untuk membentuk dan bergabung dalam serikat pekerja
untuk melindungi kebutuhan-kebutuhannya.

b. Dari sisi keilmuan Dari sisi keimuan di bagi 3 yaitu:


1) Filosofis
PGRI merupakan organisasi yang benar karena sesuai dengan pandangan bahasa Indonesia
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
2) Sosiologis
PGRI adalah organisasi yang mengurus kehidupan social yaitu sosial guru-guru se Indonesia
3) Psikologis
PGRI dapat menyatukan perbedaan jiwa anggotanya sehingga dapat terwujud persatuan dalam
organisasi

C. Hubungan PGRI dan Proklamasi RI


Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru Indonesia,
terbukti dengan adanya organisasi guru pribumi yang berdiri sejak 1912 dengan nama PGHB.
Kemudian berkembang dan lahir lagi organisasi guru lainnya yaitu PGB. PGD, PGAS, dan
PHS.
Tahun 1932 pada masa penjajahan belanda, PGHB diubah menjadi PGI. Namun organisasi
ini tidak boleh lagi beraktivitas pada zaman penjajahan jepang. Dan setelah 100 hari
kemerdekaan barulah lahir PGRI
Semangat berdirinya pari waktu itu murni untuk kepentingan bersama antara guru, tenaga 3
kependidikan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini dari kapitalisme.kemerdekaan
dimaksudkan selain bebas dari belenggu penjajahan, juga keterbelakangan, kebodohan,
keterpurukan perekonomian bangsa ini, kemiskinan yang diderita oleh negri ini yang sangat
nyata dapat dirasakan pada kehidupan rakyat jelata yang belum mengecap pendidikan
terutamadi desa-desa pelosok negeri ini.

D. Lahirnya PGRI
PGRI Jahir 25 November 1945 di Surakarta (solo) Provinsi Jawa Tengah. Organisasi ini
lahir setelah seratus hari kemerdekaan. Lahirnya organisasi PGRI ini menjadi kekuatan bagi
kelompok guru dan tenaga kependidikan dalam negeri untuk berperan serta dalam
pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan pendidikan nasional pada
khususnya.
E. Komentar
1. Dari penjelasan nama PGRI, penulis menanggapi bahwa PGRI adalah organisasi
yang sangat besar mencakup keseluruhan Indonesia.
2. Rupanya kelahiran PGRI memiliki hubungan dengan proklamasi, yaitu PGRI dapat
mewujudkan cita-cita proklamasi
3. Untuk membebaskan bangsa ini dari kebodohan, peran guru sangat besar. Karena
guru memiliki 7 tugas menurut UU no 14 tahun 1945 4. Sebagai tanda asalnya PGRI telah
dibangun monumen guru

4
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas yang dapat penulis ambil yaitu:
1. PGRI adalah kepanjangan dari Persatuan Guru Republik Indonesia
2. PGRI adalah suatu organisasi tempat berkumpulnya guru-guru dan tenaga kependidikan
yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan yang mencapai jati diri sebagai
organisasi perjuangan, profesi dan ketenaga kerjaan dan bersifat unitaristik, independent
dan non partai politik.
3. Hubungan PGRI dengan kemerdekaan adalah adanya PGRI karena wujud kepedulian para
guru untuk mempertahankan kemerdekaan serta membuat rakyat Indonesia dapat sejahtera
dan terbebas dai kebodohan
4. PGRI lahir 25 November 1945 di Surakarta (solo) Provinsi Jawa Tengah. Organisasi ini
lahir setelah seratus hari kemerdekaan.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah kita sebagai calon guru dapat
meneruskan cita-cita PGRI yaitu sepenuhnya dapat mengabdikan diri untuk masyarakat agar
masyarakat dapat terbebas dari kebodohan sehingga dapat hidup tenang dan sejahtera serta
dengan adanya PGRI selalu mengingatkan kita tentang semangat kemerdekaan dan perjuangan
mendapatkan kemerdekaan tersebut.

5
DAFTAR PUSTAKA

Hosen, hasan basri. 2010. KePGRIan. Secretariat PGRI Provinsi Sumatera Barat: Padang
- https://www.slideshare.net/CiciCweety/makalah-kepgrian
6
MAKALAH

ORGANISASI DAN MOTIVASI GURU BERORGANISASI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

KE-PGRI-AN

DOSEN PENGAMPU

Januardi, S.Pd.M.Si.

PENYUSUN

KELOMPOK 1
Dihan Meilandriska Saputri (2023143348)

Nadya Syafwa Salsabila (2023143350)

Arlin Nilam Sharla (2023143353)

Ajeng Caramoy (2023143357)

Nina Anggraini (2023143358)


UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Organisasi dan motivasi guru
berorganisasi " dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah ke-PGRI-an.

kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Januardi, S.Pd. M.Si. selaku dosen pengampu.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 3

1.1 Latar Belakang 3 1.2


Rumusan Masalah 4 1.3
Tujuan Penelitian 4 1.4
Manfaat Penelitian 4

1.4.1 Manfaat Teoritis 4

1.4.2 Manfaat Praktis 4 BAB

II PEMBAHASAN 5

2.1 Pengertian Organisasi 5 3.1


Tujuan Organisasi 5
3.1.1 unsur organisasi 6
3.1.2 ciri-ciri organisasi 6
3.1.3 prinsip organisasi 7
3.1.4 faktor yang mempengaruhi organisasi 8

4.1 Motivasi Organisasi 9

4.1.1 macam-macam motivasi 9

5.1 Motivasi guru berorganisasi 10


6.1 Contoh organisasi 10
7.1 kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Motivasi terbentuk dari adanya interaksi antara individu dengan situasi yang
dihadapi. Motivasi bukanlah sebuah sifat pribadi namun lebih ke dorongan seseorang untuk
bekerja atau mencapai suatu tujuan. Di dalam suatu organisasi, seorang atasan dituntut untuk
mampu memberikan motivasi bagi bawahannya agar bekerja sesuai dengan tanggung
jawabnya. Motivasi erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan individu, dimana
semakin terpenuhi kebutuhan seseorang dalam organisasi, maka semakin termotivasi
seseorang untuk bekerja dengan sebaik-baiknya.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari kehidupan


berorganisasi karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung
hidup dan terlibat didalam anggota kemasyarakatan. Organisasi di dalam kehidupan tampak
begitu beragam baik didalam kehidupan kehidupan rumah tangga hingga tingkat organisasi
yang lebih kompleks yaitu organisasi di dalam dunia kerja.

Organisasi merupakan sekelompok orang yang melakukan kerjasama untuk


mencapai tujuan bersama. Dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di
dalamnya. Manusia merupakan unsur terpenting dari seluruh unsur organisasi, karena hanya
manusia yang memiliki sifat kedinamisan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan
organisasi dengan baik, maka diperlukan sumber daya untuk mencapainya Di Organisasi juga
berlaku demikian. Mungkin seseorang yang bergabung dalam sebuah organisasi akan
mengorbankan waktunya, tenaganya, pikirannya, materinya yang dimilikinya, bahkan ada
yang mengorbankan nyawanya untuk sebuah organisasi. Mengapa demikian? Karena ada
yang dituju dan hasil yang diharapkan

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Pengertian organisasi dan motivasi berorganisasi


2. Bentuk-bentuk organisasi dan tujuan berorganisasi

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Faktor -faktor yang mempengaruhi keberlanjutan organisasi


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam berorganisasi

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam


mengembangkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keberlanjutan organisasi.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan bajan acuan dan bahan pertimbangan dalam
penelitian-penelitian yang akan datang.

1.4.2 Manfaat praktis


1. Bagi peneliti
Untuk dapat meningkatkan, memperluas, dan menerapkan ilmu yang dimiliki secara
teoritis dengan kenyataan yang diperoleh selama melaksanakan penelitian.
2. Bagi lembaga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi lembaga dan
sebagai acuan bagi mahasiswa yang membuat karya ilmiah yang sama dan sejenis.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Organisasi


Organisasi atau pertubuhan (bahasa Belanda: organisatie) merupakan
sekumpulan dua orang atau lebih yang berkumpul dalam wadah yang sama dan
memiliki satu tujuan.

Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.


• Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang
melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
• James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
• Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem
aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
• Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
• William Schulze" "Organisasi adalah penggabungan dari orang-orang,
bendabebda, alat-alat perlengkapan, ruang kerja dan segala sesuatu yang bertalian
dengannya, yang dihimpun dalam hubungan yang teratur dan efektif untu
mencapai tujuan yang diinginkan".
• Ralp Currier Davis: "Organisasi adalah sesuatu kelompok orang-orang yang
sedang bekerja kearah tujuan bersama dibawah kepemimpinan".

3.1 Tujuan organisasi


Di bawah ini adalah beberapa tujuan organisasi yang secara umum banyakdijadikan
sebagai acuan dalam pembangunan sebuah organisasi, yaitu:

1. meningkatkan kemandirian serta kemampuan dari sumber daya yang dimiliki,


2. menjadi wadah yang membantu mencari keuntungan bersama-sama dengan kerja
sama yang sudah terbagi dengan baik, .
3. menjadi wadah yang digunakan untuk individu yang memang ingin memiliki jabatan,
penghargaan serta pembagian kerja yang jelas,
4. menjadi wadah untuk memiliki pengawasan dan kekuasaan,
5. membantu setiap individu yang ada di dalamnya agar dapat meningkatkan pergaulan
serta memanfaatkan waktu luang secara lebih optimal serta bermanfaat,
6. membantu untuk pengelolaan lingkungan bersama-sama,
7. Mencapai tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan yang telah menjadi maksud
awal sebuah organisasi.

3.1.1 Unsur organisasi

• Anggota organisasi, yang terdiri dari pemimpin yang mengatur organisasi secara
umum, manajer yang memimpin unit tertentu sesuai fungsi bidang kerjanya, dan
orang-orang yang bekerja di bawah manajer. Penyebutan ini biasanya disesuaikan
dengan jenis organisasinya masing-masing.
• Tujuan organisasi, yang akan menjadi arah perjalanan organisasi dalam menentukan
kegiatan yang dilakukan nantinya.
• Peralatan, yang merupakan sarana dalam sebuah organisasi, seperti materi, budget,
dan barang modal lainnya yang dapat menjadi tempat bekerja atau berkumpulnya
organisasi.
• Kerja sama, yang menjadi bagian penting dalam sebuah organisasi. Dengan adanya
kerja sama yang baik, tujuan organisasi dapat dicapai bersama-sama. Tingkatan
anggota akan membantu memudahkan dalam mengatur bagian kerja untuk menjalin
kerja sama yang lebih baik.
• Lingkungan, seperti kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi menjadi
pendukung dalam mencapai tujuan dari organisasi yang telah ditentukan.
• Komunikasi, yang akan sangat memengaruhi setiap anggota organisasi agar dapat
bekerja sama dengan baik. Komunikasi yang baik akan mendukung perkembangan
organisasi secara lebih optimal sesuai proses kerja yang sudah diatur sedemikian rupa.

3.1.2 Ciri-ciri organisasi

Ciri-ciri organisasi dapat dibagi berdasarkan definisi, tujuan, dan struktur organisasi, yaitu:

1. Sekumpulan orang. Organisasi harus terdiri dari minimal dua orang atau lebih
manusia yang sadar dalam membentuk organisasi, sama seperti terbentuknya suatu
kelompok.
2. Memiliki tujuan bersama. Organisasi harus memiliki tujuan organisasi yang utama
yang berusaha diraih oleh tiap-tiap anggota organisasi.
3. Adanya kerjasama. Tiap anggota organisasi harus bekerjasama dan berkoordinasi satu
sama lain untuk mempermudah dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
4. Memiliki aturan. Organisasi formal harus memiliki aturan atau batas-batas tertentu
yang harus dipatuhi dan diterapkan pada tiap anggota organisasi.
5. Memiliki pembagian tugas. Organisasi harus memiliki pembagian tugas pada tiap
anggota agar bekerja satu sama lain dengan efektif dan efisien sesuai kemampuan
yang dimiliki.

3.1.3 Prinsip organisasi

Di bawah ini ada beberapa pendapat dari dua orang ahli tentang prinsip organisasi.

L. P. Alford Dan Russel Beatty


Dalam tulisannya yang berjudul Principle of Industrial Management, L. P. Alford dan Russel
Beatty (1951) mengatakan, ada 7 prinsip organisasi.

1. Prinsip tujuan atau principle of objective


2. Prinsip wewenang dan tanggung jawab atau principle of authority and
responsibility
3. Prinsip wewenang pokok atau principle of ultimate authority
4. Prinsip penugasan kewajiban-kewajiban atau principle of assignment to duties
5. Prinsip definisi atau principle of definition
6. Prinsip kesamaan atau principle of homogeneity
7. Prinsip efektivitas organisasi atau principle of organization effectiveness
Henry Fayol
Ada 14 prinsip yang dikemukakan oleh Henry Fayol, seperti yang dikutip oleh Huse dan
Bowditch (1977). Berikut ini 14 prinsip organisasi,

1. Pembagian kerja atau division of work


2. Wewenang dan tanggung jawab atau authority and responsibility
3. Kesatuan perintah atau unity of command
4. Disiplin atau discipline
5. Kesatuan arah atau unity of direction
6. Kepentingan individu di bawah kepentingan umum atau subordination of
individual interest to general interest
7. Gaji pegawai atau remuneration of personnel
8. Sentralisasi atau centralization
9. Saluran jenjang atau scalar chain
10. Ketertiban atau order
11. Keadilan atau equity
12. Kestabilan masa kerja pegawai atau stability of tenure of personnel
13. Inisiatif atau initiative
14. Kesatuan jiwa korps atau esprit de corp

3.1.4 Faktor yang Memengaruhi Organisasi

• Motivasi
Apakah kamu mengetahui hal yang memotivasi seorang karyawan dalam bekerja?
Bentuknya bisa bermacam-macam, loh. Bisa berupa uang dalam bentuk gaji dan bonus,
apresiasi terhadap kerja keras karyawan, atau perhatian terhadap lingkungan kerja.

• Gaya Manajemen dan Kepemimpinan


Gaya manajemen dan kepemimpinan yang ada di perusahaan juga dipengaruhi oleh
struktur organisasi perusahaan. Hal-hal yang dipengaruhi antara lain: gestur ketika memimpin
dan mengendalikan, kegiatan organisasi, dan cara mengendalikan karyawan.

• Komunikasi
Komunikasi efektif adalah pola komunikasi yang berdampak positif bagi budaya
perusahaan. Komunikasi yang efektif memudahkan pihak manajemen untuk melakukan
sosialisasi tujuan dan misi perusahaan, mengumumkan aturan perusahaan, dan
menginformasikan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan.
• Karakteristik dan Struktur Organisasi
Hal-hal atau bidang yang dikerjakan oleh organisasi memengaruhi budaya yang
berlaku di dalam organisasi tersebut. Perhatikan oleh majoopreneurs, perusahaan yang
bergerak di bidang kreatif pasti memiliki budaya organisasi yang berbeda dengan organisasi
pemerintahan. Kompleksitas hirarki dan ukuran organisasi juga akan memengaruhi hubungan
personal, kebebasan, dan proses komunikasi antar anggotanya.

• Tingkat Formalitas Organisasi


Organisasi dengan tingkat formalitas yang tinggi memiliki kecenderungan untuk
menghindari sesuatu yang tidak pasti, dan tetap berpegang pada semua aturan tertulisnya.

Sebaliknya, kamu akan lihat dalam organisasi dengan tingkat formalitas yang rendah,
karyawan justru dilatih untuk menghadapi ketidakpastian secara kreatif dan mandiri.

• Nilai yang Dianut Individu


Nilai-nilai yang dianut tiap individu dalam suatu organisasi akan memengaruhi
budaya organisasi secara keseluruhan. Misalkan nilai akan waktu, efisiensi, diri, tindakan,
dan kerja.

Kamu bisa bayangkan bila kebanyakan individu yang berada dalam suatu organisasi
tidak menghargai nilai kejujuran, maka budaya perusahaan tersebut juga tidak menjunjung
tinggi nilai kejujuran.

4.1 Motivasi berorganisasi


Secara bahasa, motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti dorongan
atau menggerakan. Sehingga motivasi dalam sebuah organisasi (motivasi organisasi) ialah
sesuatu yang mendorong atau menggerak setiap anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. “Sesuatu” tersebut ialah landasan kita (organisasi) untuk
melakukan tidakan, yaitu keyakinan (Belief).

Dengan demikian secara tidak langsung azas yang digunakan oleh sebuah organisasi
berpengaruh terhadap spirit setiap anggota organisasi didalam mencapai tujuan, sehingga
akan membangun “Psikologi Organisasi” tersebut. Namun pada kenyataannya “psikologi
organisasi” yang terbangun pada setiap organisasi di Indonesia ialah ”Kekuasaan”. Hal ini
terjadi merata baik pada organisaisi yang berazaskan nasionalis, agama, maupun sosial.
4.1.1 Macam-macam Motivasi

Dalam menumbuhkan motivasi dalam diri seseorang dapat melalui dalam diri sendiri
ataupun dari luar dirinya. Ini disebut dengan motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

• Motivasi intrinsik merupakan pendorong perilaku yang bersumber dari dalam diri
seseorang sebagai individu. Dimana individu tersebut melakukan sesuatu atas
kesadaran dirinya sendiri tentang betapa pentingnya manfaat dan bermaknanya
pekerjaan yang dia lakukan baik dari segi materi dalam pemenuhan kebutuhannya
maupun untuk pemenuhan kebutuhan dalam mengaktualisasikan diri. Motivasi
intrinsik merupakan kecenderungan alamiah untuk mencari dan menerima tantangan
seperti mengejar keinginan pribadi dan mempertinggi atau melatih
kapabilitas/kemampuan.
• Motivasi Ekstrinsik ialah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri individu,
berupa suatu kondisi yang mengharuskan seseorang melaksanakan perilaku secara
maksimal karena adanya pujian, aturan, hukuman, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya pengaruh yang ada di luar
pekerjaan dan dari luar diri individu itu sendiri. Hal ini biasanya dikaitkan dengan
kompensasi baik berupa kesehatan, kesempatan cuti, program rekreasi organisasi, dan
lain-lain. Pada dasarnya motivasi ekstrinsik ini berdasarkan pada hadiah dan hukuman.

5.1 Motivasi guru berorganisasi


Motivasi guru merupakan kondisi yang membuat guru memiliki kemauan atau kebutuhan
untuk mencapai tujuan tertentu melalui pelaksanaan suatu tugas dan tanggung jawab.
Motivasi guru akan memberikan energi untuk bekerja dan mengerahkan segenap aktivitasnya
selama berorganisasi, dan menyebabkan seorang guru mengetahui adanya tujuan yang
relevan antara tujuan organisasi dan mencapai tujuan pribadinya.

6.1 Contoh organisasi


Di bawah ini adalah contoh organisasi yang dibentuk dan berada di wilayah negara
Indonesia.

1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)


2. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)
3. Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK)
4. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
5. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
6. Rukun Warga (RW)
7. Rukun Tetangga (RT)
8. Karang Taruna
9. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
10. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
11. Pelindung Masyarakat (Linmas)
12. Dewan Kemakmuran Masjid (DKM)
13. Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
14. Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM)
15. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)
16. Kelompok Informasi Masyarakat (KIM)
17. Forum Kemitraan Polisi & Masyarakat (FKPM)
18. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
19. Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (LKK)
20. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

7.1 Kesimpulan
Dalam sebuah organisasi, selalu ada persaingan antar anggota untuk menjadi seorang ketua
atau pemimpin dari organisasi tersebut. Makanya, organisasi bisa memberikan manfaat dalam
membangkitkan jiwa pemimpin. Budaya organisasi yang baik tercipta dari solidnya para
anggota hingga menciptakan atmosfir yang baik dan berdampak pada pengembangan
karakter bagi para anggotanya, termasuk kamu.

DAFTAR PUSTAKA
https://majoo.id/solusi/detail/organisasi-adalah
https://www.kompasiana.com/suci42659/60da959c06310e5854633d62/pentingnya-
motivasidalam-organisasi-pendidikan
MAKALAH
LANDASAN SERTA TUJUAN PGRI

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Meyika nurpajrin (2023143325)


2. Gesna joti (2023143332)
3. Ice Priska (2023143339)
4. Adelia safitr (2023143342)
5. Aan mandala putra (2023143343)

Dosen Pengampuh : Januardi M.Pd, M.Si

Mata Kuliah : Ke-PGRI-AN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS


PGRI PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023/2024

KATA PENGANTAR

xxiv
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Guru Dalam
Indonesia Merdeka” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ke-PGRI-an.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai pada waktunya.

Makalah ini telah disusun semaksimal mungkin, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, penulis mohon maaf. Demikian dari penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, kritik dan saran kami harapkan agar dapat meningkatkan kualitas pembuatan
makalah berikutnya, terima kasih.

PALEMBANG, 17 Oktober 2023

Penyusunan

DAFTAR ISI

xxv
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Landasan Dan Tujuan PGRI............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab Guru ............................................................................................... 2

B. Peranan Pgri ................................................................................................................ 2

C. Tujuan Pgri.................................................................................................................. 2

D. Hak Seorang Guru....................................................................................................... 2

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 4

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 5

xxvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Landasan Dan Tujuan PGRI

Beban tugas guru pada saat ini semakin berat, terutama jika dibandingkan sebelum
adanya Undang-undang Guru dan Dosen. Guru bertanggung jawab mengantarkan siswanya
untuk mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan.
Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan
profesinya. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (UU No 14 Tahun 2005 Pasal 1). Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi
guru adalah melalui organisasi profesi guru.
Dalam UU Guru dan Dosen Pasal 41 ayat 2 disebutkan, organisasi profesi berfungsi
untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan,
perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam profesi
keguruan, profesi guru memiliki ikatan kesejawatan, kode etik profesi, dan organisasi profesi
yang mempunyai kewenangan untuk mengatur yang berkaitan dengan keprofesian (UU Guru
dan Dosen Ps.42). PGRI adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan
diurus oleh guru sebagai wadah untuk mengembangkan profesionalisme, memperjuangkan
perlindungan hukum, dan perlindungan keselamatan kerja serta menghimpun dan
menyalurkan inspirasi anggotanya.
PGRI mempunyai peranan strategis dalam reformasi pendidikan nasional kepada
anggotanya. PGRI berperan dan bertanggung jawab serta memperjuangkan dalam upaya
mewujudkan serta melindungi serta melindungi hak-hak asasi dan martabat guru khususnya
dalam aspek profesinya dan kesejahteraannya. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan
khusus yang tentunya tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa
dilaksanakan oleh orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang
pendidikan. Menurut UU Guru dan Dosen Bab III, Pasal 7. Dari uraian tersebut di atas
seseorang yang berprofesi sebagai guru diharapkan menjadi anggota organisasi profesi PGRI
yang merupakan wadah/tempat dalam mendukung tugas dan profesi sebagai guru.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah yang akan penulis buat adalah sebagai berikut :

1. Apa saja tanggung jawab guru ?

2. Apa pengertian peranan PGRI ?

3. Apa tujuan dari PGRI ?

C. Tujuan Penulisan

1
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui landasan profesi
guru serta tujuannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab Guru

Guru bertanggung jawab mengantarkan siswanya untuk mencapai kedewasaan


sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Guru yang bermutu dan
bertanggung jawab merupakan pilar utama untuk mencapai keberhasilan pendidikan, yang
pada gilirannya hasil dari didikannya akan menjadi tulang punggung pembangunan bangsa
dan negara ini. Oleh karena itu, kebulatan tekad, jiwa dan semangat kejuangan,
kesetiakawanan sosial dan organisasi, peningkatan mutu dan kemampuan profesional, dan
ditingkatkan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

B. Peranan PGRI

PGRI mempunyai peranan strategis dalam reformasi pendidikan nasional kepada


anggotanya. PGRI berperan dan bertanggung jawab serta memperjuangkan dalam upaya
mewujudkan serta melindungi serta melindungi hak-hak asasi dan martabat guru khususnya
dalam aspek profesinya dan kesejahteraannya. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan
khusus yang tentunya tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa
dilaksanakan oleh orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang
pendidikan.

C. Tujuan PGRI

Adapun tujuan PGRI yaitu :

1. Mewujudkan cita-cita Proklamasi NKRI, mempertahankan, mengamankan, serta


mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Berpartisipasi secara aktif untuk mencerdaskan bangsa dan membentuk manusia
Indonesia seutuhnya sebagai bagian pencapaian Tujuan Nasional.
3. Mengembangkan sistem dan pelaksanaan Pendidikan Nasional.
4. Meningkatkan mutu dan kualitas guru, melalui peningkatan profesi serta
mempertinggi kesadaran dan sikap guru.
5. Meningkatkan kesejahteraan anggota dan kesetiakawanan organisasi untuk menjaga,
memelihara, membela, serta meningkatkan harkat dan martabat guru.
D. Hak Seorang Guru

Guru sebagai sebuah profesi dibidang pendidikan memiliki hak dan kewajiban yang
menyangkut dunia pendidikan yang digeluti hak-hak guru merupakan apa-apa saja yang
didapatkan oleh seseorang yang memiliki profesi guru dan kewajiban guru adalah apa-apa

2
saja yang harus dilaksanakan seorang guru dalam menjalankan profesinya. Dalam
menjalankan tugas dan profesinya guru memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan
dan diperhatikan. Hak guru berarti sesuatu
yang harus didapatkan olehnya setelah ia melaksanakan sejumlah kewajibannya sebagai guru.
Hak dan kewajiban guru ini dituangkan dalam UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
sehingga setiap guru mendapatkan perlindungan terhadap hak yang dimiliki dan kewajiban
yang harus dilaksanakan. Adapun hak yang dimiliki seorang guru sebagai berikut:

A. Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan


jaminan
Kesejahteraan Sosial.
B. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
C. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual
D. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
E. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan.
F. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan, dan atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru dan peraturan perundang-undangan.
G. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
H. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi. i. Memiliki
kesempatan untuk berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan.
I. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi.
J. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

3
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru memegang peranan penting dan menjadi kunci bagi keberhasilan pendidikan suatu
bangsa. Sejak zaman penjajahan Belanda guru telah turut berjuang baik secara fisik angkat
senjata maupun melalui bidang pendidikan. Dan juga mengajarkan hal-hal yang baru pada
peserta didik terlepas dari penciutan makna,peran guru dari dulu sampai sekarang tetap
sangat diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, kemana
manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan didunia.

4
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/sosio_ekons/article/view/916/852

https://media.neliti.com/media/publications/276394-implementasi-kebijakan-organisasi-
pgrid-1e3139dc.pdf

Lilik Yuniastutik

Jurnal Pendidikan; Vol. 1, No. 1; Januari 2013; 30-36

ISSN: 2337-7607; EISSN: 2337-7593

ttps://www.pgrisumbawakab.or.id/?content=page_visimisi

5
6
MAKALAH

“JATI DIRI, SIFAT SIFAT DAN SEMANGAT PGRI ”

DISUSUN OLEH :

1. Hafiz Wijaya (2023143328)


2. M.Rafahael Pratama Putra (2023143355)
3. Natali Amelia (2023143341)
4. Nabilla Syadena (2023143346)
5. Dina Saputri Dewi (2023143360)

DOSEN PEMBIMBING :
JANUARDI S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2023/2024
7

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas limpahan

rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan

yang berarti dan sesuai dengan harapan. Makalah ini akan membahas tentang “Jati

Diri, Sifat-Sifat dan Semangat PGRI ” Ucapan terima kasih kami sampaikan

kepada

Bapak JANUARDI S.Pd, M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah “ KE-PGRI-

AN ” yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam

penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami sangat mengharapkan

kritik dan saran untuk perbaikan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik.

Demikian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi yang

membaca khususnya mahasiswa Universitas PGRI Palembang.

Palembang, 19 September 2023

Penulis
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jati Diri PGRI ....................................................................... 3


2.2 Dasar PGRI ............................................................................................. 5
2.3 Ciri Jati Diri PGRI .................................................................................. 5
2.4 Sifat PGRI ............................................................................................... 10
2.5 Semangat PGRI ....................................................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14


3.2 Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran guru, pejuang tanpa tanda jasa pun tak luput untuk memperjuangkan
hak- hak kita agar menjadi cendekia terpelajar. Dalam perjalanannya, ketika
zaman penjajahan Belanda, terdapat bermacam-macam sekolah bagi golongan
tertentu seperti Volksschool untuk masyarakat desa, Tweede Inlandse School
untuk rakyat biasa di kota-kota, dan Sekolah Dasar berbahasa Belanda untuk anak
priyai atau anak-anak pegawai pemerintah Hindia Belanda yang gajinya paling
sedikit fi 100/bulan. Guru-gurunya adalah tamatan dari sekolah-sekolah guru
seperti Sekolah Guru Desa, Normalschool (NS), Kweekschool (KS), Hogere
Kweckhooi (HKS), dan sebagainya. Namun, jerih payah guru-guru tersebut tak
sebanding dengan upah yang didapat. Pasalnya, gaji guru disesuaikan ia berasal
dari lulusan sekolah mana. Tak jarang hal tersebut menimbulkan pertentangan
antar-golongan guru yang tidak menguntungkan dunia pendidikan. Maka dari itu,
dibentuklah suatu perkumpulan- perkumpulan guru dari berbagai jenjang guru
pada masa penjajahan kala itu. Dampaknya, lahirlah perkumpulan guru yang
disebut PGRI, dalam Kongres I PGRI di Surakarta 21 November 1945 yang
memiliki asas dan semangat ke-PGRI-an.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari jati diri PGRI?
2. Bagaimana Dasar yang terkandung dari PGRI?
3. Bagaimana ciri-ciri jati diri PGRI?
4. Apa sifat yang terkandung dalam PGRI?
5. Apa Landasan semangat PGRI?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari jati diri PGRI.
2. Untuk mengetahui dasar yang terkandung dari PGRI.

i
3. Untuk mengetahui ciri-ciri jati diri PGRI.
4. Untuk mengetahu sifat yang terkandung dalam PGRI.
5. Untuk mengetahui landasan PGRI

ii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jati Diri PGRI


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, jati diri adalah ciri-ciri, gambaran
atau suatu benda, identitas, inti, jiwa dan daya gerak dari dalam, spiritualisasi. Jati
diri PGRI adalah identitas organisasi guru yang diwujudkan oleh PGRI secara
pribadi, sebagai warga negara dan tenaga prifesi. Menurut PB PGRI (2000), jati
diri PGRI merupakan urat nadi perkembangan dan keberadaan PGRI dalam
keseluruhan perjalanan bangsa untuk mewujudkan hak-hak asasi guru sebagi
pribadi, warga Negara dan pengembang profesi. Sebagaimana telah tercantum
dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) PGRI pasal 3,
bahwa jati diri PGRI adalah sebagai berikut:
1. PGRI sebagai organisasi profesi
PGRI sebagai organisasi profesi berarti suatu organisasi yang terdiri
dari guru guru dan tenaga kependidikan yang sejawat berkumpul dalam suatu
wadah persatuan atau perkumpulan dan berjuang mewujudkan semua amanat
keputusan organisasi baik yang tersurat maupun yang tersirat sesuai dengan
ketentuan atau aturan mainnya.
2. PGRI sebagai organisasi perjuangan
PGRI sebagai organisasi perjuangan artinya menurut AD/ART adalah
mengemban amanat dan cita cita proklamasi 17 agustus 1945, menjamin,
menjaga dan mempertahankan keutuhan dan kelangsungan NKRI dengan
membudayakan nilai-nilai luhur Pancasila.
3. PGRI sebagai organisasi ketenagakerjaan
PGRI sebagai organisasi ketenagakerjaan adalah organisasi yang
menyadari bahwa anggotanya mempunyai hak untuk bekerja, untuk memilih

iii
tempat kerja secara bebas untuk memperoleh lingkungan kerja yang pantas
dan aman untuk dilindungi dan hak untuk mendapatkan upah dan pekerjaan
secara adil tanpa diskriminasi serta hak untuk membentuk dan bergabung
kedalam serikat pekerja (traid union) untuk melindungi kebutuhan-
krbutuannya.

Jati diri PGRI adalah perwujudan dari sifat-sifat yang khas PGRI yang tampak
dalam nilai-nilai, pola pikir, sikap perbuatan, Tindakan, perjuangan dan
profesionalisasi yang didasarkan falsafah Negara Pancasila dalam UUD 1945,
serta jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945. Terbentuknya organisasi Persatuan Guru
Republik Indonesia adalah hasil dari perjuangan guru-guru Indonesia. Sejarah
perjuangan kaum Guru, memang telah dimulai dari masa Hindia Belanda dengan
adanya oraganisasi Persatuan Guru Hindia Belanda pada tahun 1912. Persatuan
Guru Hindia Belanda kemudian mengalami perubahan menjadi Persatuan Guru
Indonesia pada tahun 1932. Pada tanggal 23-25 November 1945 diadakan kongres
Guru, yang menghasilkan Persatuan Guru Republik Indonesia. Dalam situasi
perjuangan rakyat melawan Sekutu, guru guru mengadakan kongres yang
dilaksankan di Sekolah Guru Puteri (SGP) gedung Van De Vanter, sekarang SMP 3
Surakarta Jawa Tengah. Sebagai penggerak dan pemimpin adalah Amin Singgih
dan Rh. Koesnan. Kongres dilaksankan dari tanggal 23 sampai 25 November 1945.

Hasil kongres tersebut adalah guru-guru sepakat untuk membentuk suatu


organisasi yang bisa mewadahi aspirasi dan perjuangan guru untuk kemajuan
bangsa Indonesia. Atas usulan dari Persatuan Guru Seluruh Periangan (PGSP) dari
Jawa Barat yang mengusulkan nama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Seluruh peserta kongres sepakat dan menyetujui berdirinya suatu organisasiyang
bernama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
2.2 Dasar Jati Diri PGRI
Dasar jati diri Indonesia terbagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
a. Dasar Historis

iv
PGRI berdasarkan hakekat kelahirannya merupakan bagian dari
perjuangan semesta rakyat Indonesia, melalui profesi keguruan menyebarkan
semangat perjuangan dalam merebut, menegakkan, menyelamatkan dan
mempertahankan kemerdekaan, menyelamatkan dan mempertahankan
kemerdekaan negara kesatuan replublik Indonesia 17 agustus 1945 yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Dasar Ideologi, politis
Secara ideologi-politis,PGRI berkewajiban untuk mewujudkan cita cita
kemerdekaan melalui pembangunan nasional di bidang Pendidikan serta
terikat dengan pelaksanaan Pancasila dan undang-undang dasar 1945.
c. Dasar Sosiologi dan IPTEK
Dalam pengabdiannya, PGRI selalu bersifat rensponsif,adaptif,
inovatif dan permisi selektif terhadap keadaan masyarakat serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.3 Ciri-ciri Jati Diri PGRI

Jati diri PGRI memiliki ciri ciri sebagai berikut:


1. Nasionalisme
Nasionalisme adalah kesadaran suatu warga negara yang secara
professional atau actual bersama-sama mencapai, mempertahankan dan
mengabdikan identitas, integritas kemakmmuran dan kekuatan bangsa secara
mandiri. Dalam halini PGRI mengutamakan persatuan dan kesatuan sebagai
modal dasar dengan memupuk sikap dan sifat patriotisme sebagai jiwa dan
semangat PGRI dalam melaksankan misinya. Indonesia yang merupakan
negara kepulauan dengan berbagai macam suku bangsa, Bahasa daerah,
budaya dan dapat istiadat perlu mewujudkan persatuan dan kesatuan. Sikap ini
harus diawali dari kehidupan sehari-hari diirumah, dalam pergulan, di sekolah.

v
Hal itu akan terwujud jika kita bila diantar kita salling mengenal, memahami,
saling menghormati, dan saling menghargai.

2. Paham Demokrasi
Paham demokrasi di awali dalam system pemerinttahan kota bangsa
yunani (508SM). Bentuk pemerintahan baru itu kmudian dinamakan”
Demokrasi”, artinya pemerintahn oleh raktyat. Jadi demokrasi itu sudah ada
sebelum Kristen dan islam lahir sebagaiagama besar dkidunia. Kemudian
demokrasi memasuki abad rasionalisme yaitu suatu aliran mendasarkan
pemikiran atas akal semata mata. Suatu teori yang mengandung prinsip-
prinsip keadilan yang universal, yang berlaku bagi semua waktun dan semua
manusia.
Teori ini mendasari pengertian dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

3. Kemitraan
Kata “mitra” mempunyai arti teman sahabat atau kejam jalan yang
berarti menjalin persahabatan suara menjalin persahabatan tentang orang lain
diharapkan pula sebagian dan keuntungan di kedua pihak. PGRI sebagai
organisasi pejuang Pendidik dan Pendidik pejuang selalu berusaha menjalani
dan mengembangkan kemitraan dalam bentuk kerjasama nasional maupun
internasional kesemuanya itu dimaksudkan untuk membela hak dan nasi
pekerja pada umumnya dan guru pada khususnya.

4. Unitarisme
Pengertian “Unitarisme” mengandung arti suatu ajaran atau paham
yang menginginkan suatu bentuk kesatuan (misalnya negara kesatuan).
Sedang pengertian ciri Unitar isme dalam organisasi PGRI ialah semua guru
dapat menjadi anggota dengan tidak membedakan latar belakang, tingkat dan
jenis kelamin, status, asal usul serta adat istiadat. Sikap dan perilaku yang

vi
unitsristik ditandai Dengan sikap yang toleran, sabar dan penuh pengertian.
Sangat tidak terpuji sebagai siswa lembaga terjadi PGRI, apabila di sekolah
ada berbagai kelompok yang menonjolkan adanya perbedaan yang didasarkan
pada agama, ras, suku dan sosial ekonomi.

5. Profesionalisme
Kata “professionalisme” diturunkan dari kata “professional” yang
berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilandasi
pendidikan seorang dikatakan profesional apabila ia telah mendapat
pendidikan dan Pandaian khusus untuk menjalankan pekerjaannya. Ciri
profesionalisme artinya PGRI mengutamakan karya dan kemampuan
profesionalisme di kalangan siswa. PGRI ini mewajibkan siswa belajar
sungguh sungguh sesuai dengan bakat minat dan cita cita nya agar
memperoleh suatu keahlian atau dalam mengerjakan Sesuatu.

6. Kekeluargaan
Hubungan sosial dalam bentuk kekeluargaan sangat dikenal di
Indonesia. Sikap kekeluargaan tunjukkan dengan sikap dan perilaku
keseharian. Sikap Gotong-royong, Ramah, tenggang rasa, saling membantu
dan rasa senang sip mengan dapat dilihat dalam kehidupan di desa. Dalam
kekeluargaan hatimu sikap saling Asah, asuh, ajri. Saling asah berarti saling
membantu dalam memperoleh pengetahuan, saling asih berkaitan dengan
kasih sayang sesama siswa lembaga PGRI. saling asuh saling mempunyai
makna saling mengingatkan apabila ada kesalahan. Ajrih berarti sikap segan,
hormat sikap takut melanggar tata tertib atau peraturan, baik yang diatur oleh
manusia maupun yang diatur dalam agama.

7. Kemandirian

vii
Organisasi PGRI memeiliki ciri kemandirian, artinya bahwa dalam
melaksanakan sesuatu tidak sepenuhnya bergantung pada pihak lain, PGRI
nertumpuh pada kepercayaan, kemampuan diri sendiri, tanpa keterkaitan dan
ketergantungan pada pihak lain. Dalam era globalisasi dengan pesatnya
kemjuan teknologi dan informasi sangat memerlukan kemandirian dan kerja
sama antar bngsa. Seseorang memiliki kemandirian apabila mempuhyai
kemampuan, percaya diri serta keberanian untuk berbuta dan bertindak untuk
mencapai kemajuan. Kemandirian yang harus dimiliki siswa lebaga
Pendidikan PGRI adalah berbekal pengadaan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kemampuan berinteraksi dengan orang lain.

8. Non Partai
Ciri non partai artinya bahwa PGRI tidsk mempunyai hubungan
organisasi dengan sosial politik maupun sebagai organisasi. PGRI tidak
menganut suatu paham politik tertentu, tidak menjadu bagian dari partai dari
politik apapun dan tidak melakukan kegiatan -kegiatan politik praktik seperti
yang dilakukan oleh partai politik . Hakekat dan ciri non partai politik adalah
kemandirian yang berarti memi;iki kemampuan diri. Disekolah ciri non partai
ini harus dapat ditunjukan dalam wawasan wiyata mandala. Arti kata’
wawasan’ berarti pandangan , ‘wiyata’ berarti pengajaran. Jadi wawasan
wiyata mandala adalah suatu pandangan bahwa sekolah adalah lingkungan
belajar mengajar, yang terlepas dari pengaruh apapun yang dapat mengganggu
proses belajar mengajar tersebut. Kewajiban siswa PGRI harus dapat
menciptakan wawasan wiyata mandala disekolah. Untuk menciptakannya,
siswa harus menjaga pengaruh- pengaruh dari luar yang dapat mengganggu
proses belajar mengajar. Misalnya pengaruh untuk ikut tawuran atau
berkelahi, ikut serta berpolitik praktis.

viii
9. Jiwa, Semangat dan Nilai-nilai
Jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 itu adalah upaya PGRI dalam
menegakkan dan melestarikan semangat perjuangan kemerdekaan 1945
sebagai jiwakejuangan bangsa kepada generasi penerus. Semangat para
pejuang dan pediri bangsa selalu disertai dengan semangat rela berkorban,
pantang mundur, dan pengabdian kepada bangsa Indonesia tanpa pamrih. Rela
berkorban bukan berarti mengorbankan diri dengan sia-sia, tetapi berkorban
dalam membela keadilan dan kebenaran. Rela berkorban harus disertai
keiklasan dan kejujuran. Sikap pantang mundur memberi makna tidak mudah
putus asa. Siswa PGRI harus terus belajar. Kegagalan meruakan awal
keberhasilan. Belajar dan bekerja merupakkan motto Lembaga Pendidikan
PGRI. Sifat pengabdian kepada bangsa pernyataan sikap seluruh rakyat
sebagai bangsa Indonesia dari sabang sampai Merauke, membela bangsa
Indonesia perlu tumbuh dikembangkan

2.4 Tujuan dan Fungsi Jati Diri PGRI


Tujuan dan jati diri PGRI adalah sebagai berikut:
• Tegaknya keberadaan PGRI, tumbuhnya rasa bangga, rasa ikut memiliki.
• Tercapainya loyalitas, dedifikasi, disiplin dan kemampuan profesional yang
tinggi dalam tugas pokok dan fungsinya.
• Memiliki kemampuan dalam mengantisipasi setiap perubahan akibat
perkembangan masyarakat, ilmu dan teknologi

Sedangkan fungsi dari jati diri PGRI adalha sebagai berikut:

• Sebagai pedoman gerak perjuangan bagi anggota organisasi.


• Sebagai sarana memasyarakatkan eksitensi dan visi, misi organisasi.
• Sebagai sarana perjuangan (kaderisasi) dalam rangka mempertahankan,
meningkatkan dan mengembangkan organisasi PGRI.
• Sebagai pembangkit motivasi perjuangan PGRI.
• Sebagai wahana penerapan rasa kebanggaan pada anggota/warga PGRI.

ix
2.5 Sifat sifat PGRI
PGRI memiliki tiga sifat atau asas-asas yang berfungsi semata-mata untuk
menjaga keutuhan PGRI dan bahaya perpecahan yang akan merugikan PGRI,
bangsa, dan negara. Berdasarkan AD/ART PGRI, pasal 4 bahwa sifat-sifat
organisasi PGRI adalah sebagai berikut: a. Unitaristik
PGRI tidak mengenal perbedaan agama, perbedaan ras, suku bangsa
,pendidikan, ijazah, jeniskelamin dan sebagainya. Melihat kenyataan yang ada
guru memang memiliki latar belakang yang berbeda. Mereka berbeda agama,
berbeda suku bangsa. Berbeda jenis kelamin, berbeda kedudukan, berbeda
tempat dan jenjang pengabdian, berbeda aspirasinya. Kebhinekaan ini
merupakan potensi bangsa yang dipadukan sebagai perekat bangsa, bukan
untuk perpecahan. PGRI menyadari dan ingin menyatukan semua potensi
tersebut. Oleh karena itu PGRI menerapkan asas unitaristik sebagai asas
perjuangannya. Dengan asas unitaristik ini PGRI berupaya menghilangkan
perbedaan itu, PGRI tidak mengenal perbedaan agama, perbedaan ras, suku
bangsa, pendidikan, ijazah, jenis kelamin dan sebagainya.
b. Independen
PGRI merupakan organisasi yang mandiri. Tidak tergantung pada
pihak manapun. Dengan prinsip saling menghargai saling menghormati,
menjalin mitra kesejajaran, berdiri diatas semua golongan untuk diabdikan
bagi kepentingan anggota nusa dan bangsa. Asas ini memotivasi organisasi
untuk mampu berdiri di atas kaki sendiri, penuh percaya diri, bebas
ketergantungan dari pihak lain. Kemandirian ini menuntut pula kokohnya rasa
persatuan dan kesatuan, dedikasi yang tinggi, semangat kerja keras. Indepensi
berlandaskan pada asas demokrasi keterbukaan, pengakuan dan penghormatan
atas hak azasi manusia memotivasi untuk mampu berdiri diatas kaki sendiri,
penuh percaya diri, bebas dan sifat ketergantungan pada siapa pun juga. Azas
kemandirian ini

x
menuntut pula kokohnya rasa persatuan dan kesatuan, penuh dedikasi
semangat kerja keras, berlandaskan pada asas kebersamaan dalam mitra
kesejajaran.
c. Non Partai Politik
Melihat pengalaman sejarah sejak organisasi PGRI berdiri segala
kepentingan baik dari dalam maupun dari luar begitu kuat untuk
mempengaruhi, utama kepentingan politik, baik kepentingan politik
perorangan maupun kepentingan politik golongan. Pengalaman sejarah saat
orde lama dan orde baru merupakan pengalaman sangat berharga dalam
menentukan arah politik organisasi, pengalaman itulah membat organisasi
mengambil keputusan untuk menjadikan organisasi menjadi Non Partai Politik
PGRI sebagai organisasi tidak terikat atau mengikatkan diri pada salah satu
kekuatan sosial politik yang ada. PGRI memberikan kebebasan kepada
anggotanya dalam menyalurkan aspirasinya, sesuai pilihan hati nuraninya
tanpa meninggalkan asa dan jatidiri PGRI.

Ketiga asas itu diterapkan PGRI semata-mata untuk menjaga keutuhan


PGRI dan bahaya perpecahan yang akan merugikan PGRI, bangsa dan negara.

2.6 Semangat PGRI

PGRI memiliki dan melandasi kegiatannya pada semangat demokrasi,


kekeluargaan, keterbukaan, tanggung jawab, etika serta hukum. Semangat
demokrasi, artinya demokratis, dilaksanakan dengan adil dan rata. Tidak
memandang perbedaan berbagai aspek (unitaristik). Semangat kekeluargaan,
keterbukaan, tanggung jawab, etika, serta hukum maksudnya organisasi
dilaksanakan dengan mengedepankan asas musyawarah yang bisa
dipertanggungjawabkan, sesuai norma atau aturan yang berlaku, dan berlandaskan
asas hukum. Berarti PGRI suatu organisasi bersifat keterbukaan dan tidak ada
yang ditutupi antara pengurus maupun pengurus dengan anggotanya. Semua
anggota merasa memiliki organisasi ini. Tidak harus terpacu saling berebutbharus

i
jadi pengurus atau peran sesuatu atau kepanitiaan. Hal ini terasa Ketika
mengambil suatu keputusan atas nama suatu organisasi haruslah diambil atas
keputusan rapat dan dicantumkan dalam keputusan itu dan langsung menjadi
dokumen yang ditetapkan Bersama, dilaksanakan Bersama-sama, disosialisasikan
secara Bersama-sama dan di kampanyekan Bersama-sama dan bertanggung
jawabkan Bersama-sama. Jadi tidak ada keputusan atau kegiatan yang di tutup-
tutupi. Dalam hal ini pengurus besar PGRI mengemukakan bahwa visi dan misi
PGRI dapat terwujud dengan adanya keterbukaan atau transparasi dalam
organisasi.

Persatuan Guru Republik Indonesia terus berjuang menggalang persatuan


dengan mengajak guru-guru di daerah untuk bergabung ke dalam PGRI. Namun,
perjuangan itu tidaklah mudah karena mendapat rintangan dari pihak Belanda.
Persatuan Guru Republik Indonesia merasa bangga dikarenakan Rh. Koesnan
diangkat menjadi Menteri Perhubungan dan Sosial dalam kabinet Moh. Hatta.
Peran Persatuan Guru Republik Indonesia pada masa Revolusi Indonesia adalah
ikut merumuskan tujuan Pendidikan Indonesia. Dari uraian latar belakang di atas
dalam tulisan bermaksud mengangkat kembali tentang “Perjuangan Organisasi
Guru di Masa Revolusi dengan melihat lebih jauh kiprah organisasi PGRI di awal
pendiriannya. Sebagaimana disebutkan, diawal kemerdekaan peran organisasi
PGRI menjadi sangat penting dalam menentukan Landasan dan Tujuan
Pendidikan Nasional dan Sistim Sekolah serta pembentukan sebagai organisasi
perjuangan yang turut serta mengawal dan mengisi kemerdekaan.

Para guru Indonesia menyadari betul semangat kemerdekaan sebagai perisai


yang ampuh bagi proses perwujudan persatuan guru-guru Republik Indonesia.
Motivasi ini pula yang mendorong proses lahirnya organisasi guru yang
diharapkan bakal menjadi embrio bagi penerusan cita-cita kemerdekaan. Setelah
Indonesia merdeka, semangat melanjutkan profesi keguruan dilanjutkan oleh
orang-orang peribumi Indonesia. Kehadiran organisasi para guru sebagai wadah
dan sarana kaum guru yang sedang berevolusi kemerdekaan, merupakan

ii
manisfestasi akan keinsyafan dan rasa tanggung jawab kaum guru Indonesia
dalam memenuhi kewajiban akan pengabdiannya serta partisipasinya kepada
perjuangan menegakan untuk mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. (Hadiatmadja dkk, 2000:19).

Perjuangan guru yang diwadahi oleh PGRI dalam masa kemerdekaan telah
banyak berjasa bagi bangsa Indonesia. Bukan hanya mendidik dalam rangka
mencerdaskan bangsa, tetapi ikut pula dalam perjuangan fisik melawan Belanda
yang ingin kembali menguasai Indonesia dengan membonceng sekutu. Peran
yang diambil oleh guru-guru Indonesia pada masa kemerdekaan telah banyak
memberikan sumbangsih bagi bangsa Indonesia. Dengan perjuangannya
pendidikan Indonesia mempunyai landasan dasar yaitu Pancasila. Penanaman
semangat patriotisme, sebagai tujuan pendidikan memang sesuai dengan situasi
pada waktu itu. Negara dan bangsa Indonesia sedang mengalami perjuangan fisik,
dan sewaktu-waktu pemerintah kolonialis Belanda masih berusah untuk menjajah
kembali Negara Indonesia. Oleh karena itu dapat dipahami mengapa semangat
patriotisme sangat ditekankan oleh pemerintah sebagai tujuan nasional pendidikan
di Indonesia. Maka, dengan semangat itu, kemerdekaan dapat dipertahankan dan
diisi. (Depdikbud, 1979 :95-96).

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Jati diri PGRI adalah identitas organisasi guru yang diwujudkan oleh PGRI
secara pribadi, sebagai warga negara dan tenaga prifesi. Menurut PB PGRI
(2000), jati diri PGRI merupakan urat nadi perkembangan dan keberadaan PGRI
dalam keseluruhan perjalanan bangsa untuk mewujudkan hak-hak asasi guru
sebagi pribadi, warga Negara dan pengembang profesi. PGRI memiliki tiga sifat
atau asas- asas yang berfungsi semata-mata untuk menjaga keutuhan PGRI dan
bahaya perpecahan yang akan merugikan PGRI, bangsa, dan negara. Berdasarkan

iii
AD/ART PGRI, pasal 4 bahwa sifat-sifat organisasi PGRI yaitu unitaristik,
independent, dan non partai politik
PGRI memiliki dan melandasi kegiatannya pada semangat demokrasi,
kekeluargaan, keterbukaan, tanggung jawab, etika serta hukum. Semangat
demokrasi, artinya demokratis, dilaksanakan dengan adil dan rata. Tidak
memandang perbedaan berbagai aspek (unitaristik). Berarti PGRI suatu organisasi
bersifat keterbukaan dan tidak ada yang ditutupi antara pengurus maupun
pengurus dengan anggotanya. Semua anggota merasa memiliki organisasi ini.

3.2 Saran penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Kosasih Ahmad . (2016). PERJUANGAN ORGANISASI GURU DI MASA REVOLUSI


SEJARAH PGRI DI AWAL PENDIRIANNYA. SOSIO-E-KONS, Vol. 8 No.2

M.Si, Dr. H.Sugito.2012.Pendidikan Sejarah Perjuangan dan Jatidiri PGRI.

Jakarta:YPLP/PPLP PGRI Pusat.

Hadiatmadja, R.A. Soepardi., dkk., 2000. Pedidikan sejarah perjuangan PGRI


(PSPPGRI), Jilid II, III, IV, V. Semarang : IKIP PGRI.

Depdikbud.1979 Eisenstadt, S. N. 1986. Revolusi dan transformasi masyarakat, (terj.)

Candra Johan Jakarta: CV. Rajawali.

iv
MAKALAH KODE ETIK GURU
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ke PGRI-AN

Dosen Pengampu:

JANUARDI S.PD,M.SI

Disusun Oleh:
1. NISRINA AINUR RACHMAH

2. INDRY DESMIANTI

3. IIS AMALIA

4. YOPI INTAN PERMATA

Kelompok 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2023

KATA PENGANTAR

1
5
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "HAKIKAT MANUSIA DAN
PENGEMBANGANNYA”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Palembang, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

1
6
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 1

C. TUJUAN ....................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. PENGERTIAN KODE ETIK GURU ........................................................... 3

B. TUJUAN KODE ETIK GURU .................................................................... 3

C. PENETAPAN KODE ETIK GURU ............................................................. 4

D. SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK GURU....................................... 5

E. KODE ETIK GURU DI INDONESIA ......................................................... 7

BAB 3 PENUTUPAN .................................................................................................... 9

A. KESIMPULAN ............................................................................................. 9

B. SARAN ......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 10

ii
BAB 1

1
7
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Profesi guru merupakan salah satu profesi yang banyak diminati oleh kebanyakan siswa
dan siswi hal tersebut Karena guru merupakan profesi yang dapat menentukan masa depan bangsa
yang mencakup tentang ilmu, karakter, watak, Susila dan norma-norma yang harus dimiliki
dalam bersikap. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan berakhlak mulia serta menguasai
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur,
dan beradab. Guru adalah insang yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Hanya melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas, kompetetif dan produktif dalam menghadapi persaingan
yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa mendatang. Dalam melaksanakan tugas
profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru
Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang berada dalam bentuk nilai-nilai moral
dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putra-putri bangsa. Kode etik seorang guru bukan
hanya terbatas pada diri sendiri, namun juga menyangkut aspek lainya seperti etika pendidik
kepada ilmunya, etika pendidik terhadap peserta didiknya, etika pendidik terhadap pemerintah.
Oleh Karena itu kode etik bagi seorang pendidik menjadi sangatlah penting mengingat dia adalah
sebagai panutan bagi orang banyak.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah nya
adalah sebagai berikut :

A. Apakah pengertian kode etik guru?


B. Apa tujuan kode etik guru?
C. Apakah penetapan kode etik guru?
D. Apa sanksi pelanggaran kode etik guru?

1
E. Apa isi kode etik guru di Indonesia?

1
8
C. TUJUAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ke_pgri_an dan juga
dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui pentingnya kode etik seorang guru.

2
BAB II

1
9
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KODE ETIK GURU

“kode etik” terdiri dari dua kata, yakni “kode” dan dan “etik”. Kata “etik” berasal dari
Bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu
menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, Karena persetujuan dari kelompok manusia
dengan norma dan azaz yang di terima oleh suatu kelompok sebagai landasan tingakah laku”.
Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Jadi kode etik guru itu dapat diartikan sebagai
aturan tata Susila keguruan.

Kode etik guru adalah aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan.

• UU No.8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Pasal 28 menyatakan “Pegawai


Negri Sipil” mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di dalam
dan di luar kedinasan.
• Kongres PGRI ke XIII, Basumi sebagai ketua Umun PGRI menyatakam bahwa kode etik
guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru dalam
melaksanakan panggilan pengabdian bekerja sebagai guru.

B. TUJUAN KODE ETIK GURU

Secara umum tujuan kode etik guru yaitu :

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh terhadap profesi yang
bersangkutan.

3
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan.

1
10
larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan
kesejahteraan para anggotanya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang
bertujuan rekan anggota profesi.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian
profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung
jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar
para anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota
untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang
dirancang organisasi.

C. PENETAPAN KODE ETIK GURU

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan
mengikat para anggota. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi
profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara
perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang orang yang diutus untuk dan atas nama
anggota-anggota profesinya dari organisasi tersebut. Dengan demikian, orang orang yang bukan
anggota profesi tidak dapa dikenakan aturan yang ada dalam kode etik tersebut. Bagi guru guru di
indonesia, PGRI merupakan wadah bagi yang mempunyai jabatan profesi guru, sebagai
perwujudan cita-cita perjuangan bangsa. PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25 november

4
1945. Kode etik guru indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan
cabang dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam kongres XIII di

1
11
Jakarta tahun 1973 kemudian di sempurnakan dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 juga
dijakarta.

Kode etik guru indonesia yang telah disempurnakan tersebut ialah: Guru indonesia
menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan yang maha esa, bangsa
dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru indonesia yang berjiwa pancasila dan setia
pada undang undanh dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita cita proklamasi
kemerdekaan republik indonesia 17 agustus 1945.

D. SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK GURU

Adapun sanksi-sanksi yang di kenakan untuk pelanggaran Kode Etik tersebut :

• Guru dapat di berhentikan secara tidak hormat dari jabatan sebagai guru karena :
1. Melanggar sumpah dan janji jabatan
2. Melanggar perjanjian kerja atau kesepaatan kerja bersama
3. Melalaikan kewajiban dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau lebih secara terus
menerus
• Sanksi moral yang berupa celaan dari rekan-rekannya.
• Sanksi di keluarkan dari organisasi merupakan sanksi yang dianggap terberat.

Sanksi terhadap guru dapat juga berupa :

• Teguran
• Peringatan tertulis
• Penundaan pemberiaan hak guru
• Penurunan pangkat
• Pemberhentian dengan hormat
• Pemberhentian tidak dengan hormat

Juga terdapat dalam UU no.14 tahun 2015 pasal 77, 78 dan 79 mengenai sanksi pelanggaran kode
etik guru

5
PASAL 77

1
12
1) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah yang tidak menjalankan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dikenai sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. teguran
b. peringatan tertulis
c. penundaan pemberian hak guru
d. penurunan pangkat
e. pemberhentian dengan hormat atau
f. pemberhentian tidak dengan hormat

3) Guru yang berstatus ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 yang tidak
melaksanakan tugas sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama diberi
sanksi sesuai dengan perjanjian ikatan dinas.
4) Guru yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat, yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 dikenai sanksi sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
5) Guru yang melakukan pelanggaran kode etik dikenai sanksi oleh organisasi profesi.
6) Guru yang dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan
ayat (5) mempunyai hak membela diri.

PASAL 78

1) Dosen yang diangkat oleh Pemerintah yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan.
2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. teguran
b. peringatan tertulis
c. penundaan pemberian hak dosen
d. penurunan pangkat dan jabatan akademik

6
e. pemberhentian dengan hormat atau
f. pemberhentian tidak dengan hormat

1
13
3) Dosen yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 dikenai sanksi sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
4) Dosen yang berstatus ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 yang tidak
melaksanakan tugas sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama diberi
sanksi sesuai dengan perjanjian ikatan dinas.
5) Dosen yang dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) mempunyai hak membela diri.

PASAL 79

1) Penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang melakukan pelanggaran terhadap


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 34, Pasal 39, Pasal 63 ayat (4), Pasal
71, dan Pasal 75 diberi sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2) Sanksi bagi penyelenggara pendidikan berupa:
a. teguran
b. peringatan tertulis
c. pembatasankegiatan penyelenggaraan satuan pendidikan atau
d. pembekuan kegiatan penyelenggaraan satuan pendidikan.

E. KODE ETIK GURU DI INDONESIA

Berdasarkan dasar hukum, kode etik guru Indonesia yang terbaru yaitu berlandaskan atas
keputusan kongres XXI PGRI No. VI/KONGRES?XXI/PGRI/2013, yang isinya :

• Kewajiban umum
• Kewajiban guru terhadap peserta didik
• Kewajiban guru terhadap orangtua/wali peserta didik
• Kewajiban guru terhadap masyarakat
• Kewajiban guru terhadap teman sejawat

Guru Indonesia berjiwa pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggung jawab atas
terwujud nya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 agustus 1945. Oleh sebab

1
14
itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan mendominasi dasardasar
sebagai berikut :

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkandan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan Sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.

8
BAB 3

1
15
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Dari penjelasa diatas dapat disimpulkan bahwa kode etik guru merupakan aturan tata
Susila keguruan. Aturan-aturan tentang keguruan yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru
melibatkan dari segi usaha.

Tujuan kode etik guru yaitu untuk menjungjung tinggi mrtabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggotanya, meningkatkan pengabdian para anggota profesi,
meningkatkan mutu profesi dan meningkatkan mutu organisasi profesi.

B. SARAN

Sebagai seorang guru yang professional hendaknya harus mematuhi kode etik guru dan dengan
adanya kode etik guru sebaiknya seorang guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang
menyimpang dari kode etik guru. Dalam melaksanakan profesi keguruan nya sebagai seorang
guru harus sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan dan disepakati bersama

9
DAFTAR PUSTAKA

1
16
Syaifudien, A. (2015). Kode Etik Profesi Guru Indonesia. Dipetik Oktober 20, 2023, dari
tips pendidikan: www.tipspendidikan.site

Ahyadi. (2016). Sanksi Pelanggaran Kode Guru. Dipetik Oktober 20, 2023, dari ini
rumah pintar: www.inirumahpintar.com

Diba, E.F. (2011). Kode Etik dan sanlsi Profesi Guru. Dipetik Oktober 20, 2023, dari
dibalue: www.dibalue.blogspot.co.id

Hadi, S. (2015). Kode Etik Guru Indonesia. Dipetik Oktober 20, 2023, dari mari belajar
bk: www.maribelajarbk.web.id

10

1
17
MAKALAH PROFESI, STATUS, GURU PROFESIONAL DAN
PERLINDUNGAN TERHADAP GURU

Di susun oleh:
1) Aqmarina Husnul Bayti (2023143336)
2) Muhammad Subhi (2023143337)
3) Nova Fitria Ningsih (2023143345)
4) Feby Aimima (2023143347)
5) Putri Wahyuningsih (2023143359)

Mata Kuliah: KE-PGRI-AN


Dosen Pengampu: Januardi S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEHOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2023/20241
KATA PENGANTAR

18
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Profesi, status, guru profesional dan
perlindungan terhadap guru” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
KE- PGRI-AN. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Januardi S.Pd., M.Si,selaku dosen mata
kuliah KE-PGRI-AN yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami memohon maaf
apabila masih banyak terdapat kesalahan semoga masalah ini dapat bermanfaat.

Palembang,04 oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................


1
19
Daftar isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Profesi ...........................................................................................................
B. Syarat-syarat Profesi ......................................................................................
C. Macam-macam Profesi .................................................................................
D. Status .............................................................................................................
E. Jenis-jenis Status............................................................................................
F. Guru Profesional Dan Perlindungan Terhadap Guru .....................................
G. Ciri-ciri Guru Profesional .............................................................................
H. Bentukbentuk Perlindungan Terhadap Guru..................................................
I. Dasar Hukum Perlindungan profesi Guru .....................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berangkat dari istilah profesi yang menunjukkan pada suatu pelayanan atau jabatanyang
menuntut pada keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan terhadapnya. Hal inimengandung arti
bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapatdipegang atau dilakukan
oleh sembarang orang tanpa melalui pendidikan atau latihan dalamkeahlian tertentu.
Maka tentunya dalam membedakannya saat dikatakan suatu pekerjaan yang disebut
profesi dibutuhkan adanya pengenalan yakni ciri-ciri ataupun karakteristik yang dapat
dilihatdan diamati dalam pekerjaan tersebut. Dan pula menganai syarat apa saja yang
meliputi pekerjaan tersebut dapat dikatakan profesi.
Syarat-syarat yang akan dipaparkan guna meminimalisirkan kesalah pahaman
yangselama ini menjadi statement publik bahwa sebuah profesi adalah seluruh pekerjaan
tanpa adasyarat dan siapapun bisa menyandang sebagai anggota dari suatu profesi tersebut.

1. B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan profesi?

2. Apa saja karakteristik yang dimiliki sebuah profesi?

1
20
3. Apa saja syarat profesi?

4. Apa saja syarat profesi keguruan?

2. C.Tujuan
Sebagai tugas mata kuliah guna menambah wawasan mengenai syarat-syarat profesi,
status, guru profesional dan perlindungan terhadap guru

1
21
BAB II PEMBAHASAN

A. Profesi
Profesi adalah pilihan pekerjaan yang secara sengaja dipilih oleh orang tertentu. Bila
pekerjaan itu dilakukan dengan bertanggungjawab maka lahirlah profesionalisme.
Kata profesi berasal dari kata "profesion" bahasa latin yang berarti mampu atau
ahlidalam suatu bentuk pekerjaan. Namun jika dilihat secara leksikal, perkata profesi itu
ternyatamengandung berbagai makna dan pengertian.2
Pertama, profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan (to
profess means to trust), bahkan suatu keyakinan (to belief in) atas sesuatu kebenaran
(ajaranagama) atau kredibilitas seseorang.
Kedua, profesi itu dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau
urusan tertentu (a particular business).
Selanjutnya dalam Webster's New World Dictionary merupakan suatu pekerjaan yang
menuntut pendidikan tinggi. Dalam liberalsarts atau science, dan biasanya meliputi
pekerjaanmental dan bukan pekerjaan manual, seperti mengajar, keinsyinyuran, mengarang
dan sebagainya: terutama kedokteran, hukum dan teknologi.
Dan begitu juga Good's Dictionary of Education lebih menegaskan lagi bahwa profesi
itu merupakan suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di
perguruan tinggi (kepada pengembangannya) dan diatur oleh suatu kode etika khusus. Dari
berbagai penjelasan itu dapat disimpulkan bahwa profesi iu pada hakikatnya merupakan suatu
pekerjaan terutama yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga memperoleh
kepercayaan pihak yang membutuhkan.
Memang dalam suatu profesi yang diperlukan adalah pengakuan masyarakat atas
jasayang diberikannya. Kita mengenal profesi yang paling tua sebenarnya adalah guru. Sebab
apapun profesi seseorang tidak ada yang tanpa melakukan pendidikan (bimbingan) guru.
Namun di Indonesia jabatan guru sebagai profesi baru diakui setelah keluarnya Undang-
undang tentang guru dan dosen.

1. Syarat-syarat Profesi
Ada beberapa syarat pekerjaan disebut profesi. Menurut Ahmad Tafsir (Jumrah,
2022:56), berikut adalah syarat menjadi profesi:
1
1) Profesi harus memiliki suatu keahlian, 23 keilmuan atau keterampilan khusus
2) Profesi diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup

3) Adanya teori-teori yang baku secara universal


4) Profesi memiliki organisasi profesi
5) Profesi memiliki klien yang jelas
6) Profesi memiliki suatu kode etik
7) Dalam melakukan profesinya, profesi akan memegang otonomi
8) Profesi diperuntukkan bagi masyarakat
9) Profesi harus mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang yang lain
10) Profesi harus dilengkapi dengan kompetensi yang aplikatif dan kecakapan
diagnostik.
2. Macam-macam Profesi
Berbagai jenis atau sektor pekerjaan memiliki macam-macam profesi. Adapun macam-
macam contoh profesi adalah sebagai berikut:
1) Pekerja nuklir
2) Peneliti
3) Teknisi
4) Ilmuwan
5) Fotografer
6) Pramugari, dan masih banyak lagi.

B. Status
Menurut Suparlan 2005: 16 dalam melaksanakan peran dan tugasnya, guru
memilikiberbagai status, antara lain pegawai negeri sipil atau pegawai swasta, tenaga profesi
dan pemimpin sosial.
1) Guru Sebagai Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Swasta Seseorang akan memperoleh
status Guru ketika memperoleh Surat Keputusan SK, baik yang diperoleh dari
pemerintah maupun lembaga penyedia pelayanan pendidikan. Dengan SK tersebut
seseorang akan memperoleh hak dan kewajiban yang telah ditetapkan berdasarkan
ketentuan yang berlaku.

2) Guru Sebagai Profesi Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya Guru menyandang
persyaratan tertentu. Pengertian Guru sebagai profesi secara khusus tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 39 1 dan 2 ditanyakan bahwa: Tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. Guru sesungguhnya memiliki status yang sederajat
dengan profesi lain seperti halnya dokter, hakim, akuntan, arsitek dan masih banyak
profesi lainnya. Sesungguhnya Guru juga sering disebut sebagai ibu dari semua
profesi. Hal ini dapat dimengerti karena semua Guru dapat menghasilkan profesi
1
lainnya.
3) Guru Sebagai Pemimpin Sosial Guru sering disebut juga sebagai pemimpin
masyarakat. Dalam masyarakat pedesaan, guru sering didudukkan pada status sebagai
sumber pengetahuan ketika media informasi masih amat terbatas. Dalam masyarakat
paguyuban, 22 antara warga yang satu dengan warga yang lain masih terikat perasaan
kebersmaan yang amat kental. Dari urian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
guru mempunyai 3 status yaitu guru sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri sipil
ketika memperoleh SK, guru sebagai profesi sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003,
pendidik merupakan tenaga profesional yang merencanakan, melaksanakan,
membimbing, melatih, menilai hasil pembelajaran serta melakukan penelitian dan
pengabdian masyarakat, sedangkan guru sebagai pemimpin sosial, guru didudukan
pada status sebagai sumber pengetahuan.
1. Jenis-Jenis Status Sosial
a. Assigned Status (status yang diberikan)
Status sosial jenis assigned status diberikan kepada seseorang atau sekelompok
masyarakat sebagai penghargaan atas jasanya untuk kepentingan masyarakat. Biasanya,
assigned status ini diperoleh dari status yang sudah diperolehnya terlebih dahulu.
Misalnya, seorang pejuang yang mengikuti pertempuran dan perjuangan pada masa
sebelum kemerdekaan, saat ini disebut veteran. Menurut KBBI, veteran adalah bekas
prajurit pasukan perang atau pejuang.
Contoh assigned status lainnya yaitu seorang ahli ilmu tertentu yang mendapat gelar
profesor.
Profesor merupakan pangkat dosen tertinggi di perguruan tinggi, artinya seorang dosen harus
berpendidikan, penelitian, dan melakukan pengabdian masyarakat.
b. Achieved Status (status yang diperjuangkan)
Status sosial jenis achieved status diperoleh melalui usaha yang dilakukan seseorang untuk
mengubah status sosial sebelumnya. Adapun usaha yang dilakukan memerlukan perjuangan
dan pengorbanan untuk meraih tujuan dan cita-citanya.
Ascribed Status (status dari diri) Status sosial jenis ascribed status diperoleh dengan
sendirinya atau secara otomatis karena faktor keturunan. Seseorang yang memperoleh
ascribed status ini tidak perlu berjuang atau melakukan usaha apapun.
Contohnya seorang keturunan Kerajaan atau tokoh masyarakat yang mendapatkan
kehormatan dari masyarakat di sekitarnya karena status keluarganya. Status sosial keturunan
keluarga terpandang sudah berada di strata sosial atas tanpa melakukan perjuangan apapun.
c. Ascribed Status (status dari diri)
Status sosial jenis ascribed status diperoleh dengan sendirinya atau secara otomatis karena
faktor keturunan. Seseorang yang memperoleh ascribed status ini tidak perlu berjuang atau
melakukan usaha apapun.
1
25
24
Contohnya seorang keturunan Kerajaan atau tokoh masyarakat yang mendapatkan
kehormatan dari masyarakat di sekitarnya karena status keluarganya. Status sosial keturunan
keluarga terpandang sudah berada di strata sosial atas tanpa melakukan perjuangan apapun.

C. Guru profesional dan perlindungan terhadap guru


ABSTRAKSI: Perlindungan dan profesi bagi guru merupakan bagian integral dari saya
untuk memenuhi hak-hak guru Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nome 14 Tahun 2005
wentang Guru dan Eisen, yang meliputi: memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum
dan jaminan kesejahteraan sosial mendapatkan promosi alan penghargaan sesuai dengan
tugas dan prestasi kerja, mempenileh perlindungan dalam melaksanalaw gan dan hakani
kekayaan intelektual; memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran
untuk memperlancar tugas keprofesionalan, memperoleh dan memanfaatkan sarana dan
prasarana memiliki Achchaan dalam memberikan penilaian dan dat menentukan keluhan,
termasuk penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik memperoleh rasa aman dan
jamman keselamatan dalam melaksanakan tugas memilik kehebatan berserikat dalam
organisasi profesi, memiliki kesempatan berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik/kompetensi serta memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangna. Sehubungan dengan hadirnya Undang- Undang yang mengatur tenung hak-hak dan
perlindungan terhadap anak, termasuk peserta didik di sekolah, perlu paya sinkronisasi dan
integrasi agar dalam pelaksanaannya, undang-undang tersesat tidak bertentangan dengan
Undang-Undang Gura dan Desen di Indonesia.

Ciri ciri guru profesional

1. Selalu punya energi untuk siswanya


Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi
dengan mereka. Guru yang baik juga mempunyai kemampuan mendengar dengan penuh
perhatian.
2. Punya tujuan yang jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk
memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga dapat
mendorong perubahan perilaku positif di kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat
memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,
membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen di dalam kelas.

1
5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka
selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum,
disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan
telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswanya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa
dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan
standar-standar lainnya. Mereka dengan ketersediaan tenaga memastikan pengajaran mereka
memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik
memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme terhadap subyek yang mereka ajarkan.
Mereka siap menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan
bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.
Bentuk-bentuk perlindungan terhadap guru

1. Perlindungan Profesi

Perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam
menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/ pelarangan lain
yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
2. Perlindungan Keselamatan

Perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran


pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
3. Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual

Pengakuan atas kekayaan intelektual. sebagai karya atau prestasi yang dicapai oleh
guru dengan cara melegitimasinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif,


intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.

26
27
Dasar Hukum Perlindungan Profesi Guru • UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen

1
• PP No.19 Tahun 2017 jo PP No.74 tahun 2008 Tentang Gur
Pasal 7 ayat (1) Huruf h: mengamanatkan bahwa guru harus
“Memiliki Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

Keprofesionalan”

Pasal 39 : “Pemerintahan,pemerintahan daerah, masyarakat, organisasi


Profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan
3. Perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.
Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat meliputi Perlindungan
hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan

Keselamatan dan kesehatan kerja.”

• UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Pasal 40 ayat (1) Huruf d: “Pendidik dan tenaga kependidikan
Berhak memperoleh Perlindungan hukum dalam melaksanakan

Tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual”


UU No. 16 tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum
1

DAFTAR PUSTAKA

Apandi, Idris. (2013). “Perlindungan Hukum bagi Guru” dalam Kompasiana, 1 Juli. Tersedia
secara online juga di: http://www.kompasiana.com/idrisapandi/perlindungan-hukum-
bagiguru_55298284f17e61b97cd623ab [diakses di Bandung, Indonesia: 15 Maret 2015].
Assegaf, Abd Rahman. (2004). Pendidikan Tanpa Kekerasan. Bandung: Tiara
Wacana.Djamarah, Syaful Bahri. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.Eddyono, Supriyadi W. (2005). Pengantar Konvensi Hak Anak.
Jakarta: Penerbit ELSAM.Fattah, Fuad Abdul. (2015). “Perlindungan Hakhak Guru”.
Tersedia secara online di: http://profdikguru.blogspot.co.id/2015/05/perlindunganhak-hak-
guru.html?view=mosaic [diakses di Bandung, Indonesia: 5 Mei 2016]. Joni, Muhammad.
(t.th.). Hak-hak Anak dalam UU Perlindungan Anak dan Konvensi PBB tentang Hak Anak:
Beberapa Isu Hukum Keluarga. Jakarta: Penerbit KPAI [Komisi Perlindungan Anak
Indonesia]. Kemendikbud RI [Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia]. (2012). Kebijakan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

28
29
1
30
MAKALAH PENDIDIKAN PROFESI GURU

Disusun oleh :

1.Zuhirotunnisa (2023143324)

2.Abelia Riski Ramadhni (2023143338)

3.Solbia (2023143340)

4.Tri Linda Herlina (2023143352)

5.Adinda Septia Syafani (2023143354)

Dosen Pengampu : Januardi M.Pd,M.Si

Mata Kuliah : Ke PGRI-AN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG TAHUN AJARAN31 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 19 Oktober 2023

xxxii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR xxxii
DAFTAR ISI xxxiii
BAB I 1
1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
3. Tujuan Pembahasan ........................................................................................................ 2
BAB II 3
1. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru ...................................................................... 3
2. Pembentukan professional .............................................................................................. 4
3. Kualifikasi Akademik Calon Pesera Didik Pendidikan Profesi Guru ............................ 5
4. Kurikulum Pendidikan Profesi Guru .............................................................................. 5
5. Sistem Pembelajaran Program Pendidikan Profesi Guru................................................ 6
6. Uji Kompetensi Program Pendidikan Profesi Guru ........................................................ 7
7. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) ................................................. 7
8. Manfaat Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) ................................................... 8
BAB III 11
1. Kesimpulan ................................................................................................................... 11
2. Saran ............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA 13

xxxiii
BAB I PENDAHULUAN
4. Latar Belakang

Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di pundak pendidik
terletak tanggung jawab yang amat basar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah
tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini karena pendidikan merupakan cultural
transition yang bersifat dinamis ke arah perubahan yang bersifat kontinu, sebagai sasaran vital
untuk membangun kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam hal ini, pendidik
bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral,
estetika dan kebutuhan fisik peserta didik.

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetenasi (pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan
bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Profesi merupakan pekerjaan, yang
dapat terwujud sebagai jabatan seseorang yang ia tekuni berdasarkan keahliannya melaui
proses pembelajaran. Dengan demikian jelaslah bahwa profesi guru merupakan sebuah
profesi yang hanya dapat dilaksanakan secara efektif dan efesian oleh seseorang yang
dipersiapkan untuk menguasai kompetensi guru atau pendidikan dan pelatihan husus. Oleh
karena pendayagunaan pfofesi guru secara formal dilakukan dilingkungan pendidikan yang
bersifat berjenjang dan berbeda jenisnya, maka guru harus memenuhi persyaratan kualifikasi
dan kompetensi sesuai jenis dan jenjang sekolah tempatnya bekerja.

5. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan profesi guru?


2. Apa saja tujuan program pendidikan profesi guru?
3. Apa yang dimaksud dengan [embentukan profesional?
4. Bagaimana Kualifikasi Akademik Calon Pesera Didik Pendidikan Profesi Guru?
5. Bagaimana Kurikulum Pendidikan Profesi Guru?
6. Bagaimana Sistem Pembelajaran Program Pendidikan Profesi Guru?

1
7. Bagaimana Uji Kompetensi Program Pendidikan Profesi Guru?
8. Bagaimana Landasan Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)?
9. Apa saja Manfaat Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)?

6. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah isu-isu kontemporer pendidikan Islam 2.


Untuk mengetahui pendidikan profesi guru

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Pendidikan Profesi Guru Pendidikan profesi guru (PPG) merupakan suatu
program pendidikan yang diberikan untuk para sarjana pendidikan atau diploma 4 yang
berminat untuk menjadi guru. Agar dapat menjadi guru yang sesuai dengan kebutuhan
pendidikan serta standar nasional dalam masalah pendidikan dan untuk memperoleh sertifikat
sebagai pendidik, maka diwajibkan bagi para calon guru untuk melanjutkan studinya untuk
mendapatkan pelatihan dan pembimbingan lagi agar dapat menjadi guru yang profesional.

Terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam segala aspek kehidupan akibat
dari gelombang globalisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memunculkan serangkaian tantangan baru yang perlu disikapi dengan cermat dan sistematis.
Perubahan tersebut secara khusus berdampak terhadap tuntutan akan kualitas pendidikan
secara umum, dan kualitas pendidikan guru secara khusus untuk menghasilkan guru yang
profesional melalui Pendidikan Profesi Guru(PPG).

Guru profesional adalah guru yang dalam melaksanakan tugasnya mampu menunjukkan
kemampuannya yang ditandai dengan penguasaan kompetensi akademik kependidikan dan
kompetensi substansi dan/atau bidang studi sesuai bidang ilmunya. Calon guru harus
disiapkan menjadi guru profesional melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG). Menurut

2
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan profesi
adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan mahasiswa didik
untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

1. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru

1. Guru Tujuan umum PPG tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu
menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.[3]
2. Tujuan khusus dilaksanakannya pendidikan profesi guru tercantum dalam
Permendiknas No 8 Tahun 2009 Pasal 2 yaitu untuk menghasilkan calon guru yang
memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran,
menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, pelatihan peserta didik,
dan melakukan penelitian, serta mampu mengembangkan profesionalitas secara
berkelanjutan.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan
mengadakan pelatihan antara lain:

1. Pelatihan berfungsi memperbaiki perilaku atau performance kerja. Hal ini sangat
diperlukan agar pendidik lebih mampu melaksanakan tugas-tugasnya dan diharapkan
berhasil dalam upaya pelaksanaan program kerja organisasi atau Lembaga.
2. Pelatihan berfungsi mempersiapkan promo ketenagaan untuk jabatan yang lebih rumit
dan sulit.au lembaga.
3. Pelatihan berfungsi untuk mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih tinggi.

Penguasaan dan kemampuan melaksanakan kompetensi secara prima dalam arti efektif dan
efesien, menempatkan profesi guru sebagai sebuah profesi.Sehubungan dengan itu
Djojonegoro (1998) menyatakan bahwa profesionalisme dalam suatu jabatan ditentukan oleh
tiga faktor penting.Ketiga faktor tersebut dapat disajikan sebagai berikut :

1. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau
spesialisasi.

3
2. Kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian khusus
yang dikuasai).
3. Penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian khusus yang
dimilikinya.

2. Pembentukan professional

Guru harus mencapai kemampuan pofesional tingkat tinggi. Kemampuan itu dapat tercapai
melalui pendidikan persiapan, praktik kerja lapangan, pendidikan profesi, atau pengembangan
profesional berkelanjutan. Secara teoritis dan simultan, simultan kegiatan ini dimaksudkan
untuk membentuk guru profesinal sungguhan, yang mampu melaksanakan proses
pembelajaran secara baik dan bermutu. Menurut Vigotsky dimensi yang terkait dalam
Pembentukan professional disajikan berikut ini.
1. Pembentukan guru sebagai pribadi yang utuh.Kemampuan ini diperlukan agar guru
mampu membimbing dan mengarahkan paserta didik dalam setiap aspek
pengembangan kepribadian dan dimensi sosialnya.
2. Pembentukan karakter sistemik yang diperlukan untuk memberdayakan siswa,
dimulai ketika siswa teregistrasi untuk keperluan studinya dan hingga mereka
dinyatakan lulus.
3. Pembentukan karakter pribadi (personalized character) dengan dua jalur referensi,
yaitu individualisasi (orientasi pada orang-orang tertentu secara indifidual) dan
integrasi (orientasi pada orang secara keseluruhan) dengan mempertimbangkan
berbagai sisi pengembangan, termasuk yang terkait dengan tujuan edukatif.
4. Pembentukan karakter preventif, tidak hanya dalam kaitannya dengan pemecahan
masalah melainkan juga dalam rangka mengantisipasi kesulitan dan dalam situasi
defisit yang dapat menghambat pemenuhan tujuan.

3. Kualifikasi Akademik Calon Pesera Didik Pendidikan Profesi Guru

1. S1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan di


tempuh.
2. S1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan di
tempuh dengan menempuh materikulasi.
3. S1/DIV Non kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan
di tempuh dengan menempuh materikulasi mata kuliah akademik kependidikan.

4
4. S1/DIV Non kependidikan serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan
di tempuh dengan menempuh materikulasi.
5. S1 Psikologi untuk program PPG pada PAUD SD, dengan menempuh materikulasi.

4. Kurikulum Pendidikan Profesi Guru

Sebagaimana dikemukakan pada landasan konseptual di depan dan yang tertuang dalam
Pasal 1 (13) PP No. 19/2005 tentang SNP, kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pasal 9 PP No. 19/2005 tentang SNP mengemukakan bahwa kerangka dasar dan struktur
kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan sendiri untuk setiap program studi. Dengan
demikian masing-masing LPTK yang akan menyelenggarakan PPG dapat menyusun sendiri
kurikulumnya , baik kurikulum PPG pasca S1/D-IV Non Kependidikan. Walaupun demikian
LPTK penyelenggara melakukan kerjasama dalam pengembangan kurikulum dengan
difasilitasi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Dengan kerjasama ini deharapkan
terwujudnya kurikulum PPG yang setara dalam menjaga mutu LPTK penyelenggara dan akan
memudahkan mahasiswa pindah dari satu PPG ke PPG lainnya serta memudahkan dalam
penilain jika terjadi mobilitas guru dari satu daerah ke daerah lain.

Dalam menyusun kurikulum PPG perlu diperhatikan kompetensi guru sebagaiman di


maksud dalam pasal 10 UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, yakni kompetensi
kepribadian, kompeten sisosial dan kompetensi profesionalyang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Namun demikian pengelompokkan kompetensi ini tidak dapat dijadikan sebagai
pengelompokkan mata kuliah, oleh karena itu merupakan hasil akhir dari proses pendidikan,
dan kompetensi-kompetensi itu dapat tertampung dalam beberapa mata kuliah, misalnya mata
kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan Bahasa Ingris
dapat menampung kompetensi kepribadian dan sosial. Dengan demikian dalam penyusun
kurikulum PPG kompetensi yang ingin di capai dapat disederhanakan menjadi kompetensi
akademik dan kompetensi professional.

Kompetensi akademik adalah seluruh bekal yang bersifat basis keilmuan dari kegiatan
mendidik yang akan di aplikasikan secara otentik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
di lapangan.

5
Kompetensi profesional adalah seluruh kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip
keilmuan dalam praktik nyata di sekolah yang memiliki stuktur, yang terdiri atas orientasi,
latiahan terbimbing, latihan mandiri, mengatasi masalah-masalah belajar siswa dan
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan non mengajar yang terjadi di sekolah.

Sebelum menetapkan kurikulum yang akan di berlakuakan untuk PPG, perlu dianalisa
terlebih dahulu apa saja kompetensi yang telah diperoleh mahasiswa lulusan S-1
kependidikan dan S-1/D-IV non kependidikan. Analisis ini akan menentukan apa saja
kegiatan perkuliahan yang perlu ditambahnkan untuk kedua program tersebut. Sebagai mana
diketahui pada program PPG pasca S1 pendidikan diperuntukkan bagi peserta didik yang
sebelumnya berasal dari S1 kependidikan.

5. Sistem Pembelajaran Program Pendidikan Profesi Guru

Sistem pembelajaran mencakup perkuliahan, partikum dan praktek penggalaman lapangan


yang diselengarakan dengan pemantauan langsung secara insentif oleh dosen yang ditugaskan
khusus untuk kegiatan tersebut, dinilai secara objektif dan transparan.

Perkuliahan praktikum dan praktek pengalaman lapangan dilaksanakan secara tatap muka
dan berorientasi pada pencapaian kompetensi merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menulis hasil pembelajaran, menindak lanjuti hasil pembelajaran, serta
melakukan pembembingan pada pelatih.

6. Uji Kompetensi Program Pendidikan Profesi Guru

Uji kompetensi sebagai ujian akhir terdiri dari ujian tulis ujian kinerja, ditempuh setelah
peserta lulus semua program PPG

Ujian tulis di laksanakan oleh program studi/jurusan penyelenggara, xedangkan ujian


kinerja dilaksanakan oleh program studi/jurusan dengan melibatkan organisasi profesi atau
pihak eksternal yang professional dan relevan.

Peserta yang lulus uji kompetensi yang memperoleh sertifikat pendidik bernomor registrasi
yang di keluarkan oleh PPG.

7. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Dalam pelaksanaan pendidikan profesi guru tentunya memiliki landasan yang digunakan
sebagai acuan yang mengatur keseluruhan bagian program tersebut.Landasan tersebut adalah :

6
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
Undang-undang tersebut terdapat beberapa pasal yang terkait dengan
penyelenggaraan pelaksanaan pendidikan profesi guru, yaitu:
2. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
meujudkan tujuan pendidikan nasional.
3. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan Pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi
terdeteksi.
4. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa:

• Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan


tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah.
• Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajiban dan
mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakannya.
• Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membantu pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh masyarkat.

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen mengenai


pendidikan profesi guru dinyatakan bahwa:
3. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasamani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
4. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tunggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
5. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan dan akuntabel.
6. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat

7
oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat.

8. Manfaat Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Kegiatan Pendidikan Profesi guru (PPG) dapat memberikan manfaat sebagai berikut
yaitu:
1. Bagi guru dapat menambah pengalaman dan penghayatan guru tentang proses
pendidikan dan proses pembelajaran disekolah
1. Dapat menciptakan guru profesional dibidangnya
2. Dapat meningkatkan kesejahteraan bagi guru
3. Memperoleh pengalaman tentang cara berpikir dan bekerja secara
interdisipliner sehingga dapat memahami keterkaitan ilmu dalam mengatasi
permasalahan pendidikan yang ada disekolah. Mempertajam daya nalar dalam
penelaahan perumusan dan pemecahan masalah pendidikan yang ada
disekolah
4. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat berperan sabagai
motivator, dinamisator dalam pembelajaran.
5. Bagi sekolah menemukan penyegaran serta ide baru dalam proses
pembelajaran baik sistem pengajarannya maupun tugas kependidikan,
sehingga diharapkan model pembelajaran akan menjadi lebih baik.
6. Bagi masyarakat tersedianya calon tenaga pendidik (guru) yang memiliki
kualitas yang baik dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk percaya
bahwa dunia pendidikan mampu memberikan pelayanan yang cukup
memuaskan.
Guru sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam
pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar
dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual
peserta didik, serta lingkungannya.

Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga


guru.Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang
menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru yang
profesional.Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan penuh, namun

8
kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru,
pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga
pendidikan yang menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru
melalui Akta Mengajar.

Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota


profesi dan untuk meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Hal ini
sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 akan jelas bahwa untuk menjadi seorang
tenaga pendidik yang professional tidaklah mudah, mereka harus benar-benar
teruji dan memenuhi persyaratan. Setelah diberlakukannya uji sertifikasi yang
diikuti dengan mendapatkan tunjangan profesi bagi guru, diharapkan ada
peningkatan kesejahteraan yang diikuti dengan peningkatan kinerja.

9
BAB III PENUTUP

9. Kesimpulan

Profesi guru merupakan suatu bidang pekerjaan khusus yang memerlukan keahlian,
kemampuan, ketelatenan, dan pengetahuan yang digunakan untuk melaksanakan tugas
pokok seperti mendidik, mengajar, membimbinmelatih, serta mengevaluasi peserta
didik, agar memiliki sikap dan prilaku yang diharapkan. Profesi harus memiliki tiga
pilar pokok, penting yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


dinyatakan, bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik guru yang memenuhi standar mutu (memenuhi
kualifikasi) yang dipersyaratkan

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


dinyatakan, bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik guru yang memenuhi standar mutu (memenuhi
kualifikasi) yang dipersyaratkan

Dengan adanya pelatihan profesi guru sangat menguntungkan bagi guru,


sekolah, dan masyarakat. Dengan tersedianya calon tenaga pendidik (guru), yang
memiliki kualitas yang bermutu dapat menumbuhkan motivasi masyarakat untuk
semakin percaya bahwa dunia pendidikan mampu memberikan pelayanan yang cukup
memuaskan. Hal ini akan mendorong masyarakat untuk lebih turut aktif
menggalakkan program wajib belajar yang dicanangkan oleh pemerinta

10
10. Saran

Demikianlah pembahasan makalah pendidikan profesi guru, semoga dapat


bermanfaat bagi rekan sekalian dalam menambah wawasan di bidang isu kontemporer
pendidikan. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2011)

Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 (Cet. IV; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011)

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)

[1] Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 32.

[2] Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 (Cet. IV; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), h. 8

[3] Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 (Cet. IV; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), h. 10

[4] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 13

[5] Sudarwan Danim, Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi (Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2013)
hal. 75

[6] Epon Ningrum, Membangun Sinergi Pendidikan Akademik (S1) Dan Pendidikan Profesi
Guru (PPG), (Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2012)

[7] Epon Ningrum, Membangun Sinergi Pendidikan Akademik (S1) Dan Pendidikan Profesi
Guru (PPG), (Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2012)

[8] Ratna Rosita Pangestika & Fitri Alfarisa, Pendidikan Profesi Guru (PPG) Strategi
Pengembangan Profesionalitas Guru Dan Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia,
(Jurnal Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015)

[9] Ratna Rosita Pangestika & Fitri Alfarisa, Pendidikan Profesi Guru (PPG) Strategi
Pengembangan Profesionalitas Guru Dan Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia,
(Jurnal
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015)

12
[10] Ratna Rosita Pangestika & Fitri Alfarisa, Pendidikan Profesi Guru (PPG) Strategi
Pengembangan Profesionalitas Guru Dan Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia,
(Jurnal
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015)

13
15

MAKALAH
Pembangunan Pendidikan Nasional dan Desentralisasi Pendidikan

Disusun Oleh :
1. Rizka Amelia (2023143334)
2. Melsy Nur Aisyah (2023143331)
3. Zainaria (2023143333)
4. Shelva Nanda (2023143323)
5. Devi Septiana (2023143329)

Dosen Pengampu : Januardi M.Pd,M.Si


Mata Kuliah : Ke-PGRI-an

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG TAHUN
AJARAN 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Ke-PGRI-an’. Adapun topik
yang dibahas didalam makalah ini adalah mengenai Peran PGRI dalam Pembangunan Pendidikan
Nasional dan Desentralisasi Pendidikan. Dimana setelah membahas topik ini, diharapkan
pembaca dapat memahami mata kuliah Ke-PGRI-an lebih mendalam.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna serta masih banyak terdapat
kekurangan, baik mengenai isi didalamnya maupun dari segi pengerjaannya. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang inovatif demi perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca tentunya.

Palembang,

11 Oktober 2023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penilitian


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Nasional


2.1.1 Pengertian Pembangunan Nasional
2.1.2 Pengertian Pendidikan Nasional
2.2 Desentralisasi Pendidikan
2.2.1 Pengertian Desentralisasi
2.2.2 Tujuan Desentralisasi
2.2.3 Ruang Lingkup Desentralisasi
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Desentralisasi Pendidikan BAB
III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 3.2 Saran


15
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Realitanya dalam bidang pendidikan sepertinya tidak berjalan semai yang diharapkan
Kebijakan-kebijakan yang ada pada saat ini terkesan berasal dan disusun langsung oleh Dinas
Pendidikan tanpa mempertimbangkan atau memperhatikan partisipasi dari masyarakat luas.

Dalam pelaksanaan suatu otmom doerals menegaskan bahwa sistem pendidikan national
yang bersifat sentralis selama ini kurang mendorong terjadinya demokratiaani. Sebab sistem
pendidikan yang sentralisasi diakui kurang bisa mengakomodasi keberagaman daerah,
keberagaman sekolah, serta keberagaman peserta didik, melainkan cenderung mematikan
partisipasi masyarakat dalam mengembangkan pendidikan.

Oleh karena itu, makalah ini akan mengupas satu aspek yang kini telah, sedang, dan terus
akan bergulir, yakni desentralisasi pendidikan, yang akan menitikberatkan tentang bagaimana
system desentralisasi pendidikan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian pembangunan nasional?
2. Pengertian pendidikan nasional?
3. Pengertian desentralisasi pendidikan?
4. Tujuan desentralisasi
5. Apa yang dimaksud ruang lingkup?
6. Kelebihan dan Kekurangan Desentralisasi

2.1 Tujuan Penilitian


1. Mengetahui pengertian dari pembangunan nasional
2. Mengetahui pengertian pendidikan nasional
3. Mengetahui pengertian desentralisasi pendidikan
4. Mengetahui tujuan desentralisasi
5. Mengetahuii tentang ruang lingkup
6. Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan Desentralisai

16
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan dan Pendidikan Nasional


2.1.1 Pengertian Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir pembangunan nasional adalah
manusianya, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai
mahluk individu, mahluk sosial dan mahluk religius agar dapat meningkatkan
martabatnya sebagai mahluk.

2.1.2 Pengertian Pendidikan Nasional


Pendidikan adalah suatu rencana untuk membentuk generasi penerus bangsa
dalam suatu pembelajaran dengan memberikan ilmu pengetahuan, agar tercapai
kemampuan, spiritual keagamaan, kecerdasan, kepribadian, ahlaq mulia, serta
pengendalian diri.

2.2 Desentralisasi Pendidikan


2.2.1 Pengertian Desentralisasi Pendidikan
Secara etimologis, istilah desentralisasi berasal dari bahasa Latin de, artinya
lepasdan centrum, yang berarti pusat, sehingga bisa diartikan melepaskan dari pusat.
Sementara,dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004, bab I, pasal 1 disebutkan bahwa
desentralisasiadalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah
otonomi untukmengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan RepublikIndonesia. Dengan demikian inti dari desentralisasi adalah adanya
pembagian kewenanganoleh tingkat organisasi di atas kepada organisasi di bawahnya.
Implikasi dari hal tersebutadalah desentralisasi akan membuat tanggung jawab yang lebih
besar kepada pimpinan ditiap level organisasi dalam melaksanakan tugasnya serta
memberikan kebebasan dalam bertindak.

Desentralisasi menurut kitab UU.No.32/2004 bukan lagi hanya suatu konsep


tetapimulai diimplementasikan pada semua tingkat tidak terkecuali pada tatanan
kelembagaan sistem maupun tatanan pendidikan, baik pada jalur formal maupun
nonformal, di lingkungan persekolahan atau di luar persekolahan.

Istilah desentralisasi pengelolaan mengandung makna bahwa proses


pendelegasianatau pelimpahan kekuasaan atau wewenang dalam sistem organisasi

17
diberikan dari pemimpinatau atasan ke tingkat bawahan. Secara umum tujuan
desentralisasi pengelolaan di dalamkehidupan berorganisasi adalah untuk meningkatkan
efisiensi pengelolaan dan kepuasankerja pegawai melalui pemecahan masalah-masalah
yang berhubungan langsung dengandaerah lokal. Dengan demikian desentralisasi
pengelolaan pendidikan adalah pelimpahanwewenang dari pemerintah kepada daerah
untuk membuat keputusan pengelolaan danmenyusun perencanaan sendiri dalam
mengatasi masalah pendidikan, dengan mengacukepada sistem pendidikan nasional.
Dengan demikian, dalam praktik desentralisasi pengelolaan pendidikan dapat diterapkan
di dalam beberapa tingkat struktur organisasi penyelenggaraan pendidikan, mulai dari
tingkat nasional sampai tingkat satuan pendidikan.

2.2.2 Tujuan Desantralisasi Pendidikan


Desentralisasi pendidikan bertujuan untuk mencari cara baru, bahan ajar baru.
kompetin baru dan motivat baru dalam memperbaiki inovasi, memperbaiki kuantitas,
kualitas dan relevansi hasil-hasil pendidikan. Makin majunya transportasi dan
komunikasi antar daerah satu dengan yang lainnya, bahkan dengan negan lainnya, akan
mempermudah daerah memperoleh ide-ide baru dan cara-cara baru yang dapat diterapkan
oleh daerah yang lebih mudah melakukan inovasi dalam pendidikan karena fasilitas
desentralisasi pendidikan ini.

Jika yang menjadi tujum desentralisasi adalah pemberian kewenangan di sektor


pendidikan yang lebih besar kepada pemerintah daerah, maka fokus desentralisan
pendidikan adalah pada pelimpahan kewenangan yang lebih besar dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah dan dari daerah kepada Dewan Sekolah Desentralisi
pendidikan yang seperti ini adalah target untuk mencapai efisiensi dalam penggunaan
sumber daya (school resources) dan dana pendidikan yang berasal dari pemerintah
maupun masyarakat.

Di lain pihak, jika yang menjadi tujuan desentralisasi pendidikan adalah


peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas dari hasil proses belajar
mengajar tersebut, maka desentralnasi pendidikan lebih difokuskan pada reformasi proses
belajar-mengajar Partinipun orang hat dalam proses belajar mengajar dianggap
merupakan salah satu faktor yang paling menentukan.

2.2.3 Ruang Lingkup Pendidikan

Esentralasi pemerintah membawa implikasi terhadap ruang lingkup (bit), poses,


dan konteks pembangunan pendidikan, dan pada implementasinya dalam bilang
pendidikan memerlukan model-model yang relevan sesuai dengan konseks dan
karakteristik pemerintah di daerah. Dalam aspek ini, terdapat tiga model desentralisasi
pendidikan, yaitu sebagai berikut.
18
1. Manajemen berhati lokusi (site-based management)
Manajemen berbasin Jokai adalah model yang dilaksanakan dengan meletakkan
semua urusan penyelenggaraan pendidikan pada sekolah.

2. Pengurangan administrasi putat

Model pengurangan administras pusat merupakan konsekuensi dari model


pertama. Pengurangan administrasi pusat dikuti dengan peningkatan wewenang dan
arusan pada masing-masing sekolah.

3. Inovasi Kurikulum
Model inovasii kurikulum menekankan pada inovasi kurikulam sebesar mungkin
untuk meningkatkan kualitas dan persamaan hak bagi semua peserta didik. Kurikulum ini
disesuaikan benar dengan kebutuhan peserta didik di sekolah-sekolah dan tersebar pada
daerah yang bervariasi.

Subtansi dalam desentralisasi dalam bidang manajemen pendidikan, paling sedikit


berkaitan dengan enam aspek yaitu sebagai berikut:
1. Desentralisasi perundang-undangan pendidikanBidang hukum dan pendidikandalam
desentralisasi manajemen pendidikan, dianggap paling krusial karena aspek ini
merupakan perangkat kendali manajemen yang akanmenentukan isi dan luas wewenang
dan tanggung jawab untuk melaksanakan setiap bidangtugas yang didesentralisasikan.
Artinya, setiap penataan organisasi dan manajemen sebagaikonsekuensi dari wewanang
yang yang diterima, tidak terlepas dari adanya asaa legalitassebagai landasan berpijak
dalam membangun perangkat-perangkat operasional organisasi dan manajemen yang
accountable bagi kepentingan masyarakat, sekaligus untuk memenuhikebutuhan
masyarakatnya. Dengan demikian, maka salah satu keberhasilandalam desentralisasi
manajemen pendidikansangat tergantung pada dukungan peraturan perundang-
undangan. Peraturan perundangundangan tersebut terdiri dari dua sumber,
yaitukomitmen politik yang bersumber dari amanat rakyat dan political will (kemauan
politik) para pembuat kebijakan baik pada tatanan manajemen pendidikan di tingkat
pusat maupun pada tingkat daerah. Kemauan politik ini harus konkret dalam wujud
peraturan perundang-undangan dengan segala akibat hukum yang menyertainya secara
konsisten.
Pelaksanaan pemabangunan di daerah sampai saat ini sudah memiliki tiga
komponenutama yang dijadikan rujukan dalam deregulasi perundang-undangan
pendidikan, yaitu:Pertama, struktur produk kebijakan yang menjadi perangkat kendali
sistem penyelenggaraan pendidikan. Kedua, struktur program pembangunan yang
menjadi perangkat operasional bagian pelaksanaan pembangunan pendidikan di daerah.
Ketiga, orientasi dan tantangan-tantangan pembangunan ke depan yang menjadi
perangkat pendukung dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan.
Upaya menjamin kemandirian daerah dalam melaksanakan pembangunan
pendidikan, pemerintah daerah diberi tanggung jawab yang besar. Dalam hal ini,
19
peraturan daerah (perda)dan peraturan kepala daerah (perkepda) yang dapat dijadikan
perangkat kendali sistemorganisasi manajemen pendidikan di daerah tidak lagi
memerlukan pengesahan dari pemerintah pusat, sepanjang merujuk dan tidak
bertentangan dengan peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku secara
nasional. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan desentralisasi manajemen pendidikan di
daerah harus banyak menempatkan peransertamasyarakat dan pihak swasta dengan
polapola kemitraan melalui mekanisme pasarkompetitif. Peranan pemerintah daerah lebih
banyak pada melaksanakan fungsi-fungsi pengawasan, fasilitasi, pengendalian dan
pendampingan. Deregulasi dalam bidang hukumdan peraturan perundang-undangan
tersebut, paling tidak mencakup aspek-aspek asubstansial dalam menjawab persoalan
pendidikan.

Akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa dalam upaya pelaksanaan UU. No.
32/2004tentang Pemerintah Daerah, khususnya dalam kaitannya dengan desentralisasi
peraturan perundang-undangan pendidikan pada tingkat daerah atau kelembagaan,
diperlukan kerangkakebijakan umum yang memungkinkan para penyelenggara
pemerintah daerah berasastakeholder serta masyarakat daerah menempatkannya sebagai
acuan bersama untukmengarahkan potensi daerah sesuai target dari tujuan otonomi
daerah.

2. Desentralisasi Organisasi Kelembagaan Pendidikan


Pembaharuan struktur kelembagaan pendidikan di daerah perlu memperhatikan
tigahal pokok, yaitu kewenangan, kemampuan, dan kebutuhan masing-masing daerah
dengan berazaskan pada demokratisasi, pemberdayaan, dan pelayanan umum di bidang
pendidikan.Kewenangan merupakan rujukan yang dijadikan dasar pijakan dalam
menentukan substansi manajemen pendidikan yang patut dilakukan. Kebutuhan berkaitan
dengan permasalahan yang signifikan di daerah. Dan pada aspek kemampuan berkaitan
dengan potensi daerahterutama dari hasil penggalian sumber daya yang dituangkan dalam
PAD. Di samping itu, pembaharuan kelembagaan pendidikan di daerah perlu didasarkan
pada prinsip rasional,efisien, efektif, realistis dan operasional, serta memerhatikan
karakteristik organisasi danmanajemen modern.Pola hubungan manajemen pendidikan,
tidak terlepas dari kehendak pasal 2 ayat (7)UU. No. 32/2004, bahwa hal-hal yang
menyangkut kewenangan, keuangan, pelayananumum, pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya menimbulkan hubunganadministrasi dan kewilayahan antar
susunan organisasi.Sebagaimana dalam penjelasan pasal 2 ayat (7) disebutkan bahwa
hubunganadministrasi adalah hubungan yang terjadi sebagai konsekuensi kebijakan
penyelenggaraan pemerintah daerah yang merupakan satu kesatuan dalam
penyelenggaraan sistem administrasinegara. Kehendak tesebut diwujudkan dalam
hubungan antar pengelola sistem pendidikansecar nasional dengan organisasi pendidikan
tingkat provinsi. Dalam hal ini, DepartemenPendidikan Nasional (Depdiknas) sebagai
pengelola sistem pendidikan nasional, dalammelakukan hubungan baik berhubungan
dengan organisasi pendidikan tingkat provinsi, yaituDinas Pendidikan Provinsi, maupun

20
dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, ataupundengan organisasi tingkat satuan
pendidikan, merupakan hubungan yang bersifat administratif. Sedangkan hubungan
kewilayahan adalah hubungan yang terjadi sebagai konsekuensidibentuk dan disusunnya
daerah otonom yang diselenggarakan di wilayah NKRI yangmerupakan satu kesatuan
wilayah negara yang utuh dan bulat. Hubungan ini diwujudan oleh pola hubungan antara
Dinas Pendidikan Provinsi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,atau dengan
organisasi pendidikan tingkat satuan pendidikan. Khusus dalam hubungan
antaraDepdiknas dengan Dinas Pendidikan Provinsi, karena merupakan hubungan
administrasidalam kerangka pelaksanaan prinsip dekonsentrasi, maka pola hubungan
antara DinasPendidikan Provinsi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota merupakan
pola hubungankewilayahan. Berkaitan dengan pelaksanaan hubungan-hubungan tersebut,
diwujudkan juga dalam pelaksanaan prinsip tugas pembantuan. Depdiknas masih punya
kewenangan melaksanakan prinsip tugas pembantuan, baik kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, tanpa harusmelalui Dinas Pendidikan Provinsi, maupun kepada
organisasi satuan pendidikan tanpamelalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Begitu
pula Dinas Pendidikan Provinsi mempunyai kewenangan melaksanakan prinsip tugas
pembantuan kepada organisasi satuan pendidikan tanpa harus melewati Dinas Pendidikan
Kabupaten / Kota.

3. Desentralisai Pengelolaan Kurikulum


Desentralisasi pengelolaan kurikulum berkenaan dengan kemampuan daerah
dalamaspek relevansi. Permasalahan relevansi pendidikan selama ini diarahkan pada
kurangnyakepercayaan pemerintah pada daerah untuk menata sistem pendidikannya yang
setara dengankondisi objektif di daerahnya. Situasi ini mengacu terciptanya
pengangguran lulusan akibattidak relevannya kurikulum dengan kondisi daerah. Karena
itu, desentralisasi kurikulummenjadi alternatif yang harus dilakukan. Pelaksanaan
kurikulum muatan lokal yang selamaini memiliki pertimbangan persentase lebih kecil
dari pada kurikulum nasional belum cukupmemadai situasi, kondisi dan kebutuhan
daerah.

Perubahan yang paling mendasar dalam aspek manajemen kurikulum, bahwa


pendidikan harus mamapu mengoptimalkan semua potensi kelembagaan yang ada
dalammasyarakat, baik pada lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah,
masyarakatatau swasta. Persyaratan dasar penetapan jenis kurikulum antara lain: (1)
kurikulumdikembangkan berdasarkan minat dan bakat peserta didik ; (2) kurikulum
berkaitan dengankarakteristik potensi wilayah setempat misalnya sumber daya alam,
ekonomi, pariwisata dansosial-budaya; (3) dapat dikembangkan secara nyata sebagai
dasar penguatan sektor usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat, (4) Pembelajaran
berorientasi pada peningkatankompetensi keterampilan untuk belajar dan bekerja, lebih
bersifat aplikatif dan operasional,(5) jenis keterampilan ditetapkan oleh pengelola
program bersama-sama dengan pesertadidik, ornag tua, tokoh masyarakat dan mitra
kerja.

21
Dengan demikian, persyaratan utama dalam bobot muatan kurikulum harus
harusmendasar, kuat dan lebih luas. Mendasar, dalam arti terkait dengan pemberian
kemampuandalam upaya memenuhi kebutuhan mendasar peserta didik sebagai individu
maupun anggota masyarakat. Kuat, dalam arti terkait dengan isi dan proses pembelajaran
atau penyiapan peserta didik untuk menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
kuat, sehingga memiliki kemampuan untuk mandiri dalam meningkatkan kualitas
pemenuhan kebutuhan mendasarnya. Luas dalam arti terkait dengan pemanfaatan dan
pendayagunaan potensi dan peluang yang ada dan dapat dijangkau oleh peserta didik.
Potensi dan peluang tersebut didayagunakan baik pada saat proses pembelajaran maupun
saat penerapan hasil pembelajaran. Ketiga aspek tersebut secara bersama-sama
memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri terhadap
berbagai kemungkinan kondisi, potensidan peluang yang ada di lingkungannya.

Kompetensi yang dituntut adalah bekal pengetahuan , keterampilan dan


kemampuanfungsional praktis serta perubahan sikap untuk bekerja dan berusaha secara
mandiri,membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang
dimiliki,sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya. Penggunaan
pendekatan dalammerumuskan kurikulum harus memiliki cakupan yang luas, dapat
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan yang diyakini sebagai unsur penting
untuk hidup lebihmandiri. Strategi pembelajaran dirancang untuk membimbing, melatih
dan membelajarkan peserta didik agar mempunyai bekal dalam menghadapi masa
depannya, dengan berpegang pada prinsip belajar untuk memperoleh pengetahuan
(learning to learn), belajar untuk dapat berbuat atau bekerja (learning to do), belajar
untuk menjadi ornag yang berguna (learn to be) dan belajar untuk dapat hidup bersama
orang lain (learn to live together).

Pengembangan kurikulum pendidikan ini harus didasarkan pada


perkembangankehidupan masyarakat, pengembangan jati diri manusia, yang dibuthkan
dan mampu hidupdan menghidupi orang lain sesuai dengan fitrahnya sebagai pengelola
alam beserta isinya. Isidan muatan kurikulum pendidikan harus berorientasi pada
dimensi-dimensi penguasaan bidang keterampilan, keahlian dan kemakhiran berkiprah
sebagai anggota keluarga yanghidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara, dan
mampu pula berkiprah dalam persaingan global.

4. Desentralisasi Manajemen Tenaga Kependidikan


Aspek ketenagaan berkenaan dengan para prajurit SDM yang kurang
profesionalmenghambat pelaksanaan sistem pendidikan nasional. Penataan para prajurit
SDM yang tidaksesuai dengan latar belakang pendidikannya menyebabkan pelaksanaan
pendidikan tidak profesional. Banyak tenaga pengelola pendidikan yang latar belakang
pendidikannya tidakrelevan dengan dunia kerja yang ditekuninya.

22
Individu maupun organisasi dituntut dapat hidup secara kreatif, responsif, inovatif
dantransparan. Kreatif karena individu dan organisasi harus mencari cara terbaik untuk
dapat “survive” dalam usahanya bersaing dengan individu dan organisasi lainnya.
Responsif agar mendapatkan sumber daya yang terbaik dan memadai. Inovatif agar dapat
meningatkanefisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang diinginkannya. Dan transparan
karena harus dipertanggung jawabkan.

Desentralisasi manajemen menuntut profesionalisasi ketenagaan, maka sebagai


suatukonsep desentralisasi dipercaya banyak mengandung makna yang menggambarkan
suatusituasi yang penuh tantangan.

Menengok kembali permasalahann praktik manajemen pendidikan di Indonesia


yangmengacu pada PP.No.32/1992 dan UU.No.20/2003 ditemukan istilah-istilah
pengelolaan pendidikan, penyelenggara pendidikan, pengawasan, dan penilaian
pendidikan. Bila dicermati,istilah-istilah tersebut merupakan bentuk penjabaran dan
pengimplementasian konsep danteori manajemen pendidikan yang dianut para pembuat
kebijakan. Menurut perundangan tersebut, para tenaga manajemen pendidikan disebut
dengan pengelola pendidikan yang dibedakan dengan tiga macam, yaitu : Pertama,
pengelola sistem pendidikan nasional.Pengelola sistem pendidikan nasional merupakan
tanggung jawab Menteri Pendidikan Nasional. Pada tingkat provinsi merupakan
tanggung jawab Gurbernur, pada tingkatkabupaten/kota merupakan tanggung jawab
Bupati/Walikota, pada tingkat kecamatanmerupakan tanggung jawab Camat, dan pada
tingkat desa/kelurahan merupakan tanggung jawab Kepala Desa/Lurah. Kedua, pengelola
satuan pendidikan, yaitu satuan pelaksana kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan
di jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Padasatuan pendidikan adalah kepala sekolah,
direktur, ketua, rektor, dan pemimpin satuan pendidikan luar sekolah. Ketiga, pngelola
proses pembelajaran, di dalam kelas maupun diluar kelas, di lingkungan formal maupun
nonformal, yang sering disebut guru, dosen,instruktur, pelatih, widyaiswara, tutor,
pamong, dan sebutan lainnya yang menunjukkan seorang pengelola proses pembelajaran.

5. Desentralisasi Manajemen Pembiayaan Pendidikan


Salah satu persoalan dalam desentralisasi manajemen pembiayaan pendidikan
apabila diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah ialah adanya pemikiran untuk
menerapkan pendekatan ekonomi dalam pendidikan. Pendekatan ini akan memunculkan
persoalan apakah investasi yang dilakukan dalam bidang tersebut memberikan
keuntungan ekonomi? Dinyatakan dalam beberapa pendekatan perencanaan pendidikan
seperti pendekatan investasisumber daya manusia, pendekatan social demand dan
pendekatan rate of return.

Walaupun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa pendekatan disamping


mempunyaimanfaat ekonomi juga mempunyai manfaat sosial psikologis yang sulit
dianalisis secaraekonomi. Namun, pendekatan ekonomi dalam menganalisis pendidikan
memberikankontribusi sekurang-kurangnya terhadap dua hal yaitu (1) analisis efektifitas
23
dalam artianalisis penggunaan biaya yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan; (2) analisis efisiensi penyelenggaraan pendidikan dalam arti perbandingan
hasil sejumlah pengorbanan yang diberikan

6. Desentralisasi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Aspek sarana dan prasarana pendidikan berkenaan dengan fasilitas dan
kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaan pendidikan yang tersedia. Sarana dan
prasarana pendidikanmasih sangat tergantung pengadaannya dari pemerintah pusat,
sementara pendistribusiannya belum terjamin merata sampai ketujuannya sehingga
kemandirian dan rasa turut bertanggung jawab daerah masih dirasakan kurang maksimal.

Permasalahan-permasalahan yang menyangkut fasilitas pendidikan iini, erat


kaitannyadengan kondisi tanah, bangunan dan perabot yang menjadi penunjang
terlaksananya proses pendidikan. Dalam aspek tanah, berkaitan dengan status hukum
kepemilikan tanah yangmenjadi tempat pendidikan, letaknya yang kurang memenuhi
persyaratan lancarnya proses pendidikan (sempit, ramai, terpencil, kumuh, dan lain-lain).
Aspek bangunan berkenaandengan kondisi gedung sekolah yang kurang memadai untuk
lancarnya proses pendidikan(lembab, gelap, sempit, rapuh, banyak yang sudah ambruk
dan lain-lain) sampaimembahayakan keselamatan. Aspek perabot berkenaan dengan
sarana yang kurang memadai bagi pelaksanaan proses pendidikan (meja, kursi, alat
peraga yang tidak lengkap, buku paketyang tidak cukup dan lain-lain) termasuk fasilitas
untuk kebutuhan ekstrakurikuler.

(a) Konsep Umum Standarisasi Mutu dan Prasarana Pendidikan.


Yang dimaksud standar mutu ialah panduan sifat-sifat barang atau jasa yang
relatifmantap dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan dalam arti yang luas (lokal,
nasional daninternasional). Mutu suatu barang atau jasa dikatan baik, jika sesuai dengan
standar mutuyang telah ditentukan yang juga berarti dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan baik lokal,nasional ataupun global. Dalam pengelolaan mutu, standar mutu
sangat penting.
Dalam konteks penjaminan mutu dan upaya peningkatan mutu pendidikan,
pemerintah telah mengeluarkan PP.No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
yangmenjalaskan dalam pasal 91 bahwa:

- Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan
penjaminanmutu pendidikan.
- Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untukmemenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.
- Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
bertahap, sistematis dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang
memilikitarget dan kerangka waktu yang jelas.

24
Adapun yang dimaksud dengan standar pendidikan sebagai kerangka acuan
penyelenggaraan pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, meliputi:

(1) standar isi;


(2) standar proses;
(3) standar kompetensi lulusan;
(4) standar pendidikan dan tenagakependidikan;
(5) standar sarana dan prasarana;
(6) standar pengelolaan;
(7) standar pembiayaan; dan
(8) standar penilaian pendidikan.
Badan atatu lembaga pelaksana yang terlibat dalam kegiatan penjaminan mutu,
baiktingkat, dasr, menengah maupun perguruan tinggi adalah:

- Badan Standar Nasional Pendidikan.


- Departemen.
- Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
- Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah.
- Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal.
- Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
- Menteri

(b) Konsep Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Prinsip dasar dalam pengelolaan berbagai unsur sarana dan prasarana
yaitu meliputilahan, bangunan, perabot dan perlengkapan serta arsip untuk
lembaga pendidikan seharusnyatidak melupakan usaha menciptakan suasana
aman, sehat dan nyaman serta memenuhikebutuhan pendidikan di lingkungan
satuan pendidikan. Beberapa prinsip dasar tentang pengelolaan sarana dan
prasarana antara lain:
- Menggambarkan cita dan citra masyarakat seperti halnya yang dinyatakan
dalam filsafatdan tujuan pendidikan.
- Perencanaan hendaknya merupakan pancaran keinginan bersama dengan
pertimbangan pemikiran tim ahli yang cukup cakap yang ada di
masyarakat itu.
- Hendaknya disesuaikan bagi kepentingan peserta didik, demi terbentuknya
karakter/watakmereka dan dapat melayani serta menjamin mereka di
waktu mengikuti pendidikan sesuaidengan bakatnya masing-masing.

25
- Perabot dan perlengkapan serta perlatan hendaknya disesuaikan dengan
kepentingan pendidkan yang bersumber dan kepentingan serta kegunaan
atau manfaatnya bagi pesertadidik dan tenaga kemasing-masing.
- Administrator lembaga pendidikan harus dapat membantu program
pembelajaran secaraefektif, melatih para tenaga kependidikan serta
memilih alat dan cara menggunakannyaagar mereka dapat menyesuaikan
tugasnya sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
- Seorang penanggung jawab lembaga pendidikan harus mempunyai
kecakapan untukmengenal baik kualitatif maupun kuantitaif serta
menggunakannya dengan tepat perabotdan perlengkapan yang ada.
- Sebagai penanggung jawab lembaga pendidikan harus mampu
menggunakan sertamemelihara perabot dan perlengkapan sekitarnya
sehingga ia dapat membantuterwujudnya kesehatan, keamanan, dan
keindahan serta kemajuan lembaga.
- Sebagai penanggung jawab lembaga pendidikan bukan hanya mengetahui
kekayaan yang dipercayakan kepadanya, tetapi juga harus memperhatikan
seluruh keperluan alat-alat pendidikan yang dibutuhkan peserta didik,
sanggup menata dan memliharanya.

(c) Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


Inventarisasi adalah kegiatan untuk mencatatdan menyusun daftar
inventaris barang- barang milik instansi/unit kerja secara teratur secara tertib
menurut ketentuan dan tata carayang berlaku. Inventarisasi dilakukan dalam
upaya menuju penyempurnaan pengurusan, pengawasan keuangan dan kekayaan
lembaga secara efektif serta dalam rangka meningktkanefektifitas perencanaan
penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan pemeliharaan penyaluran serta
penghapusan perlengkapan.
Tujuan inventarisasi adalah tata tertib administrasi barang, pengehematan
kuangan Negara, laporan inventaris barang-barang milik lembaga, bahan untuk
perhitungan kekayaanlembaga, dan mempermudah pengawasan barang-barang.

(d) Pengembangan dan Inovasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


Untuk mengenal lebih jauh tentang konsep inovasi dalam sarana dan
prasarana pendidikan, mari kita simak paparan seorang inovator Information
CommunicationTechnology (ICT) Laboratorium Administrasi pendidikan, yaitu
Asep Suryana. Menurut beliau, kata kunci dalam pengertian inovasi adalah baru.
Dengan mengutip kata-kataHamijoyo daam kitab Begawan Cece Wijaya, beliau
memaparkan bahwa kata baru diartikansebagai apa saja yang belum dipahami,
diterima atau dilaksanakan oleh si penerima pembaharuan, meskipun mungkin

26
bukan baru lagi bagi orang lain. Akan tetapi, yang lebih penting dari sifatnya yang
baru adalah sifat kualitatif yang berbeda dari sebelumnya.Kualitatif berarti bahwa
inovasi memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembalidalam
bidang yang mendapat inovasi.
Inovasi dapat menjadi positif atau negatif. Inovasi positid didefiinisikan
sebagai prosesmembuat perubahan terhadap sesuatu yang yang telah mapan
dengan memperkenakansesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah.
Inovasi negative menyebabkan pelanggangenggan untuk memakai produk
tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasadan kepercayaan
pelanggan hilang.
Inovasi sarana dan prasarana harus mengacu pada peratiran perundangan
yang berlakuyaitu UUSPN No.20/2003 dan Standar Nasional Pendidikan
PP.19/2005 yang berkaitandengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, serta sumber belajar lainnya yangdiperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasidan komunikasi. Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis
pakai,serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunnjang proses
pembelajaran yang teraturdan berkelanjutan.

2..2.4 Kelebihan dan Kekurangan Desentralisasi Pendidikan


a) Kelebihan Desentralisasi PendidikanDesentralisasi pendidikan telah
membuktikan keberhasilan antara lain :
1) Mampu memenuhi tujuan politis, yaitu melaksanakan demokratisasi
dalam pengelolaan pendidikan.
2) Mampu membangun partisifasi masyarakat sehingga melahirkan
pendidikanyang relevan, karena pendidikan benar-benar dari oleh dan
untuk masyarakat.
3) Mampu menyelenggarakan pendidikan secara menfasilitasi proses
belajarmengajar yang kondusif, yang pada gilirannya akan
meningkatkan kualitas belajar siswa.

b) Kekurangan Desentralisasi Pendidikan


1) Masa transisi dari sistem sentralisasi ke desentralisasi memungkinkan
terjadinya perubahan secara gradual dan tidak memadai.
2) Kemampuan keuangan daerah yang terbatas
3) Pemerintah pusat secara psikologis kurang siap untuk kehilangan
otoritasnya.

27
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Pendidikan dan pembangunan nasional merupakan hal yang saling berkaitan. Kualitas
pendidikan di Indonesia akan sangat berpengaruh dalam majunya negeri ini. Maka,
pembangunan nasional berbanding lurus dengan pendidikan. Artinya bahwa pembangunan
28
nasional akan menjadi lebih baik jika kualitas pendidikan terus-menerus diperbaiki ke arah yang
lebih baik pula. Dengan pendidikan, manusia dapat menjadi manusia seutuhnya apabila
ditunaikan dengan serius dan proses yang matang mulai dari pendidikan formal, informal, dan
bahkan non-formal. Akhirnya melalui pendidikan, manusia mampu memberi kontribusi yang
nyata pada pembangunan nasional secara seksama.

3.2 Saran

Sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan, kami mengajak kepada kita semua
untuk selalu serius dalam menjalani pendidikan sehingga terwujudnya bangsa ke arah
pembangunan nasional yang lebih baik sehingga terciptanya tujuan utama bangsa ini, yakni
masyarakat yang adil dan makmur.

DAFTAR PUSTAKA

Toisuta, Willy, L., Soewadji & Karo-Karo, I.U.1979. Pendidikan Nasional. Jakarta: Kurnia Esa.
Tirtarahardja, U. & Sulo, L. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Mbulu, J. & Setyosari, P.2005. Pengantar Pendidikan
Buchori, Mochtar. 1994. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
29
At-Tahir, Poetra. 2013. “Pendidikan dan Pembangunan Nasioanal”.
http://www.slideshare.net/PoetraAtTahir/pendidikan-dan-pembangunan-nasional
Anwar, Syaiful. 2010. “Pendidikan dan Pembangunan Nasional”. Syaiful-
Rahayu.comhttp://semutuyet.blogspot.com/2012/11/pendidikan-dan-pembangunan-nasional.html

30

Anda mungkin juga menyukai