Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“SEJARAH SINGKAT PGRI DAN PERAN PGRI


BAGI PENDIDIKAN DI INDONESIA”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PGRI
Dosen Pengampu :
Bapak Dr. Isfauzi Hadi Nugroho, M.Psi.

Disusun oleh :

LAVIO DEFITRA.C 2215030209


FAJAR ATHORIQ 2215030344
REGA NUR.R 2215030327

PROGRAM STUDI PENJASKESREK


UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT. Karena atas limpahan
karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh
perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran,
yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ke-
PGRI -an. Adapun yang Penulis bahas dalam makalah sederhana ini dengan judul
“SEJARAH SINGKAT PGRI DAN PERAN PGRI BAGI PENDIDIKAN DI
INDONESIA”
Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam menyusun
makalah ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari
berbagai pihak sehingga Penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik,
oleh karena itu pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Dr. Isfauzi Hadi Nugroho, M.Psi. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Ke-
PGRI -an

Penulis menyimpulkan bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh


karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah ini dan
bermanfaat bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.

Kediri, 2 Mei 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Sejarah singkat PGRI...............................................................................................3
2.2 Peran PGRI bagi Pendidikan di Indonesia................................................................5
2.3 Hasil Perjuangan PGRI............................................................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................9
3.1 Kesimpulan dan Saran..............................................................................................9
DAFTAR REFERENSI.................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merupakan suatu wadah


tempat berhimpunnya para guru-guru dan tenaga kependidikan. Organisasi ini diharapkan
dapat menjadi sarana perjuangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan
semua jaringannya yang begitu banyak serta sangat luas dapat menjadikan organisasi
PGRI mengakar di Indonesia. Masalah tenaga pendidikan di Indonesia selama ini antara
lain adalah rendahnya kemandirian guru dalam melaksanakan profesinya yang berakibat
rendahnya mutu pendidikan. Kualitas pendidikan di Indonesia menurun dan hal itu dapat
dibuktikan dengan adanya berbagai problematika yang muncul seperti masalah
kurikulum, kualitas, kompetensi pendidik, bahkan kompetensi kepemimpinan baik itu
dijajaran tingkat atas maupun tingkat bawah. Hal ini yang masih menjadi PR Organisasi
PGRI. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini
disebabkan karena adanya beberapa masalah dalam sistem pendidikan yang menyebabkan
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Seperti contohnya, kelemahan dalam sector
manajemen pendidikan, terjadi kesenjangan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan di
daerah kota dan desa, dukungan dari pemerintah yang masih lemah, adanya pola pikir
yang masih kuno dalam masyarakat, rendahnya kualitas sumber daya pengajar, dan
lemahnya standar evaluasi pada pembelajaran. Beberapa hal di atas yang menjadi factor
kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Hal itu pun yang menyebabkan
menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia. Guru bermutu dan bertanggung jawab
sebagai anggota inti organisasi profesi PGRI merupakan pilar yang utama untuk
mencapai keberhasilan pendidikan pada gilirannya hasil dari didikannya akan menjadi
tulang punggung pembangunan. Oleh karena itu, kebulatan tekad, jiwa dan semangat
perjuangan, kesetiakawanan social organisasi, peningkatan mutu dan kemampuan
profesional, serta tanggung jawab guru sebagai petugas profesi pendidikan. Langkah
PGRI sebagai organisasi profesi adalah memberikan perhatian yang serius terhadap
profesionalisme guru agar dapat melaksanakan kewajibannya serta mendapatkan hak-
haknya sebagai unsur dalam menentukan kemajuan pendidikan
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan PGRI?


2. Bagaimana peran PGRI bagi pendidikan di indonesia?
3. Apa yang dihasilkan dari perjuangan PGRI?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan PGRI.
2. Untuk mengetahui peran PGRI bagi Pendidikan di Indonesia
3. Untuk mengetahui hasil dari perjuangan PGRI
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah singkat PGRI

PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan
Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi
Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.

Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa


Indonesia. Organisasi perjuangan huru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri
tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).

Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu,
Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang
pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan
Sekolah Rakyat Angka Dua.

Sejalan dengan keadaan itu maka disamping PGHB berkembang pula organisasi
guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan yang lainnya.

Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh


mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan
pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat
orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat
perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita
kesadaran. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi
perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak
menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka.” Pada tahun 1932 nama
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru
Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata
“Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi
oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan
bangsa Indonesia.

Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup,


Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru


Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalaui kongres
ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan,
lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat
dihapuskan. Mereka adalah – guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang
aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk.
Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres
inilah, pada tanggal 25 November 1945 – seratus hari setelah proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
didirikan.

Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tangan bau mesiu


pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak
bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :

Memepertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia;


Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar
kerakyatan;
Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
Sejak Kongres Guru Indonesia itulah, semua guru Indonesia menyatakan dirinya
bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI
yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika
politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap
setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan
organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan tidak
berpolitik praktis.

Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia


dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI
tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.

2.2 Peran PGRI bagi Pendidikan di Indonesia


PGRI adalah perkumpulan berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru
sebagai wadah untuk mengembangkan profesionalisme, memperjuangkan
perlindungan hukum, dan perlindungan keselamatan kerja serta menghimpun dan
menyalurkan inspirasi anggotanya (Lilik Yuniastutik, 2013). Sebagai organisasi
perjuangan, PGRI berjuang untuk mewujudkan hak-hak guru, kesejahteraan dan
profesionalitas guru. Masalah tenaga pendidikan di Indonesia selama ini antara
lain adalah rendahnya kemandirian guru dalam melaksanakan profesinya yang
berakibatkan rendahnya mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Selain itu,
adanya perubahan cara pandang terhadap pendidikan itu sendiri. Menurut
Sukmadinata (2006:h.203) menyatakan bahwa diantara faktor yang menyebabkan
mutu pendidikan di Indonesia masih rendah adalah kondisi guru yang belum
memiliki sikap professional dalam melaksanakan tugas mengajar. Selain itu,
kurang tersedianya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai juga
menjadi salah satu hambatan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini
terlihat dari : pertama, guru yang belum melaksanakan pekerjaannya dengan
sungguh-sungguh. Kedua, kemampuan professional guru masih kurang. Asumsi
ini menempatkan sikap professional tenaga pendidik dalam melaksanakan
tugasnya menjadi kendala utama dalam mewujudkan mutu pendidikan di
Indonesia saat ini. Sejalan dengan hal itu, Sanusi (2007:h.17) juga
mengungkapkan bahwa guru belum dapat diandalkan dalam berbagai aspek
kinerjanya yang standar, karena belum memiliki keahlian dalam bidang studi,
pedagogis, didaktik, dan metodik, keahlian pribadi dan sosial, khususnya
berdisiplin, bermotivasi, kerja tim sesama guru, dan tenaga kependidikan lainnya.
Menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan organisasi profesi keguruan untuk
meningkatkan mutu para guru di Indonesia agar menjadi lebih baik. Dalam
mewujudkan peningkatan mutu para guru dibutuhkan berbagai inovasi yang lebih
akurat dan lebih baik terutama dalam pelaksanaannnya. Musfah (2011:h.5-6)
berpendapat bahwa belum tercapainya mutu pendidikan di Indonesia
sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional diantara
faktornya adalah kualifikasi pendidikan guru yang masih rendah saat ini. Hal ini
disebabkan oleh beberapa alasan yakni : Pertama, kesejahteraan guru yang masih
sangat memprihatinkan dan belum memenuhi kelayakan upah semestinya. Kedua,
kualifikasi dan kompetensi guru yang saat ini masih rendah. Ketiga, komitmen
guru dalam melaksanakan pendidikan yang lebih tinggi masih rendah. Keempat,
kurangnya motivasi untuk para guru dalam melanjutkan jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Fenomena kualifikasi guru yang masih dibawah standar inilah
memberikan dampak yang kurang baik terhadap peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia. Kunandar (2007:h.6-7) mengungkapkan bahwa peningkatan mutu serta
pemerataan pendidikan dapat ditempuh melalui program dan kebijakan

2.3 Hasil Perjuangan PGRI

Beberapa perjuangan PGRI yang telah dilakukan selama ini antara lain
sebagai berikut :
1. Mengusulkan kenaikan gaji pada tahun 1999 kepada Presiden, dan
hasilnya gaji PNS naik Rp 155.250,00.
2. Tahun 2000 PGRI mengusulkan tunjangan pendidikan bagi guru, hasilnya
tunjangan fungsional guru naik 150%.
3. Mengusulkan honor guru wiyata bakti, hasilnya guru wiyata bhakti baik di
sekolah negeri maupun swasta mendapat tunjangan dari pemerintah
sebesar Rp 75.000,00 per bulan.
4. Memperjuangkan bantuan untuk sekolah swata, hasilnya bantuan
pendidikan untuk sekolah swata mengalami peningkatan yang signifikan.
5. Mengusulkan agar guru TK mendapat perhatian, hasilnya ada Direktur
PAUD, pengangkatan guru TK dan peningkatan kesejahteraan guru TK.
6. Mengusulkan agar tunjangan beras PNS diganti dengan uang agar tidak
merugikan PNS. Hasilnya sekarang PNS telah menerima tunjangan beras
dalam bentuk uang tunai yang dibayarkan bersamaan dengan penerimaan
gaji.
7. Pemaksimalan penggunaan ASKES agar dapat digunakan di RS Swasta.
Hasilnya sekarang ASKES bidan digunakan di RS Swata.
8. Untuk kenaikan golongan IV/a ke atas ditinjau kembali agar tidak diproses
sampai ke pusat sehingga memakan waktu lama. Hasilnya kenaikan
pangkat IV/a ke atas cukup di tingkat provinsi, kecuali guru di lingkungan
Departemen Agama tetap di pusat.
9. Tunjangan THR dan tambahan kesejahteraan bagi guru. Hasilnya
pemerintah kabupaten/kota telah mencairkan tunjangan THR dan dana
kesejahteraan bagi seluruh PNS di jajarannya.
10. Rekruitmen PNS khususnya guru, hasilnya dilakukan secara nasional.
Mengusulkan agar Guru GTT di sekolah negeri diangkat menjadi PNS.
Hasilnya guru kontrak secara otomatis diangkat menjadi PNS meskipun
secara bertahap. Bahkan di Depag seluruh data guru yang masuk dalam
data Dbase secara bertahap akan diangkat menjadi PNS.
11. Perlindungan dan pembelaan terhadap anggota PGRI yang tersandung
masalah hukum oleh LKBH tanpa dipungut biaya.
12. Mengawal dan mendorong lahirnya UU Sisdiknas.
13. Mendesak lahirnya PP tentang Sisdiknas.
14. Mengusulkan agar guru ditangani oleh sebuah badan independen langsung
di bawah presiden.
15. Mengusulkan adanya sistem penggajian guru tersendiri pada pemerintah.
16. Mengusulkan kenaikan tunjangan fungsional guru.
17. Mengusulkan sistem pembinaan PNS secara nasional, termasuk pemberian
kesejahteraannya.
18. Mengusulkan agar jabatan struktural di bidang pendidikan ditempati oleh
pegawai yang menguasai bidang pendidikan, meniti karir, dan berlatar
belakang pendidikan.
19. Telah ikut secara aktif yang berada di barisan paling depan jajaran
organisasi guru dan bekerja sama dengan organisasi politik yang memiliki
otoritas, berusaha menyiapkan dan memperjuangkan UU Guru dan Dosen.
Secara kelembagaan perjuangan untuk melahirkan UUG dan D telah
dimulai pada saat konggres ke XVIII tahun 1998 di Lembang,Bandung.
Sebelumnya baru berupa wacana yang berkembang sejak tahun 1960.
20. Mengawal dan mendesak pemerintah agar segera mengeluarkan PP
tentang Guru sesuai dengan amanat UU GD, hiingga terbitlah
Permendiknas No. 18/2007 tentang pelaksanaan sertifikasi guru.
21. PGRI selama ini menjadi mitra aktif, strategis, dan kritis terhadap berbagai
kebijakan pemerintah tentang pendidikan, terutama yang terkait dengan
kebijakan tentang guru.
22. Mengawal agar pelaksanaan sertifikasi guru tidak menciderai kepentingan
guru di dalam berkarya dan memperoleh hak-haknya.
23. Mensosialisaikan tentang pelaksanaan sertifikasi guru dari tingkat pusat
hingga cabang (tingkat kecamatan).
24. Mengawal pelaksanaan sertifikasi guru secara objektif dan transparan.
25. Menerima sejumlah pengaduan dan melaksanakan kajian terhadap
kemungkinan model pelaksanaan sertifikasi guru yang lebih bermutu,
efisien dan memenuhi rasa keadilan guru.
26. Melakukan kajian terhadap peningkatan profesi dan kesejahteraan guru.
27. Mengawal penerimaan tunjangan profesi guru.
28. Perjuangan yang paling hangat dan merupakan kemenangan PGRI adalah
lahirnya keputusan Mahkamah Konstitusi RI nomor 026/PUU/III/2005
yang menetapkan batas tertinggi dalam APBN tahun 2006 sebesar 9,1%
untuk pendidikan tidak memiliki kekuatan hukum tetap dan bertentangan
dengan pasal 31 UUD 1945.
29. Menuntut kepada pemerintah untuk memberikan uang lauk pauk kepada
semua PNS termasuk guru.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Dari sekian banyak ulasan yang dipaparkan tentang “Peran Penting


PGRI dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan” maka kami
dapat menyimpulkan bahwa PGRI adalah perkumpulan yang berbadan
hukum yang didirikan dan diurus oleh guru sebagai wadah agar dapat
mengembangkan profesionalisme, memperjuangkan perlindungan
hukum, perlindungan keselamatan kerja serta menghimpun dan
menyalurkan inspirasi kepada anggotanya. Sebagai organisasi
perjuangan, peran yang di laksanakan PGRI sebagai organisasi
perjuangan ada tiga hal, yaitu : Pemikir adalah organisasi PGRI yang
melakukan kajian akademis dengan berbagai variabel didalamnya,
misalnya SDM tenaga kependidikkan, sarana dan prasarana pendidikan.
Tujuan dengan adanya kajian ini diharapkan dapat menghasilkan
konsep-konsep penggelolaan pendidikan yang lebih inovatif lagi untu
kedepannya. Penyeimbang pola kemitraan Penggelolaan pendidikan
disusun secara otonomi (daerah kabupaten/kota) mulai dari rancangan
sampai dengan tahap pelaksanaan dan evaluasi. Tujuannya sebagai
penyeimbangantara pemerintah kabupaten/kota dalam mengawal dan
menggembangkan penggelolaan pendidikan secara profesional.
Penekan yang dimaksud adalah menjembatani aktualisasi
permasalahan, potensi, dan harapan para guru dilapangan untuk
direalisasikan oleh kabupaten/kota. Prinsip-prinsip dan strategi
perjuangan PGRI untuk keberhasilan perjuangan PGRI, seluruh
pengurus PGRI dan anggota PGRI harus sesuai dengan prinsip PGRI.
Seluruh pengurus dan anggota PGRI melaksanakan kegiatan
perjuangannya dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.
Berdasarkan Anggaran Dasar PGRI serta program 1087 “Strategi
MenghadapiSistem Pendidikan PascaPandemi Covid-19
UntukGenerasiIndoneisa yang unggul dan Tangguh” kerja PGRI yang
ditetapkan melalui forum organisasi dalam melakukan perjuangan
kepentingan organisasi dan kepentingan anggota PGRI adalah yang
utama, dalam melakukan perjuangan nilai persahabatan dan kesetiaan,
kekompakan dan kerukunan kelompok diutamakan. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan mutu pendidikan, seorang guru harus mempunyai
syarat-syarat yang diperlukan dalam mengajar dan membangun suasana
kelas yang efektif, saling bekerjasama dalam belajar sehingga tercipta
suasana yang menyenangkan dan saling menghargai (demokratis),
menjalin komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik saat
pembelajaran berlangsung, penggunaan tata bahasa yang baik dan
mudah dipahami juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan
oleh guru..
DAFTAR REFERENSI
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
jatengprov.go.id/beritadaerah/krusial-peran-pgri-dalam-
pembangunan-calon-pemimpin-bangsa/%23:~:text%3DYuli
%2520menyebut%252C%2520PGRI%2520sebagai
%2520lembaga,profesi%2520dan%2520kesejahteraannya%252C
%2520%25E2%2580%259D%2520katanya.&ved=2ahUKEwis--
uH19T-
AhXhSmwGHZiXATcQFnoECBMQBQ&usg=AOvVaw06P672K
vTPDEz6woki1PV6

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://proceeding.unpkediri.ac.id/
index.php/semdikjar/article/view/2429&ved=2ahUKEwis--uH19T-
AhXhSmwGHZiXATcQFnoECBkQAQ&usg=AOvVaw0mEj1Kz7
WndZ_0X9_Ra43M

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://eprints.umm.ac.id/30479/1/
jiptummpp-gdl-lilikyunia-33689-2-
babi.pdf&ved=2ahUKEwiw1Lj24tT-
AhWrUGwGHfryCkoQFnoECDYQAQ&usg=AOvVaw2yY3hAV
vBksMRWSyDnyo17

Anda mungkin juga menyukai