Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Sejarah PGRI”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Ke-PGRI-an
Dosen Pengampu:
Dr. Dema Yulianto, M.Psi.

Disusun Oleh:

Kelompok 02

Febby Fatwatama Panjalu (2213010057)


Ahmad Khavit Muzaki (2213010058)
Wahyu Surya G (2213010054)
Ahmad Abdurrois (2213010052)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “berbicara kelompok (sejarah pgri)”
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ke-PGRI-an. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pengertian diskusi panel bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Dema Yulianto, M. Psi. Selaku
dosen Mata Pelajaran Ke-PGRI-an. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 06 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

A. Gerakan Guru Pada Masa Perjuangan Kemerdekaan......................................3


B. Lahirnya PGRI.......................................................................................................4
C. PGRI Pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)........................................4
D. PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959).............................................5
E. PGRI Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965).......................................7
F. PGRI Sejak Lahirnya ORBA...............................................................................8
G. PGRI Pada Masa Reformasi.................................................................................9

BAB III PENUTUP..........................................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah PGRI mempunyai arti tersendiri dalam perjuangan bangsa ini menuju
kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang komit dalam cita-cita proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sejarah
PGRI di Indonesia tidak terlepas proses pendidikan yang berjalan sejak dahulu kala
atau masa pra-sejarah. Nama PGRI sampai saat ini tetap memakai istilah RI sehingga
menjadi organisasi yang benar-benar eksis dan menasional. Kata RI merupakan kata
yang menyatukan dan merekatkan persatuan para guru di negeri ini. Saat sekarang
struktur organisasi PGRI sampai ke seluruh tingkat pelosok negeri ini, yaitu pada
tingkat ranting atau kelompok sekolah.
Persatuan guru seluruh republik Indonesia yang kemudian kita kenal dengan
sebutan PGRI merupakan satu dari organisasi yang beranggotakan guru yang tidak
melihat latar belakang, agama, tingkat pendidikan, satuan pendidikan dan hal lain.
Ternyata kenapa PGRI berawal dari banyaknya berdiri organisasi masyarakat yang
berlatar belakang guru, untuk membantu perjuangan Bangsa Indonesia. Kemudian
muncullah sebuah gagasan untuk mempersatukan para guru dalam suatu wadah
dengan misi dan visi yang sama, maka ketika proklamasi kemerdekaan diikrarkan
rencana itu semakin matang sehingga disusunlah kongres PGRI pertama di Surakarta.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gerakan guru pada masa perjuangan kemerdekaan?
2. Bagaimana sejarah lahirnya PGRI?
3. Bagaimana sejarah PGRI pada masa perang kemerdekaan (1945-1949)?
4. Bagaimana sejarah PGRI pada masa demokrasi liberal (1950-1959)?
5. Bagaimana sejarah PGRI pada masa demokrasi terpimpin (1959-1965)?
6. Bagaimana sejarah PGRI sejak lahirnya ORBA?
7. Bagaimana sejarah PGRI pada masa reformasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui gerakan guru pada masa perjuangan kemerdekaan
2. Untuk mengetahui sejarah lahirnya PGRI
3. Untuk mengetahui sejarah PGRI pada masa perang kemerdekaan (1945-1949)
4. Untuk mengetahui sejarah PGRI pada masa demokrasi liberal (1950-1959)

1
5. Untuk mengetahui sejarah PGRI pada masa demokrasi terpimpin (1959-1965)
6. Untuk mengetahui sejarah PGRI sejak lahirnya ORBA
7. Untuk mengetahui sejarah PGRI pada masa reformasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gerakan Guru Pada Masa Perjuangan Kemerdekaan


1. Pendidikan dan Sekolah
Pada jaman Portugis dan Spanyol mulai didirikan sekolah-sekolah model baru,
berlainan dengan sekolah-sekolah pesantren. Disekolah ini tidak hanya diajarkan
tentang agama namun diajarkan juga membaca, menulis , dan berhitung. Sekolah-
sekolah ini hanya berada di kepulauan Maluku sampai datangnya VOC di
Indonesia. Sekolah-sekolah Belanda ini diadakan 2 jam pada waktu pagi dan 2
jam pada waktu sore hari.
Pada tahun 1684 diumumkan Undang-Undang Sekolah pertama, yang isinya
antara lain:
- Untuk mendirikan sekolah dengan ijin pemerintah
- Jam pelajaran sekolah 08.00-11.00 dan jam 14.00-17.00
- Dilarang adanya pelajaran campuran murid perempuan dan laki-laki
- Hari libur dan uang sekolah di atur pemerintah
- Sekolah dimonitoring 2 kali setahun
Pada tahun 1778 dikeluarkan Undang-Undang yang baru, yang isinya sebagai
berikut:
- Tiap-tiap sekolah dibagi jadi 3 kelas
- Dikelas satu diajarkan membaca, menulis, menghitung, menyanyi, dan agama
Sampai dengan tahun 1937 sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah
Belanda adalah:
- Sekolah Desa/Rakyat: Untuk masyarakat desa.
- Sekolah Dasar Kelas II: Untuk masyarakat biasa yang tinggal di kota.
- SD Berbahasa Belanda: Untuk anak pejabat.
2. Nasib Guru Pada Masa Hindia Belanda
Guru-gurunya ada bermacam-macam tamatan sekolah guru, seperti Sekolah
Guru Desa, Normaalschool (NS), Hollands Inlandce Kweekschool (HIK),
Europase Kweekschool (EKS), Indhisce Hoofdacte. Guru-guru ini mempunyai
serikat kerja masing-masing menurut ijasahnya.
3. Guru-Guru Berusaha Memperjuangkan Nasibnya Dan Menuntut Perbaikan Nasib
Dan Kedudukan Yang Wajar Sekaligus Adil

3
Pada tahun 1912 para guru berhasil membentuk organisasi guru yang bersifat
Unitaris yaitu Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHD) yang anggotanya terdiri
dari guru-guru tanpa membedakan ijazah, status, tempat bekerja, dan agama atau
kepercayaan. Perkembangan berikutnya PGHD berganti nama menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI) pada tahun 1933 sebagai akibat dari dikeluarkannya
peraturan pemerintah mengenai sarekat sekerja pegawai negeri. Penggunaan kata
“INDONESIA” mencerminkan nasionalisme (hasil dari adanya sumpah pemuda).
4. Zaman Pendudukan Jepang
Segala macam organisasi dilarang dan semua sekolah di tutup. Saat Jepang
menyerah, sekokah-sekolah dan organisasi dibuka kembali.
B. Lahirnya PGRI
PGRI lahir pada tanggal 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama
menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Semangat kebangsaan Indonesia
telah lama tumbuh dikalangkan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan
guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan
Guru Hindia Belanda (PGHB).
Pada zaman Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup. Persatuan
Guru Indonesia (PGI) tidak dapat melakukan aktivitas. Semangat proklamasi 17
Agustus 1945 menjiwai kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945
di Surakarta. Melalui kongres ini, seluruh organisasi yang di dasarkan atas perbedaan
tamatan, lingkungan pekerja, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat
dihapuskan.
Dengan semangat kata- kata “MERDEKA” yang bertalu-talu, di tangan bau
mesiu pemboman oleh tentara inggris di radio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu
untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan:
- Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia
- Mempertinggi tingkat pendidikan sesuai dasar masyarakat
- Membela hak dan nasib buruh lainnya, pada guru khususnya
Sejak kongres itulah semua guru di Indonesia bersatu dalam wadah Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI). Dan pada tanggal 25 November ditetapkan sebagai
hari guru setiap tahunya.
C. PGRI Pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)
4
a. Lahirnya PGRI Tanggal 25 November 1945
PGRI lahir pada saat kongres Pendidikan Bangsa (Kongres I) pada tanggal 24-
25 November. Kongres ini diselenggarakan di Sekolah Guru Putri (SGP) di
Singapura, Jawa Tengah, yang digerakkan dan dipimpin oleh para tokok guru
antara lain, Amin Singgih, RH. Koesnan dan kawan-kawan. Dari kongres itu
lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
b. Kongres II PGRI di Surakarta 21-23 November 1946
Kongres II ini menghasilkan 3 tuntunan yang diajukan pada pemerintah yaitu:
- Sistem pendidikan agar dilaksanakan atas dasar kepentingan Nasional
- Gaji guru supaya jangan diberhentikan
- Diadakan Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Undang-Undang Pokok
Perburuhan
c. Kongres III PGRI di Madiun 27-29 Februari 1948
Kongres PGRI III diselenggarakan di tengah berkecamuknya perang
kemerdekaan, kongres yang berlangsung dalam suasana darurat menghasilkan
keputusan :
- Menghapus Sekolah Guru (SGC), yaitu pendidikan guru 2 tahun setelah
Sekolah Rakyat
- Membentuk komisariat-komisariat daerah pada setiap keresidenan
- Menerbitkan Majalah “Sasana Guru” (Suara Guru)
D. PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
a. Kongres IV menghasilkan keputusan sebagai berikut:
- Mempersatukan guru di seluruh tanah air
- Mengeluarkan maklumat persatuan
- Menyingkirkan segala rasa curiga dan semangat kedaerahan
b. Kongres V diadakan 10 bulan setelah kongres IV dilakukan di Yogyakarta, selain
untuk menyongsong Lustrum 1 PGRI, juga untuk merayakan peleburan SGI/PGI
ke dalam PGRI. Kongres V hasilkan isi sebagai:
- Menegakkan Pancasila sebagai asas organisasi.
- Menugaskan kepada Pengurus Besar (PB) PGRI agar dalam waktu singkat
melakukan segala usaha untuk menghilangkan perbedaan gaji
- Melakukan konsolidasi organisasi dengan membentuk pengurus komisariat
daerah
- PGRI menjadi anggota Gabungan Serikat Buruh Indonesia (SBSI).
5
c. Kongres VI PGRI di Malang 24-30 November 1952
Dalam kongres ini PGRI setelah mencapai banyak kemajuan yang pesat, hal
ini mengakibatkan pengakuan dan penghargaan masyarakat terhadap organisasi
PGRI. Tapi dipihak lain telah menarik perhatian dan keinginan di partai politik
untuk menguasai PGRI guna kepentingan politiknya pada saat itu, surat kabar
tertentu mulai mencoba mempengaruhi suasana kongres dengan jalan menjagokan
calon-calonnya melalui berbagai cara, kadang-kadang dengan cara intrik dan
fitnah. Tidak heran bila dalam susunan kepengurusan PB PGRI yang baru ini
hampir 50% duduk orang atau simpatisan Partai Komunikasi Indonesia (PKI).
d. Kongres VII PGRI di Semarang 24 November s/d 1 Desember 1945
Kongres PGRI VII menghasilkan keputusan sebagai berikut:
- Di bidang hukum: Pernyataan mengenai Irian Barat, Pernyataan mengenai
korupsi, Resolusi mengenai desentralisasi sekolah, Resolusi mengenai
pemakaian keuangan oleh Kementerian PP&K.
- Di bidang pendidikan: Resolusi mengenai anggaran belanja PP&K yang harus
mencapai 25% dari seluruh anggaran belanja Negara, Resolusi mengenai UU
Sekolah Rakyat dan UU Kewajiban Belajar, Resolusi mengenai film, lektur,
gambar serta radio, dan Pembentukan Dewan Bahasa Indonesia.
- Dibidang perburuhan: Resolusi tentang UU Pokok Kepegawaian, Pelaksanaan
Peraturan Gaji Pegawai Baru, Tunjangan khusus bagi pegawai yang bertugas
di daerah yang tidak aman, ongkos perjalanan cuti besar, Guru SR dinyatakan
sebagai pegawai negeri tetap, Penyelesaian kepegawaian.
- Dibidang organisasi: Pernyataan PGRI keluar dari GBSI dan menyatakan diri
sebagai organisasi Non Vaksentural.
e. Kongres VIII PGRI di Bandung 1956
Suasana kongres ini mulanya sangat meriah, namun sewaktu diadakan
pemilihan Ketua Umum PB PGRI keadaan menjadi tegang Pihak Soebandri
menambahkan kartu pemilihan (kartu palsu) sehingga pemilihan tersebut
dibatalkan dan diulang kembali menggunakan kartu yang baru. Kongres PGRI
VIII ini juga menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Pendidikan.
f. Kongres IX PGRI 31 Oktober -4 November di Surabaya 1959
Pada kongres IX di Surabaya bulan Oktober/November 1959, Soebandri
melancarkan politik adu domba diantara para kongres, terutama pada waktu

6
pemilihan Ketua Umum. Usaha tersebut tidak berhasil, ME.Sugiandanata terpilih
lagi sebagai Ketua Umum BP PGRI.
E. PGRI Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
a. Lahirnya PGRI Non-Vaksentral/PKI
Kongres PGRI X di Jakarta (Gelora Bung-Karno) Oktober 1962. Periode
tahun 1962-1965 kongres ke X di selenggarakan dan merupakan episode yang
sangat pahit bagi PGRI. Dalam masa ini merupakan perpecahan yang lebih hebat
dibandingkan dengan pada periode sebelumnya. Penyebab perpecahan itu bukan
demi kepentingan guru atau profesi guru, melainkan karena ambisi politik dari
luar dengan dalih (pembentukan kekuatan dan penggunaan kekuatan).
b. Pemecatan Massal Pejabat Departemen PP&K (1964)
Dikarenakan putusan Presiden No. 187/1964 dan No. 188/1964 tanggal 4
agustus 1964 yang diambil atas usul Menteri PP&K yang mengubah jumlah
Pembantu Menteri PP&K dari 3 menjadi 2 orang. Hal ini membuat gelisah
sejumlah pejabat dilingkungan Departemen PP&K. Karena dirasakan tidak ada
jaminan hukum (rechtzekeheid) bagi pegawai dan karier mereka. Maka sebanyak
28 pegawai tinggi departemen PP&K mengundurkan diri dan mengirim surat
kepada Menteri Prijono dengan maksud untuk menjernihkan kembali suasana
Departemen PP&K. Surat ini di tanggapi dengan memberhentikan ke-27 pejabat
tersebut dengan alasan “atas dasar pemerintah sendiri”.
Karena heboh mengenai pemecatan 27 orang pejabat berkenaan dengan isi
Moral Pendidikan Pancawardhana, akhirnya presiden membentuk sendiri panitia
dengan nama “Panitia Negara Penyempurnaan Sistem Pendidikan
Pancawardhana”, ke-27 orang tersebut dinyatakan tidak bersalah.
c. Kedudukan PGRI Pasca-Peristiwa G30 S/PKI
Mengenai kedudukan PGRI sendiri, sejak kongres VII di Semarang tahun
1954 ditegaskan, bahwa PGRI adalah organisasi Non-Vaksentral yang kemudian
dipakai kembali oleh PKI dengan arti yang dimanipulasi ketika mendirikan PGRI
Non-Vaksentral tahun 1964 yang berbeda-beda dengan PGRI-Kongres . PGRI
mencoba turut dalam memprakarsai dan menghimpun organisasi-organisasi
pegawai negeri dalam bentuk Rapat Kerja sama (RKS), Kemudian PGRI keluar
setelah lembaga tersebut dimasuki dan dikuasai PKI. Selanjutnya PGRI
memprakarsai berdirinya Persatuan Serikat Pekerja Pegawai Negeri (PSPN) yang
ketua umumnya M.E Subandinata. Pada tahun 1967 PGRI juga memprakarsai
7
berdirinya MPBI (Majelis Permusyawaratan Buruh Indonesia) dan FBSI (Federal
Buruh Seluruh Indonesia).
d. Usaha PGRI Melawan PGRI Non-Vaksentral/PKI
PGRI Non-Vaksentral dibentuk dimana-mana, kadang ditempati ter tentu
hanya di atas kertas dan anggotanya pun kadang bukan dari kalangan guru,
melainkan dari Pegawai Jawatan Kereta Api, buruh dan lain-lain.
Majelis Pendidikan Nasional menerbitkan Penpres (Penetapan Presiden) No.
19 tahun 1965 tentang Pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila,
dengan turun tangannya pemerintah ketegangan agak berkurang, akan tetapi bagi
PGRI Penpres tersebut tidak berhasil menyatukan lagi bagi organisasi ini.
F. PGRI Sejak Lahirnya ORBA
a. Kesatuan aksi guru Indonesia (KAGI)
Para guru membentuk KAGI pada tanggal 2 Februari 1966. KAGI pada
awalnya terbentuk di Jakarta dan Jawa Barat, kemudian berturut turut terbentuk
KAGI di wilayah lainnya. Tugas KAGI adalah membersihkan dunia pendidikan
Indonesia dari unsur-unsur PKI dan Orde lama. Menyatukan semua guru dalam
organisasi PGRI yang bersifat non politik.
b. Kongres XI 5-20 Maret 1967 di Bandung
Dalam kongres ini terasa sekali peralihan Orde Lama ke Orde Baru. Antara
lain masih terlihat sisa-sisa kekuatan Orde Lama yang mencoba menguasai
kembali kongres dengan cara menolak PGRI untuk masuk ke dalam Sekber
Golkar dan memojokkan M.E Subandinata dkk. Agar tidak terpilih dalam PB.
PGRI.
c. Konsolidasi Organisasi Pada Awal Orde Baru
Konsolidasi PGRI dilakukan ke daerah-daerah dan cabang-cabang, dengan
prioritas ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembenahan pada kedua daerah
tersebut tidak saja akibat kuatnya pengaruh PGRI Non-Vaksentural/PKI
sebelumnya, sehingga banyak guru-guru yang berlindung di bawah naungan
partai-partai politik yang berkuasa pada waktu itu.
d. Kongres ke XII 29 Juni-4 Juli 1970 di Bandung
Adapun keputusan penting dari kongres ini adalah sebagai berikut
- Perubahan struktur dan basis organisasi PGRI.
- Administrasi organisasi disederhanakan dan diseragamkan
- Lambang PGRI dan Mars PGRI dilampirkan dalam buku AD/ART PGRI.
8
e. Kongres ke XIII 21-25 November 1973 di Jakarta
Pada kongres ini menetapkan perubahan yang mendasar dalam bidang serikat
pekerja menjadi organisasi profesi guru PGRI yang sesuai dengan organisasi
profesi guru dan adanya Dewan Pembina PGRI mengenai arti lambang PGRI.
f. Kongres ke XIV 26-30 Juni 1979 di Jakarta
Kongres XIV di Jakarta menghasilkan salah satu keputusan penting yaitu
mengenai pendirian Wisma Guru. Untuk mewujudkan mulai Januari 1980 setiap
anggota PGRI dihimbau untuk menyumbang Rp. 1000,-. Direncanakan Wisma
Guru ini akan sekaligus menjadi Kantor PB PGRI yang dilengkapi dengan ruang
pertemuan perpustakaan kamar pemondokan atau penginapan
g. Kongres ke XV 16-21 Juli 1984 di Jakarta
Kongres berlangsung di Jakarta tanggal 16-21 Juli 1984. Kongres ini
menggariskan pokok-pokok PGRI untuk kurun waktu lima tahun mendatang
(1984-1989 ) yang meliputi: Ruang lingkup pembinaan dan pengembangan
organisasi PGRI, tanggung jawab dan peran PGRI dalam menyukseskan sidang
umum MPR 1983, Repelita IV dan Pancakrida Kabinet Pembangunan
h. Kongres ke XVI 3-8 Juli 1989 di Jakarta
Susunan PB-PGRI Masa Bakti XVI (1989-1994) sebagai berikut, Ketua umum
: Basyuni Suramiharja, Ketua : Drs.I. Gusti Agung Gde Okta, Ketua : Dr. Anwar
Jassin,M.Ed, Ketua : Dra. Mien.s. Wamaen., Ketua H.R Taman Sastra Dikarna,
Ketua : Taruna .SH
i. .Kongrea ke XVII 3-8 Juli 1994 di Jakarta.
Pertama kali Kongres PGRI XVII menetapkan Dewan Pembina menjadi
Dewan Penasehat dan tidak ada lagi menteri yang menjadi anggota Dewan
Penasehat
j. Kongres XVIII 25-28 November 1998 di Bandung
Kongres PGRI XVIII diselenggarakan di Bandung. Pada Kongres ini kelihatan
kuatnya pengaruh reformasi dalam pemilihan susunan pengurus PB PGRI Kalau
pada masa lampau ketua umum selalu dipilih secara aklamasi kini mulai ada
peraturan antara kedua calon ketua umum, sekretaris bidang diganti dengan ketua
departemen.
G. PGRI Pada Masa Reformasi
a. Kongres XIX 8-12 Juli 2003 di Semarang

9
PGRI mendesak pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menyediakan
sarana dan dana pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD,
diluar gaji tenaga pendidikan dan kedinasan, paling lambat 20005.
PGRI juga mendesak pemerintah untuk menindak lanjuti UU tentang
SISDIKNAS, dengan memberikan jaminan konstitusional bagi terselenggaranya
pendidikan nasional dalam bentuk antara lain peningkatan akses bagi masyarakat
untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dengan biaya yang murah.
PGRI meminta pemerintah pusat dan daerah, serta aparat keamanan untuk
memberikan jaminan keamanan kepada guru dalam menjalankan tugasnya,
terutama bertugas di wilayah konflik dan di daerah terpencil.
b. Jati diri PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi
ketenagakerjaan. Sedangkan sifat PGRI adalah Unitaristik : tidak mengandung
perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku, golongan, gender, dan
asal usul. Independen kemandirian dan kemitraan dengan pihak lain. Non politik
bukan bagian atau berafiliasi dengan partai politik. Semangat demokrasi,
kekeluargaan, keterbukaan, tanggung jawab etika, moral serta hukum. Jati diri
PGRI mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Nasionalisme, Demokrasi, Kemitraan,
Unitarisme, Profesionalisme, Kekeluargaan, Kemandirian, Non Partai Politik, dan
Jiwa, Semangat serta Nilai-nilai 45.
c. Visi PGRI
Terwujudnya organisasi mandiri dan dinamis yang dicintai anggotanya,
disegani mitra, dan diakui perannya oleh masyarakat. PGRI didirikan untuk
mempertahankan kemerdekaan, mengisi kemerdekaan dengan pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memperjuangkan kesejahteraan bagi para
guru.
d. Misi PGRI
- Mewujudkan Cita-cita Proklamasi PGRI bersama.
- Menyukseskan Pembangunan Nasional PGRI.
- Memajukan Pendidikan Nasional PGRI.
- Meningkatkan Profesionalitas Guru PGRI.
- Meningkatkan Kesejahteraan Guru Agar guru dapat profesional.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru
Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912. Semangat kebangsaan Indonesia telah lama
tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru
pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB). Gerakan guru pada masa perjuangan kemerdekaan meliputi, 1.
Pendidikan dan sekolah, 2. Nasib guru pada masa Hindia Belanda, 3. Guru-guru
berusaha memperjuangkan nasibnya dan menuntut perbaikan nasib dan kedudukan
yang wajar sekaligus adil, 4. Zaman pendudukan Jepang. Sejarah PGRI setelah
kemerdekaan yang pertama PGRI pada masa perang kemerdekaan (1945-1949), yang
kedua PGRI pada masa demokrasi liberal (1950-1959), yang ketiga PGRI pada masa
demokrasi. Terpimpin (1959-1965), yang keempat PGRI sejak lahirnya ORBA, dan
yang terakhir PGRI pada masa reformasi.
B. Saran
Demikianlah materi yang dapat kami suguhkan, mengenai “Sejarah PGRI”,
terlepas dari itu semua kami menyadari bahwasannya dalam materi yang kami
suguhkan ini sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami yang juga
mencintai yang namanya kesempurnaan kami membuka saran dan krtitik selebar-
lebarnya demi progresifitas keilmuan itu sendiri kedepannya, baik itu kepada diri
kami secara micro ataupun kepada keilmuan itu sendiri secara macro.

11
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, Yanuar. 2016. Sejarah PGRI setelah kemerdekaan. https://abdisze.blogspot.com
Mriasri, Sapta. 2019. Sejarah singkat lahirnya PGRI. https://sdn7muntok.sch.id
Summary, Satrio. 2016. Gerakan guru pada masa perjuangan. https://satriosummaryspjd-
wordpress.com

12

Anda mungkin juga menyukai