Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PENDIDIKAN DAN PGRI

YENNI KARENITA

(SEJARAH PENDIDIKAN NASIONAL DAN SEJARAH PGRI)


Politik penghematan anggaran yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda di awal
1930-an membuat rakyat semakin sengsara. Di antara kebijakan pemerintah Hindia Belanda
adalah pemangkasan anggaran pendidikan. Kebijakan itu pun, memantik kemarahan para
guru. Kebijakan itu pun ditentang, terlebih berdampak pada guru-guru bantu.
Volksoonderwijzersbond atau Perserikatan Guru Hindia Belanda (PGHB), organisasi
yang telah ada sejak1912 terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah dan pemilik
sekolah melakukan aksi protes terhadap kebijakan itu. Protes atas pengusutan anggaran
pendidikan oleh PGHB, juga didukung sejumlah organisasi lainnya yang bergerak dalam
pendidikan seperti Budi Utomo. PGHB pun terus berjuang sambil menyempurnakan
organisasinya.
Para guru menuntut persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Seiring
berjalannya waktu, perjuangan para guru pun, semakin berkobar dengan diiringi kesadaran
mencapai kemerdekaan.
Akhirnya pada1932 PGHB berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Organisasi ini merupakan kumpulan dari beberapa organisasi profesi guru, di antaranya
Persatuan Guru Bantu (PGB), Persatuan Guru Ambachtshool (PGAS), Volksnoderwijzers
Bond (VOB), Oud Kweek Scholieren Bond (PNS), Hogere Kweek Schoileren Bond (HKSB),
Persatuan School Opziener (PSO) dan Perserikatan Normal School (PNS).
Sementara pada saat Jepang menduduki Indonesia, PGRI tak bisa melakukan
aktivitasnya karena Jepang menutup sekolah-sekolah yang ada. Namun, setelah beku selama
pendudukan Jepang organisasi itu muncul kembali dengan semangat baru. Terlebih setelah
proklamasi Kemerdekaan, para guru bergerak cepat untuk menyelenggarakan kongres guru.
Kongres itu dilakukan di Solo pada 24-25 November 1945. Melalui kongres itu segala
organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan
pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku dihapuskan. Di kongres inilah
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu
di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Jiwa pengabdian, tekad
perjuangan, dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus
dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
 PGRI pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)
Agar perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Bangsa Belanda lebih terorganisasi,
pemerintah pusat mendirikan TKR pada tanggal 5 Oktober 1945 untuk melindungi keamanan
Rakyat dari provokasi dan Agresi Belanda konferensinya tanggal 2 November 1945 Panglima
Besarnya Kolonel Soedirman dengan Pangkat Jendral.
 PGRI pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Presiden RI memuji PGRI yang menurut pendapatnya tidak bisa lain daripada pencerminan
semangat juang para guru sebagai pendidik rakyat dan bangsa. Oleh karena itu, Presiden RI
menganjurkan untuk mempertahankannama,bentuk, maksud, tujuan, dan cita–cita PGRI
sesuai dengan kehendak dan tekad para pendirinya.
 PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada kongres IX di Surabaya bulan Oktober/November 1959, Soebandrio dkk, melancarkan
politik adudomba diantara para kongres, terutama pada waktu pemilihan Ketua Umum.
Namun, usaha tersebut tidak berhasil, karena ME. Sugiadinata terpilih lagi sebagai Ketua
Umum BP PGRI.
 PGRI Pasca Peristiwa G30 S/PKI
Periode tahun 1966 -1972 merupakan masa perjuangan PGRI mencoba untuk turut
memprakarsai dan menghimpun organisasi-organisasi pegawai negeri dakam bentuk RKS.
Selanjutnya PGRI memprakarsai pendirian PSPN dengan ketua Umumnya M.E. Subiadinata.
Terakhir, pada tahun 1967, PGRI memprakarsai berdirinya MPBI. Sebagai pengembangan
dari MPBI lahirlah FBSI.
Usaha PGRI Melawan PGRI Non-Vaksentral/PKI
Setelah PKI di wakili oleh guru “Berorentasi ideologi komunis tak mampu lagi
melakukan taktik” penyusupan terhadap PGRI, mereka mengubah siasat dengan melakukan
usaha terang-terangan untuk memisahkan dari PGRI.
Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai ancaman dan perpecahan di antara
guru, presiden Soekarno turun tangan dengan membentuk majelis pendidikan nasional yang
menerbitkan Perpres Nomor 19 tahun 1965 tentang pokok-pokok pendidikan Pancasila akan
tetapi Perpres tersebut tidak berhasil mempersatukan organisasi ini. Sungguh perpecahan
tersebut merupakan peristiwa yang sangat pahit bagi PGRI.
 PGRI Sejak Lahirnya Orde Baru
Peristiwa G30S/PKI merupakan puncak dari apa sebelumnya berlangsung dalam tubuh PGRI,
yaitu perebutan pengaruh anti PKI dan pro PKI, infiltrasi dan fitnah Pro PKI berdirinya PGRI
non-vaksentral dll. Bersama para pelajar, mahasiswa, sarjana, para anggota PGRI turun
kejalan dengan meneriakan TRITURA (Tri Tuntunan Rakyat). Mereka membentuk kesatuan
aksi, sedangkan para guru membentuk KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia) pada tanggal 2
Februari 1966.
Tugas Utama KAGI adalah :
Membersihkan dunia pendidikan Indonesia dari unsur PKI dan orde lama. menyatukan semua
guru di dalam organisasi guru yaitu PGRI. memperjuangkan agar PGRI menjadi organsasi
guru yang tidak hanya bersifat unitaristik tetapi juga independen dan non partai politik.

Bukti keberasilan kekuatan orde baru dalam kongres ini terlihat dari hasil kongres di
bidang unsure atau politik atau PB PGRI masa bakti XI.
Adapun hasil kongres XI adalah :
1. Menjunjung tinggi HAM.
2. PGRI diwakili secara resmi dalam DPRGR atau MPRS.
3. Frontnasional dibubarkan.
4. PGRI ditegaskan kembali sebagai organisasi yang bersifat unitarian, independen dan
non partai politik, dll.
Pada bulan Juli 1966, secara resmi diterima menjadi anggota WCOTP dalam kongres guru
se-Dunia di Seoul, Korea selatan. Setelah itu, PGRI diundang untuk mengikuti Trade Union
Leader Course di negeri Belanda selama 4 bulan. Kursus diadakan 2 angkatan, yaitu
Angkatan 1 pada tahun 1969 dan angkatan 2 pada tahun 1970.
Untuk melaksanakan keputusan kongres BP PGRI membentuk YPLP-PGRI dengan akta
notarie Moh. Ali No. 21, tanggal 31 Maret 1980 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 1980.
Yaitu melakukan pembinaan, pengelolaan , dan pengembangan lembaga pendidikan PGRI di
seluruh Indonesia dan bertanggung jawab langsung kepada PB PGRI
Hikmah dan manfaat dari yang diambil dari ketetapan PGRI sebagai organisasi profesi
adalah:
1. Medan perjuangan, pengabdiaan dan kekaryaan anggota PGRI dapat makin
ditingkatkan dan dimantapkan.
2. Upaya peningkatan mutu profesionalisme para anggota PGRI.
3. Dapat dipupuk rasa kesatuan dan kesatuan yang makin kokoh.
( JIWA SEMANGAT DAN NILAI NILAI 45 JSN 1945)
 MAKNA JSN 45 :
1. NILAI – NILAI DASAR :
Semua nilai yg terdapat dlm proklamasi kemerdekaan 17- 08 – 1945 semua nilai yg
terdapat dlm setiap sila pancasila semua nilai yg terdapat dlm uud 45 (pembukaan, batang
tubuh & penjelasan)
2. NILAI – NILAI OPERASIONAL :
Merdeka, patriotisme, nasionalisme kepahlawanan, persatuan & kesatuan, pantang
mundur & tdk kenal menyerah, percaya diri, percaya masa depan, idealis, berani, disiplin,
setia kawan, ulet, rajin, jujur & anti penjajah.
 METODE PELESTARIAN :
1. EDUKASI : melelui pendidikan formal, informal dan non formal.
2. KETELADANAN : memberikan contoh teladan yang baik pada masyarakat.
3. INFORMASI DAN KOMUNIKASI : memberikan penjelasan , ajakan,
dorongan dan motivasi baik kepada seseorang maupun kelompok yang
dilakukan memalui media masa modern/tradisional.
4. PEMASYARAKATAN : penyampaian secara timbal balik pada masyarakat
baik formal maupun non formal.

 POLA PELAKSANAAN PJSN 45


1. Sosialisasi: Penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya nilai kejuangan
bangsa. Media cetak dan elektronik perlu berperanserta dalam sosialisasi.
2. Pendidikan: Formal (satuan pendidikan), nonformal (kegiatan
keagamaan,kursus, pramuka dll.), informal (keluarga, masyarakat, dan tempat
kerja), forum pertemuan (kepemudaan).
3. Pemberdayaan: Memberdayakan semua unsur masyarakat (orang tua, satuan
pendidikan, ormas, dsb.) agar dapat berperan aktif dalam pendalaman JSN 45.
4. Pembudayaan: Jiwa semangat nilai nilai kejuangan bangsa indonesia dibina
dan dikuatkan dengan penanaman nilai-nilai kehidupan agar menjadi semangat
kejuangan.
5. Kerjasama: Membangun kerjasama sinergis antara semua komponen
masyarakat dalam melestarikan JSN 45.
(SEJARAH PERJUANGAN PGRI DARI MASA ORDE LAMA KE MASA
ORDE BARU)
 PGRI PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN 1959 - 1965 (ERA ORDE
LAMA)
1. Kongres IX di Surabaya Oktober - November 1959 :
Seperti pada kongres sebelumnya Subandri dkk, melancarkan aksinya dengan mengadu
domba, memfitnah peserta untuk memasukkan faham kominis dan menempatkan orangnya
ke tubuh PB PGRI. Namun masih juga tidak berhasil dan ME Subandinata tetap terpilih
sebagai Ketua Umum PB PGRI.
2. Kongres X di Gelora Bung Karno Jakarta tahun 1962 :
Periode 1962 - 1965 adalah episode paling sulit bagi PGRI, karena timbul perpecahan dengan
dalih pembentukan kekuatan dan penggunaan kekuatan oleh kubu kominis. Dan berhasil
menunjuk Soepardi dan Goldfried menjadi Ketua Panitia Pemilihan PB PGRI, tetapi
diketahui peserta bahwa Goldfried tokoh PKI yang ikut membuat selebaran gelap dan fitnah,
maka dikeluarkan. Pemilihan berjalan lancar dan ME Subandinata terpilih lagi menjadi Ketua
Umum PB PGRI.
 BEBERAPA KEJADIAN PAHIT AKIBAT INFILTRASI KOMINIS
KETUBUH PGRI SETELAH KONGRES IX S/D G30 S/PKI 1965 :
1. PGRI kekurangan dana akibat sabotase PKI (terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah
iuan tidak masuk).
2. PGRI terpecah akibat pengaruh politik dan faham kominis.
3. Sistem Pendidikan Pancasila akan diganti berasaskan Manipol (Manifesto Politik)
oleh pengurus PGRI yang berfaham kominis.
4. Pelaksaan dekrit Presiden menyimpang dari tujuan (menyimpang dari UUD 1945)
5. Ada ungkapan "Politik adalah Pahlawan"
6. Kelihatan jelas garis pemisah "siapa kawan dan siapa lawan" di PGRI kawan adalah
semua "Golongan Pancasilais arti PKI" yang dalam pendidikan berusaha
mengamankan Pancasila. Dan lawan adalah PKI yang berusaha memaksakan
pendidikan "Panca Cinta dan Panca TInggi".
7. Persaingan kelompok di masyarakat makin tajam yang tidak sependapat dengan
pemerintah dituduh kontra revolusi anti manipol agen subversi asing.

 PGRI PADA MASA DEMOKRASI PANCASILA (ERA ORDE BARU) TH.


1966 - 1998
1. KESATUAN AKSI GURU INDONESIA (KAGI)
Dilihat sebelumnya berlangsung dari dalam tubuh PGRI yaitu perebutan pengaruh antara
kekuatan anti-PKI dan pro-PKI, infiltrasi dan fitnah oleh pro-PKI, berdirinya PGRI non-
vaksentral dan lain-lain. Setelah terjadinya peristiwa tersebut, PGRI kongresnya (dibedakan
dari PGRI non-vaksentral) dibawah pimpinan ME. Subandinata dan kawan-kawan berperan
aktif dalam kubu yang menggayang PKI dan ormas-ormasnya. Mereka membentuk kesatuan
aksi-aksi, misalnya KAMI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pelajar
dan Pemuda Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), sedangkan para guru
membentuk KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia) pada tanggal 2 februari.
 Bagi PGRI kongres KAGI merupakan wahana untuk mempersatukan semua
orgaisasi guru yang tadinya dikotak-kotak sebagai produk politik orde lama. PGRI
bersama- sama dengan persatuan guru lainnya membentuk KAGI.

 Tugas utama KAGI :


1. Membersihkan dunia pendidikan dari unsur-unsur PKI dan orde lama yaitu PGRI
non-vaksentral
2. Menyatukan semua guru didalam satu wadah organisasi
3. Memperjuangkan agar PGRI menjadi organisasi yang tidak hanya bersifat unitaristik
tetapi juga independent dan non-partai politik.
Akhirnya pada tanggal 15-20 maret 1967 kongres XI terlaksana dengan mengambil gedung
bioskop alun-alun bandung. Dalam kongres ini terasa sekali peralihan zaman orde lama ke
zama orde baru antara lain masih terlihat sisa-sisa kekuatan orde lama yang mencoba
menguasai kembali kongres dengan cara menolak PGRI ke dalam Sekber Golkar. Dan
memojokan ME. Subandinata agar tidak terpilih dalam PB PGRI.
 Bukti-bukti keberhasilan kekuatan orde baru :
1. Memenangkan perjuangan untuk menegakan dan mengembangkan orde baru
2. Mendukung sepenuhnya keputusan dan ketetapan sidang umum istimewa MPRS 1966
3. Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara sebagaimana tercantum dalam
pembukaan uud 1945
4. Menolak manifesto politik sebagai haluan negara
5. Menjujung tinggi hak asasi manusia
6. PGRI ditegaskan kembali sebagai organisasi yang bersifat unitaristik, independent,
dan non-partai politik
7. Disetujui PGRI untuk bergabung dalam barisan Sekber Golkar

 KONSOLIDASI ORGANISASI PADA AWAL ORDE BARU


Konsolidasi organisasi PGRI dilakukan untuk menghimbau pengurus daerah yang masih
merasa ragu-ragu agar mengerti aspirasi orde baru dan menyadari bahwa sikap kepala batu
mereka dapat menyebabkan PGRI dapat dibekukan atau dibubarkan oleh penguasa militer.
 ARTI LAMBANG PGRI
1. Bentuk cakra atau lingkaran melambangkan cita-cita luhur dan daya upaya
menunaikan pengabdian yang terus-menerus.
2. Ukuran, corak, dan warna bintang adalah bagian pinggir lingkaran berwarna merah
melambangkan pengabdianyang dilandasi kemurnian dan keberanian bagi
kepentingan rakyat.
3. Suluh berdiri tegak bercorak 4 garis tegak dan datar berwarna kuning melambangkan
fungsi guru dengan hakikat tugas pengabdian guru sebagai pendidik yang besar dan
luhur
4. Nyala api dengan 5 sinar warna merah melambangkan arti ideologi Pancasila dan arti
teknis yakni sasaran budi pekerti, cipta, rasa, karsa, dan karya generasi.
5. Empat buku mengapit suluh dengan posisi 2 datar dan 2 tegak (simetris) denganwarna
corak putih melambangkan sumber ilmu yang menyangkut nilai-nilai moral
pengetahuan keterampilan dan akhlak bagi tingkatan lembaga-lembaga pendidikan
pra-sekolah dasar menengah dan tinggi.
6. Warna dasar tengah hijau melambangkan kemakmuran generasi.

 ARTI KESELURUHAN
Guru indonesia dengan itikad dan kesadaran pengabdian yang murni dengan segala
keberanian, keluran jiwa dan kasih sayang senantiasa menunaikan darma baktinya kepada
negara

 BERDIRINYA YPLE PGRI DAN WISMA GURU


Pada tanggal 26-30 juni 1979 di Jakarta menghasilkan salah satu keputusan penting yaitu
mengenai pendirian wisma guru yang sekaligus menjadi kantor PB PGRI. Dalam rangka
memenuhi tuntutan masyarakat yang makin meningkat untuk memperoleh pendidikan, maka
PGRI sejak awal berdirinya telah menyelenggarakan sekolah-sekolah yang meliputi semua
jenis dan jenjang sekolah di seluruh tanah air sebagian sudah dijadikan sekolah Negeri.
(PGRI DAN PERGERAKAN GURU DI ERA REFORMASI)
 SEJARAH PERJUANGAN JATI DIRI PGRI
1. Era Reformasi
Era reformasi merupakan suatu kurun waktu yang ditandai dengan berbagai perubahan untuk
membentuk tatanan baru yang lebih baik guna mencapai tujuan nasional yang dicita-citakan.
Adapun yang menjadi tujuan reformasi adalah tercapainya suatu tatanan kehidupan yang baru
dan lebih baik dalam masyarakat madani, yaitu masyarakat demokratis, sejahtera dan agamis.
2. PGRI Era Reformasi Ditandai Dengan Runtuhnya Rezim Orde Baru
Era reformasi ditandai dengan runtuhnya sebuah rezim orde baru yang otoriter. Setelah orde
baru tumbang maka perubahan menjadi pilihan pembangunan bangsa. Era perubahan itulah
yang dikenal era reformasi. Perjuangan PGRI pada masa reformasi ini meliputi bidang
keorganisasian, kesejehteraan, ketenagakerjaan, perundang-undangan, reformasi pendidikan
nasional serta kemitraan nasional dan internasional.
1. Kongres XVIII di Lembang, Bandung (25-28 November 1998) menghasilkan:
 Kehidupan Organisasi lebih demokratis dan dinamis.
 Pengurus Besar ditugaskan memperjuangkan UU Guru dan Anggaran Pendidikan
20%
 Kembali ke Jatidiri PGRI.

2. Kongres XX di Palembang, Sumatera Utara (30 Juni – 4 Juli 2008):


 Ditetapkannya Kode Etik dan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
 Membangun PGRI yang kuat dan bermartabat.
 Dibentuknya Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dan Peningkatan Mutu Pendidikan.

3. Kongres XXI di Istora Senayan, Jakarta (1-5 Juli 2013):


Didalam mencapai perubahan yang lebih baik, maka diadakanlah kongres, berikut ini
beberapa hasil kongres yang dimulai dari runtuhnya orde baru (reformasi):
 Politik Nasional yang terdiri dari:
PGRI menyerukan kepada seluruh anggota PGRI agar setiap pemilu senantiasa menggunakan
hak pilihnya untuk memilih calon yang peduli dengan Pendidikan.

PGRI mendesak pemerintah khususnya penegak hukum agar meningkatkan penegakan


hukum yang berazaskan keadilan.

Memberikan dorongan kepada KPK dan aparat penegak hukum untuk memberantas korupsi
tanpa tebang pilih.

PGRI menyesalkan perlakuan aparat di daerah yang melakukan pergantian dan mutasi
terhadap pejabat terutama guru pasca pemilukada yang bernuansa politik.
Menuntut Kemendikbud dan Kemenag untuk melaksanakan politik anggaran yang efektif dan
efisien sehingga berdampak langsusng kepada peningkatan mutu Pendidikan.

 Pendidikan Nasional yang terdiri dari:


PGRI mendesak Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, untuk mengkaji ulang sistem Ujian
Nasional (UN) dan merumuskan kembali model evaluasi hasil belajar dalam rangka
pengendalian mutu seperti ditetapkan oleh undang-undang.

PGRI mendesak Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, untuk melakukan evaluasi secara
komprehensif terhadap implementasi / uji coba kurikulum 2013/2014.

PGRI mendesak Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, untuk mengkaji ulang sistem
penerimaan siswa dan mahasiswa baru dengan merumuskan kembali sistem seleksi yang adil,
transparan, dan akuntabel.

PGRI mendesak Pemerintah dan DPR untuk merevisi Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional dan Undang-Undang Otonomi Daerah.

Melalui kongres XXI, PGRI mendeklarasikan dirinya sebagai organisasi profesi di bidang
pendidikan.

Strategi ini disarikan dari paparan Surya Dharma (2012), yaitu:


1. Manajemen kurikulum
Strategi manajemen kurikulum dimaksudkan bahwa pembelajaran yang dilakukan mengacu
pada standar kurikulum yang ada. Semua proses pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai
bahkan kalau bisa melampaui standar kurikulum.
2. Praktik pembelajaran
Strateg pembelajaran yang dilakukan adalah dengan cara menciptakan lingkungan kelas yang
mendukung dan memperhatikan perbedaan antar individu dan ditujukan bagi semua siswa.
Guru melakukan evaluasi formati agar perbaikan pembelajaran
bisa dilakukan secara efektif. Selain itu, guru juga melakukan monitoring atas pembelajaran
secara intens.
3. Sekolah
Sekolah efektif merupakan strategi yang bisa diadaptasi sekolah dalam
rangka peningkatan lembaga. Dimana sekolah efektif memiliki karakter budaya kerja sama
dan kepercayaan warga sekolah semata mata ditujukan untuk keberhasilan siswa.
Sekolah merupakan wujud dari lembaga yang selalu fokus pada pembelajaran. Memiliki visi
yang jelas, memiliki core beliefs yang membuat perencanaan strategis, serta selalu
melakukan perbaikan secara konsisten dan spesifik.
4. Dukungan orang tua dan masyarakat
Lingkungan sekolah dijadikan sebagai mitra stregis peningkatan sekolah
yang kedudukannya sejajar. Sekolah harus melakukan kerja sama pro-
aktif dan atas dasar prinsip saling menguntungkan.

Permasalahan Guru
Pertama, adalah permasalahan distribusi guru. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
terjadi kesenjangan antara sebaran guru di daerah perkotaan dengan di daerah perdesaan yang
sangat lebar perbedaannya. Sampai-sampai pemerintah harus mengeluarkan pil pahit melalui
SKB 5 antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian PAN dan RB,
Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Keuangan, dan Kementrian Agama yang isinya
mengatur kesepakatan untuk kerja sama dan memberikan dukungan dalam pemantuan,
evaluasi, dan kebijakan penataan serta pemerataan guru secara nasional.
Kedua, ketidaksesuaian (missmatch) bidang keilmuan dengan bidang kerja.
Permasalahan kekurangan guru pada bidang studi tertentu menjadi salah satu sumber
terjadinya persoalan missmatch bidang keilmuan ini.
Ketiga, Kualifikasi pendidikan. Standar tenaga pendidik yang telah ditetapkan
pemerintah masih belum bisa dicapai sepenuhnya. Sebagai contoh, dari buku saku statistik
pendidikan 2009/2010 diketahui bahwa untuk sekolah Taman Kanak-kanak, guru yang belum
memenuhi standar kualifikasi (dengan mengabaikan kesesuaian ijazah kependidikan yang
relevan) masih 90,13% , Sekolah Dasar masih 75,77% belum memenuhi kualifikasi.
Keempat, kompetensi dan karir guru. Dari hasil uji kompetensi awal yang dilakukan
pada 275.768 guru tingkat nasional, hasilnya cukup memprihatinkan, dari bobot skor 100,
ternyata nilai terendah dari hasil uji tersebut adalah 1, dan rata-rata skornya adalah
41,5.Terkait dengan karir guru, hampir menjadi hal yang lumrah, bahwa golongan
kepangkatan guru banyak yang terhenti di golongan IVa, padahal jenjang yang bisa dilalui
bisa sampai dengan golongan IV e.

Tantangan yang dihadapi PGRI dalam memasuki era reformasi:


 Terjadinya pergeseran dari pola pemerintahan yang menjadi lebih demokratis dan
melibatkan seluruh warga negara.
 Kehidupan menjadi lebih tertutup dan kaku.
 Bentuk pengelolaan yang dulunya sentralistik akan bergeser menuju pengelolaan yang
desentralistik.
Berikut beberapa tujuan organisasi PGRI :
 Untuk mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia.
 Berperan aktif dalam mencapai tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.
 Berperan dalam mengembangkan pelaksanaan pendidikan nasional.
 Meningkatkan kesadaran tenaga pendidik, meningkatkan mutu dan
kemampuan profesi guru.
 Menjaga serta memelihara meningkatkan harkat dan martabat tenaga pendidik.

Untuk menunjang organisasinya PGRI memilik anak lembaga yaitu :


 YPLP (Yayasan Pembina Tenaga Pendidikan).
 LKBH (Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum).
 BP GGI (Badan Pengelola Gedung Guru Indonesia).
 Koperasi PGRI.
 PT Harapan Masa yaitu suatu badan usaha milik PGRI.

Hal-hal yang harus dimiliki PGRI untuk menghadapi reformasi :


 Bersiap untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
 Lebih banyak belajar dari para pesaing dan rekan kerja.
 Mengembangkan pembelajaran yang efektif.

Berikut beberapa sifat-sifat PGRI :


 Unitaristik, bekerja tanpa membeda-bedakan golongan.
 Independen, harus mandiri.
 Nonpartisan, bukan termasuk dalam partai politik.

Untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dalam pembelajaran, perlu


ditingkatkan melalui cara-cara sebagai berikut:
1. Mengikuti Penataran
Menurut para ahli bahwa penataran adalah semua usaha pendidikan dan pengalaman untuk
meningkatkan keahlian guru menyelaraskan pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai
dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang-bidang masing-
masing. Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri di tujukan:
 Mempertinggi mutu petugas sebagai profesinya masing-masing.
 Meningkatkan efesiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal.
 Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan kesejahteraan.
Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, keahlian dan
peningkatan terutama pendidikan untuk menghadapi arus globaliasi.
2. Mengikuti Kursus-Kursus Pendidikan
Hal ini akan menambah wawasan, adapun kursus-kursus biasanya meliputi pendidikan arab
dan inggris serta computer.
3. Memperbanyak Membaca
Menjadi guru professional tidak hanya menguasai atau membaca dan hanya berpedoman
pada satu atau beberapa buku saja, guru yang berprofesional haruslah banyak membaca
berbagai macam buku untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan sehingga
sebagai pendidik tidak akan kekurangan pengetahuan-pengetahuan dan informasi-informasi
yang muncul dan berkembang di dalam mayarakat.
4. Mengadakan kunjungan ke sekolah lain (studi komperatif)
Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan kunjungan antar sekolah sehingga
akan menambah wawasan pengetahuan, bertukar pikiran dan informasi tentang kemajuan
sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang dimilikinya serta mengatai
permasalahan-permasalahan dan kekurangan yang terjadi sehingga peningkatan pendidikan
akan bisa tercapai dengan cepat.
5. Mengadakan Hubungan Dengan Wali Siswa
Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting sekali, karena dengan ini guru
dan orang tua akan dapat saling berkomunikasi, mengetahui dan menjaga peserta didik serta
bisa mengarahkan pada perbuatan yang positif. Karena jam pendidikan yang diberikan di
sekolah lebih sedikit apabila dibandingkan jam pendidikan di dalam keluarga.
(JATI DIRI PGRI dan PGRI SEBAGAI ORGANISASI PROFESI DAN
KETENAGAKERJAAN )
JATI DIRI PGRI

1. Pengertian Jati Diri


Hakikatnya adalah landasan filosofis yang menjadi norma/aturan dalam pola pikir, sikap
perbuatan dan tindakan yang bersifat mengikat dan ditaati oleh para anggotanya. sebagai
organisasi
Jati diri PGRI adalah perwujudan dari sifat-sifat yang khas PGRI yang tampak dalam nilai-
nilai, pola pikir, sikap perbuatan, tindakan, perjuangan dan profesionalisasme yang di
dasarkan pada falsafah negara Pancasila dan UUD 1945, serta jiwa, Semangat dan Nilai-nilai
1945.
2. Dasar Jati Diri PGRI
 Historical (Sejarah Perjuangan)
 Ideologis-Politis
 Sosiologis dan Ilmu PengetahuanTeknologi

3. Sifat khas PGRI


 Unitaristik
 Mandiri
 Semangat PGRI

4. Ciri jati diri PGRI


 Nasionalisme
 Demokrasi
 Kemitraan
 Non-partai
 Jiwa Semangat Nasional 1945
 Kemandirian
 Unitarisme
 Profesionalisme
 Kekeluargaan

5. Tujuan jati diri pgri


 Tegaknya keberadaan PGRI, tumbuhnya rasa bangga, rasa ikut memiliki
memiliki kebersamaan menjadi guru.
 Memiliki kemampuan dalam mengantisipasi setiap perubahan akibat
perkembangan masyarakat, ilmu dan teknologi.
 Terwujudnya pengamanan, pengalaman dan pelestarian Pancasila dan UUD
1945, dan jiwa Semangat Nilai-Nilai 1945 dalam tubuh PGRI baik oleh
organisasi maupun anggota-anggotanya.
6. Fungsi jati diri PGRI
Hal ini mempunyai manfaat dalam mengemban tugas profesi sebagai seorang guru
 Sebagai pedoman gerak perjuangan bagi anggota organisasi.
 Sebagai sarana memasyarakatkan eksistensi dan misi organisasi.
 Sebagai sarana perjuangan dalam rangka mempertahankan meningkatkan
mengembangkan organisasi
 Sebagai pembangkit perjuangan pgri
 Sebagai wahana penerapan rasa kebanggaan dalam anggota.

PGRI SEBAGAI ORGANISASI PROFESI


PGRI adalah organisasi profesi yang mengabdi di bidang pendidikan, bertekad
melanjutkan reformasi, dan menata pendidikan melalui penanganan guru secara profesional
untuk meningkatkan kualitas sumber daya peserta didik. PGRI sebagai organisasi profesi
bertugas membina sertamengembangkan sikap, perilaku, dan keahlian para guru anggota
PGRI khususnya, agar mampu melakukan tugasnya dengan baik, bertanggung jawab, dan
dapat diandalkan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
Organisasi Profesi Guru menurut UU Guru dan Dosen pasal 1 poin (13) adalah
perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk
mengembangkan profesionalitas guru.

PGRI SEBAGAI ORGANISASI KETENAGAKERJAAN


PGRI sebagai organisasi ketenagakerjaan adalah menyadari bahwa anggota
mempunyai hak untuk bekerja, memilih tempat kerja secara bebas, memperoleh lingkungan
kerja yang nyaman, aman serta dilindungi dari hak mendapat upah dan pekerjaan secara adil
tanpa diskriminasi.
 KEGIATAN PGRI SEBAGAI ORGANISASI KETENAGAKERJAAN
Sebagai organisasi ketenagakerjaan, PGRI merupakan wadah perjuangan hak-hak
azasi guru sebagai pekerja. PGRI berfungsi untuk melakukan berbagai upaya dalam
mewujudkan hak azasi manusia sebagai pekerja, terutama dalam kaitan dengan kesejahteraan.
 PENTINGNYA PGRI SEBAGAI ORGANISASI
KETENAGAKERJAAN
Secara Umum PGRI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita Proklamasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan mempertahankan, mengamankan, serta mengamalkan
pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Berperan aktif mencapai tujuan nasional dalam
mencerdaskan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
(BADAN KHUSUS DAN LEMBAGA PENYELENGGARA PENDIDIKAN
PGRI)

Anda mungkin juga menyukai