Anda di halaman 1dari 25

PERSATUAN GURU REPUBLIK

INDONESIA
(PGRI)

Sejarah & Dinamika PGRI (1)


- PGRI tidak bisa dilepaskan dari keseluruhan dinamika bangsa Indonesia
- PGRI terbukti tahan uij terhadap setiap perkembangan zaman
- PGRI secara konsisten dan konsekwen memperjuangkan kesejahteraan guru
sejarah

Awal tahun 1930-an pemerintah Hindia Belanda menerapkan politik


penghematan anggaran. Di antara isi kebijakan tersebut adalah
pemangkasan anggaran pendidikan. Persatuan Guru Hindia Belanda
(PGHB), organisasi yang telah ada sejak 1912 terdiri dari para guru
bantu, guru desa, kepala sekolah dan pemilik sekolah melakukan aksi
protes terhadap kebijakan itu.
PGHB terus berjuang sambil menyempurnakan organisasinya.
sejarah

Para guru menuntut persamaan hak dan posisi dengan pihak


Belanda. Seiring berjalannya waktu, perjuangan para guru pun
semakin berkobar dengan diiringi kesadaran mencapai
kemerdekaan. “Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan
nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan
Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional
dengan teriak merdeka,”
sejarah

Akhirnya pada 1932 PGHB berubah nama menjadi Persatuan Guru


Indonesia (PGI). Organisasi ini merupakan kumpulan dari beberapa
organisasi profesi guru, di antaranya Persatuan Guru Bantu (PGB),
Persatuan Guru Ambachtshool (PGAS), Volksnoderwijzers Bond
(VOB), Oud Kweek Scholieren Bond (PNS), Hogere Kweek
Schoileren Bond (HKSB), Persatuan School Opziener (PSO) dan
Perserikatan Normal School (PNS).
sejarah

 Dalam Ensiklopedi Umum yang diterbitkan Kanisius menuliskan kala


itu jumlah anggota seluruhnya mencapai 15 ribu orang. Yang
terbesar yakni VOB atau Perserikatan Guru Desa dengan 103
cabang dan 9 ribu anggota. Sedang pada kongres 1934 jumlah
anggtoa PGI mencapai 20 ribu anggota. Namun di tahun itu, PGB
keluar dari PGI karena dinilai kurang tegas dan giat dalam
memperjuangkan nasib guru bantu.
sejarah

 Perubahan nama dari PGHB menjadi PGI pun membuat Belanda


terkejut sekaligus semakin khawatir. Sebab pemakaian kata
Indonesia menjadi cermin munculnya semangat kebangsaan,
menentang pemerintah Hindia Belanda, dan menginginkan
kemerdekaan. Kebijakan penghematan pemerintah Hindia Belada
terus menjadi pembahasan dan penentangan keras PGI dari tahun
ke tahun.
Pendidikan Era Kolonial

 Sementara pada saat Jepang menduduki Indonsia, PGI tak bisa


melakukan aktivitasnya karena Jepang menutup sekolah-sekolah
yang ada. Namun setelah beku selama pendudukan jepang
organisasi itu muncul kembali dengan semangat baru. Terlebih
setelah proklamasi Kemerdekaan, para guru bergerak cepat untuk
menyelenggarakan kongres guru. Kongres itu dilakukan di Solo
pada 24-25 November 1945. Melalui kongres itu segala organisasi
dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan,
lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku
dihapuskan. Di kongres inilah Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) didirikan.
Potret Guru di Jaman Penjajahan Jepang
Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau
mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta,
mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga
tujuan:
1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
dasar-dasar kerakyatan.
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
 Amin Singgih
Ketua PGRI hasil Kongres I

 Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan


dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI). Jiwa pengabdian, tekad perjuangan, dan semangat persatuan dan
kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai :
 organisasi perjuangan,
 organisasi profesi,
 dan organisasi ketenagakerjaan,
yang bersifat :
 unitaristik,
 independen.
 Dan Non Partisan
Sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan
Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal
25 November sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati setiap tahun.
 PGRI pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)

 PGRI adalah “Kedaulatan Rakyat”dengan tujuan seperti disebutkan


terdahulu. Dilihat dari tujuannya, sangat jelas bahwa cita – cita PGRI
sejalan dengan cita – cita bangsa Indonesia secara keseluruhan. Para
guru diIndonesia menginginkan kebebasan dan kemerdekaan, memacu
kecerdasan bangsa dan membela serta memperjangkan kesejahteraan
anggotanya.
Bung Karno Mengajar
 Agar perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajah Bangsa Belanda
lebih terorganisasi pemerintah pusat
pada tanggal 5 Oktober 1945 TKR
untuk melindungi keamanan Rakyat
dari provokasi dan Agresi Belanda
konferensinya tgl. 12 November 1945
Panglima Besarnya Kolonel
Soedirman dengan Pangkat Jendral.
Kongres II PGRI di Surakarta
21-23 November 1946
Rh. Koesnan
Ketua PGRI hasil Kongres II

Melalui kongres ini PGRI mengajukan tuntutan kepada pemerintah:


1. Sistem pendidikan selekasnya didasarkan pada kepentingan nasional.
2. Gaji guru supaya tidak dihentikan.
3. Diadakan undang-undang pokok pendidikan dan undang-undang pokok
perburuhan.
Kongres III PGRI di Madiun 27-29 Februari 1948

 Kongres yang diadakan dalam keadaan darurat ini memutuskan bahwa


untuk meningkatkan efektivitas organisasi, ditempuh jalan dengan
memekarkan cabang-cabang yang tadinya keresidenan memiliki satu
cabang menjadi cabang lebih kecil tetapi dengan jumlah sedikitnya 100
orang diharapkan yang lebih kecil itu dapat lebih aktif.
 Cita-cita besar PGRI tercapai baik dibidang pendidikan maupun dibidang
pemburuhan. Nama PGRI tidak asing lagi, termasuk diluar negeri.
PGRI pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)

Kongres IV PGRI di Yogyakarta 26-28 Februari 1950


 Presiden RI memuji PGRI yang menurut pendapatnya tidak bisa lain
dari pada pencerminan semangat juang para guru sebagai pendidik
rakyat dan bangsa. Oleh karena itu, Presiden RI menganjurkan untuk
mempertahankan nama,bentuk,maksud,tujuan,dan cita – cita PGRI
sesuai dengan kehendak dan tekad para pendirinya.
Kongres V PGRI di Bandung 19-24 Desember 1950

 Acara pun lebih bervariasi karena dalam kongres ini bicarakan suatu
masalah yang prinsipil dan faundamental bagi kehidupan dan
perkembangan PGRI selanjutnya, yaitu asas organisasi ini : apakah akan
memilih sosialisme keadilan sosial atau pancasila, akhirnya pancasila
menjadi asas organisasi
Kongres V merupakan “Kongres Persatuan”. Kongres dihadiri
oleh perwakilan luar negeri yang ada diJakarta. Rapat diadakan
dipusat kebudayaan Jln. Naripan, kongres ini membicarakan
suatu masalah yang prinsipil dan fundamental bagi kehidupan
dan perkembangan PGRI yaitu asas organisasi akankah
memilih sosialisme keadilan sosial ataukah pancasila. Akhirnya,
pancasila diterima sebagai asas organisasi.
Kongres VI PGRI di Malang 24-30 November 1952
 Kongres menyepakati beberapa keputusan panting. Dalam bidang organisasi,
menetapakan asas PGRI ialah keadilan sosial dan dasarnya ialah demokrasi,
PGRI tetap dalam GSBI. Dalam bidang pemburuhan memperjuangkan
kendaraan bagi pemilik sekolah, intruktur penjas, dan pendidikan masyarakat.
Dalam bidang pendidikan:
 Sistem pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan Negara pada masa
pembangunan.
 KPKB dihapuskan pada akhir tahun pelajaran.
 KPKB ditiadakan diubah menjadi SR 6 th
 Kursus B-I/B-II untuk pengadaan guru SLTP dan SLTA diatur sebaik-baiknya.
 Diadakan Hari Pendidikan Nasional.
 Kongres VII PGRI di Semarang 24 November s/d 1 Desember 1954

 Kongres ini dihadiri 639 orang utusan. Pelaksanan rapat bertempat di aula
SMA B Candi Semarang. Untuk pertama kalinya kongres PGRI dihadiri
oleh tamu-tamu dari luar negeri Maria Marchant wakil FISE di Paris,
Marcelino Bautista dari PPTA (Filipina) wakil WOTOP, Fan Ming, Chang
Chao, dan Shen Pei Yung dari SBP RRC, dan Jung Singh dari organisasi
guru Malaysia. Dibicarakan pula masalah pendidikan agama.
 Kongres VIII PGRI di Bandung 1956

 Kongres dihadiri hampir seluruh cabang PGRI di Indonesia. Suasana


kongres mulanya meriah,tetapi waktu diadakan pemilihan ketua umum
keadaan menjadi tegang. Pihak Soebandri menambah kartu palsu.
Sehingga pemilihan terpaksa dibatalkan. Otak pemalsuan Hermanu Adi
seorang tokoh PKI Jatim, yang menjabat ketua II PGRI. Walaupun M.E
Subiadinata dihalangi secara curang akhirnya ia terpilih menjadi ketua
Umum mengantikan Sudjono. Ketua II PGRI digantikan M.Husein.
Jumlah anggota PGRI meningkat setelah diadakan konsolidasi dengan
cara:
1. Kunjungan kecabang-cabang
2. Korespondensi PB PGRI dengan cabang lebih diintensifikasi
3. Tindakan-tindakan disiplin dilakukan kepada cabang yang tidak
disiplin diberikan peringatan seperlunya
4. Dilakukan pembekuan terhadap pengurus cabang PGRI Palembang
karena tindakan indisipliner terhadap komisariat daerah
PGRI sejak lahirnya orde baru

 Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI)


 Peristiwa G30S/PKI merupakan puncak dari apa sebelumnya
berlangsung dalam tubuh PGRI,yaitu perebutan pengaruh anti PKI
dan pro PKI, infiltrasi dan fitnah Pro PKI berdirinya PGRI non-
vaksentral dll.
 Bersama para pelajar,mahasiswa,sarjana,dll,para guru anggota PGRI
turun kejalan dengan meneriakan tritura (tri tuntunan rakyat)
yakni :”bubarkan PKI, rombak kabinet Dwikora, dan turunkan harga-
harga!”. Mereka membentuk kesatuan aksi misalnya
KAMI,KASI,sedangkan para guru membentuk KAGI pada tanggal 2
Februari 1966.
Tugas Utama KAGI adalah
1. Membersihkan dunia pendidikan Indonesia dari unsur PKI dan
orde lama.
2. menyatukan semua guru di dalam organisasi guru yaitu PGRI
3. memperjuangkan agar PGRI menjadi organisasi guru yang tidak
hanya bersifat unitaristik tetapi juga independen dan non partai
politik.
 IX di Surabaya 1959
 X di Jakarta 1962
 XI di Bandung 1967
 XII di Bandung 1970
 XIII di Jakarta 1973
 XIV di Jakarta1979
 XV di Jakarta 1984
 XVI di Jakarta 1989
 XVII di Jakarta 1994
 XVIII di Bandung 1998
 XIX di Semarang 2003
 XX di Sumatra Utara 2008
 XXI di Jakarta 2013
 XXII di Jakarta 2019

Anda mungkin juga menyukai