Anda di halaman 1dari 8

Tahap Perkembangan Manusia

Untuk mengawali tulisan ini penulis petikkan sebuah ayat dalam Al-Quran yang
menjelaskan tentang fase perkembangan yang akan dilalui oleh manusia.

Allah befirman : Artinya : Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa
yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu
sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia
tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu
lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah .

Berdasarkan ayat diatas penulis akan menyajikan beberapa fase perkembangan


dalam Al-quran yaitu; prenatal, prenatal, kanak-kanak, tamyiz, amrad, taklif,
pascakematian.

1.Tahap Pranatal (Sebelum Kelahiran) Di dalam al-quran telah dijelaskan secara


jelas bahwa ada beberapa tahap perkembangan yang di lalui sebelum menjadi
manusia seutuhnya dalam hal ini adalah berupa janin. Allah berfirman dalam Al-
Quran surah Al-Muminunayat 12-14 yang artinya sebagai berikut Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Dari terjemahan ayat diatas
dapat dijelaskan fase perkembangan manusia sebelum menjadi janin yaitu:
Pertama, dari saripati tanah (Sulalatin min tin). Kedua,menjadiair mani yang telah
bertemu dengan ovum (nutfah). Ketiga, menjadi segumpal darah (alaqah).
Keempat, menjadi segumpal daging (mudghah). Kelima, menjaditulang belulang
(idham), Keenam, menjadi tulang belulang yang dibungkus oleh daging (lahm),
kemudian Allah jadikan menjadi makhluk yang berbeda dari sebelumnya yaitu
manusia. Pendapat yang lebih rinci disampaikan 700 tahun yang lalu oleh ulama
islam yang bernama Ibn al-Quff (1233-1305) setelah melakukan observasi
embriologi dan dengan referensi yang valid yaitu Al-Quran dan Hadist
menjelaskan fase perkembangan manusia sebelum kelahiran yaitu : No. Tahap
Waktu I Tahap cairan Hari ke-6 samapai ke-7 II Berubah bentuk 13 sampai 16 hari
III Gumpalan daging kecil 28 sampai 30 hari IV Kepala, bahu, dan anggota tubuh
mulai berkembang. 38 sampai 40 hari V Selanjutnya otak, jantung dan hati telah
terbentuk sebelum alat tubuh lainnya dan menjadi janin yang sempurna. Hingga 9
bulan Dalam segi ilmu pengetahuan modern tahap-tahap diatas dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu ; 1.Tahap Germinal Tahap ini menjadi awal terbentuknya
kehidupan manusia, jika dibandingkan dengan konsep yang ada dalam al-quran
maka sama dengan tahap nutfah. Tahap ini dimulai dengan konsepsi atau
bertemunya sel sperma dan sel telur kemudian terbentuklah zigot. 2.Tahap Embrio
Tahap ini dimulai ketika zigot telah menempel di dinding rahim ibu, dan mulai
menyerap darah ibu yang mengandung sari makanan dan oksigen. Jika
dibandingkan dengan konsep yang ada dalam al-quran maka dalam tahap ini
sudah mulai proses menjadi segumpal darah (alaqah), segumpal daging
(mudghah), menjadi tulang belulang (idham), dan kemudian tulang yang
dibungkus oleh daging (lahm). Tahap ini sudah menunjukkan perkembangan organ
dasar manusia walaupun belum terbentuk sempurna dan belum dapat dikenali
sejara jelas bagian-bagian tubuhnya, misalnya mata dan tangan. Kemudian pada
tahap inilah Allah meniumpkan ruh pada janin yang berkembang di rahim ibunya,
dan dalam perspektif islam, takdir juga telah ditetapkan oleh Allah atas janin
tersebut, sesuai dengan hadist berikut yaitu : Allah mewakilkan satu malaikat
pada rahim. Lantas malaikat itu berkata, Wahai Tuhanku, apakah Alaqah ini
(berkembang)? Wahai Tuhanku, apakah Mudghah ini (berkembang)?. Apabila
Allah menghendaki penciptaan embrio itu, maka malaikat kembali berkata, Wahai
Tuhanku, apakah laki-laki atau perempuan? Sebagai orang yang celaka atau
bahagia? Dan kapan ajalnya tiba? Lantas semua ketentuan itu akan ditulis sejak di
dalam perut ibunya. (HR Bukhari). Kemudian ada hadist yang mengatakan : Jika
tahapan itu sudah mencapai 42 hari, Allah akan mengutus satu malaikat. Malaikat
itu akan membentuk embrio tersebut, menciptakan pendengaran dan penglihatan;
kulit, daging, dan tulangnya. Kemudian malaikat itu berkata, Wahai Tuhanku,
sebagai laki-laki atau perempuan? Maka Tuhanku akan memutuskan sesuatu yang
Dia kehendaki dan malaikat akan menulis ketentuan itu. Setelah itu malaikat itu
kembali berkata, Wahai Tuhanku, kapan ajalnya? Maka Allah akan berfirman
sesuai dengan apa yang Dia kehendaki dan malaikat akan menulisnya. Lalu
malaikat berkata lagi, Wahai Tuhanku, (bagaimana-kadar) rezekinya? Tuhanku
akan memutuskan sesuatu yang Dia kehendaki dan malaikat akan menulisnya.
Baru setelah itu malaikat keluar dan membaca lembaran catatan di tangannya. Dia
tidak akan menambah maupun mengurangi sesuatu yang diperintahkan
kepadanya. (HR Muslim) 3.Tahap Fetus Tahap ini dimulai dari minggu ke-8
hingga proses kelahiran, ditandai dengan mulai sempurnanya bentuk tubuh janin
seperti manusia, wajah, tangan, dan kaki telah terlihat jelas, otak, dan alat indera
juga telah terbentuk.

2.Tahap Pascanatal (0-2 tahun) Pada tahap ini ada ketika anak pertama kali melihat
dunia, pada tahap ini fungsi indera yang sudah berkembang adalah indera
pendengaran. Salah satu alasan mengapa ketika anak lahir di dengarkan adzan dan
iqamah padanya. Alasan kedua adalah sebagai penegasan kesaksiannya pada Allah
swt, potensi fitrah manusia untuk bertuhan di kuatkan pada saat anak dilahirkan.
Jika fungsi pendengarannya dioptimalkan pada fase ini maka akan menstimulus
potensi-potensi intelektual, emosi, dan spiritual pada anak. Jika orangtua
memperdengarkan hal-hal baik pada anaknya maka hal tersebut sangat berdampak
baik pengetahuannya. Seperti contoh, ibunda imam syafiI selalu
memperdengarkan ayat-ayat al-quran sejak lahir dengan intens dan konsisten,
ketika menyusui, ibunya sambil bersenandung membaca al-quran, dan luar biasa
bahwa, imam syafii telah mampu menghafalkan al-quran ketika berumur 7 tahun,
jadi seperti ia hanya mengulang saja apa yang telah ia dengar sejak bayi dari
ibunya. Memberikan nama yang baik adalah hal penting dalam perkembangan
anak selanjutnya, berikan nama-nama yang baik yang dapat menjadi doa dan
terinternalisasikan pada anak. Kemudian adanya kewajiban untuk menyusui anak
selama 2 tahun penuh, selain karena gizi yang terdapat dalam ASI tetapi juga untuk
mebangun keeratan, kasih sayang antara ibu dan anak. Seperti dalam firman Allah
dalam QS. Al-Baqarah ayat 233 yang artinya para ibu hendaklah menyusui anak-
anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan.

3.Tahap Kanak-kanak (2-7 tahun) Tahap ini adalah tahap dimana seorang anak
mengeksplorasi dunianya, fase kritis dimana anak akan sangat aktif bergerak dan
memuaskan rasa penasarannya terhadap apa yang ia temui. Karena hal tersebut
akan memberikan efek yang baik untuk akal dan qalb-nya.Dengan eskplorasi, anak
akan melihat dunia, ciptaan-ciptaan Allah, dan semakin mempertegas kesaksiannya
terhadap kekuasaan Allah, tidak hanya sekedar di alam azali, dan adzan iqamah
ketika lahir. Fase ini merupakan terbentuknya kerangka tauhid untuk anak. Peran
orangtua sangat penting dalam mengajarkan tauhid pada anaknya, mengenalkan
Allah dan menanamkan pradigma ketuhanan, dengan begitu diharapkan anak
dalam memandang sesuatu di dunia, berfikir itu adalah kekuasaan Allah. Hal ini
dapat dilakukan dengan bercerita atau menjadi contoh yang baik. Jadi, eksplorasi
lingkungan pada fase ini sangatlah penting dalam melatih akal anak dalam berfikir.

4.Tahap Tamyiz (7-10 tahun) Fase ini adalah fase dimana seseorang siap menjadi
abdullah (hamba Allah), sudah terkena tanggung jawab untuk menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangannya, fase Tamyiz ini biasa kita sebut dengan
fase baligh. Di tahap ini seorang anak mulai diajarkan untuk memahami siapa
Tuhannya (Tauhid) dan agamanya yang akan menjadi panduan hidupnya di dunia
dan akhirat. Di fase ini anak sudah mulai bisa membedakan yang mana baik dan
buruk, salah dan benar, antara yang prioritas dan bukan prioritas. Mengajarkan
anak adanya tingkatan hukum yang ada dalam islam yaitu halal, haram, wajib,
sunnah, mubah, makhruh dan syubhat. Kemudian mengajarkan adanya konsep
syurga dan neraka, pahala dan dosa dalam islam yang menjadi penguat keimanan
seseorang terhadap Allah. Anak sudah akan mulai memahami sedikit demi sedikit
konsekuensi apa saja yang akan ia dapatkan ketika melakukan hal yang baik atau
buruk. Dalam cara mendidik anak dalam Islam sebaiknya lebih dahulu
memperkenalkan konsep surga dan pahala pada anak, diharapkan konsep ini akan
berkesan mendalam dan menjadikan anak-anak bersemangat dalam melakukan
kebaikan. Sebuah hadist yang menjadi rujukan cara mendidik anak fase Tamyiz
menurut Islam adalah sebagai berikut Bila anak telah berusia tujuh tahun
perintahkanlah dia untuk melaksanakan shalat dan saat berusia 10 tahun maka
pukullah bila dia meninggalkannya. (HR. Daud) Pada fase ini juga konsekuensi
fisik dapat diberikan pada anak jika ia tidak melaksanakan kewajibannya, seperti
yang ada dalam hadist di atas. Tugas perkembangan fase Tamyiz sebagai berikut :
1.Memiliki pengetahuan tenang bagaimana menjalin hubungan dengan Allah.
2.Memiliki kemampuan untuk melakukan ibadah mahdhah (ibadah yang
terstandarisasi) kepada Allah. 3.Memiliki kemampuan untuk melakukan ibadah
ghairu mahdhah (ibadah bebas)

5.Tahap Amrad (10-15 tahun) Jika tahap Tamyiz mempersiapkan seseorang


menjadi abdullah (hamba Allah) maka selanjutnya memasuki fase Amrad yaitu
fase dimana seseorang dipersiapkan menjadi khalifah (wakil Allah) di bumi.
Seorang khalifah yang menyebarkan kebaikan dan mencegah keburukan (amar
maruf nahi mungkar) Karena fase ini adalah persiaan seseorang menjadi khalifah
(wakil Allah) maka hal dasar yang harusdiajarkan adalah kesadaran tanggung
jawab terhadap semua makhluk, karena manusia lah yang menjadi wakil Allah
yang akan mengatur, menjaga, mengolah semua yang ada di bumi ini. Seperti Nabi
Muhammad SAW, sejak umur 12 tahun beliau terlibat dalam perang fijar yang
dilakukan oleh orang-orang Quraisy, beliau berperan dalam kelancaran pasokan
senjata bagi pasukan yang berperang. Cara menumbuhkan rasa tanggung jawab
pada anak yaitu anak diberikan wawasan dan pengetahuan dasar tentang makhluk
hidup atau makhluk mati dan bagaimana memperlakukan mereka dengan baik.
Selain tanggung jawab yang harus ditumbuhkan pada saat ini yaitu penguasaan
atas keterampilan, dimana untuk mepersiapkan anak ketika dewasa menjadi orang
yang memiliki keterampilan dalam bekerja dan menjadi mandiri. Seperti Nabi
Muhammad Saw, beliau sejak berumur 12 tahun sudah diajak berdagang oleh
pamannya, dengan berdagang beliau belajar untuk mengatur keuangan, adil,
berkomunikasi dengan orang lain, dan lain sebagainya. Pada fase ini juga anak
mulai mencari identitas dirinya, ia berusaha mengenal fisik dan psikologisnya
untuk dapat mengenali diri dan mengembangkan diri. Secara intelektual pada usi
ini anak sudah mampu berfikir abstrak, mulai dapat diajarkan ilmu logika, fisika,
filsafat dan astronomi. Tugas perkembangan manusia pada fase Amrad: 1.Memiliki
kesadaran tentang tanggung jawab terhadap semua makhluk 2.Memiliki wawasan
atau pengetahuan yang memadai tentang makhluk hidup. 3.Memiliki pengetahuan
dan keterampilan teknis dalam bidang tertentu (bidang yang memiliki manfaat
dalam kehidupan bersama manuusia). 4.Memiliki kemampuan memahami diri
sendiri. 5.Memilihara dan membangkan kekuatan dan kesehatan fisik. 6.Memiliki
kemampuan mengontrol dan mengembangkan diri sendiri. 7.Memiliki kemampuan
menjalin relasi dengan sesame manusia. 8.Memiliki kemampuan menjalin relasi
dengan makhluk fisik (tumbuhan, biantang, makhluk mati). 9.Membebaskan diri
dari pengaruh makhluk gaib (jin, setan, iblis).

6.Tahap Taklif (15-40 tahun) Pada tahap ini manusia sudah dianggap dewasa, ia
sudah terkena kewajiban untuk menjadi abdullah (hamba allah) dan khalifah
(pemimpin) yang baik. Kemandirian yang disiapkan pada tahap amrad diharapkan
dapat menjadi bekal seseorang menjadi pemimpin yang multisolusi, memahami
berbagai masalah, dan memiliki kemampuan bertindak dan pemimpin yang dapat
diandalkan. Dan bekal yang telah disipakan pada tahap tamyiz diharapkan
menjadikan ia sebagai seseorang yang taat pada Allah. Menurut at-Taftazani adalah
fase ini dimana seseorang telah dapat menjalankan hukum, naik yang perintah atau
larangan. Seluruh perilaku harus dipertanggungjwabkan sebagai pahala dan dosa.
Al ghazali menyebutnya sebagai fase aqilfase dimana tingkat intelektual
seseorang sudah mencapai puncak, ia telah mampu membedakan yang baik dan
buruk, benar dan salah. Pada usia ini juga seseorang dapat menjalankan tugas
menjalin relasi dengan sesama, salah satu yang penting adalahmenikah. Persiapan
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diharapkan mampu menjadikan
seseorang mampu menjalankan perintah menikah dan berkeluarga. Tugas
perkembangan manusia pada fase Taklif : 1.Memiliki pengetahuan tentang
bagaimana menjalin hubungan dengan Allah. 2.Memiliki kemampuan untuk
melakukan ibadah ghairu mahdhah Iibadah bebas). 3.Memiliki kesadaran tentang
tanggung jawab terhadap semua makhluk. 4.Memiliki wawasan atau pengetahuan
yang memadai tentang makhluk hidup. 5.Memiliki pengetahuan dan keterampilan
bebas teknis dalam bidang tertentu (bidang yang memiliki manfaat dalam
kehidupan bersama manusia). 6.Memiliki kemampuan memahami diri sendiri.
7.Memelihara dan mengembangkan kekuatan dan kesehatan fisik. 8.Memiliki
kemampuan mengontrol dan mengembangkan diri sendiri. 9.Memiliki kemampuan
menjalin relasi dengan makhluk fisik lain (tumbuhan, binatang, makhluk mati).
10.Membebaskan diri dari pengaruh makhluk gaib.

7.Tahap Futuh (40 keatas) Tahap ini adalah tahap dimana seseorang mengalami
kecerahan batin dan memperoleh futuh (keterbukaan hal-hal yang spiritual), atau
dapat dikatakan sebagai kematangan spiritual. Contoh dalam kematangan
spiritualitas pada umur 40 tahun ini adalah Rasulullah, beliau diangkat menjadi
rasul ketika berumur 40 tahun. Beliau memaksimalkan potensi hati, aql, dan
qalbunya untuk dekat dengan Allah sekaligus bagaimana memahami kondisi
masyarkat disekitarnya. Ia dapat memahami realitas alam semesta, semuanya
tersingkap, sehingga hati, qalbu, dan akal pikriannya dapat memahami realitas.
Ketika seseorang telah mencapai tahap ini, ia mulai sadar bahwa kesalihan terbaik
bukan hanya dinikmati untuk diri sendiri tetapi oleh orang lain juga. Salah satu ciri
fase futuh yaitu semakin kokohnya kekuatan untuk bertindak amar maruf nahi
mungkar. Pada tahap ini secara keseluruhan kemampuan manusia berada pada
tingkat tinggi untuk teraktualisasi, yaitu semakin matangnya kemampuan berfikir,
kognitif, dan emosi, ia lebih bijaksana dengan pengetahuan yang dimilikinya. Al-
Ghazali menyebut fase ini sebagai fase awliya wa anbiya dimana seseorang
dituntut berperilaku seperti kekasih dan nabi Allah Pada tahap ini juga dibahas
tentang tahap lansia, yaitu sekitar usia 60-70 tahun, pada usia ini terjadi penurunan
hampir di semua aspek fisik maupun psikis, pada usia ini seseorang lebih rentan
terkena penyakit, tenaga berkurang, kemampuan melihat berkurang, mengalami
delirium, Alzheimer, dll. Manusia pada awalnya dilahirkan sebagai bayi yang
lemah kemudian semakin berkembang menjadi manusia yang kuat (masa remaja
dan dewasa) dan kembali menjadi lemah yaitu fase lansia. Seperti dalam firman
Allah QS. Al-Ruum: 54 yang artinya Allah, dialah yang menciptakan kamu dari
keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu
menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali)
dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakinya dan Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa. 8.Tahap pascakematian Kehidupan manusia
pascakematian ada tiga yaitu alam barzah, hari kiamat, dan kehidupan di
surga/neraka. Di jelaskan dalam beberapa hadis mengenai kondisi penghuni surga
yaitu memiliki tinggi seperti nabi adam, 60 hasta keatas, tidak ada aktivitas
ekskresi (pembuangan), semua penghuni surge memiliki sifat yang baik.

KESIMPULAN Mempelajari psikologi perkembangan islami salah satu hal yang


penting bagaimana memahami perkembangan manusia secara keseluruhan yaitu
sejak pra-natal, pasca natal (0-2 tahun), kanak-kanak (2-7 tahun), tamyiz (7-10
tahun), amrad (7-15 tahun), taklif (15-40 tahun), dan pascakematian. Kita sebagai
seorang muslim harus meyakini bahwa adanya kehidupan manusia setelah
meninggal, hal inilah yang akan membedakan psikologi perkembangan menurut
Barat dan Islam. Hal yang membedakan lagi yaitu pentingnya membahas aspek
spiritualitas dalam perkembembangan manusia kemudian faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan tidak hanya lingkungan dan hereditas tetapi ada
yang lebih dominan yaitu ketentuan Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai