Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Baik dan
Buruk”. Dan juga kamu berterima kasih pada Ibu Gina Giftia, M.Ag selaku Dosen mata
kuliah Ilmu Akhlak dan Tasawuf yang telah memberikan tugas ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat
berguna bagi kami maupun orang yang membacanya.

Bandung, Februari 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... 1

Daftar Isi .............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 3

A. Latar Belakang ......................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan ...................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4

A. Pengertian Baik dan Buruk ...................................................................... 4


B. Penentuan Baik dan Buruk ...................................................................... 4
C. Sifat Baik dan Buruk ................................................................................ 9
D. Ruang Lingkup Baik dan Buruk dalam Islam .......................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 14

A. Kesimpulan .............................................................................................. 14

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Baik dan buruk adalah persoalan yang pertama kali muncul di kalangan para filsuf
Yunani. Persoalan ini pula yang menjadi pembicaraan utama dalam kajian ilmu akhlak dan
ilmu estetika. Sebelum membahas lebih dalam tentang baik dan buruk alangkah baiknya
untuk memahami kedua istilah tersebut yaitu baik dan buruk. Istilah baik dan buruk
merupakan dua kata yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Di kalangan para teolog, persoalan ini memunculkan perdebatan
yang sengit diantara aliran – aliran. Mu’tazilah, umpanya, berpendapat bahwa akal manusia
mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Ini berbeda dengan aliran Ahlus Sunnah wa
Jamaah, diantaranya Asy’ariyyah, mereka berpendapat bahwa penentu baik dan buruk mutlak
merupakan otoritas wahyu, bukan domain akal.
Pembicaraan mengenai baik dan buruk penting karena dua alasan. Pertama, persoalan ini
menjadi pembahasan utama ilmu akhlak sekaligus menjadi inti keberagaman seseorang.
Kedua, mengetahui pandangan Islam tentang persoalan ini di tengah maraknya berbagai
aliran yang memperbincangkan persoalan ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian baik dan buruk ?
2. Bagaimana menentukan baik dan buruk ?
3. Bagaimana sifat baik dan buruk ?
4. Apa saja ruang lingkup baik dan buruk ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian baik dan buruk.
2. Untuk mengetahui cara menentukan baik dan buruk menurut beberapa aliran.
3. Untuk mengetahui sifat baik dan buruk.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup baik dan buruk.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Baik Dan Buruk


Pengertian baik secara bahasa adalah terjemahan dari kata khoir dalam bahasa Arab, atau
good dalam bahasa Inggris. Louis Ma`luf dalam kitab Munjid, mengatakan bahwa yang
disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Selanjutnya, yang baik itu
juga adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan
memberikan kepuasan. Yang baik itu juga sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Dan yang
disebut baik itu adalah sesuatu yang mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang
atau bahagia. Adapula pendapat bahwa yang disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang
diinginkan, diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik,
apabila hal tersebut menuju kesempurnaan manusia. Sedangkan kebaikan disebut nilai
(value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang kongkrit.
Dari beberapa kutipan diatas, menggambarkan bahwa yang disebut baik adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai
manusia. Dengan mengetahui sesuatu yang baik, maka akan mempermudah dalam
mengetahui yang buruk. Dalam bahasa Arab, yang buruk itu dikenal dengan istilah syarr.
Dan diartikan dengan sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna
dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, keji jahat, tidak bermoral dan perbuatan
yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dengan demikian yang
dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik.
Definisi diatas, memberikan kesan bahwa sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relatif
sekali, karena tergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskan.
Dengan demikian nilai baik atau buruk menurut pengertian tersebut bersifat relatif dan
subyektif, karena bergantung kepada individu yang menilainya.
Dalam mendefinisikan baik buruk, setiap orang pasti berbeda- beda. Sebab sumber
penentu baik dan benar, yaitu Tuhan dan manusia, wahyu dan akal, agama dan filsafat.

B. Penentuan baik dan buruk


Perkembangan pemikiran manusia selalu berubah, begitu juga patokan yang digunakan
orang untuk menentukan baik dan buruk manusia. Keadaan yang demikian ini menurut
Poedjawijatna terpengaruh oleh pandangan filsafat tentang manusia yaitu antropologia

4
metafisika. Beliau menyebutkan sejumlah pandangan filsafat yang digunakan dalam menilai
baik dan buruk, yaitu hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme dan
humanisme. Sedangkan Asmaran As. Menyebutkan ada empat aliran filsafat yaitu adat
kebiasan, hedonisme, intuisi, dan evolusi.
Beberapa kutipan tersebut diatas saling melengkapi dan dapat disimpulkan bahwa diantara
aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk ini adalah aliran
adat istiadat, hedonisme, intuisisme (humanisme), utilitarianisme, vitalisme, religiousisme,
dan evolusisme. Dari berbagai kutipan tersebut diatas beberapa aliran filsafat yang
mempengaruhi pemikiran akhlak dapat dikemukakan secara ringkas berikut ini.;
a. Baik dan Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat (Sosialisme)
Baik dan buruk menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan
dipegangi oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang
baik, dan orang yang menentang tidak mengikuti adat-istiadat dipandang buruk dan mendapat
hukuman secara adat. Adat istiadat selanjutnya dipandang sebagai pendapat umum. Ahmad
Amin mengatakan bahwa tiap bangsa atau daerah mempunyai adat tertentu mengenai baik
dan buruk.
Di masyarakat akan kita jumpai adat-istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian,
makan, minum dan sebagainya. Orang yang mengikuti cara yang demikian itulah yang
dianggap orang baik, dan orang yang mengingkarinya adalah orang yang buruk. Kelompok
yang menilai baik dan buruk menurut adat ini dalam pandangan filsafat di kenal dengan
aliran sosialisme. Paham ini muncul dari anggapan karena masyarakat itu terdiri dari
manusia, maka masyarakatlah yang menentukan nilai baik dan buruk perbuatan manusia itu
sendiri. Karena hakikat dari adat itu sendiri sebenarnya adalah produk budaya manusia yang
sifatnya nisbi dan relatif, maka nilai baik dan buruk tersebut juga sangat relatif juga.
b. Baik & Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Aliran ini adalah aliran filsafat yang bersumber pada pemikiran filsafat Yunani Kuno.
Terutama pemikiran filsafat Epicurus (341-270 SM), kemudian dikembangkan oleh Cyrenics,
berikutnya dikembangkan oleh Freud. Menurut paham ini, bahwa perbuatan yang baik adalah
perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis.
Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan
ada pula yang mendatangkan kepedihan atau kesengsaraan. Epicurus sebagai peletak dasar
paham ini mengatakan bahwa kebahagiaan atau kelezatan itu adalah tujuan semua manusia
hidup didunia. Tidak ada kebaikan dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan
kecuali penderitaan. Sedangkan akhlak adalah berbuat untuk menghasilkan kelezatan,

5
kemuliaan, dan kebahagiaan. Keutamaan tidak mempunyai nilai tersendiri, melainkan
nilainya terletak pada kelezatan yang mengiringinya.
Disini, Epicurus lebih mementingkan kelezatan akal dan rohani daripada kelezatan badan.
Yang dapat merancang dan merencanakan kelezatan itu adalah akal dan jiwa (rohani). Oleh
karena itu kelezatan akal dan jiwa lebih lama dan lebih kekal daripada kelezatan badan.
Tahap berikutnya, paham Hedonisme ada dua corak, yaitu pertama individual, kedua,
universal. Pertama, berpendapat bahwa yang dipentingkan terlebih dahulu adalah mencari
kelezatan dan kepuasan sebesar-besarnya untuk dirinya sendiri (individualistik). Kedua,
memandang bahwa perbuatan yang baik itu adalah yang mementingkan kebahagiaan untuk
kebutuhan sesama manusia atau orang banyak bahkan semua makhluk yang berperasaan.
Sejalan dengan paham ini, maka perbuatan yang dianggap baik dan utama apabila perbuatan
itu menghasilkan kebahagiaan bersama. Berlaku benar misalnya menjadi utama karena ia
menghasilkan kebahagiaan bagi masyarakat dan kita dapat mempercayai orang lain, karena
orang tersebut menunjukkan sikap yang benar.
c. Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme (Humanisme)
Intuisi adalah kekuatan batin yang dapat menetukan sesuatu baik atau buruk dengan
sekilas tanpa melihat buah atau akibatnya. Kekuatan batin atau suara hati adalah merupakan
potensi rohaniah yang secara fitrah telah ada pada diri manusia. Paham ini berpendapat
bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan insting batin yang dapat membedakan baik dan
buruk dengan sekilas pandang. Kekuatan batin kadang berbeda refleksinya, karena pengaruh
masa, tempat dan lingkungan. Akan tetapi dasarnya tetap sama dan berakar pada tubuh
manusia. Misal, apabila ia melihat suatu perbuatan, maka ia mendapat semacam ilham atau
petunjuk yang dapat memberi tahu nilai perbuatan itu, lalu menetapkan hukum baik dan
buruknya. Oleh karena itu, manusia sepakat tentang keutamaan seperti benar, dermawan,
berani. Mereka juga sepakat menilai buruk terhadap perbuatan yang salah, pendusta, dan
pengecut.
Kekuatan batin adalah merupakan kekuatan yang telah ada dalam diri jiwa manusia. Kita
telah diberi kemampuan untuk membedakan antara baik dan buruk, sebagaimana kita diberi
mata untuk melihat dan telingat untuk mendengar. Paham ini berpendapat bahwa yang baik
adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani. Sedangkan
perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani dipandang buruk. Paham ini
dikenal dengan paham humanisme. Penentuan baik dan buruk perbuatan melalui hati nurani
yang dibimbing oleh ilham atau intuisi ini banyak dianut dan dikembangkan oleh para
pemikir akhlak dari kalangan Islam.

6
d. Baik dan Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Secara bahasa utilis berarti berguna. Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang
berguna. Kalau ukuran ini berlaku bagi perorangan disebut individual, dan jika berlaku bagi
masyarakat dan negara disebut sosial. Paham ini mendapatkan perhatian dizaman sekarang.
Di abad sekarang ini, kemajuan dibidang teknologi meningkat tajam, dan kegunaanlah yang
menentukan segala sesuatunya. Kelemahannya paham ini adalah hanya melihat kegunaan
dari sudut materialistik. Misal, orang tua jumpo semakin kurang mendapatkan penghargaan,
karena secara material sudah tidak lagi kegunaannya. Padahal kedua orang tua tetap berguna
untuk dimintai nasihat, doa dan pengalaman masa lalu yang sangat berharga.
Paham ini juga menjelaskan arti kegunaan tidak hanya yang berhubungan dengan materi,
melainkan melalui sifat rohani yang bisa diterima akal. Dan kegunaan bisa diterima jika yang
digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Disini Nabi juga
menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang banyak memberi manfaat kepada orang
lain (HR. Bukhari)
e. Baik dan Buruk Menurut Paham Vitalisme
Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam
hidup manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukkan orang lain yang lemah dianggap
sebagai yang baik. Paham ini lebih cenderung pada sikap binatang, dan berlaku hukum siapa
yang kuat dan menang itulah yang baik. Paham ini pernah dipraktekkan oleh para penguasa
di zaman feodalisme terhadap kaum yang lemah, tertindas dan bodoh. Dengan kekuatan dan
kekuasaan yang dimiliki, ia dapat mengembangkan pola hidup feodalisme, kolonialisme dan
diktator. Kekuatan dan kekuasaan menjadi lambang dan status sosial untuk dihormati.
Ucapan, perbuatan dan aturan yang dikeluarkan menjadi pegangan masyarakat meskipun
salah.
Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi sudah
banyak dikuasai oleh masyarakat, maka paham vitalisme tidak akan mendapatkan tempat
lagi, kemudian beralih dengan sifat demokratis.
f. Baik dan Buruk Menurut Paham Religiosisme
Paham ini berpendapat bahwa yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan
kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan. Paham ini, terhadap keyakinan teologis yaitu keimanan kepada Tuhan
sangat memegang peranan penting. Karena tidak mungkin orang berbuat sesuai dengan
kehendak Tuhan, apabila yang melakukan tidak beriman kepada-Nya.

7
Perlu diketahui, bahwa di dunia ini ada bermacam-macam agama yang dianut, dan
masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya agama masing-masing.
Agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam, masing-masing agama tersebut memiliki
pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk antara yang satu dengan lainnya berbeda-
beda dan juga ada persamaannya.
g. Baik dan Buruk Menurut Paham Evolusi
Paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini mengalami evolusi,
yaitu berkembang dari apa adanya sampai pada kesempurnaan. Paham seperti ini tidak hanya
berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia dan tumbuh-tumbuhan,
akan tetapi juga berlaku pada benda yang tidak dapat dilihat dan diraba oleh indra, seperti
moral dan akhlak.
Salah seorang ahli filsafat Inggris bernama Herbert Spencer (1820-1903) berpendapat
bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana, kemudian berangsur-angsur meningkat
sedikit demi sedikit berjalan kearah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu baik
apabila dekat dengan cita-cita tersebut, dan buruk apabila jauh daripada cita-cita tersebut.
Adapun tujuan manusia dalam hidup ini ialah untuk mencapai cita-cita tujuan atau
mendekatinya.
Paham ini menjelaskan, bahwa cita-cita manusia dalam hidup adalah untuk mencapai
kesenangan dan kebahagiaan. Kebahagiaan disini berkembang menurut keadaan yang
mengitarinya. Kalau perbuatan manusia sesuai dengan keadaan yang diharapkan yaitu lezat
dan bahagia, maka hidupnya akan bahagia dan senang, begitu juga sebaliknya. Dapat dilihat
bahwa perbuatan manusia terkadang sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya, maka
hidupnya akan senang dan bahagia. Oleh karena itu menjadi keharusan untuk mengubah
dirinya menurut keadaan yang ada di sekelilingnya, sehingga dengan demikian sampailah ia
kepada kesempurnaan atau kebahagiaan yang menjadi tujuannya.
Tampaknya bahwa Spencer menjadikan ukuran perbuatan manusia itu ialah mengubah diri
sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya. Suatu perbuatan dikatakan baik bila
menghasilkan lezat dan bahagia dan ini bisa terjadi bila cocok dengan keadaan di sekitarnya.
Dalam sejarah paham evolusi, Darwin ( 1809-1882 ) adalah seorang ahli pengetahuan
yang paling banyak mengemukakan teorinya. Dia memberikan penjelasan tentang paham ini
dalam bukunya The Origin of Species. Dikatakan bahwa perkembangan alam ini didasari oleh
ketentuan-ketentuan berikut :
1) Ketentuan alam ( selection of nature )
2) Perjuangan hidup ( struggle for life )

8
3) Kekal bagi yang lebih pantas ( survival for the fit test )
Yang dimaksud dengan ketentuan alam adalah bahwa alam ini menyaring segala yang
maujud (ada), mana yang pantas dan bertahan akan terus hidup, dan mana yang tidak pantas
dan lemah tidak akan bertahan hidup.

C. Sifat Baik dan Buruk


Sifat baik dan buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat adalah sesuai dengan sifat
dari filsafat itu sendiri, yaitu berubah, relatif nisbi dan tidak universal. Dengan demikian sifat
baik buruk yang dihasilkan berdasarkan melalui pemikiran filsafat tersebut menjadi relatif
dan nisbi, yaitu dapat terus berubah. Sifat baik buruk tersebut yang dikemukakan sifatnya
subyektif, lokal dan temporal. Oleh karena itu nilai baik buruk juga sifatnya relatif.
Perlu ada ketentuan batasan baik dan buruk yang didasarkan pada nilai-nilai universal,
yaitu pandangan intuisisme. pendapat yang demikian itu tetap berguna yaitu untuk
menjabarkan ketentuan baik buruk yang terdapat dalam ajaran akhlak yang bersumber dari
ajaran Islam.

D. Ruang Lingkup Baik dan Buruk dalam Islam


Ajaran Islam bersumber dari wahyu Allah SWT berupa al-Qur`an yang dalam
penjabarannya dicontohkan oleh Sunah Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam
ajaran Islam mendapatkan perhatian besar. Istilah baik dan buruk menurut Islam harus
didasarkan pada petunjuk al-Qur`an dan al-Hadis. Kalau kita perhatikan, istilah baik dan
buruk dapat kita jumpai dalam Qur`an maupun Hadis, seperti al-hasanah, thayyibah,
khairah, karimah, mahmudah, al-birr, dan azizah.
Al-hasanah menurut al-Raghib al-Asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. Kemudian al-hasanah dibagi
menjadi tiga bagian. Yaitu, pertama; hasanah dari segi akal, kedua, hasanah dari segi hawa
nafsu atau keinginan dan ketiga, hasanah dari segi panca indra, sedangkan Lawan dari al-
hasanah adalah al-sayyiah. Yang termasuk al-hasanah adalah keuntungan, kelapangan
rezeki, dan kemenangan. Adapun yang termasuk al-sayyiah seperti kesempitan, kelaparan,
dan keterbelakangan. Pemakaian kata al-hasanah kita jumpai pada ayat-ayat, seperti ayat
yang berbunyi :

َ ‫سنَ ِة َو َجا ِد ْل ُه ْم ِبالَّتِي ِه َي أ َ ْح‬


َ‫سنُ ِإ َّن َربَّك‬ َ ‫س ِبي ِل َر ِبكَ ِبا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِع َظ ِة ا ْل َح‬
َ ‫ع ِإلَى‬ ُ ‫ا ْد‬
َ ‫س ِبي ِل ِه َو ُه َو أ َ ْعلَ ُم ِبا ْل ُم ْهتَد‬
‫ِين‬ َ ‫ض َّل ع َْن‬ َ ‫ُه َو أ َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬
9
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S al-Nahl, 16: 125)”.

Adapun kata at-thayyibah khusus digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang


memberikam kelezatan kepada panca indra dan jiwa. Seperti makanan pakaian, tempat
tinggal dan sebagainya. Adapun lawannya adalah al-qabihah yang artinya buruk. Pemakaian
kata al-hasanah kita jumpai pada ayat-ayat, seperti ayat yang berbunyi :

‫ت َما َر َز ْقنَا ُك ْم َو‬


ِ ‫س ْل َوى ُكلُ ْوا ِمن َط ِيبَا‬
َّ ‫علَ ْي ُك ُم ا ْل َم َّن َو ال‬ َ َ ‫علَ ْي ُك ُم ا ْلغَ َما َم َوأ‬
َ ‫نز ْلنَا‬ َ ‫َو َظلَّ ْلنَا‬
َ ُ‫َما َظلَ ُم ْونَا َولَ ِك ْن كَانُ ْوا أ َ ْنف‬
‫س ُه ْم يَ ْظ ِل ُم ْو َن‬
”Dan telah Kami teduhi atas kamu dengan awan dan telah Kami turunkan kepada kamu
manna dan salwa. Makanlah dari yang baik-baik yang telah Kami anugerahkan kepada kamu.
Dan tidaklah mereka yang menganiaya Kami, akan tetapi adalah mereka menganiaya diri
mereka sendiri.” (Q.S AL-Baqoroh: 57)

Berikutnya, kata al-khoir digunakan untuk menunjukkan suatu yang baik oleh seluruh umat
manusia. Seperti berakal, adil, keutamaan dan semua yang bermanfaat bagi manusia. Lawan
dari al-khoir adalah as-syarr. Seperti pada ayat 158 QS.al-Baqarah yang berbunyi:

‫ف بِ ِه َما‬ َّ َ‫علَ ْي ِه أَن ي‬


َ ‫ط َّو‬ َ ‫شعَآئِ ِر ّللاِ فَ َم ْن َح َّج ا ْل َبيْتَ أ َ ِو ا ْعت َ َم َر فَالَ ُجنَا َح‬
َ ‫صفَا َوا ْل َم ْر َوةَ ِمن‬ َّ ‫إِ َّن ال‬
‫ع ِلي ٌم‬ َ ‫ع َخ ْيرا ً فَ ِإ َّن‬
َ ‫ّللا شَا ِك ٌر‬ َ َ ‫َو َمن ت‬
َ ‫ط َّو‬
Artinya: “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang melakukan kebaikan dengan
kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. al-baqarah: 158).

Adapun kata al-mahmudah dipakai untuk sesuatu yang utama sebagai akibat dari
melakukan sesuatu yang disukai Allah SWT. Kata mahmudah lebih cenderung pada arti yang
bersifat bathin dan spiritual. Seperti QS.al-Isra`,17:79.

)79( ‫سى أ َ ْن َي ْب َعثَكَ َربُّكَ َمقَا ًما َمحْ ُمو ًدا‬ َ َ‫َو ِم َن اللَّ ْي ِل فَت َ َه َّج ْد بِ ِه نَافِ َلةً لَك‬
َ ‫ع‬

10
“Dan dari sebagian waktu malam, laksanakanlah tahajjud dengan membaca Al-Qur’an,
sebagai tambahan kewajiban ibadah bagimu [Nabi Muhammad], niscaya Rabbmu pasti akan
mengangkatmu pada kedudukan yang terpuji [yaitu memberi syafa’at’ uzhma di padang mahsyar
pada hari kiamat].” (QS. Al-Isra’ [17]: 79)
Berikutnya, kata al-karimah digunakan untuk perbuatan dan akhlak terpuji yang
dimunculkan dalam realitas kehidupan sehari-hari.\ Kata al-karimah biasa digunakan untuk
perbuatan yang terpuji dalam sekala besar. Seperti menafkahkan hartanya dijalan Allah,
berbuat baik kepada kedua orang tua dan lainnya. Seperti pada QS Al-Isra’ ayat 23.
Selanjutnya, adalah kata al-birr, dipakai untuk menunjuk pada upaya memperluas atau
memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Kata tersebut bisa dipakai untuk sifat Allah
dan bisa untuk sifat manusia. Kalau kata tersebut dipakai untuk sifat Allah, maka maksudnya
bahwa Allah memberikan balasan pahala yang besar. Kemudian kalau dipakai untuk
manusia, maka yang dimaksud adalah untuk ketaatan dan ketundukan seorang hamba.
Seperti pada QS. Al-Baqoroh ayat 177

َّ ‫ب َو َٰلَ ِك َّن ا ْل ِب َّر َم ْن آ َم َن ِب‬


ِ‫اّلل‬ ِ ‫ق َوا ْل َم ْغ ِر‬ِ ‫س ا ْل ِب َّر أ َ ْن ت ُ َولُّوا ُو ُجو َه ُك ْم ِقبَ َل ا ْل َمش ِْر‬ َ ‫لَ ْي‬
‫علَ َٰى ُح ِب ِه ذَ ِوي ا ْلقُ ْر َب َٰى‬ َ ‫ين َوآتَى ا ْل َما َل‬ َ ِ‫ب َوالنَّ ِبي‬ِ ‫َوا ْل َي ْو ِم ْاْل ِخ ِر َوا ْل َم َال ِئ َك ِة َوا ْل ِكتَا‬
‫ص َالةَ َوآتَى‬ َّ ‫ب َوأ َقَا َم ال‬ ِ ‫الرقَا‬ ِ ‫ين َوفِي‬ َ ‫سائِ ِل‬
َّ ‫سبِي ِل َوال‬ َّ ‫ين َوا ْب َن ال‬ َ ‫سا ِك‬ َ ‫َوا ْليَتَا َم َٰى َوا ْل َم‬
َ ‫اء َو ِح‬
‫ين‬ ِ ‫ض َّر‬ َّ ‫اء َوال‬ ِ ‫س‬َ ْ ‫ين فِي ا ْلبَأ‬ َ ‫صا ِب ِر‬َّ ‫ون ِبعَ ْه ِد ِه ْم إِذَا عَا َهدُوا ۖ َوال‬ َ ُ‫الزكَاةَ َوا ْل ُموف‬ َّ
َٰ
َ ُ‫ص َدقُوا ۖ َوأُولَئِكَ ُه ُم ا ْل ُمتَّق‬
‫ون‬ َ ‫ِين‬ َٰ
َ ‫ا ْلبَأ ْ ِس ۖ أُولَئِكَ الَّذ‬

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Al-Baqarah: 177)

Penjelasan al-birr dalam hadis juga disebutkan, yaitu ada salah seorang sahabat Nabi
SAW bernama Wabishah bin Ma`bad berkunjung kepada Nabi SAW. Beliau menyapa
dengan bersabda:
Engkau datang menanyakan tentang al-birr (kebaikan)? ”Benar, wahai Rasul” jawab
Wabishah, “Tanyailah hatimu!” al-birr adalah sesuatu yang tenang terhadap jiwa, dan yang

11
tentram terhadap hati, sedangkan dosa adalah yang mengacaukan hati dan membimbangkan
dada, walaupun setelah orang memberimu fatwa.
Dalam hadis lain, Nabi menjelaskan al-birr dengan sabdanya:
Al-birr adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang beredar dihatimu dan kamu
tidak suka orang lain mengetahuinya. (HR. Ahmad)
Dalam hadis tersebut kata al-birr dihubungkan dengan ketenangan jiwa dan akhlak terpuji,
ini merupakan kebalikan dari dosa. Jadi al-birr artinya akhlak yang mulia.
Dari berbagai istilah kebaikan yang telah disebutkan dalam al-hadis maupun al-Qur`an
adalah menunjukkan bahwa penjelasan tentang kebaikan menurut ajaran Islam lebih lengkap
dibandingkan dengan arti kebaikan yang disebutkan sebelumnya. Berbagai istilah yang
mengacu kepada kebaikan itu menunjukkan bahwa kebaikan dalam pandangan Islam meliputi
kebaikan yang bermanfaat bagi fisik, akal, rohani, jiwa, kesejahteraan di dunia, dan
kesejahteraan di akhirat serta akhlak yang mulia.
Untuk menghasilkan kebaikan yang demikian itu, Islam memberikan tolak ukur yang
jelas, yaitu selama perbuatan yang dilakukan itu ditujukan untuk mendapat keridlaan Allah
yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan ikhlas. Untuk itu, peranan niat yang ikhlas
sangat penting. Seperti firman Allah QS. Al-Bayyinah, 98:5. Dalam hadis juga disebutkan
berikut ini “Segala amal perbuatan akan sah kalau diserta dengan niat, dan semua
perbuatan seorang itu dinilai sesuai dengan niatnya. (HR. Buhkari Muslim).”
Perbuatan yang dinilai baik dalam Islam adalah perbuatan yang sesuai dengan petunjuk
Qur`an dan Sunnah. Seperti taat kepada Allah dan Rasul-Nya, berbuat baik kepada kedua
orang tua, saling menolong dan mendoakan dalam kebaikan, menepati janji, menyayangi
anak yatim, amanah, jujur, ikhlas, ridho dan sabar merupakan perbuatan yang baik.
Sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang bertentangan dengan Qur`an dan Sunnah.
Seperti bersikap membangkang terhadap perintah agama, durhaka kepada ibu bapak, saling
bertengkar, dendam, mengingkari janji, curang, khianat, riya, sombong, putus asa dan lain
sebagainya .Namun demikian al-Quran dan al-Sunnah bukanlah sumber ajaran yang eksklusif
atau tertutup. Kedua sumber tadi bersikap terbuka untuk menghargai bahkan menampung
pendapat akal pikiran, adat istiadat dan sebagainya yang dibuat oleh manusia dengan catatan
semua itu tetap sejalan dengan petunjuk al-Quran dan al-Sunnah. Ketentuan baik dan buruk
yang didasarkan pada logika dan filsafat dengan berbagai aliran sebagaimana disebutkan
diatas, dan tertampung dalam istilah etika atau ketentuan baik dan buruk yang didasarkan
pada istilah adat istiadat tetap dihargai dan diakui keberadaannya. Ketentuan baik buruk yang

12
terdapat dalam etika dan moral dapat digunakan sebagai sarana atau alat untuk menjabarkan
ketentuan baik dan buruk yang ada dalam al-Qur’an.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat,
menyenangkan dan disukai manusia. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah
sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik. Aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi
dalam penentuan baik dan buruk ini adalah aliran adat istiadat, hedonisme, intuisisme
(humanisme), utilitarianisme, vitalisme, religiousisme, dan evolusisme.
Baik atau buruk itu relatif sekali, karena tergantung pada pandangan dan penilaian masing-
masing yang merumuskan. Dengan demikian nilai baik atau buruk menurut pengertian
tersebut bersifat relatif dan subyektif, karena bergantung kepada individu yang menilainya.
Ajaran Islam bersumber dari wahyu Allah SWT berupa al-Qur`an yang dalam
penjabarannya dicontohkan oleh Sunah Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam
ajaran Islam mendapatkan perhatian besar. Istilah baik dan buruk menurut Islam harus
didasarkan pada petunjuk al-Qur`an dan al-Hadis. Kalau kita perhatikan, istilah baik dan
buruk dapat kita jumpai dalam Qur`an maupun Hadis, seperti al-hasanah, thayyibah,
khairah, karimah, mahmudah, dan al-birr.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia.


Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
http://penerbit.insanrabbani.com/konsep-akhlak-baik-dan-akhlak-buruk-dalam-islam/ diakses
tanggal 25 Februari 2016 pukul 20.26 WIB
http://www.kompasiana.com/dimasbaguslaksono/akhlak-tasawuf-baik-dan-
buruk_54f91209a33311ed068b45d9 diakses tanggal 25 Februari 2016 pukul 20.26
WIB

15

Anda mungkin juga menyukai