Anda di halaman 1dari 38

PENDIDIKAN SEBAGAI KURIKULUM

Dibuat untuk memenuhi tugas mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan

Disusun Oleh :

Meirisa Thalita Datu 22080900036


Lya Vita Ferdana 22080900019
Chrisma Juita Nainggolan 22080900024
Happy Yoga Purnama 22080900026

Kelas : B
Dosen : Dr. Ahmad Suryadi, M.Pd.

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, Shalawat dan Salam kepada
Rasulullah SAW. Penulis bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta
taufik-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul Pendidikan Sebagai Kurikulum
dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis mengalami hambatan waktu dan
keterbatasan pengetahuan serta bahan referensi yang dapat dijadikan acuan. Namun,
berkat bantuan berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Suryadi, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan
2. Keluarga penulis yang selalu mendoakan dan memberi dukungan
3. Rekan-rekan mahasiswa Magister Teknologi Pendidikan kelas B yang memberi
dukungan maupun ide-ide yang sifatnya membangun untuk terselesaikannya
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang positif sangat penulis harapkan agar makalah ini menjadi lebih baik
lagi.

Jakarta, 30 November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................I

DAFTAR ISI .............................................................................................................................II

BAB I ........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................1

1.1.Latar Belakang ..................................................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................................1

1.3.Tujuan ................................................................................................................................1

BAB II .......................................................................................................................................1

PEMBAHASAN ........................................................................................................................2

2.1.Pendidikan ........................................................................................................................2

2.2.Kurikulum ..........................................................................................................................3

2.3.Fungsi Kurikulum .............................................................................................................4

2.4.Komponen Kurikulum ......................................................................................................6

2.5.Perkembangan Kurikulum ...............................................................................................7

2.6.Penerapan Kurikulum.......................................................................................................28

BAB III ......................................................................................................................................32

PENUTUP ................................................................................................................................32

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................32

3.2. Saran.................................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahancajar
dan pengalaman belajar yang di programkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik
atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran
bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran (Dakir,
2010). Fungsi kurikulum dalam proses belajar mengajar sangat penting yakni kurikulum
sebagai pedoman atau acuan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum di
Indonesia selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kebutuhan pada zaman kurikulum
dibentuk dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Indonesia diakui masih
ketinggalan dengan negara-negara lainnya.
Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia yang masih selalu berusaha mengejar
ketertinggalan dari negera-negara lain. Kurikulum secara berkala akan mengalami
pembaharuan sesuai dengan kemajuan zaman. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 ayat 1 dan 2 menyatakan
bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Apabila sesuai dengan tujuan pembelajaran dan sesuai dengan kemampuan
pedagogik guru maka pembelajaran dikatakan berhasil. Sebaliknya jika proses pembelajaran
tidak sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran maka guru dikatakan tidak berhasil dalam
menjalankan peranannya sebagai seorang guru. Oleh sebab itu, makalah ini akan
membahas seputar pendidikan sebagai kurikulum.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud pendidikan sebagai kurikulum?
1.2.2 Apa peran kurikulum sebagai pendidikan?
1.2.3 Apa saja komponen dalam kurikulum?
1.2.4 Bagaimana perkembangan kurikulum?

1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengetahui pengertian dari pendidikan sebagai kurikulum
1.3.2 Dapat mengetahui peran kurikulum sebagai pendidikan
1.3.3 Dapat mengetahui komponen dalam kurikulum
1.3.4 Dapat mengetahui perkembangan kurikulum

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pendidikan
Pengertian pendidikan sebagai suatu konsep sering diartikan dan dipandang
masyarakat dalam pengertian yang kurang tepat bahkan dapat dikatakan salah, sehingga
pengertian pendidikan maknanya sering dikerdilkan hanya sebatas pengertian pengajaran
atau masyarakat sering membuat pengertian pendidikan sama dengan pengajaran.
Pengajaran mempunyai makna yang lebih sempit dibandingkan dengan pengertian
pendidikan. Akibat penciutan makna pendidikan menjadi pengajaran tersebut maka hakekat
apa dan bagaimana proses pendidikan juga diartikanr sama dengan apa dan bagaimana
proses pengajaran. Untuk melilat dengan jelas apa makna pendidikan dan makna
pengajaran berikut ini akan dilihat dari perspekif pengertian menurut para ahli dan sumber
terpercaya lainnya, sebagai berikut:
1. Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
2. Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan
mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau
cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan
3. Martinus Jan Langeveld, pendidikan ialah upaya untuk membantu peserta didik agar
mereka mampu mengerjakan tugas kehidupan secara mandiri dan bertanggung jawab
secara oral dan susila. Dalam hal ini, pendidikan juga diartikan sebagai upaya untuk
membangun anak agar lebih dewasa.
4. Dewey, metode pendidikan adalah upaya menanamkan suatu disiplin, tetapi bukan
otoritas. Yang terpenting adalah mengontrol anak melalui kekuatan eksternal. Dewey
berpendapat bahwa tidak ada sesuatu tindakan yang baik dan benar secara obyektif.
Susunannya melibatkan kemauan manusia.

2
5. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan
tentang , yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.

2.2. Kurikulum
Jika ditinjau arti dari Kurikulum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan;
 cakupan kurikulum yang berisikan uraian bidang studi yang terdiri atas beberapa
macam mata pelajaran yang disajikan secara kait-berkait;
 inti kurikulum yang program belajarnya disusun dalam bentuk masalah inti tertentu;
 kegiatan kurikulum yang program belajarnya disusun melalui kegiatan tertentu yang
dilakukan anak;
 kegiatan luar sekolah pemisahan atau sebagian ruang lingkup pelajaran yang
diberikan di perguruan tinggi atau pendidikan menengah dan tidak merupakan bagian
integral dari mata pelajaran yang sudah ditetapkan dalam kurikulum;
 muatan lokal kurikulum yang berisi mata pelajaran yang disesuaikan dengan
kepentingan daerah;
 pelengkap kurikulum yang bertalian dengan kegiatan yang mengaitkan siswa dengan
situasi luar sekolah, tetapi dapat berupa kegiatan pokok di dalam kelas dan/atau
sesuai dengan minat siswa;
 terpadu kurikulum yang memadukan semua mata pelajaran ke dalam bentuk
permasalahan;
 terpisah kurikulum yang menitikberatkan kepada sejumlah mata pelajaran yang
terpisah-pisah
Untuk melihat dengan jelas apa makna kurikulum, berikut ini akan dilihat dari
perspekif pengertian menurut para ahli dan sumber terpercaya lainnya, sebagai berikut;
1. Menurut UU RI no.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2. Harsono (2005). Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan pendidikan
yang diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum saat ini semakin

3
berkembang, sehingga yang dimaksud dengan kurikulum itu tidak hanya sebagai
gagasan pendidikan, namun seluruh program pembelajaran yang terencana dari
institusi pendidikan nasional.
3. George A. Beaucham (1976). Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang
berisikan seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui
pilihan berbagai disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Inlow (1966). Kurikulum merupakan suatu usaha menyeluruh yang dirancang secara
khusus guna untuk membimbing peserta didik dalam memperoleh hasil belajar dari
pembelajaran yang sudah ditetapkan.

2.3. Fungsi Kurikulum


Kurikulum sangat berperan penting dalam dunia pendidikan karena didalamnya
memuat sekumpulan rencana, tujuan, materi pembelajaran, dan metode yang digunakan
untuk mengajar pada suatu instansi pendidikan/ sekolah. Secara umum kurikulum disusun
berfungsi sebagai pedoman untuk mencapai target dan tujuan pembelajaran dengan baik.
Adapun beberapa fungsi kurikulum secara variatif adalah sebagai berikut:
2.3.1 Fungsi Untuk Penyelenggara
Menurut Kurniasih (2021), terdapat beberapa fungsi kurikulum sebagai bagian dari
sistem penyelenggara pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi integrasi, diartikan bahwa kurikulum dapat digunakan sebagai alat yang akan
membentuk pribadi peserta didik secara utuh dalam segi akhlak dan pengetahuan
serta berintegritas di masyarakat melalui dunia pendidikan.
b. Fungsi Persiapan, kurikulum mampu memberikan modal awal atau persiapan bagi
peserta didik untuk mempersiapkan diri memasuki jenjang berikutnya, termasuk siap
untuk hidup di masyarakat ketika tidak ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
c. Fungsi Penyesuaian, kurikulum dapat melakukan adaptasi terhadap berbagai
perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat dan cenderung dinamis serta
fleksibel.
d. Fungsi Diferensiasi, kurikulum sebagai diferensiasi dapat diartikan bahwa kurikulum
menjadi alat pendidikan yang memperhatikan kebutuhan dan memberikan
pelayanan kepada peserta didik, karena setiap peserta didik memiliki karakteristik
dan kemampuan yang berbeda satu sama lain.

4
e. Fungsi Diagnostik, kurikulum berfungsi untuk memahami dan mengarahkan potensi
yang dimiliki oleh setiap peserta didik supaya dapat terus digali dan mengasah
potensi tersebut sehingga peserta didik mampu memiliki keterampilan hidup.
f. Fungsi Pemilihan, kurikulum memberikan fasilitas kepada peserta didik dengan cara
memberikan kesempatan kepada mereka dalam memilih program pembelajaran
sesuai minat dan bakat untuk masing-masing anak.

2.3.2 Fungsi Bagi Pihak Terkait


a. Bagi Kepala Sekolah
Kurikulum mempunyai fungsi bagi kepala sekolah sebagai manajer dan pimpinan
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas
untuk melakukan pengelolaan pendidikan di tempatnya masing-masing, yaitu
dengan cara melakukan koordinasi dan supervisi terhadap setiap pembelajaran.
Supervisi dilaksanakan untuk memantau apakah kurikulum diterapkan sesuai
ketentuan atau tidak.
b. Bagi Guru Mata Pelajaran
Bagi setiap guru mapel, kurikulum memiliki fungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Hal ini dikarenakan
setiap pembelajaran menjadi tugas dan tanggung jawab setiap guru pengampu mata
pelajaran.
c. Bagi Peserta Didik
Peserta didik merupakan target dari kurikulum. Dalam proses pendidikan, peserta
didik adalah pusat perhatian dari setiap kegiatan pembelajaran. Maka dari itu,
kurikulum berfungsi untuk menjadi acuan bagi para siswa mengenai apa saja
program-program pendidikan yang harus dipelajari dan dipahami, serta apa saja
target pembelajaran yang harus mereka capai di setiap jenjang pendidikannya.
d. Bagi orang tua atau masyarakat
Meski tidak terlibat dalam pembelajaran secara langsung, namun orang tua
mempunyai peran penting bagi keberhasilan peserta didik. Dalam hal ini mereka
akan menerima hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah. Jadi
capaian siswa terhadap setiap pembelajaran akan dilaporkan kepada orang tua juga
tak lepas dari adanya kurikulum. Orang tua juga dapat berperan untuk memantau
keberhasilan dari sebuah kurikulum yang diterapkan pada satuan pendidikan.

5
2.4. Komponen Kurikulum
- Tujuan Kurikulum
 Tujuan pendidikan dasar: fokus pada aspek kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, dan juga keterampilan. Agar peserta didik mampu
hidup lebih mandiri, serta memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya.
 Tujuan pendidikan menengah; fokus untuk meningkatkan kecerdasaan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan guna menjadi
bekal bagi kehidupan remaja yang penuh tantangan.
 Tujuan pendidikan menengah kejuruan; untuk meningkatkan kecerdasaan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan yang jauh lebih baik
dari sebelumnya. Agar peserta didik siap untuk hidup mandiri di masyarakat
dan mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

- Materi pembelajaran
- Teori
- Konsep
- Generalisasi
- Prinsip
- Prosedur
- Fakta
- Istilah
- Contoh/ilustrasi
- Definisi
- Preposisi

- Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yaitu metode dan peralatan yang digunakan untuk menyampaikan
pelajaran kepada para peserta didik. Di Indonesia, dikenal istilah pakem gembrot, yang
merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Menyenangkan, Gembira,
dan Berbobot.

6
- Organisasi kurikulum
- Mata pelajaran terpisah (Isolated subject)
- Mata pelajaran berkolerasi (Correlated subject)
- Bidang studi (Broad field)
- Program yang berpusat pada anak (Child centered)
- Inti masalah (Core program)
- Program keseimbangan (Ecletic program)

- Evaluasi kurikulum
Penilaian terhadap kinerja kurikulum. Indikator kinerja yang dinilai adalah efektivitas,
relevansi, efisiensi, dan kelaikan program. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997),
ada tiga pendekatan dalam evaluasi kurikulum; pendekatan penelitian (Analisis
komparatif), pendekatan objektif, pendekatan campuran multivariasi.

2.5. Perkembangan Kurikulum


Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering di jadikan alat
politik oleh pemerintah. Misalnya, ketika Indonesia masih di bawah penjajahan Belanda dan
Jepang, kurikulum harus di sesuaikan dengan kepentingan politik kedua negara tersebut.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kurikulum sekolah di ubah dan di sesuaikan
dengan kepentingan politik bangsa Indonesia yang di landasi oleh nilai-nilai luhur bangsa
sebagai cerminan masyarakat Indonesia. Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami beberapa kali perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, dan 2020, 2022. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara.
Selama 70 tahun Indonesia merdeka, telah mengalami 13 kali perubahan kurikulum.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Masa Orde Lama (Orla) atau zaman Presiden Soekarno berkuasa, pernah terjadi 3 kali
perubahan kurikulum, yaitu Kurikulum Rencana Pelajaran tahun 1947, Kurikulum
Rencana Pendidikan Sekolah dasar tahun 1964 dan Kurikulum Sekolah Dasar tahun
1968.
2. Masa Orde Baru (Orba) atau zaman kekuasaan Presiden Soeharto, terjadi 6 kali
pergantian kurikulum, yaitu Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)

7
tahun 1973, Kurikulum SD tahun 1975, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum
1994, dan Revisi Kurikulum 1994 pada tahun 1997.
3. Masa reformasi terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu Rintisan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006,
dan Kurikulum 2013.
4. Masa pasca reformasi sekitar 20-an tahun setelah reformasi 1998, tepatnya pada masa
pandemi Covid 19, pemerintah melalui Kemdikbud melakukan perubahan terhadap
Kurikulum 2013 revisi menjadi Kurikulum Prototipe 2022-2024. Hal ini sebagai bentuk
tanggap terhadap berbagai macam perubahan yang terjadi akibat Pandemi Covid-19 dan
sebagai bentuk penyesuaian terhadap Revolusi Industri 4.0.

 Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Perkembangan kurikulum di Indonesia dari masa ke masa dapat dilihat pada Tabel
Kronologis Perkembangan Kurikulum di Indonesia sebagai berikut (Muhammedi, 2016):

Tahun Kurikulum Keterangan

Rencana
Pelajaran Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di Indonesia
(Dirinci dalam setelah kemerdekaan. Istilah kurikulum masih belum
1947 Rencana digunakan. Sementara istilah yang digunakan adalah
Pelajaran Rencana Pelajaran.
Terurai) 1947

Rencana
(Pendidikan Kurikulum ini masih sama dengan kurikulum
1964
Sekolah Dasar) sebelumnya.
1964

Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi pertama


di Indonesia. Beberapa masa pelajaran, seperti Sejarah,
Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami
Kurikulum
fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies).
1968 Sekolah Dasar
Beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam,
1968
dan sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu
Pengetahun Alam (IPS) atau yang sekarang sering
disebut Sains.

8
Kurikulum
Kurikulum Proyek Printis Sekolah Pembangunan
1973 (PPSP)
(PPSP)1973
1973

Kurikulum
Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom yang sangat
1975 Sekolah
rinci
Dasar 1975

Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum


1984 Kurikulum 1984
1975

Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum


1994 Kurikulum 1994
1984

Kurikulum 1997
(Revisi
1997 Revisi Kurikulum 1994
Kurikulum
1994)

Rintisan
Kurikulum Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh sekolah di
2004 Berbasis Indonesia. Beberapa sekolah telah dijadikan uji coba
Kompetensi dalam rangka proses pengembangan kurikulum ini.
(KBK)

Kurikulum KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP, karena KTSP


Tingkat sesungguhnya telah mengadopsi KBK. Kurikukulum ini
2006 Satuan dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan Pendidikan).
(KTSP)

Lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran


kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan
pengetahuan Kurikulum yang dapat menghasilkan insan
2013 Kurikulum 2013
Indonesia yang: Produktif, Kreatif, Inovatif, Afektif
melalui penguatan Sikap, Keterampilan, dan
Pengetahuan yang terintegrasi.

Menghadapi pandemi Covid 19, maka Kemdikbud


Kurikulum mengeluarkan kebijakan tentang kurikulum darurat.
Darurat Kurikulum darurat ini adalah kurikulum 2013 yang di
2020 | sederhanakan.
Kurikulum Setelah pemberlakukan kurikulum darurat, kemudian
Prototipe pemerintah mengeluarkan Kurikulum Prototipe yang di
dalam pembelajarannya di rancang berbasis projek

9
untuk pengembangan soft skills dan karakter (iman,
taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong; kebinekaan
global; kemandirian; nalar kritis; kreativitas).
Fokus pada materi esensial seperti literasi dan
numerasi.
Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran
(sesuai kemampuan murid (teach at the right level) dan
konteks serta muatan lokal)

Pada tahun 2022 ini, sekolah dan guru di berikan tiga


opsi kurikulum yang dapat di gunakan.
1. Menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh
2. Menggunakan Kurikulum Darurat yaitu kurikulum 2013
yang di sederhanakan
Kurikulum
2022 3. Kurikulum Merdeka
Merdeka
Jadi Kurikulum Merdeka, hanyalah satu opsi. Ada 2 opsi
lain yang dapat di pilih oleh sekolah dan Guru.
Sekolah dan Guru di beri kebebasan untuk menentukan
mana kurikulum yang akan di gunakan, dengan
menyesuaikan kondisi sekolah masing-masing.

 Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Perubahan kurikulum tentu saja di sertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-
beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin di capai
untuk memajukan pendidikan nasional. Perubahan kurikulum di dunia pendidikan Indonesia
beserta tujuan yang ingin di capai dapat di uraikan sebagai berikut:

- Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968)

Tiga tahun setelah Indonesia merdeka (1947) mulailah pemerintah membuat


kurikulum yang sederhana yang disebut dengan “Rencana Pelajaran”. Tahun 1947,
kurikulum ini terus berjalan dengan beberapa perubahan terkait dengan orientasinya, arah
dan kebijakanyang ada, hingga bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih pada
masa orde baru. Berikut adalah isi yang terkandung dalam kurikulum Rencana Pelajaran
tersebut: Uhbiyati (2008: 57).

a. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”

Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang di beri nama “Rentjana Pelajaran
1947”. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah di gunakan oleh

10
Belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan.
Yang menjadi ciri utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Kurikulum pertama yang
lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah lear plan. Dalam bahasa Belanda, artinya
rencana pelajaran, lebih populer ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-
kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional.

Rentjana Pelajaran 1947 baru di laksanakan di sekolah-sekolah pada 1950.


Sejumlah kalangan menyebut sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia di awali dari
Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: (1) daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya; (2) garis-garis besar pengajaran. Rentjana Pelajaran 1947 mengurangi
pendidikan pikiran dalam arti kognitif. Yang di utamakan adalah pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran di hubungkan dengan kejadian
sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Kelebihan Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947” yaitu:

- Mencerminkan kesadaran sebagai bangsa yang berdaulat, dan mendudukkan


pendidikan sebagai faktor penting dalam memperkokoh berdirinya negara Indonesia
melalui persatuan dan kesatuan untuk mengusir penjajah.
- Memiliki fungsi strategis dalam mempersatukan bangsa Indonesia melalui
pendidikan
- Kurikulum 1947 mengadopsi dari pengalaman pendidikan Indonesia yang telah lalu
di masa penjajahan, sehingga memudahkan dalam penyusunannya.
Kekurangan Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947” yaitu:
- Di bayang-bayangi pendidikan zaman penjajahan, sehingga mengarah pada pola
pengajaran penjajah.
- Belum memiliki orientasi ranah kognitif dan psikomotor namun lebih dominan ranah
afektif.
- Belum di terapkan di sekolah-sekolah sehingga belum memberikan dampak pada
terlaksananya pendidikan dan terbentuknya bangsa Indonesia hingga secara resmi
di laksanakan pada tahun 1950.

11
b. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”

Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia


mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang
kemudian di beri nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah mengarah
pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang di hubungkan dengan kehidupan sehari-hari. “Silabus mata pelajarannya
menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata pelajaran. (Djauzak
Ahmad, Dirpendas periode 1991-1995)”.

Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pelajaran Terurai
1952 adalah,

Kelebihan Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952 yaitu:

- Kurikulum 1952 telah mengarah pada sistem pendidikan nasional, walaupun belum
merata pada seluruh wilayah di Indonesia, namun dapat mencerminkan suatu
pemahaman dan cita-cita para praktisi pendidikan akan pentingnya pemerataan
pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia.
- Pada Kurikulum 1952, materi pelajaran sudah berorientasi pada kebutuhan hidup
para siswa, sehingga hasil pembelajaran dapat berguna ketika di tengah
masyarakat.
- Karena setiap guru mengajar satu mata pelajaran, maka memiliki keuntungan untuk
lebih menguasai bidang pengajarannya dengan lebih baik, dari pada mengajar
berbagai mata pelajaran.

Kekurangan Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952 yaitu:

- Karena kurikulum 1952 baru mengarah pada sistem pendidikan nasional, maka
belum mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
- Materi pelajaran belum orientasi masa depan, karena yang di ajarkan berorientasi
kebutuhan untuk hidup di masyarakat saat itu, dengan demikian belum memiliki visi
kebutuhan di masa mendatang.
- Kurang membangkitkan kreatifitas dan inovasi guru, karena setiap mata pelajaran
sudah terinci dalam rencana pelajaran terurai, hal ini empersempit kreatifitas dan
inovasi guru baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun menentukan sumber
materi pelajaran.

12
c. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan


sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini di beri nama “Rentjana Pendidikan 1964”. Pokok-
pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran di pusatkan pada program Pancawardhana
(Hamalik, Oemar. (2004)), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan(keterampilan), dan jasmani. Ada yang menyebut Pancawardhana berfokus
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pendidikan 1964
adalah:

Kelebihan Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964 yaitu:

- Sudah mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.


- Ranah kognitif merupakan kemampuan pada segi keilmuan, ranah afektif
merupakan kemampuan pada segi sikap, dan psikomotorik merupakan kemampuan
pada segi keterampilan, di mana ketiganya merupakan faktor penting dalam
pembentukan kepribadian manusia telah menjadi prioritas dalam kurikulum ini.
- Mengupayakan pengembangan potensi peserta didik sebagai pangkal dari
kemampuan seseorang untuk melakukan tindak lanjut dengan segala kreatifitas dan
inovasi, maka dengan kurikulum ini telah menganggap setiap manusia memiliki
potensi yang berbeda-beda.
- Pendidikan bersifat praktis, sehingga pembelajaran di sekolah akan memilki
kegunaan dalam kehidupan peserta didik.

Kekurangan Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964 yaitu:

- Kurikulum ini di pergunakan hanya pada tingkat sekolah dasar dan belum mencakup
sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.
- Terkesan masih di warnai oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang cenderung
mengakomodir sistem-sistem yang belum sejalan dengan jiwa UUD 45.
- Karena pendidikan di warnai oleh kepentingan-kepentingan kelompok menjadikan
kurikulum ini di maknai sebagai alat untuk membantu kepentingan-kepentingan
tertentu.

13
- Kurikulum ini berjalan ketika Indonesia masih dalam keadaan labil.

d. Kurikulum 1968

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana Pendidikan


1964 yang di citrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum
1968 bertujuan bahwa pendidikan di tekankan pada upaya untuk membentuk manusia
Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak di
lakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen.

Mata pelajaran di kelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak menyebut Kurikulum


1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok saja,”. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik
beratnya pada materi apa saja yang tepat di berikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan. Isi pendidikan di arahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Kurikulum 1968 bersifat
correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai
korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikulum ini di
kelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yakni:

1. Pembinaan Jiwa Pancasila, meliputi:


a. Pendidikan Agama
b. Pendidikan Kewarganegaraan
c. Bahasa Indonesia
d. Bahasa Daerah
e. Pendidikan Olahraga
2. Pengembangan Pengetahuan Dasar, meliputi:
a. Berhitung
b. IPA
c. Pendidikan Kesenian

14
d. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, termasuk ilmu kesehatan
3. Pembinaan Kecakapan Khusus, meliputi kejuruan:
a. Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan)
b. Teknik (pekerjaan tangan dan perbengkelan)
c. Ketatalaksanaan atau Jasa (koperasi dan tabungan)

Semua mata pelajaran di berikan sejak kelas I, kecuali pelajaran Pendidikan


Bahasa Indonesia yang di berikan mulai kelas III (bagi sekolah-sekolah yang
menggunakan bahasa daerah sabagai bahasa pengantar di kelas I dan II).

Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Kurikulum 1968 adalah:

Kelebihan Kurikulum 1968 yaitu:

- Kurikulum 1968 telah di kembangkan dalam nuansa otonomi di mana semua


komponen kurikulum di laksanakan oleh sekolah.
- Sistem pembelajaran di ruangan kelas di serahkan kepada masing-masing guru,
yang penting tujuan pendidikan dapat tercapai.
- Kurikulum ini berupaya mendorong pengembangan kreativitas dan persaingan
kompetitif di antara daerah, sekolah, dan guru untuk mengembangkan kurikulum.
- Kurikulum ini memberikan peluang bagi tamatan sekolah untuk melanjutkan
pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi.

Kekurangan Kurikulum 1968 yaitu:

- Walaupun sudah ada pembelajaran keterampilan namun pada prakteknya


kurikulum ini masih kurang memperhatikan pembelajaran praktek.
- Kurikulum ini tidak mengadopsi kebutuhan masyarakat, sehingga pembelajaran di
sekolah tidak dapat memenuhi kebutuhan riil dalam kehidupan anak.
- Kurikulum ini yang masih di pengaruhi unsur politis sehingga tidak mengakar pada
kebutuhan hidup anak secara individual.

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu di lakukannya


perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.

15
- Kurikulum Berorientasi Pencapaian (1973-1997)

a. Kurikulum 1973
Kurikulum 1973 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip
di antaranya sebagai berikut:
- Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan
yang harus di kuasai oleh siswa yang lebih di kenal dengan khirarki tujuan
pendidikan, yang meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
- Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti
dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih
integratif.
b. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien.
latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu
MBO (management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan
pengajaran di rinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang di
kenal dengan istilah “satuan pelajaran”. Satuan pelajaran yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran di rinci menjadi: tujuan instruksional umum (TIU),
tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak di kritik. Guru di buat sibuk menulis rincian
apa yang akan di capai dari setiap kegiatan pembelajaran.

Kelebihan Kurikulum 1973 yaitu:

- Berorientasi pada tujuan.


- Mengarah pembentukan tingkah laku siswa.
- Relevan dengan kebutuhan masyarakat.
- Menekankan efektivitas dan efisiensi.
- Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor-faktor ekosistem dan
kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program.
- Melatih guru untuk dapat menggunakan teknik penyusunan program pengajaran yang
di kenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
- Prinsip berkesinambungan.

16
Kekurangan Kurikulum 1973, yaitu:

- Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan


kemampuan anak didik.
- Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
- Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus di ajarkan hampir di setiap jenjang.
- Guru di buat sibuk menulis rincian apa yang akan di capai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
- Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara sentralistik,
sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi daerah.
- Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang
mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte
menonjol di gunakan oleh para guru.
- Kreativitas murid kurang berkembang karena di dukung oleh konsep kurikulum yang
menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan pembelajaran di kelas.

c. Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan


pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering di sebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa di tempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
di sebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Konsep
CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang di ujicobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat di terapkan secara nasional. Sayangnya,
banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh
di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang
mencolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA
bermunculan. Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Di dasari oleh
pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang
sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus di rumuskan adalah
tujuan apa yang harus di capai siswa.

Kelebihan Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975 yang di sempurnakan” yaitu:

17
- Kurikulum ini memuat materi dan metode yang di sebut secara rinci, sehingga guru
dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
- Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang di tunjukkan melalui
keberanian memberikan pendapat.
- Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang
di tunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan tugas.
- Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial.
- Memasyarakatkan keterampilan berdiskusi yang di perlukan dengan berpartisipasi
secara aktif

Kekurangan Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975 yang di sempurnakan” yaitu:

- Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar,
dan yang mencolok guru tidak lagi menggunakan metode ceramah.
- Ada ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan
metode yang di sebut secara rinci, sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif
untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
- Dapat di dominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak
pendapat peserta lain.
- Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan
ketinggalan.
- Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa serta
tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.
- Kurangnya Alokasi waktu.
- Guru kurang komunikatif dengan siswa.
d. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum


sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan
proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, di sebabkan oleh beban
belajar siswa di nilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi
muatan lokal di sesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa
daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-
kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim

18
Soeharto pada 1998, di ikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya
lebih pada menambal sejumlah materi pelajaran saja. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari
pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut: Pembagian tahapan
pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan, Pembelajaran di sekolah lebih
menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).

Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri di sesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Kelebihan Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999, yaitu:

- Kurikulum berstandar nasional dan memberikan ruang untuk pengembangan potensi


wilayah.
- Mampu mengadopsi aspirasi berbagai pihak yang berhubungan dengan isu-isu yang
berkembang di masyarakat.
- Dalam pelaksanaan pembelajaran guru memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan masing-masing dengan
beberapa alternatif.
- Terdapat keserasian antara teori dan praktek, sehingga mengembangkan ketiga ranah
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kekurangan Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999, yaitu:

- Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa di nilai terlalu berat.


- Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-
isu tertentu masuk dalam kurikulum. Alhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat.
- Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
- Materi pelajaran di anggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.

Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikan


dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya
yang tersedia di sekolah. Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan

19
menengah di laksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan
penyempurnaan jangka panjang.

- Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004-2013)

Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1999) berimplikasi


pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan keterampilan
(skill). Sehingga, lulusan pendidikan kita tidak memiliki kemampuan yang memadai
terutama yang bersifat aplikatif, sehingga di perlukan kurikulum yang berorientasi pada
penguasaan kompetensi secara holistik. Upaya peningkatan mutu pendidikan harus
dilakukan secaramenyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia
Indonesiaseutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlaq, budi pekerti,
pengetahuan,keterampilan, seni, olah raga, dan perilaku. (Ahmadi, 2013: 77).

Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yang dimaksudkan itu


telah diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasional sebagai berikut:

1. Perubahan keempat UUD 1945 Pasal31 tentang Pendidikan.


2. Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.
3. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4. Pemberlakuan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan.

Pemerintah dan Daerah sebagai Daerah Otonom, yang antara lain menyatakan pusat
berkewenangan dalam menentukan:kompetensi siswa; kurikulum dan materi pokok;
penilaian nasional; dan kalender pendidikan. Atas dasar itulah maka Indonesia memilih
untuk memberlakukan Kurikulum KBK sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan
serta penyempurnaannya dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

a. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”


Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan
“Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)”. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun


klasikal.
- Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.

20
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam suatu mata
pelajaran memuat rincian kompetensi (kemampuan) dasar mata pelajaran itu dan sikap
yang diharapkan dimiliki siswa. Kompetensi dasar tersebut dirumuskan untuk mencapai
keterampilan (kecakapan) matematika yang mencakup kemampuan penalaran,
komunikasi, pemecahan masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika.
Struktur kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi ini dirinci dalam komponen
aspek, kelas dan semester.

Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi
menurut aspek dari mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk
setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk
menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil
belajar mereka pada level ini?” Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan
kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai
teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator
adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah
mencapai hasil belajar yang diharapkan?”.

Guru akan menggunakan indikator sebagai dasar untuk menilai apakah siswa telah
mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. Indikator bukan berarti dirumuskan
dengan rentang yang sempit, yaitu tidak dimaksudkan untuk membatasi berbagai aktivitas
pembelajaran siswa, juga tidak dimaksudkan untuk menentukan bagaimana guru
melakukan penilaian. Misalkan, jika indikator menyatakan bahwa siswa mampu
menjelaskan konsep atau gagasan tertentu, maka ini dapat ditunjukkan dengan kegiatan
menulis, presentasi, atau melalui kinerja atau melakukan tugas lainnya.

Kelebihan Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”, yaitu:

- Pendidikan berbasis kompetensi menitik beratkan pada pengembangan


kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan
standard performance yang telah ditetapkan, sebagai upaya mempersiapkan
kemampuan individu.

21
- Sejalan dengan visi pendidikan yang mengarahkan pada dua pengembangan
yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa datang.
- Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa
(student oriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar
dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh
serta pikiran terlibat dalam proses belajar.
- Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran yang
diajarkan.
Kekurangan Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”, yaitu:

- Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator
sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi
peserta didik dan lingkungan.
- Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang
pembelajaran secara berkelanjutan.
- Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum
sebelumnya yang lebih pada teacher oriented.

b. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”


Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)”. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh
siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi
sekolah berada. Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah
dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi
sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah dibawah binaan dan pemantauan
dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.

Kelebihan Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”, yaitu:

22
- Secara teori memberikan otonomi secara luas pada sekolah untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam meningkatkan kualitas
pendidikan sesuai dengan potensi di daerahnya.
- Tenaga kependidikan termotivasi untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi.
Untuk menggali potensi sekolah sehingga mampu menjadi agen bagi
pembangunan masyarakat yang mengakar pada potensi lokal.
- Sekolah leluasa untuk ambil peranan dalam pendidikan untuk membentuk siswa
sebagai pengambil peranan dalam masyarakat.
- Kurikulum ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
mengembangkan dirinya di luar sekolah, karana telah terjadi pengurangan
kepadatan jam pelajaran.
Kekurangan Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”, yaitu:

- Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan


satuan pendidikan yang ada.
- Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP.
- Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik
konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya di lapangan.
- Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru.

c. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh
peserta didik. Kompetensi dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan
untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai
sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan
bakat. Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.

23
Kurikulum 2013 terutama berorientasi pada perubahan proses pembelajaran (yang
semula dari siswa diberitahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari
berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui
penilaian proses dan output). Penambahan jam pelajaran sebagaimana halnya
kecenderngan negara-negara luar belakangan ini, seperti Knowledge is Power Program
(KIPP) dan Massachusettes Extended Learning Times (MELT).

Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut
secara profesional merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir
pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur
pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria
keberhasilan.

Kelebihan Kurikulum 2013, yaitu:

- Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan
masalah yang mereka hadapi di sekolah.
- Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya
didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek,
sikap dan lain-lain.
- Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi.
- Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional.
- Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam
kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.
Kekurangan, Kurikulum 2013, yaitu:

- Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak
perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran
yang harus tetap ada penjelasan dari guru.
- Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini,
karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit
para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa
membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan

24
dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru
yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
- Kurangnya keterampilan guru merancang RPP.
- Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik.
- Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu
lama.

- Kurikulum Prototipe 2022 – 2024

Berdasarkan riset yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan


Teknologi (Kemendikbudristek). pandemi Covid-19 telah menimbulkan kehilangan
pembelajaran (learning loss) literasi dan numerasi yang signifikan.
Studi Programme for International Student Assessment (PISA) bertujuan untuk mengetahui
efektivitas sistem pendidikan dalam perspektif internasional dengan berfokus pada hasil
asesmen terhadap literasi sains, literasi numerasi (matematika), dan Literasi Membaca.
Kemendikbudristek kemudian menyusun Kurikulum Prototipe sebagai bagian dari
kurikulum nasional untuk mendorong pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
Mulai tahun 2022, kurikulum nasional memiliki tiga opsi kurikulum yang bisa dipilih oleh
satuan pendidikan untuk pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. yaitu
Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan), dan Kurikulum
Prototipe.
Kurikulum prototipe di berikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan.
Hal ini, bertujuan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan
kurikulum nasional akan di kaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa
pemulihan pembelajaran. Benang Merah Pengembangan Kurikulum dengan Kurikulum
Prototipe 2022 dapat dilihat sebagai berikut;

Kurikulum prototipe melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya:

- Orientasi holistik: kurikulum di rancang untuk mengembangkan murid secara


holistik, mencakup kecakapan akademis dan non-akademis, kompetensi kognitif,
sosial, emosional, dan spiritual.
- Berbasis kompetensi, bukan konten: kurikulum di rancang berdasarkan kompetensi
yang ingin dikembangkan, bukan berdasarkan konten atau materi tertentu.
- Kontekstualisasi dan personalisasi: kurikulum di rancang sesuai konteks (budaya,
misi sekolah, lingkungan lokal) dan kebutuhan murid.

25
Kurikulum prototipe mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.

Kondisi pandemi dan kritik terhadap kurikulum 2013, yang menjadikan munculnya kurikulum
ini. Hal ini bisa di lihat salah satunya mata pelajaran informatika yang awalnya bersifat pilihan
di Kurikulum 2013 menjadi wajib di kurikulum yang baru dan akan di terapkan mulai dari level
SMP. Oleh karena, kompetensi teknologi merupakan salah satu kompetensi penting yang
perlu di miliki oleh peserta didik pada abad 21 apalagi di masa pandemi.

Secara singkat kurikulum prototipe (2022) memiliki beberapa karakteristik utama


yakni:

- Pembelajarannya di rancang berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan


karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong; kebinekaan global;
kemandirian; nalar kritis; kreativitas).
- Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
- Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan
konteks dan muatan lokal.

- Kurikulum Merdeka

Melalui menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kurikulum


Merdeka resmi di luncurkan untuk menggantikan kurikulum prototipe yang sebelumnya
menggantikan kurikulum darurat akibat pandemi Covid 19. Mungkin terminologi “ganti
menteri ganti kurikulum” ada benarnya yah. Namun, setiap menteri pasti punya argumentasi
mengapa kurikulum mereka ubah. Mas Menteri kita, memberi penjelasan bahwa, “dalam

26
kurikulum merdeka yang di luncurkan, tidak akan ada pemaksaan dalam dua tahun ke depan
ini”. Setidaknya itulah perbedaan paling mendasar menurutnya. Namun perlu di catat
bahwa, Kurikulum Merdeka merupakan opsi pilihan. Apa itunya opsi pilihan? Nah,
maksudnya begini, meskipun kurikulum merdeka sudah di luncurkan namun sekolah, guru di
berikan tiga opsi pilihan kurikulum mana yang akan mereka gunakan. Ke-tiga opsi tersebut
adalah:

1. Opsi pertama adalah bagi sekolah-sekolah yang belum nyaman belum percaya diri untuk
melakukan perubahan, silahkan masih di dalam kurikulum 2013 itu opsi pertama. Jadi
tidak perlu khawatir lagi. Sekolah-sekolah yang belum merasa siap mereka boleh tetap
di dalam kurikulum 2013.
2. Opsi kedua, bagi sekolah-sekolah yang ingin melakukan perubahan tapi mungkin belum
siap melakukan perubahan yang begitu besar. Tapi dia ingin memilih kurikulum yang
lebih sederhana, dia masih mau di 2013 tapi yang jauh lebih ringkas materinya dia boleh
memilih kurikulum darurat. Bagi sekolah-sekolah yang sudah siap untuk melakukan
transformasi sesuai dengan kecepatan yang di inginkan.
3. Opsi ketiga, pilihan ketiga terbuka juga untuk meluncurkan kurikulum Merdeka.

27
2.6. Penerapan Kurikulum
Dalam perencanaan pembangunan nasional, kurikulum dianggap sebagai perangkat
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan dan memiliki keterkaitan dengan
bidang-bidang pembangunan lainnya. Sebagai sektor yang menompang masyarakat,
pendidikan juga dijadikan sebagai salah satu indikator kemajuan suatu negara.
Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 19 adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum juga merupakan rancangan pendidikan yang
mempunyai kedudukan strategis dalam seluruh aspek pendidikan. Mengingat pentingnya
peranan kurikulum dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka
dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari
kurikulum (Hamalik, 2013:3).
Terdapat 3 Jalur pendidikan di Indonesia yaitu jalur pendidikan formal, pendidikan
non-formal, dan pendidikan informal. Jalur pendidikan formal merupakan jalur pendidikan
yang terstruktur dan jenjang pendidikan termasuk tingkatan SD, SMP, dan SMA.
Jalur pendidikan nonformal merupakan jenjang pendidikan diluar dari pendidikan formal yang
diadakan secara rapi dan memiliki tingkatan. Pada pendidikan informal merupakan jalur
pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Dalam artikel ini,
kalian akan mengetahui apa perbedaan antara pendidikan formal dan pendidikan
nonformal. Apa Sih yang membedakan 3 jalur pendidikan tersebut?

 Pendidikan Formal

Merupakan jalur pendidikan yang pastinya kalian sudah tahu atau umum di Indonesia yaitu
pendidikan yang diselenggarakan seperti sekolah dan memiliki tingkat pendidikan yaitu
tingkat SD, SMP dan SMA. pada jalur pendidikan ini memiliki jenjang pendidikan yang
terstruktur dan sangat jelas. Adapun ciri-ciri pendidikan formal sebagai beriktu;
 Terdapat kurikulum yang terstruktur
 Memiliki persyaratan tertentu
 Materi yang dipakai bersifat akademik
 Memakan waktu yang lama untuk proses pembelajaran
 Tenaga pembimbing / guru memenuhi kualifikasi tertentu
 Tempat pendidikan dari pemerintah atau swasta

28
 Harus mengikuti ujian untuk peserta didik
 Adanya peraturan berseragam
 Saat selesai menempuh jenjang pendidikan atau melanjutkan ke jenjang berikutnya
membutuhkan ijazah sebagai peranan penting dalam penerimaan peserta didik.

 Pendidikan Non Formal

Sistematika di luar sistem sekolah adalah bagian penting dari kegiatan skala
besar yang dilakukan secara mandiri atau untuk membantu siswa tertentu mencapai tujuan
belajarnya. Sebagian besar pendidikan informal berlangsung pada usia dini.
Misalnya, Taman Pendidikan Al Quran populer di masjid-masjid dan sekolah minggu di
semua gereja. terdapat berbagai kursus termasuk kursus musik, les dan banyak lagi.
Menurut pendapat Philip H. Coombs pendidikan nonformal adalah aktivitas
pendidikan yang terorganisir yang berlangsung sendiri atau sebagai bagian dari kegiatan
yang lebih luas di luar sistem formal yang dimaksudkan. Melayani peserta didik
tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya. Sehubungan dengan tujuan pembelajaran /
pendidikan, pembelajaran nonformal bertanggung jawab untuk mencapai dan mencapai
tujuan yang sangat luas sifat, tingkatan dan cakupannya. Adapun ciri-ciri pendidikan non
formal sebagai beriktu;

- Memiliki tujuan untuk mendapatkan keterampilan.


- Berfokus pada siswa bagaimana belajar mandiri, dapat mengontrol aktivitas belajar.
- Waktu pembelajaran tidak mempengaruhi
- Kurikulum fleksibel dan biasanya peserta didik yang menentukan
- Hubungan guru dan siswa bersifat mendatar
- Ijazah tidak terlalu penting untuk penerimaan siswa

 Pendidikan Informal

Pendidikan informal merupakan metode pendidikan dari keluarga dan lingkungan


tertentu terhadap kegiatan belajar individu yang dilaksanakan dengan bertanggung jawab.
Setelah lulus ujian, hasil pendidikan informal akan diperlakukan sama dengan pendidikan
formal dan pendidikan informal sesuai standar nasional pendidikan. Pemerintah memiliki
alasan untuk memulai pendidikan informal adalah sebagai berikut:

29
- Memulai Pendidikan dengan Keluarga
- Pendidikan Informal juga telah disosialisasikan untuk menggapai tujuan pendidikan
nasional dimulai dari Keluarga
- Homeschooling: Formal tapi Informal
- Anak harus dibesarkan sejak lahir
- Kurikulum pendidikan usia dini
Adapun ciri-ciri pendidikan informal, sebagai berikut:
- Lingkungan keluarga dapat dilakukan khusus untuk pendidikan informal
- Persyaratan khusus tidak berlaku
- Tidak perlu untuk mengikuti ujian yang diselenggarakan
- Keluarga dan lingkungan berperan penting dalam proses pendidikan
- Tidak berlakunya kurikulum
- Jenjang pendidikan / tingkat pendidikan tidak berlaku dalam pendidikan informal
- Pendidikan informal dilakukan tanpa adanya batasan waktu dan ruang
- Guru pada pendidikan informal adalah orang tua
- Dalam pendidikan informal tidak adanya sistem manajemen yang terstruktur
- Tidak dibutuhkannya ijazah

 Pro-Kontra perubahan Kurikulum

Dalam perkembangan dan pengembangan kurikulum dalam dunia pendidikan,


seringkali terjadi perdebatan antar pihak-pihak terkait dan juga masyarakat. Berikut
lampiran berita-berita (hot issue) terkait kurikulum.

30
31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam makalah ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
 Kurikulum berperan sebagai pedoman untuk mencapai target dan tujuan pembelajaran
dengan sebaik-baiknya.
 Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu (1) tujuan; (2) isi/materi; (3) metode atau
strategi pencapain tujuan pembelajaran; (4) organisasi kurikulum, dan (5) evaluasi.
 Pergantian kurikulum di Indonesia dibagi menjadi empat tahapan yaitu, Kurikulum
Rencana Pelajaran (1947-1968), Kurikulum Berorientasi Pencapaian (1973-1997),
Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004-2013), Kurikulum Prototipe 2022 – 2024,
Kurikulum Merdeka. Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004, 2006, 2013. dan kurikulum prototipe 2022-2024. Perubahan dan perkembangan
kurikulum sering kali mendapatkan pro-kontra dari berbagai pihak, tak luput dari
masyarakat.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dalam makalah ini, dan kesimpulan yang
diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
 Bagi Pendidik (guru), guru diharapkan kritis dengan perkembangan kurikulum yang
terjadi, tidak sekedar mengikuti kurikulum sebagai pedoman namun juga mampu
memahaminya dengan baik, agar proses pembelajaran yang berdasar dari kurikulum
tepat sasaran.
 Bagi Peserta didik (murid), murid dapat lebih peka terhadap perubahan-perubahan
kurikulum yang terjadi, guna beradaptasi dan berkonsultasi jika mengalami kendala
ke guru ataupun orang tua.
 Bagi Orang tua, orang tua diharapkan mendukung proses kegiatan belajar anak
dengan kondisi dan kurikulum yang terus berkembang, sebaiknya fokus orang tua

32
tertuju pada prosesnya bukan hasilnnya, sehingga orang tua dapat bekerja sama
dengan sekolah untuk menumbuhkan minat bakat anak dengan adaptasi kurikulum
yang cepat.
 Bagi Sekolah, sekolah senantiasa memberikan pelatihan dan bimbingan pada guru
ketika terbitnya kurikulum terbaru, evaluasi diharapkan mampu berjalan konsisten
agar kinerja guru tepat dan sesuai dengan yang dituangkan dalam kurikulum.
 Bagi pemerintah, pemerintah dapat mempertimbangkan untuk memberikan pelatihan
gratis pada guru/pendidik untuk mengembangkan kemampuan guru dalam
memahami makna dan menerapkan kurikulum yang disah-kan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Suriansyah. 2011. Landasan Pendidikan. Banjarmasin. Comdes.

Ahmadi. 2013. Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup. Yogyakarta:


Pustaka Ifada.

Alhamuddin. 2014. Sejarah Kurikulum di Indonesia. Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 2,


Oktober 2014

Hamalik, Oemar. (2004). Model-Model Pengembangan Kurikulum. Bandung. PPs


Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Hamalik, Oemar. (2006). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung. PT. Remaja


Rosdakarya.

Indarto. (1999). Menyimak Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Makassar: Diposting


dari Web Master Gamaliel School.

Kurniasih, Wida. 2021. Pengertian Kurikulum dan Fungsinya dalam Dunia Pendidikan.
(Online), (https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kurikulum-dan-
fungsinya/amp/), diakses 28 November 2022

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Desan Induk Kurikulum 2013. Jakarta.
Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Draft Kurikulum 2013.


Jakarta. Kemendikbud.

Meitras, dkk. 2017. Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Singkawang.

Muhammedi. 2016. Perubahan kurikulum di Indonesia : studi kritis tentang upaya


menemukan kurikulum pendidikan islam yang ideal. Raudhah. Vol. IV, No. 1:
Januari – Juni 2016, ISSN: 2338 – 2163.

Uhbiyati, Nur. 2008. Ilmu Pendidikan Islam (IPI). Bandung: Pustaka Setia.

34
Sumber Internet:

https://educhannel.id/blog/artikel/pengertian-kurikulum-menurut-beberapa-ahli.html

https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/perkenalan/struktur/slb/

http://lecendekia.sch.id/kurikulum-sekolah-
alam3/#:~:text=Kurikulum%20sekolah%20alam%20dikembangkan%20dengan,langsung%2
C%20mereka%20belajar%20bersama%20alam.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/09/02/144900171/apa-itu-pendidikan-formal-non-
formal-dan-informal-ini-bedanya?page=all

35

Anda mungkin juga menyukai