Anda di halaman 1dari 16

”GURU BERMUTU”

Oleh :

Shinta Cahyaning Putri (180210204077)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3. Tujuan Makalah..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1. Pengertian Guru..............................................................................................3
2.2. Kompetensi Guru............................................................................................5
2.3. Guru Bermutu Menciptakan Pendidikan yang Bermutu.................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................11
3.1. Kesimpulan...................................................................................................11
3.2. Saran ............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
dengan judul “Guru Bermutu”. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan
keharibaan Nabi Besat Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yanng berilmu pengetahuan.
Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan makalah ini,
serta rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak membantu dan ikut andil guna
terselesaikannya makalah ini. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu pengetahuan serta wawasannya mengenai tujuan pembelajaran
yang dibahas pada makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan adanya masukan yang berupa kritikan ataupun saran demi
kebaikan untuk penulisan makalah selanjutnya. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca semua
khususnya dalam menunjang pembelajaran kita di bidang pendidikan.

9 November 2020

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pentingnya sebuah pendidikan telah ditegaskan dalam Pembukaan UUD
1945 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Berdasarkan uraian tersebut maka pemerintah berkewajiban
untuk menjamin hak-hak peserta didik dan generasi anak bangsa untuk
memperoleh pendidikan yang layak.
Pentingnya proses pendidikan ini juga ditegaskan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang maksimal maka
dibutuhkan pula pendidik yang memiliki kompetensi tingkat tinggi agar
menghasilkan peserta didik yang gemilang. Salah satu istilah pendidik adalah
seorang guru.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan suatu keahlian
khusus. Guru berkewajiban untuk memberikan pengetahuan serta pembelajaran
kepada peserta didik. Terlebih dalam era globalisasi saat ini, seorang guru dituntut
untuk bisa lebih berinovasi dan kreatif dalam memberikan materi belajar agar
diakui sebagai guru yang bermutu. Untuk lebih memahami pembahasan tentang
guru bermutu, maka penulis akan memaparkannya pada makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang guru bermutu
yang diharapkan akan memberikan pemahaman kepada para pembaca secara
mendalam tentang guru bermutu agar kiranya dapat memberikan tambahan
wawasan serta ilmu dalam bidang tersebut. Oleh karenanya, penulis akan
membahasnya dalam makalah ini dengan judul “Guru Bermutu”.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana definisi guru?
2. Bagaimana kompetensi guru bermutu yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005?
3. Bagaimana guru bermutu dapat menciptakan pendidikan yang bermutu?

1.3. Tujuan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi guru..
2. Untuk mengetahui kompetensi guru bermutu yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005.
3. Untuk mengetahui karakteristik guru bermutu yang dapat menciptakan
pendidikan yang bermutu.
4.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Guru


Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah
yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
pendidikan formal tetapi bisa juga di masjid, di surau, di musholla, di rumah dan
lain sebagainya.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.2 Kehadiran guru
dalam proses pembelajaran sebagai sarana pewarisan nilai-nilai dan norma-norma
masih memegang peranan penting. Peran guru dalam proses pembelajaran tidak
bisa digantikan oleh hasil teknologi modern seperti komputer dan lainnya. Hal ini
dikarenakan masih terlalu banyak unsur manusiawi, sikap, sistem nilai, perasaan,
motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang harus dimiliki dan dilakukan langsung oleh
guru yang tidak didapatkan oleh sarana komputer.3
Guru adalah aktor sosial yang memiliki kesadaran diri sebagai subjek dan
sekaligus bisa menjadikan dirinya sebagai objek. Pembelajaran yang dilakukannya
berdasarkan tindakan sosial yang bernilai sebagai rasionalitas nilai dan
kepercayaan yang menjadi konvensi sosial. Oleh karena itu, upaya untuk
meningkatkan profesionalitas guru harus dilakukan dengan cara melibatkan peran
serta guru untuk mengidentifikasi masalah pada diri mereka agar ditemukan
solusinya.4
1
Heriyansyah, Guru Adalah Manajer Sesungguhnya di Sekolah, Islamic Management:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 1, No., 1, Januari 2018, hlm. 120.

2
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 509.

3
M. Sabir U, Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: (Tugas dan Tanggung Jawab, Hak dan
Kewajiban dan Kompetensi Guru), Jurnal Auladuna, Vol. 2, No. 2, Desember 2015, hlm. 224.

4
Warsono, Guru: Antara Pendidik, Profesi dan Aktor Sosial, The Journal of Society &
Media, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 8.

3
Menurut N.A. Ametambun dan Djamarah yang dikutip oleh Heriyansyah
dalam jurnalnya yang berjudul Guru Adalah Manajer Sesungguhnya di Sekolah
menyatakan bahwa guru adalah semua orang yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.5
Menurut Zahara Idris dan Lisma Jamal yang dikutip oleh Muhammad Idris
dalam bukunya yang berjudul Kiat Menjadi Guru Profesional menyatakan bahwa
guru adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan bimbingan
kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan ruhaniah untuk
mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan,
makhluk individu yang mandiri dan makhluk sosial.6
Menurut A. Malik Fajar, guru merupakan sosok yang mengemban tugas
mengajar, mendidik, dan membimbing. Maka, jika seorang pengajar tidak
memiliki ketiga sifat tersebut, ia tidak dapat dipandang sebagai seorang guru.7
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.8
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis dapat mendefinisikan bahwa
guru adalah seorang yang memberikan ilmu dan pengetahuan kepada para peserta
didiknya dengan caranya masing-masing dengan tujuan dapat mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mencetak generasi yang gemilang.

2.2. Kompetensi Guru


5
Heriyansyah, Guru Adalah Manajer Sesungguhnya di Sekolah, Islamic Management:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 1, No., 1, Januari 2018, hlm. 120.

6
Muhammad Idris, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008),
hlm. 49.

7
A. Malik Fajar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm.
211.

8
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

4
Menurut Mulyasa, dalam mengembangkan kompetensinya, guru harus
memiliki beberapa kepribadian yang meliputi sebagai berikut:
1). Beriman dan bertaqwa;
2). Berwawasan pancasila;
3). Mandiri penuh tanggung jawab;
4). Berwibawa;
5). Berdisiplin;
6). Berdedikasi;
7). Bersosialisasi dengan masyarakat;
8). Mencintai peserta didik dan peduli terhadap pendidikan.9
Kompetensi guru diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa kompetensi
guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.10
Adapun keempat kompetensi ini akan diuraikan sebagai berikut:11
1). Kompetensi Pedagogis
Kompetensi Pedagogis adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan
yang berkaitan dengan interaksi pembelajaran antara guru dan peserta
didik dalam sebuah kelas. Kompetensi pedagogis ini meliputi kemampuan
guru dalam menjelaskan materi, melaksanakan metode pembelajaran,
memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengelola kelas, dan
melaksanakan evaluasi.
2). Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah seperangkat kemampuan karakteristik
personal yang mencerminkan realitas sikap dan perilaku guru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi
9
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hlm.
190-191.

10
Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

11
M. Sabir U, Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: (Tugas dan Tanggung Jawab, Hak dan
Kewajiban dan Kompetensi Guru), Jurnal Auladuna, Vol. 2, No. 2, Desember 2015, hlm. 230.

5
ini melahirkan ciri-ciri guru seperti sabar, tenang, bertanggung jawab,
demokratis, ikhlas dan lain-lain.
3). Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang
terkait dengan hubungan atau interaksi orang lain yang artinya guru
dituntut harus memiliki keterampilan berinteraksi dengan masyarakat.
4). Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan
terhadap penguasaan materi pelajaran secara mendalam, utuh dan
komprehensif.

2.3. Guru Bermutu Menciptakan Pendidikan yang Bermutu


Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses
pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara membebaskan
peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan,
ketidakbenaran, ketidakjujuran dan dari buruknya akhlak dan keimanan.12
Menurut Dedy Mulyasa, pendidikan yang bermutu lahir dari guru yang
bermutu pula. Guru yang bermutu paling tidak menguasai materi ajar, metodologi,
sistem evaluasi dan psikologi belajar yang meliputi:13
1). Guru yang baik bukan sekedar guru yang pintar, akan tetapi guru yang
mampu memintarkan peserta didik;
2). Guru yang baik bukan sekedar yang berkarakter, tapi guru yang mampu
membentuk karakter yang baik bagi peserta didiknya;
3). Guru yang baik bukan hanya guru yang mempunyai teladan dan integritas
tetapi guru yang diteladani oleh sesamanya;
4). Guru yang memerankan dirinya sebagai pelayan belajar yang baik tugas
utamanya bukan sekedar mengajar dalam arti menyampaikan sejumlah

12
Bambang Dalyono dan Dwi Ampuni Agustina, Guru Profesional Sebagai Faktor Penentu
Pendidikan Bermutu, Jurnal Majalah Bangun Rekaprima, hlm. 14.

13
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm 122.

6
konsep dan teori ilmu pengetahuan, tetapi tugas utama guru adalah
membantu kesulitan belajar peserta didik.
Menurut Oakes yang dikutip oleh Slamet menyatakan bahwa kualitas
sekolah dan kualitas pengajaran adalah fungsi dari kualitas guru. Guru memiliki
posisi strategis untuk menentukan arah pendidikan nasional. Oleh karena guru
sebagai ujung tombak pendidikan sehingga kualitas guru harus selalu
ditingkatkan. Menurut Sudarsono, dkk, guru yang bermutu dan berkualitas
memiliki karakteristik sebagai berikut:14
1). Mengembangkan sumber belajar
Guru mampu mengembangkan sumber belajar dengan cara memanfaatkan
potensi diri, murid, sekolah dan lingkungan. Potensi diri, siswa dan
sekolah, misalnya dengan cara membuat secara individu atau kelompok
untuk membuat sumber belajar, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar.
2). Menciptakan kelas kondusif
Menciptakan kelas yang kondusif yaitu menciptakan dan mempertahankan
suasana kelas agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara
efektif dan efisien.
3). Menciptakan kelas interaktif
Menciptakan kelas yang interaktif dengan berbagai teknik interaksi
seperti:
a). Interaksi satu arah, misalnya ketika guru ceramah atau memberikan
informasi;
b). Interaksi dua arah, misalnya ketika terjadi tanya jawab antara guru
kepada siswa atau sebaliknya;
c). Interaksi kompleks, misalnya terjadi antara guru kepada siswa atau
sebaliknya dan juga interaksi antarsiswa yang dilanjutkan kepada
guru dan atau sebaliknya.
4). Melaksanakan teknik kuis

14
Sudarsono, dkk, Kreativitas Guru dalam CBS Menentukan Keberhasilan Proses Belajar
Mengajar, Karya Ilmiah, (Klaten: Kandep Dikbud, 1998).

7
Waktu pemberian kuis dilakukan pada tahap tertentu yang digunakan
sebagai alat evaluasi sekaligus alat pemantau daya serap siswa. Selain itu,
pemberian kuis dapat digunakan untuk memotivasi belajar siswa agar
senantiasa mengulang pelajarannya setiap saat.
5). Memanfaatkan media belajar
Pemanfaatan ini mengacu kepada penggunaan dan penciptaan. Jika
sekolah telah ada media pembelajaran, guru tinggal menggunakannya saja.
Dan apabila di sekolah belum adanya media pembelajaran, maka guru
akan membuatnya.
6). Pengembangan media belajar
Apabila di sekolah belum ada media belajar yang dikehendaki guru, guru
secara kreatif membuat media belajar sendiri atau memanfaatkan potensi
lingkungan sekolah.
7). Pemanfaatan sumber belajar
Sumber belajar yang dimaksud bersifat wajib seperti buku paket, buku
penunjang dan sebagainya.
8). Memanfaatkan potensi lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
Adapun beberapa potensi lingkungan dapat terdiri dari lingkungan fisik
sekitar sekolah, barang-barang yang dapat dimodifikasi sebagai sumber
belajar, masyarakat di sekeliling sekolah, dan peristiwa yang terjadi di
sekeliling masyarakat.
9). Memilih strategi motivasi
Motivasi siswa perlu senantiasa dibangun oleh guru agar prestasi belajar
dapat ditingkatkan baik pemberian motivasi intrinsik maupun ekstrinsik.
10). Membimbing siswa untuk berkarya
Sebagai seorang guru harus mampu untuk membimbing siswa menjadi
aktif, kreatif, produktif, inovatif serta kemampuan-kemampuan lain yang
dapat menunjang seorang siswa untuk berkarya.
11). Menciptakan suasana kelas yang kompetitif
Kepekaan terhadap gejala yang terjadi di lingkungan bagi siswa dapat
ditingkatkan dengan cara menciptakan suasana yang kompetitif dimana

8
setiap kelas terdapat persaingan yang bebas untuk berlomba dan meraih
prestasi.
12). Melakukan diskusi dan kolaborasi antarteman sejawat
Untuk meningkatkan kompetensi guru, guru juga perlu melakukan diskusi
antarteman sejawat. Hal ini digunakan agar guru saling memberikan
pengalaman dan pengetahuannya antarguru tentang bagaimana caranya
meningkatkan sistem pembelajaran yang baik yang dapat dilakukan
melalui diskusi.
13). Melakukan diskusi dan kolaborasi dalam organisasi profesi
Tujuan organisasi ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
dimana kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan cara KKG atau
MGMP yang akan membahas berbagai hal yang dialami guru dalam
pembelajaran atau pembuatan perangkat pembelajaran.
14). Aktif dan produktif
Aktif dapat terealisasi ketika adanya keikutsertaan dalam berbagai
peristiwa yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru. Sedangkan
produktif mengacu kepada pembuatan karya ilmiah sebagai salah satu
karya nyata.
15). Mengembangkan materi
Guru mampu mengembangkan dirinya dan menyesuaikan dengan
perkembangan IPTEK. Guru harus mampu mengikuti perkembangan ilmu
jika ingin maju dari segi keilmuan dan keterampilan demi keberhasilan
siswa.
16). Melakukan penelitian
Departemen Pendidikan Nasional banyak memberikan stimulan kepada
guru untuk melaksanakan kegiatan pengembangan diri, pengembangan
publikasi ilmiah dan karya inovatif dimana hasil kinerja guru
dikonversikan menjadi angka kredit yang diperlukan untuk kenaikan
jabatan fungsional guru.15

15
Warih Jatirahayu, Guru Berkualitas Kunci Mutu Pendidikan, Jurnal Ilmiah Guru:
COPE, No. 2, 2013, hlm. 49-51.

9
Berdasarkan uraian tersebut diharapkan bahwa guru yang bermutu dan
berkualitas akan dapat menunjang sistem belajar mengajar di sekolah sesuai
tujuan yang diinginkan demi meningkatkan kualitas generasi bangsa di masa
depan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka penulis merumuskan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Guru adalah seorang yang memberikan ilmu dan pengetahuan kepada para
peserta didiknya dengan caranya masing-masing dengan tujuan dapat
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak generasi yang gemilang.
2. Seorang guru yang bermutu memiliki beberapa kompetensi yang telah
diatur oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen sebagai berikut:
a). Kompetensi Pedagogis
b). Kompetensi Kepribadian
c). Kompetensi Sosial
d). Kompetensi Profesional
3. Guru yang bermutu dapat menciptakan pendidikan yang bermutu apabila
memiliki beberapa karakteristik yaitu mengembangkan sumber belajar,
menciptakan kelas yang kondusif, menciptakan kelas yang interaktif,
melaksanakan teknik kuis, memanfaatkan potensi lingkungan sekolah
sebagai media belajar, pemanfaatan sumber belajar, pengembangan media
belajar, melakukan diskusi dan kolaborasi antarteman sejawat,
menciptakan suasana kelas yang kompetitif, membimbing siswa untuk
berkarya, membuat strategi motivasi, melakukan diskusi dan kolaborasi
dalam pengembangan profesi, aktif dan produktif, pengembangan materi,
melakukan penelitian. Karakteristik tersebut diharapkan bahwa guru yang
bermutu dan berkualitas akan dapat menunjang sistem belajar mengajar di
sekolah sesuai tujuan yang diinginkan demi meningkatkan kualitas
generasi bangsa di masa depan.

11
3.2. Saran
Untuk kesempurnaan makalah ini, maka penulis memerlukan kritik serta
saran yang sifatnya membangun sebagai tolak ukur kualitas penulisan bagi
pembahasan selanjutnya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis harapkan kepada para pembaca untuk lebih banyak membaca referensi-
referensi lain seperti jurnal dan buku-buku terkait dengan pembahasan tentang
guru bermutu untuk menambah wawasan dan bidang keilmuan bagi para
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Malik Fajar. Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: Balai Pustaka. 1998.

Bambang Dalyono dan Dwi Ampuni Agustina. Guru Profesional Sebagai Faktor
Penentu Pendidikan Bermutu. Jurnal Majalah Bangun Rekaprima.

Dedy Mulyasana. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: Remaja


Rosdakarya. 2011.

E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2002.

Heriyansyah. Guru Adalah Manajer Sesungguhnya di Sekolah. Islamic


Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. 1(1). Januari 2018.

M. Sabir U. Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: (Tugas dan Tanggung Jawab,


Hak dan Kewajiban dan Kompetensi Guru). Jurnal Auladuna. 2(2).
Desember 2015.

Muhammad Idris. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.


2008.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka. 2005.

Sudarsono, dkk. Kreativitas Guru dalam CBS Menentukan Keberhasilan Proses


Belajar Mengajar. Karya Ilmiah. Klaten: Kandep Dikbud. 1998.

Warih Jatirahayu. Guru Berkualitas Kunci Mutu Pendidikan. Jurnal Ilmiah Guru:
COPE. No. 2. 2013.

Warsono. Guru: Antara Pendidik, Profesi dan Aktor Sosial. The Journal of
Society & Media. 1(1). 2017.

13

Anda mungkin juga menyukai