Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

GURU DAN TUGAS MENGAJAR


(disusun untuk memenuhi mata kuliah Sosiologi Pendidikan)
Dosen Pengampu : Yummy Jumiati Marsa, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 5

Debby Febrianti (0305192087)


Putra Angga Pramudia (0305193152)
Roudati Jannah (0305192040)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Shalawat serta salam semoga berlimpah curahkan kepada baginda tercinta yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di Yaumil Akhir kelak. Tujuan utama
laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan dengan judul
Guru dan Tugas Mengajar.
Dalam laporan ini, kami akan membahas mengenai guru serta tugas mengajar dengan
rujukan buku utama yaitu Sosiologi Pendidikan karya Dr. Eka Susanti, M.Pd, Yummy
Jumiati Marsa, M.Pd dan HennyEndayani, M.Pd tahun 2022.
Laporan ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu kami harapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun kearah perbaikan pada laporan ini.

Medan, Maret 2022


Penulis,

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 3
1.3 Tujuan........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 4
2.1 Mengajar Sebagai Pekerjaan...................................................................... 4
2.2 Mengajar Sebagai Profesi.......................................................................... 4
2.3 Peranan Guru............................................................................................. 6
2.4 Hubungan Guru-Murid.............................................................................. 8
2.5 Sertifikasi................................................................................................... 12
2.6 Profesionalisme Guru dan Globalisasi....................................................... 14
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan wadah yang sangat berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Guru merupakan salah satu profesi yang dibutuhkan oleh dunia pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebuah profesi menuntut orang agar memiliki profesi
tersebut. Begitu juga guru, profesi tersebut dituntut memiliki kriteria dan syarat-syarat.
Seorang guru mempunyai tugas dan tanggungjawabnya sebagai pekerjaan dan sebagai
profesi. Selain itu, guru akan selalu terhubung dengan murid melalui aktivitas-aktivitas yang
ada di sekolah. Oleh karena itu, laporan ini akan membahas mengenai Guru, hal-hal yang
berkenaan dengan guru dan Tugas mengajar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mengajar sebagai pekerjaan?
2. Apa yang dimaksud dengan mengajar sebagai profesi?
3. Bagaimana Peranan Guru?
4. Bagaimana hubungan guru dengan murid?
5. Bagaimana sertifikasi guru?
6. Bagaimana profesionalisme guru dan globalisasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari mengajar sebagai pekerjaan dan mengajar sebagai
profesi
2. Untuk mengetahui peranan guru dan bagaimana hubungan guru dengan murid
3. Untuk mengetahui sertifikasi guru serta profesionalisme dan globalisasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MENGAJAR SEBAGAI PEKERJAAN


Kerja merupakan usaha yang ditujukan untuk memproduksi atau mencapai hasil.
Pekerjaan diartikan sebagai tugas kewajiban dan tanggungjawab sebagai penugasan kerja
total untuk pekerja. Definisi ini menekankan bahwa kerja dan pekerjaan sebagai bentuk
penjumlahan dan pengurangan tenaga manusia dalam aktivitas baik fisik maupun psikologis
untuk menghasilkan suatu produk atau layanan.
Salah satu pekerjaan yang dilihat sinergi antara pekerjaan domestik dan publik adalah
pekerjaan sebagai guru. Pekerjaan guru dilihat dari perspektif emic merupakan pekerjaan
lanjutan dari pekerjaan domestik yang dilakukan dalam rumah tangga. Aktivitas seperti
mengasuh, membesarkan dan menndidik anak di dalam keluarga dapat diperbesar cakupan,
jangkauan dan kuantitasnya dengan memperluas ruang dan memperpanjang waktu melalui
memasuki pekerjaan sebagai guru.1
Bekerja sebagai guru bagi seorang perempuan akan memperluas ruang dan
memperpanjang waktu dalam mengasuh, membesarkan dan mendidik anak, dlam hal ini anak
secara sosial pedagogis yaitu guru sebagai ibu sedangkan murid sebagai anak dalam hal ini
adalah anak didik.
2.2 MENGAJAR SEBAGAI PROFESI
Profesi ialah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (Keterampilan,
kejujuran dan sebagainya).2 Menurut Bukhari Alma, profesi adalah suatu pekerjaan,
mempunyai fungsi pengabdian pada masyarakat dan adanya pengakuan dari masyarakat.
Profesi menurut keterampilan tertentu melalui pendidikan dan latihan yang lama dalam
lembaga tertentu dan dalam disiplin ilmu tertentu serta memiliki kode etik yang menjadi
pedoman perilaku anggotanya, serta ada sanksi yang jelas terhadap pelanggaran kode etik.
Pekerjaan guru adalah suatu profesi tersendiri, pekerjaan ini tidak dapat dikerjakan
oleh sembarangan orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru. Guru adalah orang
yang memberikan ilmu pengetahuan terhadap anak didik, jadi, seseorang yang mengabdikan
diri kepada masyarakat dan tentunya guru memiliki tanggungjawab dan melaksanakan proses

1
Eka Susanti, Yummy Jumiati Marsa, dan HennyEndayani. Sosiologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, h.
59
2
Ibid h.60

4
belajar mengajar di tempat-tempat tertentu. Jadi, seorang guru adalah orang yang benar-benar
terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya masing-masing.
Makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya memiliki kualifikasi keguruan
secara formal melainkan mereka harus memiliki kompetensi keilmuan tertentu dan dapat
menjadikan orang lain pandai baik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam
ranah kognitif maksudanya adalah menjadikan peseta didik cerdas intelektualnya, sedangkan
afektif berarti menjadikan siswa mempunyai sikap dan perilaku yang sopan. Dan secara
psikomotorik mampu menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktivitasnya secara
efektif dan efisien.3
Kedudukan guru sebagai profesi bukan karena hasil dari cetakan sosial, melainkankan
karena seorang guru mengandung seperangkat teori yang sistematis. Selain itu seorang guru
memiliki otoritas terhadap anak didiknya dan orang tua dari peserta didiknya. Dan yang
terakhir adalah seorang guru memiliki klaim atas uang negara berupa gaji yang diterimanya.4
Profesi guru merupakan sebuah jabatan yang sangat mulia dan mengemban tugas
dalam suatu pembelajaran. Tugas pokok tersebut mencakup secara keseluruhan dalam proses
belajar-mengajar. Dan tugas pokok tersebut harus dilaksanakan secara profesional.
Adapun tugas guru sebagai profesi adalah sebagai berikut:
a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinya sehingga tumbuh dan
berkembang dengan total dan sempurna
b. Membantu anak belajar sehingga kemampuan intelektualnya tumbuh dengan menguasai
berbagai ilmu keterampilan, pengalaman, nilai dan sikap
c. Menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan menggunakan
pendekatan dan metedologi yang penuh dengan kreativitas sehingga kreativitas peserta didik
tumbuh dan berkembang
d. Menanamkan berbagai nilai-nilai dalam diri pesrta didik sehingga melekat tumbuh
menjadi satu dengan perilaku peserta didik setiap hari
e. Membangun watak dan kepribadian peserta didik menjadi orang yang memiliki watak
dan kepribadian tertentu yang diperlukan oleh masyarakat luas
f. Mengajar peserta didik bagaimana berhubungan dengan orang lain
g. Mengembangkan peserta didik menjadi orang yang berakhlak mulia

3
Thoifuri,Menjadi Guru Inisiator, hlm 3.

4
Mahmud dan Ija Suntana,AntropologiPendidikan,CV Pustaka Setia, Bandung,2012,hlm 177

5
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tugas yang dimiliki oleh guru
sebagai profesi, berarti mendidik dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan peserta didiknya.
Selain itu ia mengajar untuk meneruskan, mengembangkan ilmu pengetahuan serta
tekhnologi. Dan melatih untuk mengembangkan ketrampilan, keahlian yang dimiliki peserta
didik itu dan mampu menerapkannya. Tugas guru sebagai profesi menuntut adanya
profesional dan profesionalisasi. Yang dimaksud dengan profesional adalah keahlian yang
dimiliki sseorang guru sebagai bukti akan kompetensi yang dimilikinya untuk melayani dan
membuat orang lain lebih baik lagi. Sedangkan profesionalisasi adalah usaha untuk selalu
meningkatkan profesinya tanpa ada batasan waktu dan tempat5
2.3 PERANAN GURU
Guru merupakan faktor utama dan berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Dalam
pandangan siswa siswa guru memiliki otoritas bukan saja otoritas dalam bidang akademis
melainkan juga bidang non akademis. Karena itu pengaruh guru terhadap para siswanya
sangar besar dan sangat menentukan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memiliki peran yang cukup penting untuk
membuat ilmu-ilmu yang diajarkan dapat diterima oleh siswa-siswa yang ada. Tak hanya
berperan untuk mengajarkan ilmu-ilmu saja, banyak sekali peran guru dalam proses
pembelajaran. Nah kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai peran guru di dalam proses
kegaiatan belajar mengajar.
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru merupakan pendidik, tokoh, panutan serta identifikasi bagi para murid yang di didiknya
serta lingkungannya. Oleh sebab itu, tentunya menjadi seorang guru harus memiliki standar
serta kualitas tertentu yang harus dipenuhi. Sebagai seorang guru, wajib untuk memiliki rasa
tanggung jawab, mandiri, wibawa, serta kedisiplinan yang dapat dijadikan contoh bagi
peserta didik.
2. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar mengajar akan dipengaruhi oleh beragam faktor di dalamnya, mulai dari
kematangan , motivasi, hubungan antara murid dan guru, tingkat kebebasan, kemampuan
verbal, ketrampilan guru di dalam berkomunikasi, serta rasa aman. Jika faktor faktor tersebut
dapat terpenuhi, maka kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Guru harus
dapat membuat sesuatu hal menjadi jelas bagi murid, bahkan terampil untuk memecahkan
beragam masalah.

5
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm 7.

6
3. Guru Sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sebuah sumber belajar akan sangat berkaitan dengan kemampuan guru
untuk menguasai materi pelajaran yang ada. Sehingga saat siswa bertanya sesuatu hal, guru
dapat dengan sigap dan tanggap menjawab pertanyaan murid dengan menggunakan bahasa
yang lebih mudah dimengerti.
4. Guru Sebagai Fasilitator
Peran seorang guru sebagai fasilitator adalah dalam memberikan pelayanan agar murid dapat
dengan mudah menerima dan memahami materi-materi pelajaran. Sehingga nantinya proses
pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat dikatakan sebagai pembimbing perjalanan, yang mana berdasar pengetahuan serta
pengalamannya dan memiliki rasa tanggung jawab dalam kelancaran perjalanan tersebut.
Perjalanan ini tidak hanya sola fisik namun juga perjalanan mental, kreatifitas, moral,
emosional dan spritual yang lebih kompleks dan dalam.6
6. Guru Sebagai Demonstrator
Guru memiliki peran sebagai demonstator adalah memiliki peran yang mana dapat
menunjukkan sikap-sikap yang bisa menginspirasi murid untuk melakukan hal-hal yang sama
bahkan dapat lebih baik.
7. Guru Sebagai Pengelola
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, guru memiliki peran dalam memegang kendali atas
iklim yang ada di dalam suasana proses pembelajaran. Dapat diibaratkan jika guru menjadi
nahkoda yang memegang kemudi dan membawa kapal dalam perjalanan yang nyaman dan
aman. Seorang guru haruslah dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif dan
nyaman.
8. Guru Sebagai Penasehat
Guru berperan menjadi penasehat bagi murid-muridnya juga bagi para orang tua, meskipun
guru tidak memiliki pelatihan khusus untuk menjadi penasehat. Murid-murid akan senantiasa
akan berhadapan dengan kebutuhan dalam membuat sebuah keputusan dan dalam prosesnya
tersebut membutuhkan bantuan guru. Agar guru dapat memahami dengan baik perannya
sebagai penasehat serta orang kepercayaan yang lebih dalam maka sudah seharunya guru
mendalami mengenai psikologi kepribadian.7
9. Guru Sebagai Inovator

6
Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007
7
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-RuzzMedida, 2006

7
Guru menerjemahkan pengalaman yang didapatkannya di masa lalu ke dalam kehidupan
yang lebih bermakna untuk murid-murid didikannya. Karena usia guru dan murid yang
mungkin terlampau jauh, maka tentu saja guru lebih memiliki banyak pengalaman
dibandingkan murid. Tugas guru adalah untuk menerjemahkan pengalaman serta kebijakan
yang berharga ke dalam bahasa yang lebih modern yang mana dapat diterima oleh murid-
murid.
10. Guru Sebagai Motivator
Proses kegiatan belajar mengajar akan berhasil jika murid-murid di dalam nya memiliki
motivasi yang tinggi. Guru memiliki peran yang penting untuk menumbuhkan motivias serta
semangat di dalam diri siswa dalam belajar.
11. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan serta pembelajaran tentunya membutuhkan latihan ketrampilan, entah itu
dalam intelektual ataupun motorik. Dalam hal ini guru akan bertindak sebagai pelatih untuk
mengembangkan ketrampilan tersebut. Hal ini lebih ditekankan dalam kurikulum 2004 yang
mana memiliki basis kompetensi. Tanpa adanya latihan maka tentunya seorang guru tidak
akan mampu dalam menunjukkan penguasaan kompetensi dasar serta tidak mahir dalam
ketrampilan ketrampilan yang sesuai dengan materi standar.
12. Guru Sebagai Elevator
Setelah proses pembelajaran berlangsung, tentunya seorang guru harus melakukan evaluasi
pada hasil yang telah dilakukan selama kegiatan pembelajaran tersebut. Evaluasi ini tidak
hanya untuk mengevaluasi keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar
mengajar. Namun juga menjadi evaluasi bagi keberhasilan guru di dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar.8
2.4. HUBUNGAN GURU-MURID
Secara umum orang menganggap hubungan guru dan murid adalah hubungan antara
“yang mengajar dengan yang belajar”, yaitu guru dianggap sebagai orang yang lebih tahu,
yang memberi pengetahuan kepada siswa yang belum tahu. Sebenarnya hubungan keduanya
lebih luas daripada sekadar dalam konteks pengajaran. Hubungan antara guru dan murid
adalah hubungan antara “yang mendidik dengan yang dididik”, yaitu guru dianggap sebagai
orang yang lebih dewasa, yang menolong, menghantar siswa menuju kedewasaan (kata
“mendidik” berasal dari toeducate = exducare = menghantar ke luar). Hubungan keduanya

8
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006

8
tidak hanya menyinggung aspek pengetahuan (otak), tetapi juga aspek rohani, perasaan,
tingkah laku, kepribadian, atau thewholebeing guru dan murid itu sendiri.9
Pengertian hubungan guru dan murid yang kedua di atas sebenarnya mempunyai arti
yang luas. Hubungan ini juga berarti hubungan antara “ yang membelajarkan dengan yang
dibelajarkan”. Di sini terjadi proses pembelajaran, bukan pengajaran, atau transfer
pengetahuan. Proses pembelajaran adalah proses membuat murid menjadi pelajar yang
melakukan bagaimana seharusnya belajar. Guru berperan sebagai motivator, yang mendorong
murid belajar. Guru berfungsi sebagai fasilitator; menciptakan suasana , memberi kesempatan
dan pengarah di dalam murid belajar. Ia memberikan “kail” kepada murid, agar murid
mencari “ikan” sendiri. Jadi guru tidak langsung memberikan “ikan”, atau mencekoki murid
dengan pengetahuan. Guru harus menjadi teladan, contoh atau model di dalam belajar. Murid
berperan aktif di dalam mengembangkan diri.
Pengertian hubungan guru dan murid ke dua di atas dapat juga berarti hubungan
antara “yang memberikan teladan hidup dengan yang menerima teladan hidup”. Di sini
terjadi sharinglife. Jadi sebenarnya begitu dalam pengaruh guru terhadap muridnya. Apa yang
dipikirkan, dikatakan, atau diperbuat oleh guru di depan murid-muridnya akan dapat
mempengaruhi hidup murid. Seluruh kepribadian, kerohanian, dan kehidupan guru dapat
menjadi contoh bagi murid.10
Hubungn guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Guru dapat dikatakan orang tua siswa
di sekolah dan merupakan orang tua kedua setelah orang tua siswa di dalam keluarga.
Sehingga seorang guru harus memiliki kedekatan dengan peserta didik. Hubungan baik guru
dengan siswa atau peserta didik ini dapat mendorong siswa untuk rajin belajar.
Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun baiknya
metode yang digunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa tidak harmonis maka dapat
menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan dalam proses pembelajaran. Banyak siswa
yang apabila tidak suka dengan gurunya , maka dia tidak suka dengan mata pelajaran yang
diajarkan oleh gurunya itu. Sehingga pembelajaran terhambat
Salah satu cara unrtuk mengatasi supaya tetap terciptanya hubungan baik antara guru
dengan siswa adalah melalui Contacthours . contacthoursdisini jam-jam bertemu antara guru
dengan siswa. Tapi bertemu antara guru dengan siswa diluar kegiatan jam-jam mengajar.
9
Sugihartono, dkk. (2007) Pendidikan murid pembelajaran disekolah. Yogyakarta : UNY PressJujun S.

10
Suriasumantri. (2003) Sebuah propesi guru dalam belajar dan etika. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

9
S. Nasution dalam bukunya Sosiologi Pendidikan menjelaskan bahwa hubungan
antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil.
1. Ciri khas dari hubungan ini adalah bahwa terdapat status yang sama antara guru dan
murid. Guru itu secara umum diakui mempunyai status yang lebih tinggi dan karena
itu dapat menuntut murid untuk menunjukkan kelakuan yang sesuai dengan difat
hubungan itu. Bila anak itu meningkat sekolahnya ada kemungkinan ia mendapar
kedudukan yang lebih tinggi sebagai siswa pascasarjana ia dapat diperlakukan sebagai
manusia yang matang dan dewasa, jadi, banyak sedikit dengan status yang dekat
status dosen. Namun hubungan guru-murid dari masa sebelumnya masih melekat dan
masih susah dihilangkan, setidaknya di negara kita ini. guru atau dosen banyak sedikit
masih turut berkuasa atas nasib siswa dan selalu dapat berlindung di belakang
posisinya yang berkuasa itu.
2. Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan mengalami perubahan
kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap orang yang mengajar akan mengalami
perubahan dan menambah pengalamannya, akan tetapi ia tidak diharuskan atau
diharapkan menunjukkan perubahan kelakuan, sedangkan murid harus
memperlihatkan dan membuktikan bahwa ia telah mengalami perubahan kelakuan.
3. Aspek ketiga ini bertalian dengan aspek kedua yakni bahwa perubahan kelakuan yang
diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik misalnya agar anak
menguasai bahan pelajaran tertentu. Mengenai hal-hal yang umum, yang kabur, yang
tidak mudah tercapai kesamaan pendapat misialnya apakah guru harus menunjukkan
cinta kasih kepada murid, apakah yang harus bertindak sebagai orangtua atau sahabat.
Karena sifat tak sama dalam kedudukan guru-murid maka sukar bagi guru untuk
mengadakan hubungan akrab. Demi hasil belajar yang diharapkan diduga guru itu
harus dihormati dan dapat memelihara jarak dengan murid agar dapat berperan
sebagai modal bagi muridnya.
Gaya Berhubungan Guru dengan Peserta Didik yang Menyenangkan.
a) Guru yang tidak pernah yang membedakan siswa yang mana lebih unggul dan tidak
akan memberikan kesan kepada siswa bahwa guru tersebut berlaku tidak adil. Ini
salah satu gaya berhubungan guru dengan peserta diketika belajar tidak merasakan
dikotak-kotakan. Dengan begitu guru dengan peserta didik akan menjadikan belajar
yang efektif dan stabil.
b) Guru yang suka memberikan penghargaan setiap kali siswanya melakukan hal yang
baik dan menghasilakn predikat memuaskan. Misalnya guru yang memberikan

10
permen atau minimuan secara, Cuma-Cuma kepada siswanya ketika semua siswa
nyatida ada yang remidi. Guru menghragai jerih payah sisiwanya dengan
memberikan hadiah karena hasil belajarnya memuaskan .
c) Guru yang selalu menemani siswanya ketika ada pertandinagn. Biasanya hal
semacam ini dilakukan oleh wali kelasnya masing-masing. Karena siswa yang
berkompenteasi merasa mendapatkan dukungan lebih baik. Sekalipun siswanya kalah
dalam kompetisinya tersebut, rasa kecewwa yang dibawa tidak begitu membebani.
d) Guru yang selalu memadukan permainan disela-sela mengajar. Ini akan belajarnya
tidak jenuh dalam pembelajaran. Dengan begitu guru akan lebih kontrol siswa, begitu
pula dengan siswanya, ketika mengetahui gur yang berada dihadapanya mereka asiik
dan menyenangakan mereka tidak akan sungkan untuk mengutarakan keinginan
mereka ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung
Etika Peserta Didik dalam hubungan atara Peserta Didik dengan guru yaitu :
1) Menghormati semua guru tanpa membedakan suku, agama, ras, dan tidak didasari
atas perasaan suka atau tidak suka.
2) Bersikap sopan santun terhadap semua guru dalam interaksi baik di dalam lingkungan
maupun di luar lingkungan
3) Menjaga nama baik guru dan keluarganya
4) Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak baik dan belum tentu benar mengenai
seorang guru kepada guru atau pihak lainnya, kecuali terhadap pelanggaran hukum
dan etik yang diwajibkan berdasarkan ketentuan hukum dan peraturan di lingkungan
5) Santun dalam mengemukakan pendapat atau mengungkapkan ketidaksepahaman
pendapat tentang keilmuan yang disertai dengan argumentasi yang rasional
6) Jujur terhadap guru dalam segala aspek
7) Tidak menjanjikan atau memberikan sejumlah uang atau fasilitas lainnya kepada guru
atau pihak lainnya dengan tujuan untuk mempengaruhi penilaian guru.
8) Percaya pada kemampuan sendiri, dalam arti tidak menggunakan pengaruh orang lain
untuk tujuan mempengaruhi penilaian guru
9) Tidak mengeluarkan ancaman baik secara langsung maupun dengan menggunakan
orang lain terhadap guru.
10) Bekerjasama dengan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, termasuk
menyiapkan diri sebelum berinteraksi dengan guru di ruang perbelajaran.
11) Memelihara sopan santun pada saat mengajukan keberatan atas sikap guru terhadap
pimpinannya disertai dengan bukti yang cukup.

11
12) Menghindari sikap membenci guru atau sikap tidak terpuji lainnya disebabkan nilai
yang diberikan oleh guru.
13) Mematuhi perintah dan petunjuk guru sepanjang perintah dan petunjuk tersebut tidak
bertentangan dengan norma hukum dan norma lainnya yang hidup di tengah
masyarakat.
14) Berani mempertanggungjawabkan semua tindakannya terkait interaksi dengan guru.11
2.5 SERTIFIKASI
1. Landasan
Dasar utama pelaksanaan sertifikasi adalah:
a. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang disahkan tanggal
30desember 2005.
1) Pasal yang menyatakan adalah pasal 8 yakni guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
memliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2) Pasal lainnya adalah pasal 11 ayat 1 yang menyebutkan bahwa sertifikasi
pendidik sebagaimana pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan
b. Landasan hukum lainnya adalah undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi
guru dalam jabatan yang ditetapkan pada 4 mei 2007
2. Pengertian Sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.
Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengertian tersebut sertifikasi guru dapat
diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu,
setalah lulus mengikuti ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.
Dengan kata lain sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi seseorang sebagai landasan
pemberian sertifikat pendidik. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh lembaga
LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Pelaksanaan sertifikasi guru dalam
jabatan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 yakni
dilakukan dalam bentuk portofolio.
11
Abin Syamsuddin M., (2000), Psikologi Kependidikan dalam peserta didik , Bandung: Remaja

12
3. Tujuan Sertifikasi Guru
Dalam kaitannya dengan membantu meningkatkan kualitas pendidik, sertifikasi
pendidik memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:
Mennetukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan Nasional.
a. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan
b. Meningkatkan martabat guru
c. Meningkatkan profesionalitas guru
4. Manfaat Sertifikasi Guru
Adapun manfaat uji sertifikasi guru adalah sebagai berikut:
a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten
sehingga dapat merusak etika profesi guru itu sendiri.
b. Meindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan
profesional yang akan dapat menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan
penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.
c. Menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK yang bertugas mempersiapkan calon guru
dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan.
d. Menjaga lembaga penyelenggaraan pendidikan dari keinginan internal dan tekanan
eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan-ketentuan berlaku.
e. Memperoleh tunjangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi sehingga bisa
meningkatkan kesejahteraan guru.
5. Prinsip-Prinsip Sertifikasi Guru
Pelaksanaan sertifikasi memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu:
a. Dilaksanakan secara objektif, transparan dan akuntabel
1) Objektif yaitu mengajak kepada proses pemrolehan sertifikat pendidik yang
impartial, tidak diskriminatif dan memenuhi standar pendidikan nasional
2) Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang
kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses
informasi tentang proses dan hasil sertifikasi.
3) Akuntabel yaitu proses ratifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada
pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial dan
akademik.
b. Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan guru dan
kesejahteraan guru.

13
Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang
dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi
guru akan diberi tunjangan profesi sebesar 1 kali gaji pokok sebagai bentuk upaya
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku bagi
guru yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil maupun bagi guru yang berstatus
non Pegawai Negeri Sipil. Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka
diharapkan dapat meningkatkan mutu pebelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia
secara berkelanjutan.
c. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat undang-
undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
undang-undang Republik Indoneia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dan
peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
d. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis
Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien harus
direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi mengacu kepada kompetensi
guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru mencakup empat kompetensi
pokok yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional. Sedangkan standar kompetensi guru mencakup kompetensi
inti guru yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi guru TK, guru SD dan
guru mata pelajaran. Untuk memberikan sertifikat pendidik kepada guru perlu
dilakukan uji kompetensi melalui penilaian portofolio.
e. Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah
Untuk alasan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru serta penjaminan
kualitas hasil sertifikasi jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap
tahunnya ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang ditetapkan
pemerintah tersebut maka disusunlah kuota guru peserta sertifikasi untuk maing-
masing provinsi dan kabupaten. Penyusunan dan penetapan kuota tersebut didasarkan
atas jumlah data individu guru per kabupaten atau kota yang masuk di pusat dan data
Direktorat Jenderal peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan.
2.6 PROFESIONALISME GURU DAN GLOBALISASI
Sejumlah kecenderungan dan tantangan globalisasi yang harus diantisipasi pendidik
dengan pentingnya mengedepankan profesionalisme ialah:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar

14
Dengan kondisi ini seorang pendidik diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan
responsif, arif dan bijaksana. Responsif artinya pendidik harus bisa menguasai denan
baik produk Iptek terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan seperti
pembelajaran dengan menggunakan multimedia. Tanpa penguasaan Iptek yang baik
pendidikan tertinggal dan menjadi korban Iptek.
2. Krisis moral
Krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia akibat pengaruh Iptek dan
Globalisasi telah menjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menjunjung tinggi moralitas bisa saja
dapat bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi. Di kalangan remaja
sangat begitu terasa akan pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh hiburan baik
berasal dari media cetak maupun media elektronik yang menjurus pada hal-hal
pornografi telah menjadikan sebagai remaja tergoda dalam suatu pilihan kehidupan
yang menjurus pada pergaulan bebas dan materialisme. Mereka sebenarnya hanya
menjadi korban dari globalisasi yang selalu menuntut kepraktisan, kesenangan belaka
dan budaya cepat saji.
3. Krisis sosial
Krisis sosial seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran dan kemiskinan yang
terjadi dalam masyarakat dunia. Akibat perkembangan industri dan kapitalisme maka
muncul masalah masalah sosial yang ada dalam masyarakat. Tidak semua lapisan
sosial bisa mengikuti dan menerima dunia industri dan kapitalisme. Mereka lemah
secara pendidikan, akses dan ekonomi akan menjadi korban ganasnya industrialisme
dan kapitalisme. Ini merupakan tanatangan bagi guru dalam merespon realitas ini
terutama kaitannya dengan dunia pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
yang formal dan sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat harus menghasilkan
peserta didik yang diap hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun. Dunia
pendidikan harus menjadi solusi dari masalah sosial bukan menjadi bahkan penyebab
dari masalah sosial tersebut.
4. Krisis identitas sebagai bangsa
Sebagai bangsa dan negara di tengah bangsa lain di dunia membutuhkan identitas
kebangsaan yang tinggi dari warga negara Indonesia. Semangat nasionalisme
dibutuhkan tetap eksis nya bagi bangsa dan negara Indonesia. Nasionalisme yang
tinggi dari warga negara akan mendorong jiwa positif dan terbaik untuk bangsa dan
negara. Dalam dekade terakhir ada kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di

15
kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti
kurangnya apresiasi generasi muda terhadap kebudayaan asli bangsa Indonesia, pola
dan gaya hidup remaja yang kebarat-baratan dan beberapa indikator lainnya. Melihat
realitas perilaku generasi muda ini, pendidik sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai
nasionalisme harus mampu memberikan kesadaran kepada generasi muda akan
pentingnya jiwa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak
semua nilai-nilai glibal harus diterima dan tidak semua nilai-nilai tradisional harus
ditinggalkan. Misalnya, nilai-nilai bangsa yang mengedepankan musyawarah,
kerjasama, gotong royong, dan saling membantu tetap relevan dalam menyelamatkan
generasi masa datang di tengah kehidupan era globalisasi yang membawa nilai-nilai
sebaliknya.
5. Adanya perdagangan bebas
Adanya perdagangan bebas baik di tingkat ASEAN, Asia Pasifik maupun dunia.
Kondisi ini membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi sumber daya
manusia. indonesia kedepan membutuhkan sumber saya manusia yang handal dan
unggul yang siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Dunia pendidikan mempunyai
peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dibutuhkan pendidik yang visioner, kompeten, berdedikasi tingi dan
berkomitmen agar mampu membekali peserta didik, dengan sejumlah kompetensi
yang diperlukan dalam kehidupan di tengah masyarakatyang sedang dan terus
berubah.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bekerja sebagai guru bagi seorang perempuan akan memperluas ruang dan
memperpanjang waktu dalam mengasuh, membesarkan dan mendidik anak, dlam hal ini anak
secara sosial pedagogis yaitu guru sebagai ibu sedangkan murid sebagai anak dalam hal ini
adalah anak didik.
Pekerjaan guru adalah suatu profesi tersendiri, pekerjaan ini tidak dapat dikerjakan
oleh sembarangan orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru. Guru adalah orang
yang memberikan ilmu pengetahuan terhadap anak didik, jadi, seseorang yang mengabdikan
diri kepada masyarakat dan tentunya guru memiliki tanggungjawab dan melaksanakan proses
belajar mengajar di tempat-tempat tertentu. Jadi, seorang guru adalah orang yang benar-benar
terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya masing-masing.

17
DAFTAR PUSTAKA

Eka Susanti, Yummy Jumiati Marsa, dan HennyEndayani. Sosiologi Pendidikan. Medan:
Perdana Publishing,
Mahmud dan Ija Suntana. 2002. AntropologiPendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia
Moh Uzer Usman. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nata, Abuddin. 2007. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Toto Suharto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-RuzzMedida
Muhaimin. 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sugihartono, dkk. 2007. Pendidikan murid pembelajaran disekolah. Yogyakarta : UNY
PressJujun S.
Suriasumantri. 2003. Sebuah propesi guru dalam belajar dan etika. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Abin Syamsuddin M. 2000. Psikologi Kependidikan dalam peserta didik. Bandung: Remaja

18

Anda mungkin juga menyukai