Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Peranan Guru di Sekolah dan Dalam Masyarakat


Dosen pembimbing:
Ulva Badi’ Rohmawati M. Pd. I

Di susun oleh:
Arizal Imam Ikhtiar (201955010104878)
Ma’rifatuz Zahro’ (201955010104873)
Siti Aminah (201955010104869)

Kelas 3D Prodi PAI Fakultas Tarbiyah


Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro
2020/2021
Kata pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang maha Esa senantiasa kita ucapkan,
atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari ibu dosen Ulva Badi’ Rohmawati M. Pd. I. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Peranan Guru di Sekolah dan Dalam Masyarakat” bagi
para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen Ulva badi’ Rohmawati M. Pd. I
yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan
yang sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Tuban, 20 Desember 2020

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan pembahasan......................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................... 2
A. Peranan guru disekolah.................................................................................... 2
B. Peranam guru dalam masyarakat..................................................................... 5
C. Revitalisasi peranan guru disekolah dan masyarakat...................................... 6
BAB III
PENUTUP............................................................................................................ 8
A. Kesimpulan...................................................................................................... 8
B. Saran................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa merupakan sosok yang sangat berwibawa yang
sering kali menjadi panutan bagi masyarakat. Kata guru dalam bahasa Arab disebut Mu’allim
dan dalam bahasa Inggris guru disebut dengan teacher yang memiliki arti A person whose
occupation is teaching others, yaitu seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam
pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat tertentu, tidak
mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, surau, mushala, rumah, dan
sebagainya. Maka guru di jaman sekarang sudah mendapat arti yang luas lagi dalam masyarakat.
Semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepda seseorang atau
sekelompok orang dapat disebut guru, misalnya: guru silat, guru senam, guru mengaji, guru
menjahit, dan sebagainya. Namun dalam pembahasan berikutnya, guru yang dimaksud adalah
seseorang yang mengajar di sebuah lembaga pendidikan, terutama di sekolah.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana kedudukan guru dan peranan guru?
b. Bagaimana peranan guru dalam masyarakat?
c. Bagaimana peranan guru dalam sekolah?

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui kedudukan guru dan peranan guru
b. Untuk mengetahui peranan guru disekolah
c. Untuk mengetahui peranan sosial guru dalam masyarakat.

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. PERANAN GURU DI SEKOLAH

Guru selalu identik dikatakan sebagai pendidik. Pendidik merupakan tenaga professional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2). Guru sebagai seorang tenaga kependidikan yang profesional
berbeda pekerjaannya dengan yang lain, karena ia merupakan suatu profesi, maka dibutuhkan
kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Tabrani Rusyan,
1990). Jadi peranan guru di sekolah adalah seseorang yang professional dan memiliki ilmu
pengetahuan, serta mengajarkan ilmunya kepada orang lain, sehingga orang tersebut mempunyai
peningkatan dalam kualitas sumber daya manusianya.
            sedangkan peranan guru yang  diungkapkan oleh Muhibbin Syah (2000) memiliki sudut
pandang yang berbeda. Yaitu, pada dasarnya fungsi atau peranan penting guru dalam proses
belajar mengajar ialah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya, setiap guru
diharapkann untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai
keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran
kegiatan proses belajar mengajar. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam
dunia pendidikan modern seperti sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi
direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks
dan berat pula. Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi
timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam kompetensi
profesionalisme keguruan yang disandang oleh para guru.1
Menurut Gagne, setiap guru berfungsi sebagai hal-hal berikut:

1.      Guru sebagai Designer of Instruction (perancang pengajaran)


Fungsi guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran) menghendaki guru untuk
senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang berhasilguna dan
berdayaguna.
1
Hal: 57 Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta : Mirza Media Pustaka.

2
Untuk merealisasikan fungsi tersebut, setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadai
mengenai prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan belajar
mengajar. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.    Memilih dan menentukan bahan pembelajaran.
b.    Merumuskan tujuan penyajian bahan pembelajaran.
c.    Memilih metode penyajian bahan pembelajaran yang tepat.
d.    Menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar.
2.      Guru sebagai Manager of Instruction (pengelola pengajaran)
Fungsi guru ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan
mengendalikan) seluruh tahapan proses belajar mengajar.
Di antara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses belajar mengajar, yang terpenting ialah
menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa belajar
secara berdayaguna dan berhasilguna.
Selain itu kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi,
baik dua arah maupun multiarah antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dapat
berjalan secara demokratis. Sehingga menghasilkan, baik guru sebagai pengajar maupun siswa
sebagai pelajar dapat memainkan peranan masing-masing secara integral dalam konteks
komunikasi instruksional yang kondusif (yang membuahkan hasil).
3.      Guru sebagai Evaluator of Student Learning (penilai prestasi belajar siswa)
Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi
belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Pada dasarnya kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar itu sendiri, yakni
kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi, idealnya berlangsung sepanjang
waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya. Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu
menunjukkan kekurangan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong untuk
melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan (relearning). Sebaliknya, bila evaluasi tertentu
menunjukkan hasil yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan termotivasi
untuk meningkatkan volume kegiatan belajarnya agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks
dapat pula dikuasai. Informasi dan data kemajuan akademik yang diperoleh guru dari kegiatan
evaluasi (khususnya evaluasi formal) setidaknya dijadikan feed back (umpan balik) untuk
melakukan penindaklanjutan proses belajar mengajar.

3
Hasil kegiatan evaluasi juga setidaknya dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam
memperbaiki atau meningkatkan penyelenggaraan proses belajar mengajar pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar tidak akan statis, tetapi terus meningkat
hingga mencapai puncak kinerja akademik yang sangat didambakan itu.
Sementara itu menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000), fungsi guru meliputi sebagai insiator,
korektor, inspirator, informator, mediator, demonstrator, motivator, pembimbing, fasilitator,
organisator, evaluator, pengelola kelas, dan supervisor.
a.    Insiator, yaitu guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar mengajar dan ide-ide tersebut
merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.
b.    Korektor, yaitu guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk.
c.    Inspirator, yaitu guru harus bisa memberikan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik.
d.    Informator, yaitu guru sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium studi lapangan,
dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
e.    Mediator, yaitu guru dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
f.      Demonstrator, yaitu dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat dipahami oleh
anak didik. Apalagi anak didik yang mempunyai intelegensi yang sedang atau rendah. Untuk
bahan pelajaran yang sukar dipahami tersebut, maka guru harus berupaya membantunya dengan
cara memperagakan apa yang diajarkan.
g.    Motivator, yaitu peranan guru sebagai pemberi dorongan kepada siswa dalam meningkatkan
kualitas belajarnya.
h.    Pembimbing, yaitu jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru harus
dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dan dicita-citakan.
i.      Fasilitator, yaitu guru memberikan fasilitas (kemudahan) dalam proses belajar mengajar,
sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung secara komunikatif, aktif, dan efektif.
j.      Organisator, yaitu guru mempunyai kemampuan mengorganisasi komponen-komponen yang
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga
dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.
k.    Evaluator, yaitu ada kecenderungan bahwa peranan evaluator guru mempunyai otoritas untuk
menilai prestai belajar siswa, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik, tingkah laku
sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

4
l.      Pengelola kelas, yaitu guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah
termpat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari
guru.
m.   Supervisor, yaitu guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis
terhadap proses belajar mengajar. Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya
karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya,
pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya.2

B.     PERANAN GURU DALAM MASYARAKAT


Guru juga merupakan profesion yang bertanggungjawab mendidik dan memimpin
masyarakat. Tidak dinafikan, hingga hari ini guru banyak menyumbang khidmat bakti dalam
pembangunan bangsa dan negara lebih-lebih lagi dalam membentuk sesuatu yang berhubungan
dengan  pelajar.
Dalam tatanan masyarakat, guru juga memiliki peranan. Didalam kepustakaan, peranan
guru dapat dibedakan menjadi dua aliran;
1.      Preskriptif.
Aliran yang pertama ini dinyatakan oleh Floud, bahwasanya guru pada masyarakat yang
sudah kaya, “harus merupakan bukan saja seorang misionaris di pemukiman-pemukiman orang
miskin akan tetapi juga seorang pejuang di daerah pinggiran kota, yang mengabdikan dirinya
kepada peperangan melawan mediokritas (mutu yang sedang-sedang saja) dan mencari mutu
yang unggul. Floud tidak menyatakan bahwa itulah keadaan guru yang sebenarnya melainkan
mengemukakan bagaimana guru itu seharusnya, menurut perasaannya, peran mereka di dalam
masyarakat yang sudah kaya.
Guru merupakan faktor penting dalam pembangunan mereka, ketika berada dalam suatu
kedudukan yang istimewa untuk mematahkan lingkaran kemiskinan, kebodohan dan prasangka
dengan cara yang mungkin bisa diterima oleh penduduk yang bersangkutan. Sementara efek
berganda dari pekerjaan itu menonjolkan mereka sebagai investasi berharga disaat menghadapi
tuntutan-tuntutan berat dengan sumber-sumber daya yang terbatas.
2.      Deskriptif.

2
. Hal: 87 Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi aksara.

5
Modus deskriptif dalam perannya menekankan serba keadaan di mana para guru bekerja.
Disamping konflik yang timbul dari sekian banyak harapan dan nilai yang digenggam orang
mengenai guru, Wilson (1962) menunjukan wilayah atau konflik yang berasal dari sifat
pekerjaan yang baur (difus), artinya disini sulit untuk mengetahui kapan seorang guru selesai
menunaikan tugasnya, atau kapan dan dimana pekerjaanya berakhir.
Jadi pada aliran deskriptif ini ,  menekankan pada peranan guru tiada henti yang masih abstrak
untuk diketahui kapan hal itu berakhir.
Apabila dilihat dari prespektif yang fungsionalis, guru dikonsepsikan secara pasif, dalam arti
guru memberi respons kepada struktur sosial  dan tidak secara aktif menyumbang kepada
pembangunan struktur itu sendiri. 3

C.     REVITALISASI PERANAN GURU DI SEKOLAH DAN MASYARAKAT


Beberapa pekan terakhir ini, kiprah dunia pendidikan sering tercoreng oleh perlakukan
negatif komponen dalam pendidikan itu sendiri. Kekerasan atau perlakuan intimidasi seorang
guru dengan murid maupun sesama murid. Banyak terjadi perbuatan-perbuatan yang kurang baik
ataupun perbuatan yang tidak selayaknya dilakukan oleh seorang guru, sehingga pada saat ini
mengakibatkan turunya citra baik dan kewibawaan seorang guru di sekolah maupun dalam
masyarakat. Guru yang dalam pemaknaan pantun bahasa jawa “digugu lan ditiru” telah baralih
pada pemaknaan “wagu tur saru”
Pepatah juga mengatakan, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Jadi posisi
seorang guru sebanarnya harus manjadi teladan yang baik, karena itu akan diteladani oleh orang
lain, akan tetapi bagaima bisa berwibawa apabila teladan tersebut adalah teladan negatif yang
secara etika tidaklah pantas untuk ditiru. Oleh karena hal-hal tersebut perlu adanya revitalisasi
atau pemulihan fungsi kembali pada peran seorang guru.
Dalam revitalisasi peranan guru disekolah maupun dimasyarakat, dapat diawali dengan
penguasaan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Apabila berdasarkan
Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru,
menetapkan standar kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
profesional. Jadi seorang guru itu menguasai teori-teori pengajaran, memiliki kepribadian yang
tangguh sehingga dapat terhindar dari segala perbuatan yang melanggar etika, seorang guru juga

3
Hal: 267 Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

6
memiliki rasa sosial kemanusiaan, serta seorang guru harus bisa menjalankan pekerjaannya
secara profesional.
Menurut Sudjarwadi (2003), tiga hal yang harus dikuasai  dalam upaya revitalisasi
peranan guru. Yaitu, guru dengan kemampuannya diharapkan dapat mengembangkan dan
membangun tiga pilar keterampilan. Pertama, Learning skills, yaitu keterampilan
mengembangkan dan mengola pengetahuan dan pengalaman serta kemampuan dalam menjalani
belajar sepanjang hayat. Kedua, Thinking skills, yaitu keterampilan berpikir kritis, kreatif dan
inovatif untuk menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah secara optimal. Ketiga, Living
skills, yaitu keterampilan hidup yang mencakup kematangan emosi dan sosial yang bermuara
pada daya juang, tanggungjawab dan kepekaan sosil yang tinggi.
Dengan upaya-upaya tersebut, apabila dilaksanakan secara maksimal maka akan
mengantarkan pada tercapainya revitalisasi peranan guru di sekolah dan masyarakat. Yang pada
akhirnya akan kembali mengharumkan citra baik dan kewibawaan seorang guru di sekolah
maupun dalam masyarakat, sehingga sangatlah pantas bagi guru tersebut untuk digugu dan
ditiru.4

BAB III

PENUTUP

A.     KESIMPULAN

4
Hal: 32 Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

7
Kesimpulan secara umum dapat kami sumpulkan beberapa hal yang harus kita garis
bawahi diantaranya adalah. Kata guru dalam bahasa Arab disebut Mu’allim dan dalam bahasa
Inggris guru disebut dengan teacher yang memiliki arti A person whose occupation is teaching
others, yaitu seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Pada dasarnya fungsi atau peranan penting guru dalam proses belajar mengajar ialah sebagai
director of learning (direktur belajar).
Dalam tatanan masyarakat, guru juga memiliki peranan. Didalam kepustakaan, peranan
guru dapat dibedakan menjadi dua aliran; preskriptif dan deskriptif.
Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru,
menetapkan standar kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
profesional.
Menurut Sudjarwadi (2003), tiga hal yang harus dikuasai  dalam upaya revitalisasi peranan guru.
Yaitu, Learning skills, Thinking skills, Living skills.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan pedoman banyak sumber
yang dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharap kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Smith, Mark K. dkk. 2010. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta : Mirza
Media Pustaka. Oemar, Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi aksara. Joni, T.

8
Raka. 1984. Wawasan Kependidikan Guru, Jakarta : Depdikbud. Nasution, S. 2004. Sosiologi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai