Anda di halaman 1dari 43

PROFESI PENDIDIKAN

“TUGAS, PERAN DAN TANGGUNG JAWAB GURU”

Dosen Pengampu:
Jumadin, S.Pd M.Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK III
ST AQILA AR-RUMAIZA (22020350002)
MUHAMMAD ABDUL SAMAD (220203500005)
Rifqy Mulawarman (220203502015)
BAGUS EKA PUTRA (200203502001)
Hidayat Al-Rizky (220203502011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
Kata Pengantar
Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin dinamis,
peran seorang guru di sekolah menjadi semakin penting dalam membentuk
karakter dan mengembangkan potensi peserta didik. Makalah ini bertujuan untuk
menggali lebih dalam tentang tugas, peran, dan tanggung jawab seorang guru di
lingkungan sekolah.
Pentingnya peran guru tidak hanya sebatas sebagai penyampai materi
pembelajaran, namun juga sebagai sosok yang menginspirasi, membimbing, dan
membentuk kepribadian siswa. Guru memiliki peran krusial dalam menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, memberikan motivasi, serta membangun
hubungan yang positif dengan siswa.
Dalam makalah ini, kita akan merinci tugas-tugas pokok seorang guru,
mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses belajar mengajar,
hingga evaluasi hasil belajar. Selain itu, akan dibahas pula peran guru sebagai
pembimbing, motivator, dan fasilitator dalam mengembangkan potensi peserta
didik
Tanggung jawab guru tidak hanya terbatas pada ruang kelas, tetapi juga
melibatkan interaksi dengan orang tua, kolega, dan pihak sekolah lainnya. Guru
memiliki tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif,
adil, dan mendukung pertumbuhan holistik setiap siswa.
Melalui pemahaman mendalam tentang peran dan tanggung jawab guru di
sekolah, diharapkan pembaca dapat lebih menghargai kontribusi guru dalam
membentuk generasi yang kompeten dan memiliki karakter yang kuat. Makalah
ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dan inspiratif bagi
semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.

2
Daftar isi

Kata Pengantar...................................................................................................................2
Daftar isi............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan Pembelajaran......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
2.1 Tugas Guru.......................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Pengelolaan Pengajaran..................................................................9
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelakasanaan tugas guru dalam
pengelolaan pengajaran.............................................................................................20
2.1.3 Penelitian relevan..............................................................................................21
2.1.4 Konsep Operasional..........................................................................................23
2.2 Peran dan Fungsi Guru..................................................................................24
Tabel 1.....................................................................................................................24
2.2.1 Profesi Guru......................................................................................................31
2.3 Tanggung Jawab Guru..................................................................................35
BAB III PENUTUP..............................................................................................................38
3.1 Kesimpulan......................................................................................................38
Daftar Pustaka..................................................................................................................39

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guru merupakan unsur yang sangat penting dan tidak bisa
diabaikan begitu saja dalam proses belajar mengajar, sebab guru dapat
menetukan berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar mengajar. Oleh
karena itu, dalam proses pendidikan dan pengajaran perlu tersedianya guru
yang qualified, artinya ialah disamping menguasai materi pelajaran,
metode mengajar, juga mengerti tentang dasar-dasar pendidikan. Dasar-
dasar pendidikan amat sangat penting diketahui oleh seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya yang mulia sebagai pengajar atau pendidik, hal ini
merupakan sebagai sarana untuk membangkitkan dan memotivasi siswa
dalam proses belajar mereka. Walaupun penguasaan materinya sangat
baik, akan tetapi tidak didukung oleh pengetahuan akan faktor-faktor
didaktis, maka akan menimbulkan dampak sebuah hambatan dalam
penguasaan materi bagi siswa terhadap apa-apa yang disampaikan oleh
guru tersebut. Meskipun terhadap pengalaman belajar justru menjadikan
guru lebih mudah dalam menyampaikan pelajaran disertai dengan
penggunaan metode yang baik dan tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja tugas, peran, dan tanggung jawab guru disekolah
2. Apa landasan hukum untuk tugas, peran, dan tanggung jawab guru
3. Apa perbedaan antara mendidik, membimbing, mengajar, dan
melatih

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Mengetahui tugas, peran, dan tanggung jawab guru disekolah
2. Mengetahui landasan hukum untuk tugas, peran, dan tanggung
jawab guru

4
3. Mengetahui perbedaan antara mendidik, membimbing, mengajar,
dan melatih

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tugas Guru


Tugas maupun fungsi guru merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Akan tetapi, tugas dan fungsi sering kali di sejajarkan
sebagai peran. Menurut UU No.14 Tahun 2005, peran guru adalah sebagai
pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan
pengevaluasi dari peserta didik.15 Adapun dalam Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat [2]
menyebutkan pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian pengabdian
kepada masyarakat.16 Kemudian menurut PP No. 74 Tahun 2008, jabatan
guru yang “murni guru” terdiri dari tiga jenis yakni guru kelas, guru
bidang studi dan guru mata pelajaran. Dan yang akan dibahas yakni
tentang tugas guru bidang studi dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah
sebagai berikut:

1. Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan Pendidikan


2. Menyusun silabus pembelajaran
3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
4. Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran
5. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar mata pelajaran
yang diampunya
6. Menganalisis hasil penilaian pembelajaran
7. Melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi
8. Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil
belajar tingkat sekolah nasional
9. Membimbing guru pemula dalam program induksi

6
10. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses
pembelajaran
11. Melaksanakan pengembangan diri
12. Melaksanakan publikasi ilmiah
13. Membuat karya inovatif

Secara umum menurut Uzer Usman, tugas guru dikelompokkan menjadi 3

jenis yaitu:

1) Profesi. Tugas Profesi ini meliputi mendidik, mengajar,


membimbing, dan melatih
2) Kemanusiaan. Salah satu tugas ini adalah menjadi orang tua kedua.
3) Kemasyarakatan. Salah satu tugas ini ikut mencerdaskan bangsa
dan ikut membantu menciptakan dalam membentuk warga
indonesia yang bermoral Pancasila

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan
mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan IPTEK, sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan pada peserta didik. Secara khusus tugas guru dalam proses
pembelajaran tatap muka yakni sebagai berikut :

A. Tugas mengajar sebagai Pengelola pembelajaran


1) Tugas manajerial yakni Menyangkut fungsi administrasi
(memimpin kelas), baik internal maupun ekstetrnal ;
Berhubungan dengan peserta didik dan Alat perlengkapan
kelas (material).
2) Tindakan-tindakan profesional yakni menyangkut fungsi
mendidik, bersifat: motivasional, pendisiplinan, sanksi
sosial
B. Tugas Instruksional menyangkut fungsi mengajar, bersifat;
penyampaian materi, pemberian tugas-tugas pada peserta didik,
mengawasi dan memeriksa tugas

7
C. Tugas Pengajar sebagai Pelaksana

Secara umum tugas guru dalam pengelola pembelajaran adalah


menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi
bermacammacam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang
baik. Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan yang bersifat
menantang dan merangsang peserta untuk mau belajar, memberikan rasa
aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

Sedangkan secara khusus, tugas guru sebagai pengelola proses


pembelajaran sebagai berikut: menilai kemajuan program pembelajaran,
mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar
sambil bekerja (Learning by doing), mampu mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar, mengkoordinasikan,
mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas, mengkomunikasikan
semua informasi dari atau pun ke peserta didik, membuat keputusan
instruksional dalam situasi tertentu, bertindak sebagai manusia sumber,
membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari, mengarahkan peserta
didik agar mandiri (memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru), serta
mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk
mencapai hasil yang optimal.

Selain itu tugas guru juga dikemukanan oleh Peters, menurut peters
ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yakni : guru sebagai pengajar,
guru sebagai pembimbing dan guru sebagai administrator kelas. Ketiga
tugas guru ini merupakan tugas pokok profesi guru. Guru sebagai pengajar
lebih menekankan kepada tugas guru dalam merencanakan dan
melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki
seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping
menguasai ilmu dan bahan yang akan diajarkannya.

8
2.1.1 Pengertian Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan pengajaran terdiri dari dua kata pengelolaan dan
pengajaran. Rostiyah NK mengungkapkan bahwa pengelolaan atau
memanajement adalah mengatur, menggerakkan waktu, ruang, tenaga,
akal dan dana dengan efisien dan efektif untuk mencapai tujuan.
Sedangkan pengajaran adalah interaksi belajar dan mengajar, maksudnya
pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara
guru dan siswa.

Berdasarkan kutipan dan uraian di atas maka dapat penulis


simpulkan bahwa tugas guru dalam pelaksanaan pengelolaan pengajaran
adalah upaya untuk mengatur, (memenej, mengendalikan) aktivitas
pengajaran yakni strategi pengajaran, perencanaan pengajaran,
menyampaikan bahan, dan penilaian (evaluasi). Supaya pelaksanaan tugas
guru dalam pengelolaan pengajaran menjadi lebih baik hendaknya
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan pengajaran,
sehingga aktivitas berjalan secara teratur dan berkesinambungan satu
dengan lainnya. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan beberapa hal yang
menyangkut dengan pelaksanaan tugas guru dalam pengelolaan
pembelajaran.

A. Perencanaan Pengajaran
Perencanaan pengajaran adalah suatu pemikiran atau persiapan
untuk melaksanakan tugas mengajar/aktivitas pengajaran dengan
menerapkan prinsip-prinsip pengajaran serta melalui langkah-langkah
pengajaran itu sendiri, pelaksanaan dan penilaian dalam rangka pencapaian
tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh guru sebelum melaksanakan tugas dalam pengelolaan
pembelajaran yakni persiapan guru. Persiapan mengajar pada hakikatnya
memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian
persiapan mengajar adalah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran. Pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan

9
yang kompleks dan sifatnya dimensional. Berkenaan dengan hal tersebut,
persiapan awal guru sebelum melaksanakan proses pengajaran yakni
meliputi:
1) Persipan mental, persiapan yang dilakukan oleh seorang guru
sebelum melaksanakan proses pembelajaran, dalam tugas
mengajarnya guru harus terlibat secara fisik maupun mental dalam
arti guru selalu memiliki waktu untuk semua perilaku peserta didik,
baik peserta didik yang memiliki perilaku positif maupun negatif.
hal ini merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan
tugasnya.
2) Persiapan perangkat, menyusun alat ukur/soal sesuai mata
pelajaran
3) Persiapan bahan ajar, bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
dapat digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Agar dapat memilih sumber dan bahan
ajar dengan baik, guru perlu memiliki keterampilan menganalisis
isi suatu buku. Secara garis besar, bahan ajar dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori:

a) bahan ajar cetak (buku, modul, LKS, dan lain-lain.),

b) bahan ajar gambar,

c) bahan ajar pandang dengar, dan

d) bahan ajar interaktif. Proses belajar dapat ditingkatkan apabila


bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun dalam
urutan yang bermakna. Kemudian bahan tersebut harus disajikan
pada siswa

Setelah ketiga persiapan yang dimiliki guru sebelum melaksanakan


tugas dalam mengelola pembelajaran, selanjutnya perencanaan pengajaran
disini memainkan peran penting dalam memandu guru untuk
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar

10
siswanya. Perencanaan pengajaran dimaksudkan sebagai langkah awal
sebelum proses pengajaran. Terdapat beberapa manfaat perencanaan
pengajaran dalam proses belajar mengajar yakni:

1) Sebagai tunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan


2) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur
yang terlibat dalam kegiatan
3) Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur
murid.
4) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat
diketahui ketepatan dan kelambatan kerja
5) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6) Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan sebagainya.

Untuk merencanakan hal di atas, menurut Conny Semiawan didalam bukunya


yang berjudul pendekatan Keterampilan Proses disana dikatakan bahwa
seorang guru harus memikirkan hal-hal sebagai berikut:

A. Siswa sebagai orang yang terlibat dalam situasi belajar mengajar.


B. Waktu yang akan digunakan dalam pengajaran
C. Urutan bagaimana materi akan dibahas.
D. Rangkaian perkembangan proses berfikir dan keterampilan yang akan
tumbuh pada siswa.
E. Alat peraga yang akan digunakan.
F. Penilaian pelajaran yang diberikan.

Salah satu bentuk perencanaan mengajar adalah satuan pelajaran.


Satuan pelajaran adalah program belajar mengajar dalam satuan terkecil
misalnya untuk 40 menit memuat kegiatan belajar mengajar, metode dan
alat bantu mengajar, serta evaluasi/penilaian hasil belajar.

I. Menetapkan Kegiatan Belajar Mengajar


Erat kaitannya dengan bahan pelajaran adalah kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar mengajar mengacu pada hal-hal yang

11
berhubungan dengan kegiatan siswa dalam mempelajari bahan yang
disampaikan guru. Sedangkan kegiatan mengajar hubungan dengan cara
guru menjelaskan kepada siswa. Oleh sebab itu kegiatan belajar erat
hubungannya dengan metode mengajar dan kegiatan mengajar erat
hubungannya dengan metode mengajar. Maka dalam menetapkan kegiatan
belajar mengajar maksudnya membuat gambaran tentang pokok-pokok
kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan murid selama proses
mengajar itu berlangsung sesuai dengan bahan yang telah disusun.
II. Menetapkan Metode dan Alat Bantu Mengajar
1. Menetapkan atau Memilih Metode Mengajar
Metode mengajar ialah cara yang digunakan guru dalam
mengadakan hubungan kepada siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Metode yang baik ialah metode yang mdapat
menumbuhkan kegiatan belajar siswa.
Dalam hal ini tugas guru ialah memilih berbagai metode
yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Ketepatan
memilih metode tersebut sangat bergantung pada tujuan, isi, proses
belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar.
2. Menentukan Alat Pelajaran
Maksudnya alat-alat yang akan digunakan selama proses
kegiatan belajar mengajar berlangsung seperti gambar, bahan, dan
lain-lain termasuk sumber-sumber perpustakaan yang kesemuanya
untuk menunjang tercapainya tujuan instruksional
III. Menetapkan Alat Evaluasi
Menetapkan alat evaluasi disini dimaksudkan untuk menilai sampai
dimana para murid menguasai yang telah dirumuskan baik umum maupun
khusus, berikut bahan kegiatan serta alat-alat pelajaran yang telah
ditetapkan.
A. Penentuan Strategi Pengajaran
Telah disebutkan di atas bahwa aktivitas guru dalam pengelolaan
pengajaran diantaranya adalah menentukan strategi pengajaran. Hal itu

12
dilakukan juga pada saat perencanaan atau persiapan. Strategi mengajar
(pengajaran) adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa
mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien.
Guru harus sudah memikirkan taktik-taktik atau cara-cara yang
digunakan dalam melaksanakan perencanaan yang dibuat yakni pada
waktu perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai strategi pengajaran ini
akan penulis uraikan pada permasalahan melaksanakan rencana
(menyampaikan bahan pelajaran).
B. Menyampaikan Informasi atau Menyampaikan Bahan pelajaran yang
telah direncanakan atau Melaksanakan Rencana (Pelaksanaan
Program)
Tugas guru selanjutnya dalam pengelolaan pengajaran setelah
menyusun renacana dan strategi, agar tujuan pengajaran tercapai dalam
melaksanakan perencanaan atau pelaksanaan program atau menyampaikan
bahan pelajaran pada waktu dan proses belajar mengajar berlangsung.
Di atas telah dijelaskan bahwa tugas sebelum memberikan
informasi atau menyajikan bahan pelajaran adalah menyusun rencana yang
meliputi tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi penilaian. Untuk itu
dalam pengelolaan pengajaran dimana masing-masing komponen itu
berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer dan
berkesinambungan. Maka tugas guru adalah berupaya mengatur atau
mengendalikan komponen-komponen pengajaran yang telah direncanakan
(disusun) agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pengaturan atau pengendalian komponen- komponen itu
tergambar atau terlaksana dengan strategi yang dilakukan oleh guru.
Dari kutipan di atas maka telah jelaslah tindakan guru
melaksanakan tindakan mengajar adalah dengan strategi mengajar artinya
bagaimana guru mencapai tujuan yang telah ditetapkan, bagaimana
memanfaatkan bahan, menggunakan metode dan penerapan alat peraga,

13
serta melaksanakan evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan yang
diharapkan siswa.
Sehubungan dengan pelaksanaan tugas guru sebagai pengelola
pengajaran maka yang perlu diperhatikan yakni strategi pengajaran
melalui cara yang telah dirancang oleh guru sebelum proses pembelajaran,
karena strategi dan cara penggunaan strategi menentukan keberhasilan
seorang guru mengajar, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru
dalam melaksanakan strategi mengajar.
1) Tahapan mengajar
a. Tahap pemula (pra instruksional) adalah tahap yang ditempuh oleh
guru pada saat ia memulai proses belajar mengajar. Kegiatan yang
dilakukan yakni :
1. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang
tidak hadir.
2. Bertanya kepada siswa sampai dimana pemabahasan
pembelajaran sebelumnya. Bukan berarti guru lupa tapi hanya
sekedar mengingatkan pada pembelajarannya sebelumnya.
3. Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau siswa tertentu
tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya,
untuk 23 mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang
telah diberikan
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai
bahan pelajaran yang telah dipelajarinya dari pelajaran yang
telah dilaksanakan sebelumnya.
5. Mengulangi kembali bahan pengajaran yang telah lalu (bahan
pelajaran yang dipelajari sebelumnya)
b. Tahap pengajaran (instruksional) adalah inti yakni tahap
memberikan bahan pelajaran yang telah disusun dulu sebelumnya.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah :
1. Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran harus dicapai oleh
siswa.

14
2. Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu harus
sesuai dengan silabus.
3. Membahas pokok materi yang telah di bahas
c. Tahap penilaian dan tindak lanjut, tahap ini adalah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (Instruksional)
2) Pendekatan mengajar
Tinggi rendahnya kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh
pendekatan mengajar yang diberikan oleh guru. Bruce Joyce
mengemukakan empat kategori yakni model informasi, model
personal, model interaksi sosial dan model tingkah laku.
a. Pendekatan expository atau model informasi
Pendektaan ini bertitik tolak dari pandangan bahwa tingkah laku
kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh
guru atau pengajar. Hakikat mengajar menurut pandangan ini ialah
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa.
b. Pendekatan inquiry atau discovery
Pendekatan ini bertolak belakang dari pandangan bahwa siswa
sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan
dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri
sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar.
c. Pendekatan interaksi sosial
Pendekatan ini hampir memiliki persamaan dengan pendekatan
inquiry terutama sosial inquiry. Pendekatan ini menekankan
terbentuknya antara individu atau siswa yang satu dengan yang
lainnya sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan
sosial antara individu dengan masyarakat.
d. Pendekatan tingkah laku
Pendekatan ini menekankan pada teori tingkah laku sebagai
aplikasi dari belajar behaviorisme. Tingkah laku individu pada

15
dasarnya dikontrol oleh stimulus dan respon yang diberikan oleh
individu.
3) Prinsip mengajar
Prinsip-prinsip dalam aktifitas mengajar yang disebut juga
dengan asasasas didaktik, pada umumnya meliputi motivasi,
aktivitas, appersepsi, peragaan, ulangan, korelasi, konsentrasi,
individualisasi, sosialisasi dan evaluasi. Azas-azas didaktik
tersebut yang tidak berdiri sendiri melainkan merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan, saling isi mengisi dan saling
melengkapi satu sama lain.34 Adapun asas-asas pokok dalam
mengajar yakni :
a. Prinsip aktivitas (usaha kerja sendiri), pada setiap pengajaran harus
mengusahakan jasmani dan rohani anak ikut aktif dalam proses
belajar, usahakan agar anak sebanyak-banyaknya mengerjakan
sendiri, mencari sendiri, berfikir sendiri dan mengatasi kesukaran
sendiri
b. Prinsip perhatian, pada tiap pengajaran guru harus berusaha agar
bahan pelajaran yang diajarkan dapat menarik perhatian anak.
c. Prinsip peragaan, pada tiap pengajaran guru harus berusaha agar
bahan yang sukar bagi anak disajikan dengan menggunakan alat
peraga.
d. Prinsip praktis, pada tiap pengajaran guru hendaknya memilih
bahan pelajaran yang dapat dipergunakan dalam kehidupan anak-
anak sehari-hari
e. Prinsip appresepsi, pada tiap pengajaran guru hendaknya memulai
pelajaran dengan mengulang yang telah diajarkan pada murid-
muridnya
f. Prinsip frekuensi (pengulangan), ulangan-ulangan bisa diadakan
seminggu kemudian atau sebulan pada tiap kali akhir pelajaran.
g. Prinsip korelasi, pada tiap pengajaran guru berusaha agar bahan
pelajaran berhubungan dengan bahan pelajaran lainnya.

16
h. Prinsip individualisasi, Guru harus menyelidiki dan mendalami
perbedaan anak secara individu ini, agar dapat melayani
pendidikan yang sesuai dengan perbedaan anak itu. Anak akan
berkembang sesuai pula dengan kemampuannya masing-masing.
i. Prinsip sosialisai, anak disamping sebagai individu juga
mempunyai segi sosial yang perlu dikembangkan. Waktu anak-
anak berada di kelas, diluar kelas, dan menerima pelajaran
bersama, alangkah baiknya bila diberikan kesempatan kegiatan
bersama. Mereka dapat bekerja sama, saling tolong menolong.
j. Prinsip konsentrasi, penerapan konsentrasi ini guru hendaknya
dapat mengatur pelajaran yang diberikan sedemikian rupa sehingga
ada satu pokok tertentu yang sesuai dengan minat kebutuhan dan
pengalaman murid-murid dalam kelas yang mendorong pemusatan
perhatian serta kesediaan mereka yang melakukan pendidikan dan
nilai bagi kehidupannya yang kelak sebagai warga negara yang
dewasa.
k. Prinsip evaluasi, evaluasi atau penilaian adalah alat untuk
mengukur atau menilai sampai dimana tujuan pengajaran telah
dicapai dari sudut murid maupun dari sudut guru. Alat evaluasi itu
pada umumnya yakni tes dan non tes, Adapun usaha guru dalam
melaksanakan asas evaluasi ini, antara lain:
1. Menilai hasil-hasil pekerjaan para murid berupa kegiatan:
a. Menyiapkan tes untuk ulangan atau ujian murid
b. Membuat skor hasil pekerjaan murid
c. Membuat catatan tenatng hasil ulangan atau ujian tiaptiap anak
untuk mengetahui perkembangan hasil belajatr masing-
masing.
2. Memperhatikan proses belajar para murid berupa kegiatan :
a. Evaluasi hubungan hasil belajar dengan motivasi belajar murid
b. Menilai kesanggupan para murid dalam mentransfer
pengetahuan yang diajarkan.

17
c. Evaluasi hubungan antar hasil belajar dengan kemampuan
berfikir tuntas menarik kesimpulan rasa sosial anak dan
sebagainya.
C. Evaluasi/Penilaian
Setelah menyusun perencanaan dan strategi serta penyampaian
informasi atau melaksanakan perencanaan tersebut, maka tugas guru
sehubungan dengan pengelolaan pengajaran adalah penilaian (evaluasi).
Evaluasi atau penilaian adalah :“Alat untuk mengukur atau menilai sampai
dimana tujuan pengajaran telah dicapai baik dari sudut murid maupun dari
sudut guru. Ruang lingkup kegiatan evaluasi mencakup penilaian terhadap
kemajuan hasil belajar murid-murid dalam aspek pengetahuan,
keterampilan serta sikap setelah mengetahui pengajaran.39 Untuk
mengetahui lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan evaluasi ini penulis
dikemukakan beberapa pendapat para ahli :
1) Zuharini mengatakan evaluasi pendidikan agama ialah suatu
kegiatan untuk menetapkan taraf kemajuan suatu pekerjaan
didalam pendidikan agama. Evaluasi adalah alat untuk mengukur
sampai dimana penguasaan murid terhadap bahan pendidikan yang
telah diberikan.
2) Norman E. Grondlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi
sebagai berikut : “Evaluation...a systematic process of determining
the extent to which instructional objectives are achieved by
pupils”. ( Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-
tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.)
3) Menurut Wand dan Born, mengatakan bahwa Evaluasi adalah
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.

Maka dapat dijelaskan bahwa evaluasi adalah suatu proses atau


kegiatan untuk meneliti atau alat untuk menilai/mengukur untuk
memperoleh suatu gambaran sampai dimana tujuan pengajaran dari bahan

18
pengajaran yang diberikan telah tercapai baik dari siswa maupun dari guru
dalam waktu tertentu yang meliputi tiga aspek yaitu aspek pengetahuan,
aspek keterampilan dan keterampilan sikap.

Pada uraian sebelumnya yakni pada uraian pengajaran telah disebutkan


bahwa tugas guru dalam menetapkan alat evaluasi. Hal tersebut
berhubungan dengan kegiatan evaluasi yang dilakukan setiap kali
mengajar. Adapun jenis evaluasi serta manfaatnya adalah sebagai berikut :

1. Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap kali


selesai dipelajari suatu unit pelajaran tertentu. Manfaatnya sebagai
alat penilai proses belajar mengajar suatu unit bahan pelajaran
tertentu.
2. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir
pengajaran suatu program atau sejumlah unit pelajaran tertentu.
Evaluasi ini mempunyai manfaat untuk menilai hasil pencapaian
siswa terhadap tujuan suatu program pelajaran suatu periode
tertentu, seperti semester akhir atau akhir tahun. Evaluasi pada
akhir pembelajaran adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang
dihasilkan siswa.
3. Test Diagnostik yakni evaluasi yang dilaksanakan sebagai sarana
diagnose. Evaluasi ini bermanfaat untuk meneliti dan mencari
sebab kegagalan pengajaran, atau dimana letak kelemahan siswa
dalam mempelajari suatu atau sejumlah unit pelajaran tertentu.
4. Evaluasi Penempatan yang dilaksanakan untuk menempatkan
siswa pada suatu program pendidikan atau jurusan yang sesuai
dengna kemampuan (baik potensial maupun aktual) dan minatnya.
Evaluasi ini bermanfaat dalam rangka proses penentuan jurusan di
sekolah.

Demikianlah evaluasi atau penilaian menempati dan merupakan


aspek yang penting karena berkenaan dengan tercapainya tujuan
pengajaran, kelancaran dan efesiensi prosedur instruksional dan

19
penentuan tingkat keberhasilan yang telah dicapai. Oleh sebab itu,
aspek penilaian dapat ditempatkan sebagai titik sentral dalam proses
belajar mengajar.

Bagaimanapun baiknya tujuan-tujuan yang telah dirumuskan akan


tetapi bila tidak disertai dengan evaluasi disamping komponen materi,
metode pengajaran yang tepat, alat pelajaran yang memadai maka tipis
kemungkinan tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai seperti yang
diinginkan.

Adapun tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah


meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman
pesrta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelakasanaan tugas guru dalam


pengelolaan pengajaran
Pelaksanaan selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam
perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan
pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar
itu sendiri. Oleh sebab itu, guru seharusnya peka terhadap berbagai situasi
yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah laku dalam
mengajar dengan situasi yang dihadapi. Situasi pengajaran itu sendiri
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a) Faktor internal

Faktor internal yakni berasal dari dalam diri guru sendiri yakni :
berupa minat menjadi seorang guru profesional, motivasi, serta
kemampuan guru pada penguasaan bahan pelajaran. Faktor internal
ini justru yang mempercepat proses terwujudnya guru-guru
profesional.

20
b) Faktor Eksternal

Faktor yang terdapat di luar diri guru yakni: Siswa, Setiap siswa
mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian.
Hall dan Lindsey, keragaman dalam kecakapan dan kepribadian ini
dapat mempengaruhi situasi yang dihadapi dalam proses belajar
mengajar. Selanjutnya kurikulum, dalam kajian ini kurikulum
menggambarkan pada isi atau pelajaran dan pola interaksi belajar
mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Oleh karena itu, tujuan yang hendak dicapai itu secara khusus
menggambarkan bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa melalui proses belajar yang beraneka
ragam. Dengan demikian, baik bahan maupun pola interaksi guru-
siswa pun bervariasi dalam proses belajar mengajar. Dan yang
terakhir Lingkungan, Novak dan Gowin mengistilahkan
lingkungan fisik tempta belajar dengan istilah “Millieu” yang
berarti konteks terjadinya pengalaman belajar. Lingkungan ini
meliputi keadaan ruangan, tata ruang dan berbagai situasi fisik
yang ada disekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Lingkungan ini pun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
situasi belajar. Kondisi tempat kerja, kondisi lingkungan tempat
kerja juga sangat menentukan keberhasilan profesional guru
Profesional. Sebab, meskipun sudah dilakukan oleh guru yang
profesional agar menjadi guru profesional, namun apabila
lingkungan tempat kerja tidak kondusif. Hasilnya guru tidak lagi
menjadi profesional, apalagi berusaha untuk menjadi profesional.

Sehubungan dengan faktor internal dan eksternal , guru memegang


peranan penting dalam menciptakan situasi, sehingga proses belajar
mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Berbagai macam
perubahanpun yang disebabkan oleh faktor tersebut dapat terbaca oleh
guru.

21
2.1.3 Penelitian relevan
Penelitian yang relevan ini sebelumnya telah dilakukan oleh
Mukhtar (2014) dengan judul penelitiannya adalah Pelaksanaan Tugas
Guru Pokok Pembimbing di SMA Negeri 1 Kubu Kabupaten Rohil.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaksanaan Tugas Guru Pokok
Pembimbing di SMA Negeri 1 Kubu Kabupaten Rohil tergolong maksimal
karena skor 77% berada pada rentang 60-79%.

Fitria (2012) dengan judul penelitiannya adalah “Pelaksanaan


Tugas Guru sebagai Invator di Madrasah Tsanawiyah Huda Kecamatan
Kelayang Kabupaten Indragiri Hilir”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Pelaksanaan Tugas Guru sebagai Invator di Madrasah Tsanawiyah
Huda Kecamatan Kelayang Kabupaten Indragiri Hilir dikategorikan
“Kurang Optimal” dengan presentase 50,23%. Hasil ini diperoleh dari
teknik analisa deskriptif, setelah ditafsirkan kedalam bentuk kualitatif
yang berada pada interval (50%-70%), atau berada pada klasifikasi
“Kurang Optimal”. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
Pelaksanaan Tugas Guru Sebagai Invator Di Madrasah Tsanawiyah Huda
Kecamatan Kelayang Kabupaten Indragiri Hilir ialah faktor dari dalam diri
guru dan faktor dari luar diri guru.

Sumiati (2005) dengan judul penelitiannya adalah “Pelaksanaan


Tugas Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Swasta
Darul Ulum dalam Membina Akhlak Siswa di Kelurahan Pulau Kijang
Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir”. Penelitian ini menunjukkan
bahwa Pelaksanaan Tugas Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Madrasah
Aliyah Swasta Darul Ulum dalam Membina Akhlak Siswa di Kelurahan
Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir dikategorikan
“Kurang Optimal”, guru hanya melaksanakan 56 (62,3%) aspek “ya” dan
34 (37,7%) aspek “tidak” karena 62,3% berada pada kategori 50%-75%.

22
Darlis (2009), dengan judul penelitiannya adalah “Efektifitas
Pelaksanaan Tugas Guru-Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Mengaktifkan Siswa Belajar di Mts Negeri Kampar Kecamatan Kampar
Timur Kabupaten Kampar.” Kesimpulan dario penelitian ini adalah bahwa
Efektifitas Pelaksanaan Tugas Guru-Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Mengaktifkan Siswa Belajar di Mts Negeri Kampar Kecamatan Kampar
Timur Kabupaten Kampar dikategorikan kurang efektif yaitu dengan
Presentase 67,5% yang berada dalam kategori 50%- 75%. Adapun Faktor
yang menyebabkan rendahnya Efektifitas Pelaksanaan Tugas Guru-Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Mengaktifkan Siswa Belajar di Mts
Negeri Kampar Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar Timur
ialah faktor dari dalam diri guru dan faktor dari luar diri guru.

Berdasarkan penelitian-penelitian relevan tersebut sangat berbeda


dengan penelitian ini dimana peneliti lebih memfokuskan pada
“Pelaksanaan Tugas Guru dalam Pengelolaan Pengajaran Bidang Studi
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Hulu
Kuantan”.

2.1.4 Konsep Operasional


Konsep Operasional adalah untuk menjabarkan teori-teori dalam
bentuk konkret agar mudah diukur dilapangan serta mudah dipahami.
Adapun pelaksanakaan tugas guru dalam pengelolaan pengajaran bidang
studi Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan baik melalui indikator-
indikator dibawah ini :

1. Menyiapkan Perangkat
a. Guru membuat Silabus
b. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Mengajar
a. Guru menertibkan kelas sebelum pengajaran dimulai
b. Guru mengadakan evaluasi (pre tes)

23
c. Guru menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan dalam kurikulum.
d. Guru menggunakan metode yang sesuai dengan bahan pelajaran
e. Guru menjelaskan bahan pelajaran dengan menggunakan metode
mengajar
f. Guru menggunakan alat bantu untuk mendukung proses belajar
mengajar
g. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
h. Guru mengajukan pertanyaan pada siswa waktu proses
pembelajaran berlangsung
i. Guru mengulangi kembali terhadap pelajaran yang belum
dimengerti atau belum dipahami oleh siswa
j. Guru memberikan bahan kepada siswa tentang pokok bahasan
yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya
k. Guru membuat kesimpulan bahan pelajaran yang sudah dipelajari
pada akhir proses pembelajaran
3. Guru mengadakan evaluasi akhir (post test)
4. Fakto-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas guru dalam
pengelolaan pengajaran
a. Guru menguasai bahan pelajaran
b. Guru berinteraksi dengan siswa pada waktu pembelajaran
c. Guru menjadikan lingkungan belajar lebih nyaman dan efektif
dalam pembelajaran
d. Guru memiliki pola pembelajaran yang bervariasi
e. Guru mempunyai waktu yang cukup dalam proses pembelajaran

2.2 Peran dan Fungsi Guru


Guru memilki satu kesatuan peran dan fungsi yang tak terpisahkan, antara
kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Keempat
kemampuan tersebut merupakan kemampuan integrativ, yang satu sama

24
lain tak dapat dipisahkan dengan yang lain.4 Secara terminologis
akademis, pengertian mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih
dapat dijelaskan dalam table berikut ini.

Tabel 1
No Aspek Mendidik Membimbing Mengajar Melatih
1 Isi Guru memilki Norma dan tata Bahan ajar berupa Keterampilan
satu kesatuan tertib ilmu pengetahuan atau kecakapan
peran dan fungsi dan teknologi hidup (life skills)
yang tak
terpisahkan,
antara
kemampuan
mendidik,
membimbing,
mengajar, dan
melatih. Keempat
kemampuan
tersebut
merupakan
kemampuan
integrativ, yang
satu sama lain tak
dapat dipisahkan
dengan yang lain.
Secara
terminologis
akademis,
pengertian
mendidik,
membimbing,

25
mengajar, dan
melatih dapat
dijelaskan dalam
table berikut ini.
2 Proses Memberikan Menyampaika Memberikan Menjadi contoh
motivasi untuk n atau contoh kepada dan teladan
belajar dan mentransfer siswa atau dalam hal moral
mengikuti bahan ajar mempraktikkan dan kepribadian
ketentuan atau yang berupa keterampilan
tata tertib yang ilmu tertentu atau
telah menjadi pengetahuan, menerapkan
kesepakatan teknologi dan konsep yang telah
bersama seni dengan diberikan kepada
menggunakan siswa menjadi
strategi dan kecakapan yang
metode dapat digunakan
mengajar yang dalam kehidupan
sesuai dengan sehari-hari
perbedaan
siswa.
3 Strategi Keteladanan, Motivasai dan Ekspositori dan Praktek kerja,
dan pembiasaan pembinaan enkuiri simulasi, dan
Metode magang

Secara komprehensif sebenarnya guru harus memiliki keempat


kemampuan tersebut secara utuh. Meskipun kemampuan mendidik harus lebih
dominan dibandingkan dengan kemampuan yang lainnya.

Dari sisi lain, guru sering dicitrakan memiliki peran ganda yang dikenal
dengan EMASLIMDEF ( educator, manager, administrator, supervisor, leader,
innovator, dinamisator, evaluator, dan fasilitator). EMASLIM lebih merupakan

26
peran kepala sekolah. Akan tetapi, dalam skala mikro di kelas, peran itu juga
harus dimiliki oleh para guru.

Educator merupakan peran yang utama dan terutama, khususnya untuk


peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP). Peran ini lebih
tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan
contoh dalam hal sikap dan perilaku, dan membentuk kepribadian peserta didik.

Sebagai manager, pendidik memiliki peran untuk menegakkan ketentuan


dan tata tertib yang telah disepakati bersama di sekolah, memberikan arahan atau
rambu-rambu ketentuan agar tata tertib di sekolah dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh warga sekolah.

Sebagai administrator, guru memiliki peran untuk melaksanakan


administrasi sekolah, seperti mengisi buku presensi siswa, buku daftar nilai, buku
rapor, administrasi kurikulum, administrasi penilaian dan sebagainya. Bahkan
secara administrative para guru juga sebaiknya memiliki rencana mengajar,
program smester dan program tahunan, dan yang paling penting adalah
menyampaikan rapor atau laporan pendidikan kepada orang tua siswa dan
masyarakat.

Peran guru sebagai supervisor terkait dengan pemberian bimbingan dan


pengawasan kepada peserta didik, memahami permasalahan yang dihadapi peserta
didik, menemukan permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran, dan
akhirnya memberikan jalan keluar pemecahan masalahnya.

Peran sebagai leader bagi guru lebih tepat dibandingkan dengan peran
sebagai manager. Karena manager bersifat kaku dengan ketentuan yang ada. Dari
aspek penegakan disiplin misalnya, guru lebih menekankan disiplin mati.
Sementara itu, sebagai leader guru lebih memberikan kebebasan secara
bertanggung jawab kepada peserta didik. Dengan demikian, disiplin yang telah
ditegakkan oleh guru dari peran sebagai leader ini adalah disiplin hidup.

Dalam melaksanakan peran sebagai innovator, seorang guru harus


memiliki kemauan belajar yang cukup tinggi untuk menambah pengetahuan dan

27
keterampilannya sebagai guru. Tanpa adanya semangat belajar yang tinggi,
mustahil bagi guru dapat menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

Adapun peran sebagai motivator terkait dengan peran sebagai educator dan
supervisor. Untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi, siswa
perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi dari dalam dirinya sendiri
(intrisik) maupun dari luar (ekstrinsik), yang utamanya berasal dari gurunya
sendiri.

Dalam buku bertajuk Dinamika Sekolah dan Bilik Darjah, Kamaruddin


Haji Husin (1993:8), memaparkan peran guru dalam berbagai aspek. Yaitu
sebagai (1). Pendidik , (2) Pengajar, (3) Fasilitator, (4) Pembimbing, (5) Pelayan,
(6) Perancang, ( 7) Pengelola, (8) Inovator, dan (9) Penilai.

Menurut kajian Pullias dan Young (1998), Manan (1990), serta Yelon And
Weinstein (1997), dapat diidentifikasikan sedikitnya ada 19 peran guru, yakni
guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing , pelatih, penasehat, pembaharu
(innovator), model dan keteladanan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas,
pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, actor,
emancipator, evaluator, pengawet dan kulminator.

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mencapai tujuan hidup secara optimal.
Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangan senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat
meninggal.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik


dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam interaksi tersebut banyak sekali factor yang mempengaruhi baik internal
maupun eksternal.

28
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaraan mencangkup tiga hal yaitu :

a. Pre Tes ( Tes Awal )


Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaraan dimulai
dengan pre tes. Pre tes ini mempunyai banyak kegunaan dalam
menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh
karena itu pre tes memegang peranan yang cukup penting dalam
proses pembelajaran.
b. Proses
Proses pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan
menyenangkan. Hal tersebut tentu saja menurut aktifitas dan
kreatifitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.
Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik
terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan
dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dapat dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak . tidaknya
sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,
mental maupun social dalam pembelajaran, disamping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar
yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi
hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan perilakunya yang positif pada diri peserta didik
seluruhnya atau setidak . tidaknya sebagaian besar (75%). Lebih
lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabial masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan
bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan
masyarakat dan pembangunan.
c. Post Tes

29
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan
post tes. Sama halnya dengan pre tes, post tes juga memiliki
banyak kegunaan, terutama dalam melihat proses pembelajaran.
Fungsi post tes antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara
individu maupun kelompok.
2) Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan . tujuan yang
dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan
tujuan . tujuan yang belum dikuasainya.
3) Untuk mengetahui peserta didik . peserta didik yang perlu
remedial, dan peserta didik yang mengikuti pengayaan,
serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam
mengerjakan modul (kesulitan belajar).
4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perubahan terhadap
komponen modul dan proses pembelajaran yang telah
dilakuakn baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun
evaluasi.

Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan


memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik,
agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam
hal ini, guru harus kreatif, professional, dan menyenangkan,
dengan memposisikan diri sebagai berikut :

a. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.


b. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi
peserta didik.
c. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan
melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan
bakatnya.

30
d. Memberikan sumbangan pemikiran pada orang tua untuk
dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan
memberikan saran pemecahannya.
e. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
f. Membiasakan peserta didik untuk selalu berhubungan
(silaturahmi) dengan orang lain secara wajar.
g. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta
didik, orang lain, dan lingkungannya
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Menjadi pembantu ketika diperlukan.

Untuk mengembangkan tuntutan diatas, guru harus mampu


memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran
sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas
pribadi peserta didik.

2.2.1 Profesi Guru


Profesi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji
terbuka yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada
suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil
untuk menjabat pekerjaan itu. Mengenai istilah profesi, Everett Hughes
yang dialih bahasakan oleh Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa istilah
profesi merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi
pekerjaan itu sendiri.
Menurut Chandler yang dialih bahasakan oleh Piet A. Sahertian
menegaskan bahwa profesi mengajar adalah suatu jabatan yang
mempunyai kekhususan. Kekhususan itu memerlukan kelengkapan
mengajar dan atau keterampilan yang menggambarkan bahwa seseorang
melakukan tugas mengajar yaitu membimbing manusia dan mempunyai
ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
Suatu profesi menunjukkan bahwa orang itu lebih mementingkan
layanan kemanusiaan dari pada kepentingan pribadi.
a. Masyarakat mengakui bahwa profesi itu punya status yang tinggi.
b. Praktek profesi itu didasarkan pada suatu penguasaan pengetahuan
yang khusus.
c. Profesi itu selalu di tantang agar orangnya memiliki keaktivan
intelektual.

31
d. Hak untuk memiliki standar kualifikasi profesional ditetapkan dan
dijamin oleh kelompok organisasi profesi.
Seorang guru dikatakan profesional bila guru memiliki kualitas
mengajar yang tinggi. Padahal profesional mengandung makna yang
lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis. Guru bukan
hanya pengajar, tetapi juga pendidik. Melalui pengajaran guru
membentuk konsep berpikir, sikap jiwa dan menyentuh afeksi yang
terdalam dari inti kemanusiaan subjek didik.
Guru berfungsi sebagai pemberi inspirasi. Guru membuat si
terdidik dapat berbuat. Guru menolong agar subjek didik dapat menolong
dirinya sendiri. Guru menumbuhkan prakarsa, motivasi agar subjek didik
mengatualisasikan dirinya sendiri. Jadi guru yang ahli mampu
menciptakan situasi belajar yang mengandung makna relasi interpersonal.
Relasi interpersonal harus diciptakan sehingga subjek didik merasa
“diorangkan”, subjek didik mempunyai jati dirinya

Perlu diketahui bahwa terdapat sedikit perbedaan mengenai


pengertian dalam menjalankan profesi sebagai guru. Dalam penelitian
yang dilakukan penulis adalah profesi tentang guru agama Islam.
Pengertian guru sebagaimana telah disinggung diatas menurut Zakiyah
Darajat, adalah pendidik profesional karena secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa guru secara umum dapat memberikan sebuah
tanggung jawab kepada anak didiknya melalui ilmu secara umum.
Kemudian guru agama Islam lebih khusus kepada ilmu secara khusus,
yaitu memberikan pengajaran secara formil kepada anak didiknya untuk
mempelajari ilmu agama Islam dalam jangka waktu tertentu dengan
kurikulum dan metode yang telah disiapkan.

Hakikat manusia adalah sebagai pribadi yang utuh, yang mampu


menentukan diri sendiri atas tanggung jawab sendiri. Guru yang ahli harus
dapat menyentuh inti kemanusiaan subjek didik melalui pelajaran yang
diberikan. Ini berarti bahwa cara mengajar guru harus diubah dengan cara

32
yang bersifat dialogis dalam arti yang ekstensial. Jadi jabatan guru di
samping sebagai pengajar, pembimbing dan pelatih pula dipertegas
sebagai pendidik.

Guru dibentuk bukan hanya untuk memiliki seperangkat


keterampilan teknis saja, tetapi juga memiliki kiat mendidik serta sikap
yang profesional. Dengan demikian praktek pengalaman calon guru harus
lebih lama sekurang-kurangnya satu tahun agar mereka memperoleh
peningkatan dan kelengkapan profesional yang mantap sebelum terjun
dalam dunia mengajar.

Guru yang profesional di samping ahli dalam bidang mengajar dan


mendidik, ia juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Yang dimaksud
dengan otonomi adalah suatu sikap yang profesional yang disebut mandiri.
Ia telah memiliki otonomi atau kemandirian yang dalam mengemukakan
apa yang harus dikatakan berdasarkan keahliannya. Pada awalnya ia belum
punya kebebasan atau otonomi. Ia masih belajar sebagai magang. Melalui
proses belajar dan perkembangan profesi maka pada suatu saat ia akan
memiliki sikap mandiri.

Pengertian bertanggung jawab menurut teori ilmu mendidik


mengandung arti bahwa seseorang mampu memberi pertanggung jawaban
dan kesediaan untuk diminta pertanggung jawaban. Tanggung jawab yang
mengandung makna multidimensional ini berarti bertanggung jawab
terhadap diri sendiri, terhadap siswa, terhadap orang tua, lingkungan
sekitarnya, masyarakat, bangsa dan negara, sesama manusia dan akhirnya
terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta.

Guru sebagai sosial worker (pekerja sosial) sangat dibutuhkan oleh


masyarakat. Namun kebutuhan masyarakat akan guru belum seimbang
dengan sikap sosial masyarakat terhadap profesi guru. Rendahnya
pengakuan masyarakat terhadap guru menurut Nana Sudjana disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :

33
a. Adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapa pun dapat
menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan, walaupun tidak mengerti
didaktikmetodik.
b. Kekurangan tenaga guru di daerah terpencil memberikan peluang
untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai kewenangan
profesional untuk menjadi guru.
c. Banyak tenaga guru sendiri yang belum menghargai profesinya
sendiri, apabila berusaha mengembangkan profesi tersebut.
Perasaan rendah diri karena menjadi guru masih menggelayut di
hati mereka sehingga mereka melakukan penyalahgunaan profesi
untuk kepuasaan dan kepentingan pribadi yang hanya akan
menambah pudar wibawa guru dimata masyarakat.

Salah satu hal menarik pada ajaran Islam adalah penghargaan yang
tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan ini sehingga
menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi
dan Rosul. Mengapa demikian, karena guru adalah bapak rohani
(spiritual father) bagi anak didik yang memberi santapan jiwa dengan
ilmu pengetahuan.

Penghargaan Islam terhadap orang yang berilmu tergambar dalam


hadist seperti dikutip oleh Ahmad Tafsir, yaitu :

a. Tinta ulama lebih berharga dari pada darah para syuhada.


b. Orang yang berpengetahuan melebihi orang yang senang
beribadah, orang yang berpuasa, melebihi kebaikan orang yang
berperang di jalan Allah.
c. Apabila meninggal seorang alim maka terjadilah kekosongan
dalam Islam yang tidak dapat diisi kecuali oleh orang yang alim
pula.

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting


dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru

34
sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.
Oleh sebab itu guru seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan
yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Untuk
melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang
dimilikinya guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi
yang dimilikinya.

Guru harus memahami dan menghayati para siswa yang dibinanya


karena wujud siswa pada setiap saat tidak akan sama. Sebab
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan
dampak serta nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia sangat
mempengaruhi gambaran para lulusan suatu sekolah yang diharapkan.
Oleh sebab itu gambaran perilaku guru yang diharapkan sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keadaan itu sehingga dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, guru diharapkan mampu
mengantisipasi perkembangan keadaaan dan tuntutan masyarakat pada
masa yang akan datang.

2.3 Tanggung Jawab Guru


Tanggung jawab guru dan unsur pendidikan lainnya bukan hanya
sekedar dalam hal mengajar atau memajukan dunia pendidikan di sekolah
di tempatnya bertugas, tetapi juga bertangggung jawab untuk mengajak
masyarakat di sekitarnya untuk ikut berpartisipasi dalam memajukan
pendidikan di wilayahnya.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan anak didik. tidak ada seorang guru pun yang mengharapkan
anak didiknya menjadi sampah masyarakat. Setiap hari guru meluangkan
waktu demi kepentingan anak didik. bila suatu ketika ada anak didik yang
tidak hadir di sekolah, guru menanyakan kepada anak-anak yang hadir di
sekolah, apa sebabnya ia tidak hadir ke sekolah. Anak didik yang sakit,
tidak bergairah belajar, terlambat masuk ke sekolah, belum menguasai
bahan
Pelajaran, berpakaian sembarangan, berbuat yang tidak baik,
terlambat membayar uang sekolah, tidak punya pakaian seragam, dan
sebagainya,semuanya menjadi perhatian guru. Karena besarnya tanggung
jawab guru terhadap anak didiknya hujan dan panas bukanlah menjadi

35
penghalang bagi guru untuk selalu hadir di tengah-tengah anak didiknya.
Guru tidak pernah memusuhi anak didiknya meskipun suatu ketika ada
anak didiknya yang berbuat kurang sopan pada orang lain. Bahkan dengan
sabar dan bijaksana guru memberikan nasihat bagaimana cara bertingkah
laku yang sopan pada orang lain.
Berdasarkan profesinya sebagai guru adalah berdasarkan panggilan
jiwa, maka bila guru melihat anak didiknya senang berkelahi, meminum
minuman keras, menghisap ganja, datang ke rumahrumah bordil, dan
sebagainya, guru merasa sakit hati. Siang atau malam selalu memikirkan
bagaimana caranaya agar anak didiknya itu dapat dicegah dari perbuatan
yang kurang baik, asusila, dan moral. Guru seperti itulah yang diharapkan
untuk mengabdikan diri di lembaga pendidikan. Bukan guru yang hanya
menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak anak didik. sementara jiwa,
dan wataknya tidak dibina. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa
dan watak anak didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi
adalah makhluk hidup yang memiliki otak potensi yang perlu dipengaruhi
dengan sejumlah norma hidup sesuai ideologi falsafah dan bahkan agama.
Di samping dengan keahliannya, sosok profesional guru akan
tercermin dalam pelaksanaan tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian
baik dalam materi maupun metode. Ditunjukkan melalui tanggung
jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya profesional
hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai
guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa negara dan
agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab Moral
Setiap guru profesional berkewajiban menghayati dan
mengamalkan Pancasila dan bertanggung jawab mewariskan moral
Pancasila serta nilai-nilai Undang-Undang Dasar 1945 kepada
generasi muda. Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab
moral bagi setiap guru di Indonesia. Dalam kemampuan ini setiap
guru harus memiliki kompetensi dalam bentuk kemampuan
menghayati dan mengamalkan Pancasila.
b. Tanggung Jawab Dalam Bidang Pendidikan di Sekolah
Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di
sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada
para siswa. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk
melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar,
membina pribadi,watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis
kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar para siswa.
c. Tanggung Jawab Dalam Bidang Kemasyarakatan

36
Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang
kehidupan masyarakat. Di satu pihak, guru adalah warga dari
masyarakat dan di pihak lain guru bertanggung jawab turut serta
memajukan kehidupan masyarakat. Guru turut bertanggung jawab
memajukan persatuan dan kesatuan bangsa, serta menyukseskan
pembangunan nasional. Sehingga, guru harus menguasai dan
memahami semua hal yang bertalian dengan kehidupan nasional
misalnya tentang suku bangsa, adat istiadat, kebiasaan, norma-
norma, kebutuhan, kondisi lingkungan, dan sebagainya.
d. Tanggung Jawab Dalam Bidang Keilmuan Guru
Sebagai ilmuwan bertanggung jawab turut memajukan ilmu,
terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya. Tanggung jawab
ini dilaksanakan dalam bentuk mengadakan penelitian dan
pengembangan. Guru harus memiliki kompetensi tentang cara
mengadakan penelitian, seperti cara membuat desain penelitian,
cara merumuskan masalah, cara menentukan alat pengumpulan
data, cara mengadakan sampling, dan cara mengolah data dengan
teknik statistik yang sesuai. Dan selanjutnya, guru harus mampu
menyusun laporan hasil penelitian agar dapat disebarluaskan.

37
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Guru merupakan figur sentral dalam penyelenggaraan pendidikan, karena
guru adalah sosok yang sangat diperlukan untuk memacu keberhasilan peserta
didiknya. Betapapun baiknya kurikulum yang dirancang, namun pada akhirnya
keberhasilan para siswa sangat tergantung pada pertanggung jawaban guru dalam
melaksanakan tugasnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
masyarakat penuh dengan tuntutan dari berbagai sektor sangat berpengaruh pada
kehidupan sekolah. Untuk melaksanakan profesinya guru sangat memerlukan
aneka ragam pengetahuan dan keterampilan guru yang memadai sesuai dengan
tuntutan zaman. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru merupakan pemegang
peran yang sangat penting, kepada gurulah tugas dan tanggung jawab,
merencanakan dan melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Pengelolaan
kelas merupakan wujud kreatifitas guru untuk mengadakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar. Dalam menjalankan tugas, guru harus memiliki
seperangakat kemampuan baik dalam bidang yang akan disampaikan, maupun
kemampuan untuk menyampaikan bahan itu agar mudah diterima oleh peserta
didik. Adapun kemampuan yang harus dimiliki kaitannya dengan membina anak
didik meliputi kemampuan mengawasi, membina, dan mengembangkan
kemampuan siswa baik personil, profesional maupun sosial.

38
Daftar Pustaka

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 1999).


Indrakusuma, Amier Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional,
1999).

Suparlan, Guru Sebagai Profesi, ( Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006).


Undang-Undang Sisdiknas Th 2003, (Jogjakarta: Media Wacana, 2003) Bab XI
Pasal 39 Ayat 1 & 2
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional,( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, Edisi Kedua, 2005).
Anwar, M. (2018). Menjadi guru profesional. Prenada Media.
Hamid, A. (2017). Guru Profesional. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan
Kemasyarakatan, 17(2), 274-285.
Munawir, M., Salsabila, Z. P., & Nisa, N. R. (2022). Tugas, Fungsi dan Peran
Guru
Profesional. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7(1), 8-12.
Sanjani, M. A. (2020). Tugas dan peranan guru dalam proses peningkatan belajar
mengajar. Serunai: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(1), 35-42.
Uno, H. B., & Nina Lamatenggo, S. E. (2022). Tugas Guru dalam pembelajaran:
Aspek yang memengaruhi. Bumi Aksara

39
M Rifki (8)

Bagaimana seorang guru dapat secara efektif memperkuat penghayatan dan


pengamalan nilai-nilai Pancasila

Jawab:

Seorang guru dapat memperkuat penghayatan dan pengamalan nilai-nilai


Pancasila dengan:

Mendalaminya dalam pembelajaran: Membuat mata pelajaran yang menekankan


pada pemahaman mendalam tentang nilai-nilai Pancasila serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari

Membangun kesadaran: Melakukan diskusi terbuka dan refleksi tentang nilai-nilai


Pancasila, dan bagaimana mereka relevan dalam konteks budaya dan perubahan
sosial saat ini.

Menjadi contoh: Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan sehari-hari,


seperti kejujuran, gotong royong, dan toleransi, agar siswa dapat melihatnya
dalam praktek.

Kolaborasi dengan orang tua: Melibatkan orang tua dalam proses pendidikan
untuk memastikan pesan moral Pancasila dapat diteruskan dengan konsisten di
rumah dan di sekolah.

Alif(4)

Apakah ada peran atau kewajiban khusus yang harus dipenuhi oleh guru dalam
menjaga kesetaraan dan keadilan dalam memberikan pendidikan kepada semua
siswa, sesuai dengan prinsip-prinsip UUD 1945?

Jawab:

Ya, terdapat peran dan kewajiban khusus yang harus dipenuhi oleh guru dalam
menjaga kesetaraan dan keadilan dalam memberikan pendidikan kepada semua

40
siswa, sesuai dengan prinsip-prinsip UUD 1945. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah:

1. *Tidak Diskriminatif:* Guru harus memastikan bahwa tidak ada diskriminasi


dalam memberikan pendidikan kepada siswa berdasarkan suku, agama, ras, dan
jenis kelamin. Prinsip non-diskriminasi ini sejalan dengan ketentuan dalam UUD
1945 yang menjamin setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam
mendapatkan pendidikan.

2. *Mengakomodasi Kebutuhan Khusus:* Guru perlu memahami dan


mengakomodasi kebutuhan khusus dari setiap siswa, seperti siswa dengan
disabilitas atau kebutuhan pendidikan khusus lainnya. Hal ini sejalan dengan
prinsip kesetaraan dalam mendapatkan akses dan peluang belajar bagi semua
siswa.

3. *Mendorong Inklusi:* Guru memiliki peran untuk mendorong inklusi dalam


lingkungan belajar

4. *Menyediakan Bimbingan dan Dukungan:* Guru juga bertanggung jawab


untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar atau masalah lainnya, dengan memastikan bahwa setiap siswa
memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan mencapai potensi
maksimalnya.

5. *Menjunjung Prinsip Keadilan:* Guru harus menjunjung prinsip keadilan


dalam penilaian dan penanganan masalah di kelas, tanpa adanya favoritisme atau
perlakuan yang tidak adil terhadap siswa.

Wildan (5)

Apakah masih bisa dikatakan seorang guru jika tidak melakasanakan salah satu
dari kompetensi guru?

41
Leo (2)

Apa partisipasi pendidik dalam menjalankan tanggung jawabnya dalam


masyarakat

Ridwan (1)

Langkah apa saja yang bisa dilakukan seorang guru untuk memajukan
pendidikan diwilayahnya

JAWAB:

*Mengembangkan Program Pembelajaran Inovatif:* Merancang dan menerapkan


program pembelajaran yang menarik dan relevan untuk siswa, termasuk
penggunaan teknologi pendidikan.

2. *Kolaborasi dengan Rekan Kerja:* Berpartisipasi dalam pertemuan staf,


workshop, dan proyek kolaboratif dengan rekan kerja untuk bertukar ide dan
pengalaman yang dapat meningkatkan pengajaran dan pembelajaran.

3. *Keterlibatan dengan Orang Tua dan Masyarakat:* Membangun hubungan


yang kuat dengan orang tua siswa dan anggota masyarakat setempat untuk
mendukung pembelajaran di luar kelas dan memperkuat kemitraan pendidikan.

4. *Mendukung Siswa dengan Kebutuhan Khusus:* Memberikan dukungan


tambahan dan modifikasi pembelajaran bagi siswa dengan kebutuhan khusus,
serta berkolaborasi dengan tim dukungan siswa dan orang tua untuk memastikan
keberhasilan mereka.

5. *Mengadvokasi untuk Perubahan:* Terlibat dalam dialog dengan pemangku


kepentingan pendidikan, seperti administrasi sekolah, dewan sekolah, dan
pemerintah setempat, untuk mengadvokasi perubahan kebijakan atau sumber daya
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

42
nklusi adalah konsep untuk memberikan kesempatan yang sama kepada
semua orang, termasuk anak berkebutuhan khusus.

Abyan

Tanggung jawab seorang guru dalam membantu perkembangan karakter dan


moral siswa meliputi:
jawab
1. Mendemonstrasikan dan mempromosikan nilai-nilai moral dan etika yang
positif.

2. Membantu siswa memahami konsep seperti kejujuran, kerja sama, tanggung


jawab, dan empati.

3. Memberikan contoh perilaku yang baik dan membimbing siswa dalam situasi
yang membutuhkan pengambilan keputusan moral.

4. Membangun hubungan yang positif dan menghargai keberagaman di antara


siswa.

5. Memberikan kesempatan untuk refleksi diri dan diskusi mengenai isu-isu moral
dan etika dalam konteks yang relevan bagi siswa.

6. Mendorong pembentukan karakter yang kuat melalui kegiatan ekstrakurikuler,


proyek sosial, dan pengalaman belajar praktis lainnya.

7. Mendukung siswa dalam mengatasi konflik dan memperkuat keterampilan


resolusi konflik yang positif.

8. Berkomunikasi secara terbuka dengan orang tua atau wali murid tentang
perkembangan karakter siswa di sekolah dan memberikan dukungan untuk
pemahaman dan penguatan nilai-nilai yang diajarkan di rumah dan di sekolah.

43

Anda mungkin juga menyukai