Anda di halaman 1dari 11

PERANAN GURU DI SEKOLAH

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu:

Dra. Hj. Nina Sundari, M.Pd

Oleh :
Awan Suryana ( 1252100293 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
BANDUNG
2023

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang  telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“Sosiologi Pendidikan”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-qur’an dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi
Pendidikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi acuan untuk
mengetahui dan menerapkan peranan sebagai calon guru di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung,  Maret 2015

Penyusun

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Status dan Kedudukan Guru


Dalam ilmu Sosiologi kita biasa menemukan dua istilah yang akan selalu berkaitan,
yakni  ‘’status’’ (merupakan sebuah peringkat, kedudukan atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok, atau  posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain) dan ‘’peran
sosial’’ (merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status
tertentu tersebut) di dalam masyarakat.
Status sebagai guru, atau kedudukan sebagai guru dapat dipandang sebagai yang tinggi
atau rendah, tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang berkedudukan sebagai
pendidik seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan  masyarakat, dan guru
diharapkan berperan sebagai teladan dan rujukan dalam masyarakat dan khususnya anak didik
yang dia ajar. Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, ia bisa berperan sebagai orang yang
dewasa, sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang pendidik, sebagai pemberi contoh dan
sebagainya.
Apabila kita cermati, sebenarnya status dan peran guru tidaklah selalu seragam dan
bersifat konsisten sebagaimana tersirat di atas. Ini sesuai dengan standar apa dan mana yang
dipakai dalam menentukan keduanya. Penilaian status dan peran pada seorang guru di pedesaan
tidaklah sama dengan penilaian status dan peran terhadap seorang guru di perkotaan. Dalam
masyarakat industrial dan materialis status dan peran seorang guru tidaklah se-urgen pada
masyarakat sederhana atau masyarakat pertanian.

B.  Peran Guru di Sekolah


Guru selalu identik dikatakan sebagai pendidik. Pendidik merupakan tenaga professional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2). Guru sebagai seorang tenaga kependidikan yang profesional
berbeda pekerjaannya dengan yang lain, karena ia merupakan suatu profesi, maka dibutuhkan
kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Tabrani Rusyan,
1990). Jadi peranan guru di sekolah adalah seseorang yang professional dan memiliki ilmu
pengetahuan, serta mengajarkan ilmunya kepada orang lain, sehingga orang tersebut mempunyai
peningkatan dalam kualitas sumber daya manusianya.
Sedangkan peranan guru yang diungkapkan oleh Muhibbin Syah (2000) memiliki sudut
pandang yang berbeda. Yaitu, pada dasarnya fungsi atau peranan penting guru dalam proses
belajar mengajar ialah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya, setiap guru
diharapkann untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai
keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran
kegiatan proses belajar mengajar.
Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern
seperti sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar.
Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan berat pula.
Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-
fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam kompetensi profesionalisme
keguruan yang disandang oleh para guru.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000), fungsi guru meliputi sebagai insiator, korektor,
inspirator, informator, mediator, demonstrator, motivator, pembimbing, fasilitator, organisator,
evaluator, pengelola kelas, dan supervisor.
1.    Insiator, yaitu guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar mengajar dan ide-ide
tersebut merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.
2.    Korektor, yaitu guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang
buruk.
3.    Inspirator, yaitu guru harus bisa memberikan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik.
4.    Informator, yaitu guru sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium studi
lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
5.    Mediator, yaitu guru dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
6.    Demonstrator, yaitu dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat dipahami
oleh anak didik. Apalagi anak didik yang mempunyai intelegensi yang sedang atau rendah.
Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami tersebut, maka guru harus berupaya membantunya
dengan cara memperagakan apa yang diajarkan.
7.    Motivator, yaitu peranan guru sebagai pemberi dorongan kepada siswa dalam meningkatkan
kualitas belajarnya.
8.     Pembimbing, yaitu jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru
harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dan dicita-citakan.
9.    Fasilitator, yaitu guru memberikan fasilitas (kemudahan) dalam proses belajar mengajar,
sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung secara komunikatif, aktif, dan efektif.
10.     Organisator, yaitu guru mempunyai kemampuan mengorganisasi komponen-komponen
yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Semua diorganisasikan sedemikian rupa,
sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.
11.     Evaluator, yaitu ada kecenderungan bahwa peranan evaluator guru mempunyai otoritas
untuk menilai prestai belajar siswa, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik, tingkah
laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
12.     Pengelola kelas, yaitu guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas
adalah termpat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran
dari guru.
13.     Supervisor, yaitu guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis
terhadap proses belajar mengajar. Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya
karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya,
pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya

C.  Tanggung jawab Guru


Guru memikul tugas dan tanggung jawab yang berat, sebab tugas dan tanggung jawab
guru tidak hanya sebatas dinding sekolah saja, tetapi juga di luar sekolah. Guru adalah ksatria
pahlawan pendidikan yang berjuang untuk mengurangi kebodohan, demi terwujudnya cita-cita
bangsa. Tugas dan tanggung jawab guru berkaitan erat dengan upaya pengembangan sumber
daya anak didik, membina dan melatih agar tertuju dan terarah kepada tujuan pendidikan
(nasional).
Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam
bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan
norma-norma kepada generasi penerusnya sehingga menjadi proses konversi nilai karena melalui
proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru.
Setiap tanggung jawab mengeluarkan sejumlah kemampuan dan setiap kemampuan dapat
dijabarkan lagi dalam kemampuan yang lebih khusus, antara lain:
1.    Tanggung jawab moral, yaitu guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika
yang sesuai dengan Pancasila dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.    Tanggung jawab guru dalam bidang pendidikan di sekolah, yaitu setiap guru harus menguasai
cara belajar mengajar yang efektif, mampu membuat satuan pelajaran, memahami kurikulum
yang baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa mampu memberikan
nasehat, mampu menguasai teknik-teknik pemberian bimbingan dan layanan serta mampu
membuat dan melaksanakan evaluasi.
3.    Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan, yaitu turut serta menyukseskan
pembangunan dalam masyarakat, guru harus mampu membimbing, mengabdi dalam masyarakat
dan melayani masyarakat.
4.    Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yaitu guru selaku ilmuan bertanggung jawab
dan turut serta memajukan terutama ilmu yang sudah menjadi spesialisasinya, dengan
melaksanakan penelitian dan pembangunan (Rusyan, 1994: 10).

D.  Peranan Guru di Masyarakat


Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran masyarakat tentang
kedudukan guru dan status sosialnya di masyarakat. Kedudukan sosial guru berbeda di negara
satu dengan negara lain dan dari satu zaman ke zaman lain pula. Di negara-negara maju biasanya
guru di tempatkan pada posisi sosial yang tinggi atas peranan-peranannya yang penting dalam
proses mencerdaskan bangsa. Namun keadaan ini akan jarang kita temui di negara-negara
berkembang seperti Indonesia.
Sebenarnya peranan itu juga tidak terlepas dari kualitas pribadi guru yang bersangkutan
serta kompetensi mereka dalam bekerja. Pada masyarakat yang paling menghargai guru pun akan
sangat sulit untuk berperan banyak dan mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi jika seorang
guru tidak memiliki kecakapan dan kompetensi di bidangnya. Ia akan tersisih dari persaingan
dengan guru-guru lainnya. Apalagi guru-guru yang tidak bisa memberikan keteladanan bagi para
muridnya, sudah barang tentu ia justru menjadi bahan pembicaraan orang banyak. Jika dihadapan
para muridnya seorang guru harus bisa menjadi teladan, ia pun dituntut hal yang sama di dalam
berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Kenapa demikian ? Karena hal tersebut sesuai pula
dengan kedudukan mereka sebagai agent of change yang berperan sebagai inovator, motivator
dan fasilitator terhadap kemajuan serta pembaharuan.
Dalam masyarakat, guru adalah sebagai pemimpin yang menjadi panutan atau teladan
serta contoh (reference) bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai
yang harus dijaga dan dilaksanakan. Ini dapat kita lihat bahwa betapa ucapan guru dalam
masyarakat sangat berpengaruh terhadap orang lain. Ki Hajar Dewantoro menggambarkan peran
guru sebagai stake holder atau tokoh panutan dengan ungkapan-ungkapan Ing Ngarso Sung
Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Ing ngarsa sung tulada             : “(yang) di depan memberi teladan/contoh”
gun karsa         : “(yang)” di tengah membangun prakarsa/ semangat”
yani                  : “ (dari belakang mendukung)”..
Ketiga prinsip tersebut sampai sekarang masih tetap dipakai sebagai panduan dan
pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Dengan ketiga prinsip tersebut, tampak jelas bahwa guru memang sebagai “pemeran
aktif”, dalam keseluruhan aktivitas masyarakat sercara holistik. Tentunya para guru harus bisa
memposisikan dirinya sebagai agen yang benar-benar membangun, sebagai pelaku propaganda
yang bijak dan menuju ke arah yang positif bagi perkembangan masyarakat. (T. Raka Joni,
1984).
Dari uraian  di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut
1. Kedudukan sebagai guru dapat dipandang sebagai yang tinggi atau rendah, tergantung di mana
ia berada pada tempat dan kondisinya.
2. Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, akan tetapi ia bisa berperan sebagai seorang
dewasa, sebagai seorang pengajar, sebagai seorang pendidik, sebagai pemberi contoh dan
sebagainya bagi anak-anak didiknya dan bagi masyarakat di sekitarnya.
3. Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang
harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di
dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka.
4. Dalam masyarakat, guru adalah sebagai pemimpin yang menjadi panutan atau teladan serta
contoh (reference) bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai yang
harus dijaga dan dilaksanakan.
Selain itu juga, peran Guru dalam masyarakat dapat digolongkan menjadi tiga macam,
yaitu:
1.     Peran Guru sebagai Pembina masyarakat
            Sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperbaiki kehidupan
masyakat dengan jalan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat dengan
ikut serta dalam kegiatan – kegiatan pembangunan yang sedang dilakukan masyarakat.Guru
sebagai pembina masyarakat baik secara pribadi maupun tugas profesi dapat menggunakan sikap
kesempatan yang ada untuk membantu berhasilnya rencana pembangunan dalam masyarakat,
seperti turut serta dalam kegiatan keluarga berencana,bimbingan masyarakat, koprasi,PKK, dan
sebagainya. Partisipasi seorang guru akan dapat memotifasi masyarakat untuk membangun.
2.    Peran Guru sebagai penemu masyarakat
            Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan masyarakat baik yang bersifat posif maupun
negatif. Sebagai seorang guru sudah seyogianya dapat mengajarkan kepada siswanya tentang
pengarung- pengaruh lingkungan yang positif serta dapat memberikan benteng bagi siswanya
dari pengaruh negatif.Guru dikatakan sebagai penemu masyarakat karena melalui tangan guru
akan dibentuk pribadi-pribadi yang kemudian akan hidup dan berkembang serta dapat berguna
dalam masyarakat.
3.    Peran Guru sebagai agen masyarakat
            Sekolah berdiri diantara dua lapangan, yakni mengemban tugas menyampaikan dan
mewariskan ilmu,teknologi dan kebudayaan yang terus bekembang.yang kedua yaitu dapat
sebagai sarana menampung aspirasi, masalah,kebutuhan, minat serta tuntutan masyarakat.. dari
dua lapangan ini guru mempunyai peranan agen penampung aspirasi masyarakat serta dapat
menjadi penghubung antara masyarakat dan pemerintah khususnya dalam dunia pendidikan.
Sebagai agen dalam masyarakat banyak cara yang dapat dilakukan oleh Guru misalnya
berkunjung secara langsung kemasyarakat, mengadakan pertemun-pertemuan guna membahas
masalah-masalah dalam pendidikan, mengadakan pameran dan banyak lagi.

Guru mempunyai peran dan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat.
sehingga guru bisa disebut sebagai agent of change yang berperan dalam inovator, motivator,
maupun fasilitator. Jadi, jelas bahwa guru merupakan peranan aktif dalam seluruh aktifitas
masyarakat secara holistik. Posisi strategis guru di tengah masyarakat idealnya, antara lain:
1.      Menjadi Contoh/ Model dan Teladan
Guru adalah bagian dari perangkat komunitas masyarakat yang tidak bisa dipisahkan segala
aktifitas kehidupannya sekalipun tugas pokoknya di lingkungan sekolah, sebab ia pergi dan pasti
kembali ke tengah masyarakat. Semestinya sebagai guru harus menyadari bahwa ia tidak sekedar
menyampaikan teori ilmu pada anak didiknya namun harus mampu mengaplikasikan nilai ilmu
itu sendiri. Dengan demikian seorang guru akan menjadi panutan yang baik bagi anak didiknya
di sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana ia tinggal.
Dan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, maka jasanya akan selalu dikenang walaupun masa
tugasnya telah habis bahkan sungguh berbahagia bila ia telah tiada ilmu yang diajarkannya akan
menjadi amal jariyah yang tiada putus-putusnya. Tapi waspadalah bila guru hanya sekedar
menyampaikan teori ilmu namun tidak mengamalkan nilai ilmu itu sendiri, maka Allah akan
mengecamnya dengan kecaman yang paling besar.
Firman Allah SWT,
َ‫َكب َُر َم ْقتًا ِع ْن َدهللاِ اَ ْن تَقُوْ لُوْ ا َماالَ تَ ْف َعلُوْ ن‬
Artinya: “ Allah lebih murka pada orang yang mengatakan baik, tapi ia sendiri tidak
mengamalkannya.”
Sebagai tauladan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru :
a.     Sikap dasar
b.    Berbicara dan gaya bicara
c.     Kebiasaan bekerja
d.    Sikap melalui pengalaman dan kesalahan
e.     Pakaian
f.        Hubungan kemanusiaan
g.    Proses berfikir
h.    Gaya hidup secara umum
“ Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa
yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus
diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.”
2.      Pendidik
Seorang guru bukan hanya mendidik anak didiknya di sekolah namun seorang guru juga
harus memberikan pendidikan umum kepada masyarakat sekitarnya agar apa yang diajarkan
kepada siswanya dapat disambut baik dan juga dipahami secara umum oleh masyarakat sekitar.
Hal ini penting untuk meningkatkan rasa percaya masyarakat pada kemampuan seorang guru.
3.      Mempertajam kepekaan sosial
Tidak dapat dipungkiri siapapun akan menilai bahwa guru itu adalah mereka orang yang
berilmu, tapi perlu diingat sebenarnya yang menjadi sorotan masyarakat bukanlah tergantung
pada kwalitas keilmuannya dan kefigurannya, namun yang terpenting bagaimana seorang guru
menempatkan dirinya dalam beradabtasi dengan lingkungan masyarakatnya, kepekaannya
dengan segala hal dan aturan atau kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
4.       Penggerak Potensi
Seorang guru yang dianggap sebagai tokoh penting dalam masyarakat harus menggunakan
posisi strategisnya untuk melihat bagaimana potensi yang dimiliki masyarakat sekitarnya.
Terlebih jika guru tersebut berada di lingkungan yang minim SDM terpelajarnya. Karena dengan
kemampuan  seorang guru menilik potensi masyarakat di sekitarnya, akan menjadi modal
penting bagi pendidikan di daerah tersebut karena dapat digunakan sebagai arah tujuan kemana
peserta didik ini akan diarahkan.
5.       Manager
Dianalogikan seperti seorang manager yang mengatur jalannya tahapan-tahapan teknis dalam
perencanaan. Begitu pula fungsi guru dalam masyarakat sebagai pengatur arahnya pendidikan
baik terhadap peserta didik secara langsung dan masyarakat di sekitarnya secara tidak langsung.
Seorang guru harus mampu mengajak masyarakat yang heterogen untuk melakukan fungsi
masyarakatnya dalam hidup berbangsa dan bernegara. Karena tidak semua masyarakat tahu
bagaimana melaksanakan hak dan kewajibannya.
6.      Penengah Konflik
Masyarakat heterogen yang terdiri dari berbagai macam etnis budaya yang berbeda biasanya
akan memiliki tingkat ego yang berbeda. Masalah akan muncul ketika ego di sini bertentangan
dan konflik baru. Disinilah peran guru sebagi pengah konflik yaitu mampu mencari solusi dari
permasalahan yang ada dengan kepala dingin, mengedepankan akal dan hati dari pada nafsu
amarah, mengutamakan pendekatan psikologi persuasif daripada emosional oportunis sangat
dinantikan demi tercapainya kerukunan warga.
7.      Pemimpin kultural
Peran-peran diatas dengan sendirinya menempatkan seorang gurusebagai pemimpin yang
lahir dan muncul dari bawah secara alami, bakat, potensi, aktualisasi, dan kontribusi besarnya
dalam pemberdayaan potensi masyarakat. Seorang guru lebih enjoy bersama rakyat yang bebas
dari kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

E.    Citra Guru dalam Masyarakat Modern


Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional
jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi,
naik kelas, dan lulus ujian. Masyarakat modern menganggap kompetensi guru belum lengkap
jika hanya dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru
terhadap perubahan dan inovasi.
Bagi masyarakat modern, eksistensi guru yang mandiri, kreatif, dan inovatif merupakan
salah satu aspek penting untuk membangun kehidupan bangsa. Banyak ahli berpendapat bahwa
keberhasilan negara Asia Timur (Cina, Korsel dan Jepang) muncul sebagai negara industri baru
karena didukung oleh penduduk/SDM terdidik dalam jumlah yang memadai sebagai hasil
sentuhan manusiawi guru.
Salah satu bangsa modern yang menghargai profesi guru adalah bangsa Jepang. Bangsa
Jepang menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan kunci keberhasilan pem bangunan. She
no on wa yama yori mo ta/(ai umiyorimo fu/(ai yang berarti jasa guru lebih tinggi dari gunung
yang paling tinggi, lebih dalam dari laut paling dalam. Hal ini merupakan ungkapan penghargaan
bangsa Jepang terhadap profesi guru.
Guru pada sejumlah negara maju sangat dihargai karena guru secara spesifik,
1. Memiliki kecakapan dan kemampuan untuk memimpin dan mengelola pendidikan;
2. Memiliki ketajaman pemahaman dan kecakapan intektual, cerdas emosional dan sosial
untuk membangun pendidikan yang bermutu; dan 
3. Memiliki perencanaan yang matang, bijaksana, kontekstual dan efektil untuk membangun
humanware (SDIVI) yang unggul, bermaltabat dan memiliki daya saing.
Keunggulan mereka adalah terus maju untuk mencapai yang terbaik dan memperbaiki
yang terpuruk. Mereka secara berkelanjutan (sustainable) terus menigkatkan mutu diri dari guru
biasa ke guru yang baik dan terus berupaya meningkat ke guru yang Iebih baik dan akhirnya
menjadi guru yang terbaik, yang mampu memberi inspirasi, ahli dalam materi, memiliki moral
yang tinggi dan menjadi teladan yang baik bagi siswa.
Di negara kita, guru yang memiliki keahlian spesialisasi harus diakui masih Iangka.
Walaupun sudah sejak puluhan tahun disiapkan, namun hasilnya masih belum nampak secara
nyata. Ini disebabkan karena masih cukup banyak guru yang belum memiliki konsep diri yang
baik, tidaktepat menyandang predikat sebagai guru, dan mengajar mata pelajaran yang tidak
sesuai dengan keahliannya (m/Vsmatch). Semuanya terjadi karena kemandirian guru belum
nampak secara nyata, yaitu sebagian guru belum mampu melihat konsep dirinya (self consept),
ide dirinya (self idea), dan realita dirinya (selfr eality). Tipe guru sepeni ini mustahil dapat
menciptakan suasana kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan(PAKEM).
Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru berkembang
dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap
pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Dalam hal ini profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai
kemampuan memberi dan mengembangkan pengetahuan pesena didik. Namun, beberapa
dasawarsa terakhir konsep, persepsi, dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser.
Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap integritas
seseorang yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga karena perkembangan yang
cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidang informasi dan komunikasi,
yang kemudian mendorong pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan.
Dalam perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami dilema
eksistensial. Artinya, penguasaan ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi hegemoni guru, tetapi
menyebar seluas perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti dunia penerbitan,
buku, majalah, koran, Serta media elektronik lainnya. Untukitu, posisi krusial guru perlu
dijernihkan tatkala kita hendak merumuskan kembali pendidikan yang Iebih memajukan masa
depan generasi berikutnya.
Dengan demikian, para guru dituntut tampil lebih profesional, lebih tinggi ilmu
pengetahuannya dan lebih cekatan dalam penguasaan teknologi komunikasi dan informasi.
Artinya, guru mau tidak mau dan dituntut harus terus meningkatkan kecakapan dan
pengetahuannya selangkah ke depan lebih dari pengetahuan masyarakat dan anak didiknya.
Dalam kehidupan bermasyarakat pun guru diharapkan lebih bermoral dan berakhlak daripada
masyarakat kebanyakan, tetapi di situlah muncul problem tatkala para guru tidak memiliki
kemampuan materi untuk memiliki segala akses dan jaringan informasi sepeti TV, buku-buku,
majalah, dan koran. Guru-guru memiliki gaji dan tunjangan yang jauh dari cukup untuk
meningkatkan profesinya sekaligus memperkaya informasi mengenai perkembangan
pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan modern. Sehingga, rasanya sangat sulit di era
modern ini guru dapat tampil lebih profesional, memiliki tanggung jawab moral profesi sebagai
konsekuensi etisnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.uns.ac.id/data/sp6/pdf
Isla, A. (2013). Peran Guru di Masyarakat. [Online].
Tersedia: http://anis-permata.blogspot.com/2013/12/peran-guru-di-masyarakat.html. [16 Februari
2015]
Mizan, HMI. (2012). Peranan Guru di Sekolah dan Masyarakat. [Online].
Tersedia:http://mizaneducation.blogspot.com/2012/04/peranan-guru-di-sekolah-dan-
masyarakat.html. [16 Februari 2015]
Saleh, F. (2011). Pendidikan Berkarakter. [Online]. Tersedia: http://fadillah91-
pendidikanberkarakter.blogspot.com/2011/11/normal-0-false-false-false-en-gb-x-none.html. [16
februari 2015]

Anda mungkin juga menyukai