Disusun Oleh:
Kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Edy Cahya Saputra, M.Pd selaku
Dosen Pengajar Mata Kuliah Landasan Bk , teman-teman, serta pihak lain yang berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, kami berusaha semaksimal
mungkin supaya dapat disajikan dengan baik. Kami meyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna kebaikan selanjutnya. Kami memohon maaf atas segala kesalahan, dan kami
berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk kepentingan bersama.
Penulis
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab ( Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
pasal 3). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dalam Pendidikan formal , terdapat tenaga pendidik
dan juga anak didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Tugas Guru?
2. Apa Pengertian dan Tugas Konselor?
3. Bagaimana Keunikan dan Keterkaitan Tugas Guru dan Konselor?
1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan menelaah dari pengertian guru di atas dapat disimpulkan bahwa seorang
guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan saja yang berada di depan kelas,
akan tetapi guru merupakan tenaga professional yang dapat menjadikan murid-
muridnya mampu merencanakan,menganalisis,dan menyimpulkan masalah yang
dihadapi.
3
1. Pada jenjang Taman Kanak-Kanak (TK)
Pada jenjang ini tidak ditemukan adanya struktur pokok layanan bimbingan dan
konseling namun dianjurkan konselor tetap melaksanakan layanan. Konselor dapat
berperan sebagai konselor kunjung yang membantu guru PAUD dan TK dalam
melaksanakan pendiidkan dengan metode yang tepat, membantu mengatasi perilaku
yang mengganggu dan berupaya membantu perkembangan dari siswa sesuai dengan
potensi dan tugas perkembangannya.
2. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD)
Di jenjang ini pelaksanaan layanannya hamper sama dengan di PAUD dan TK
karena tidak ditemukan struktur remsi yang mengaturnya. Maka konselor berpisah
sebagai konselor kunjung yang membantu guru kelas dan guru mata pelajaran untuk
membantu perkembangan siswanya secara optimal sesuai dengan potensi dan juga
mengacu pada tugas perkembangannya.
3. Pada jenjang Sekolah Menengah (SMP dan SMA)
Pada jenjang SMP dan SMA , merupakan bidang Garapan konselor yang sangat
subur. Terdapat struktur formal yang mengatur tentang tugas dan kewajiban
konselor. Konselor dapat beraktualisasi secara maksimal mulai dari pelaksanaan
need assessment, Penyusunan program,pelaksanaan,evaluasi, dan tindak lanjut.
Semua yang dilakukan konselor tentu saja untuk kepentingan siswanya agar dapat
mandiri, bisa menetapkan pilihan dan mempunyai persiapan karir di masa
mendatang.
4. Pada jenjang Perguruan Tinggi
Di jenjang ini fokus layanannya yaitu pada bidang karir. Yang menjadi sangat
penting adalah bagaimana konselor dapat membantu kliennnya dalam hal
penguasaan hard dan soft skill yang diperlukan dalam perjalanan hidupnya agar
menjadi manusia yang produktif , berguna, dapat menjaga karirnya dan ber-
aktualisasi dengan tepat.
4
antara konselor dengan guru, antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan
(referal).
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula, masalah-
masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses pembelajaran
bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya. Masalah kesulitan belajar
peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari proses pembelajaran itu
sendiri. Hal ini berarti dalam pengembangan dan proses pembelajaran fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian guru. Sebaliknya, fungsi-fungsi
pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian konselor.
Dalam hubungan fungsional kemitraan (kolaboratif) antara guru bimbingan dan
konseling/konselor dengan guru mata pelajaran, antara lain dapat dilakukan melalui
kegiatan rujukan (referral). Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang
dihadapi guru mata pelajaran pada saat pembelajaran dirujuk kepada guru bimbingan
dan konseling/konselor untuk penangannya. Demikian juga masalah yang ditangani
guru bimbingan dan konseling/konselor dirujuk kepada guru mata pelajaran untuk
menindaklanjutinya apabila itu terkait dengan proses pembelajaran mata pelajaran.
Jika kita lebih mendalam mengkaji Kurikulum 2013 maka kita akan banyak
menemukan hubungan kolaboratif antara guru mata pelajaran dan konselor. Hubungan
kolaboratif tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Menguatkan pembelajaran yang mendidik
Untuk mewujudkan arahan pasal (1),(2),(3),(4) UU No. 20 tahun 2003 secara utuh,
kaidah-kaidah implementasi kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus
bermuara pada perwujudan suasana dan proses pembelajaran mendidik yang
memfasilitasi perkembangan peserta didik. Suasana belajar dan proses
pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan
memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam implementasinya
memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. Untuk
mewujudkan lingkungan belajar yang dimaksud, guru hendaknya:
a) Memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan
dan konseling dalam pembelajaran.
b) Melakukan asesmen potensi peserta didik
c) Melakukan diagonstik kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik
5
d) Mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi peserta
didik.
2. Memfasilitasi advokasi dan aksesibilitas
Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya layanan
peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi,aksesibiitas
dan fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan Pendidikan bagi
pengembangan pribadi, sosial,belajar dan karir peserta didik. Untuk itu kolaborasi
guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran perlu
dilaksanakan dalam bentuk:
a) Memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik.
b) Merancang ragam program pembelajaran dan melayanai kekhususan
kebutuhan peserta didik,serta;
c) Membimbing perkembangan pribadi,sosial,belajar dan karir.
3. Menyelenggarakan fungsi outreach
Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan,sesuai
dengan arahan Pasal 4 UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan
pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung
prinsip yang dimaksud tersebut, bimbingan dan konseling tidak cukup
menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi
outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan
perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi antara
guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya
terjadi dalam konteks kolaborasi yang lebih luas,antara lain:
a) Kolaborasi dengan orang tua/keluarga.
b) Kolaborasi dengan dunia kerja dan Lembaga Pendidikan
c) “intervensi” terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu
perkembangan peserta didik.
6
Dimensi Guru Konselor
4. Target
Intervensi
5. Ekspektasi
Kinerja
7
transaksi yang merupakan
keputusan konseli
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tugas pendidik untuk menunjang peserta didik secara holistik dan optimal
sebenarnya memerlukan guru, konsultan, dan tenaga kependidikan lainnya untuk
dilaksanakan secara bersama-sama sebagai mitra kerja. Dalam kemitraan fungsional
antara konselor dan guru, hal ini antara lain dapat dicapai melalui kegiatan rujukan.
Setiap masalah perkembangan siswa yang dihadapi oleh guru selama studi mereka akan
dirujuk ke konsultan administrasi. Demikian pula permasalahan siswa yang ditangani
oleh konselor terkait dengan proses pembelajaran mata pelajaran yang dipelajari
diteruskan kepada guru untuk ditindaklanjuti. Permasalahan kesulitan belajar siswa
sebenarnya lebih cenderung bermula dari proses pembelajaran itu sendiri. Artinya
dalam proses pengembangan dan pembelajaran, fungsi bimbingan dan nasehat harus
mendapat perhatian guru.
B. Saran
Diharapkan kepada konselor dan guru agar lebih memahami konteks tugasnya
sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang telah ditetapkan. Kurang atau lebihnya suatu
Peraturan yang ditetapkan Pemerintah harus menjadi bahan refleksi bagi konselor dan
guru dalam memaknai konteks tugasnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. 2008. Keunikan dan Keterkaitan antara Pelayanan Guru dan Konselor
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/keunikan-dan-keterkaitan-
pelayanan-guru-dan-konselor/
Arga Mediansa,Frendi ,dkk. 2016. Keunikan dan Keterkaitan Tugas Guru dan Konselor.
10